Вы находитесь на странице: 1из 6

PERANAN INTELIJEN DALAM KONFLIK SUKU DAYAK

DAN SUKU BUGIS

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT INTELEJEN


Dosen Pengampu: Kol. Arh. Dr. Jonni Mahroza, S.I.P., M.Sc.

Oleh: Kelompok 3
 Firman Fahrozi (120170103009)
 Iqro Rinaldi (120170103015)
 Muhamad Benny Yusuf (120170103018)
 Ni Nyoman Ayu Nikki A. (120170103020)

PROGRAM STUDI DIPLOMASI PERTAHANAN


FAKULTAS STRATEGI PERTAHANAN
UNIVERSITAS PERTAHANAN
BOGOR, 2 April 2018
PERANAN INTELIJEN DALAM KONFLIK SUKU DAYAK DAN
SUKU BUGIS

Pendahuluan
Berbagai peristiwa konflik menunjukan bahwa Indonesia sebagai salah satu

negara terbesar dan terbanyak penduduknya di dunia yang

memiliki beranekaragam suku dan budaya yang belum mampu untuk menyelesaikan

konflik-konflik sosial yang melibatkan suku, agama, ras dan antar golongan.

Kecemburuan sosial budaya dan ekonomi antara suku pendatang dan suku asli pada

akhirnya lebih sering menimbulkan rasa iri dan dendam sehingga menyebabkan

timbulnya konflik yang berujung pada bentrokan yang mengakibatkan jatuhnya korban

jiwa. Dalam permasalahan ini membuktikan sistem otonomi daerah yang diberlakukan

di daerah-daerah pada era reformasi ini belum berjalan dengan baik. Apalagi

ditambah banyaknya kasus-kasus yang melibatkan para pemimpin-pemimpin daerah

yang tersandung kasus korupsi semakin membuktikan bahwa negeri ini sepertinya

masih belum mampu untuk menerapkan sistem otonomi daerah.

Pada fenomena konflik Dayak - Bugis yang terjadi di Kalimantan Timur, pemicu

masalahnya adalah pelaksanaan tender proyek di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum

Nunukan. Saat pendaftaran calon peserta tender, ternyata ada kontraktor yang

merasa ada permainan karena tidak menemukan kotak pendaftaran. Karena merasa

ada yang menyembunyikan kotak pendaftaran membuat kontraktor tersebut melapor

kepada Paridil Murad. Paridil adalah ketua Persekutuan Suku Asli Kalimantan

(Pusaka) yang juga mantan Kepala Dinas PU Nunukan. Esok harinya, Paridil

mendatangi Kantor Dinas PU dan menanyakan kenapa ada yang menyembunyikan

kotak pendaftaran. Pada waktu itulah muncul Sulaiman, seorang kontraktor yang

bersikeras dengan Paridil. Keduanya sempat cekcok hingga ada yang mendengar
kalau dalam percekcokan itu muncul kata-kata yang menyinggung etnis. Isu

penghinaaan terhadap suku Dayak oleh suku Bugis pun menyebar sehingga

komunitas Dayak terlanjur marah dan menurut hukum adat, maka si penghina suku

itu harus membayar denda adat sebanyak 100 ekor sapi. Dalam perundingan dengan

Kapolda Kaltim, akhirnya tokoh-tokoh Dayak sepakat untuk mengurangi denda adat

itu menjadi sebanyak 10 ekor sapi. Acara ritual penolak bala juga akan dilakukan di

seluruh kecamatan yang disetujui akan disponsori Bupati Nunukan H.A. Hafid

Achmad.

Teori

Menurut pendapat Ludwig Wiittgenstain (1885-1951 kata Intelijen ( intelligence)

merupakan sebuah kata yang berasal dari kata”intelijensia” yang memiliki pengertian

kecerdasan yg tinggi yang di laksanakan oleh para agen yang memiliki pemikiran atau

akal yg tajam. Intelijen selalu terkait erat dengan informasi dan pengetahuan. (KY,

2018).

Dan dijelaskan bahwa intelijen bertanggung jawab untuk memberikan informasi

yang tepat waktu dan akurat tentang kegiatan, kemampuan, rencana, dan niat dari

kekuatan asing, organisasi, dan orang-orang dan agen mereka yang mengancam

keamanan nasional.

Serta dijelaskan bahwa peranan Intelijen dalam memberikan Dukungan terhadap

keamanan nasional dapat terdiri dari tiga bagian utama:

1) Setiap anggota komunitas intelijen memiliki peranan dan tanggung jawab

sesuai dengan tupoksi dari satuanya masing - masing

2) Setiap kegiatan anggota komunitas Intelijen yang dilakukan berfokus kepada

perlindungan dan kebebasan sipil


3) Anggota Intelijen memiliki dua locus dasar yakni keamanan domestik, serta

pengawasan kegiatan Intelijen asing dan pelaksanaan counter intelijen.

(Stokes, 2013)

Peranan Intelejen dalam Konflik Bugis – Dayak

Berdasarkan tugas dan tanggung jawab Inteligen dalam pembahasan

sebelumnya, tak dipungkiri Inteligen memegang peranan untuk mencegah terjadinya

ancaman seperti konflik di sebuah negara, tanpa terkecuali di Indonesia. Salah satu

konflik antar suku yang terkenal di Indonesia, adalah konflik Tarakan di Kalimantan

Timur, dimana dalam hal ini, Inteligen menjalankan giat – giat untuk mengamankan

konflik tersebut.

Peristiwa konflik Tarakan diawali pertikaian diantara dua warga dari berbeda

wilayah, yang terus berlanjut dikarenakan tidak adanya pihak yang mau mengalah.

Konflik ini berubah menjadi kerusuhan dikarenakan terdapatnya korban jiwa, yang

secara tidak langsung menjad klimaks yang berujung pada kerusuhan Tarakan.

Tak dipungkiri, kejadian ini merupakan kejadian yang tak terduga, namun di sisi

lain dapat menimbulkan ancaman bagi warga tak bersalah yang tinggal di kawasan

tersebut. Dalam hal ini, pandangan dan solusi untuk melihat tentang kemungkinan –

kemungkinan terburuk dari kerusuhan Tarakan. Segera setelah kerusuhan terjadi,

sebagaimana fungsinya, pihak keamanan dalam hal ini membuat dua kubu berdamai

terlebih dahulu, untuk kemudian memulai pencarian dari informasi – informasi terkait

pelaku pembunuhan dalam kerusuhan tersebut.

Peran inteligen dalam hal ini untuk menangkap pelaku pembunuhan dan

mencegah kerusuhan kembali terulang, adalah dengan melakukan penyamaran

sebagai solusi sekaligus tidakan pencegahan (preventive). Operasi yang


dilaksanakan ini berupa operasi cover – klandestine, dimana para petugas intelejen

bertugas dengan menggunakan cover (penyamaran) dan menjankan operasi mereka

dengan senyap. Tujuan penggunaan cover secara prinsip ada 2 hal utama yaitu

supaya dalam bertugas seorang petugas intelijen tidak dicurigai dan bisa diterima oleh

target operasi. (Riyanta, 2015).

Dalam penyamaran ini petugas-petugas intelejen yang bertugas mencari

informasi terkait tersangka pelaku pembunuhan dan sekaligus menyebar di tengah

masyarakat untuk mendinginkan situasi yang sedang panas. Selain itu petugas

intelejen juga mengamankan tersangka-tersangka yang diduga menjadi provokator

agar konflik menjadi lebih memanas. Operasi ini dilaksanakan secara senyap, dan

juga cepat. Keberhasilan meredam dan mendinginkan situasi terbukti dengan situasi

pasca kesepakatan damai di tandatangani kedua belah pihak yang kemudian menjadi

damai kembali dan kondusif.

Kesimpulan

Fenomena konflik Dayak - Bugis yang terjadi di Kalimantan Timur, dipicu oleh

pelaksanaan tender proyek di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Nunukan. Dua

pihak yang berebut tender proyek ini cekcok hingga ada yang mendengar kalau dalam

percekcokan itu muncul kata-kata yang menyinggung etnis. Isu penghinaaan terhadap

suku Dayak oleh suku Bugis pun menyebar sehingga komunitas Dayak terlanjur

marah dan menurut hukum adat, maka si penghina suku itu harus membayar denda

adat sebanyak 100 ekor sapi. Tidak setuju terhadap denda yang diajukan kedua belah

pihak tidak mencapai titik temu. Konflik ini berubah menjadi kerusuhan dikarenakan

terdapatnya korban jiwa, yang secara tidak langsung menjad klimaks dan berujung
pada kerusuhan Tarakan. Operasi yang dilaksanakan ini berupa operasi cover –

klandestine, dimana para petugas intelejen bertugas dengan menggunakan cover

(penyamaran) dan menjankan operasi mereka dengan senyap.

Daftar Referensi :
Ardiyanti, Handrini. 2014. Manajemen KOmunikasi dalam Penanganan Konflik
Tarakan. Diakses dari
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/547/442
KY, I. G. (2018). Kuliah Pengantar Filsafat Intelijen. Bogor: Universitas Pertahanan
Indonesia.
Riyanta, Stanislaus. 2015 . Teknik Penyamaran dalam Klandestin. Diakses dari:
http://jurnalintelijen.net/2015/07/06/teknik-penyamaran-dalam-klandestin/
Stokes, R. L. (2013). Employing the intelligence cycle process model within the
Homeland Security Enterprise. Monterey, California: Naval Postgraduate
School: Calhoun: The NPS Institutional Archive
www.kabarindonesia.com

Вам также может понравиться