Вы находитесь на странице: 1из 71

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Tuhan menciptakan makhluk-Nya dengan sempurna baik lelaki maupun wanita.
Wanita yang ada dalam hidup kita yang biasa kita sebut ibu merupakan wanita
paling berharga di dunia, karena beliaulah yang mengandung, melahirkan, dan
merawat kita hingga menjadi sosok berwatak. Melahirkan perjuangan paling
besar bagi seorang ibu, karena taruhannya adalah nyawa. Dalam makalah ini
akan membahas tentang proses kelahiran pervaginam (partus pervaginam) baik
dalam posisi normal maupun sungsang.

I.2 Tujuan
Tujuan dalam membahas kelahiran ini adalah untuk mengetahui bagaimana
proses dalam kelahiran baik dalam posisi normal maupun sungsang, kemudian
apa saja yang mempengaruhi posisi bayi dalam kandungan, dan apa saja yang
harus dilakukan setelah kelahiran.

BAB II

1|Makalah Partus A-1


TUTORIAL CASE

TUTORIAL 1-1

Mrs. Dani, a 26-year-old G1P0 woman at 35 weeks’ gestation is admitted to the hospital
because of mild discomfort at the upper left abdominal part. She also complains a bot
tense on her lower tummy. There is no water broke, nor bloody or slimy discharge from
her vagina. She admits that the baby is still moving on.

Physical examination:
Blood pressure : 110/70 mmHg
Heart rate : 80 bpm

Obstetric examination:
Uterine fundus is 30 above symphisis.
Leopold 1 : a globular round hard mass is occupying the uterine fundus
Leopold 2 : small fetal parts detected on the left abdominal wall, on the right side a
long-flat area of mass with higher resistance is detected on the right side
Leopold 3 : some soft mass is palpable above the symphisis, and have somehow
entered the pelvic inlet
Contration : once in every 10 minutes, weak
Auscultation (Laennec stethoscope):
 Fetal heartbeat could be easily and more clearly heard just above the umbilicus
 Fetal heart rate : 144 – 152 beat per minute
Speculum examination : no abnormalities
Vaginal examination : vulva / vagina : no abnormalities
Cervical dilatation : none
Pelvic examination : normal

2|Makalah Partus A-1


1. What are Mrs. Dani’s problems?
2. Explain the significance of the above physical and laboratory findings!
3. What further investigation, if any should be taken into account and would be
appropriate at this point? Explain your reasons!

TUTORIAL 1-2

She was referred to the feto-maternal clinic at the nearest district hospital. She came
back, bringing the result of USG as follows:

A singleton fetus, male, in breech presentation, the back is on the right. Biometrical
measurements are in accordance with a 35 weeks’ pregnancy. Heart rate is normal.
Estimated fetal weight is 2200 ± 300 grams. No major congenital anomalies detected.
The placenta lies in the anterior body of the uterus not occupying the internal uterine
ostium. Amniotic fluid index: 12 cm.

Conclusion:
G1P0, 35 weeks’ pregnancy, breech presentation

The doctor prescribed oral tocolysis and explained the alarming signs as when the
patient should return prior to the scheduled follow up visit.

1. What do you think would be the decision for referral made by the doctor in the
MCH clinic? Explain your answer!
2. Explain why should tocolysis be given to the patient!
3. What do they mean by ‘alarming sign’ in the case?
TUTORIAL 2-1

3|Makalah Partus A-1


Mrs. Dani returned three weeks later yo the MCH clinic, complaining that she has been
having regular contraction for 8 hours. She noted to have uterine contractions every 7 to
8 minutes. She knows the baby is still moving, no water broke.

Physical examination:
Vital signs: within normal limits

Obstetric examination:
Leopold 1 : a globular round hard mass is occupying the uterine fundus.
Leopold 2 : small fetal parts detected on the left abdominal wall, on the right
side a long-flat area of mass with higher resistance is detected on
the right side.
Leopold 3 : some soft mass is palpable above the symphisis, and have
somehow entered the pelvic inlet
Estimated fetal weight 2700 grams
Contraction : once in every 3 minutes, lasting 50 seconds, strong
Fetal heart rate : 152 -160 beat per minutes

Vaginal examination:
Vulva / vagina : no abnormalities
Portio : axial position, soft, effacement 80%
Cervical dilatation : 9 – 10 cm
Amniotic membrane: intact
Presenting part : breech, sacrum on the right, station +2, no feet palpable

Admission test result with cardiotocography: fetal in good condition

An hour later full dilatation is reached and as the baby’s buttock is bulging in the
perineum.
She was lead to bear down. There was no difficulty while delivering the shoulder.

4|Makalah Partus A-1


A baby boy is born, weighing 2750 grams, 50 cm in length.

1. How this delibery differs from normal delivery of occiput presentation?


2. Explain the use of partogram!
3. What are the problems during labor?
4. Explain your answers!
5. What would be your management plan for this patient?

TUTORIAL 3-1

Epilogue

The baby is sent to the perinatalogy unit.


Both the baby and Mrs. Dani are dismissed in good condition.

LEARNING PROGRESS REPORT

Hari / tanggal : Rabu, 26 April 2010


Kasus : Partus

5|Makalah Partus A-1


Terminology
1. Tocolysis, obat yang digunakan untuk menghambat persalinan.
2. Biometrical measurements, pengukuran semacam USG yang dilakukan tanpa
adanya pengosongan kandung kemih.
3. CTG (Cardiotocography), alat untuk melakukan pengukuran detak jantung
janin.

Problems
Dari page yang telah kami dapatkan maka berdasarkan analisis yang kami lakukan
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan Mrs. Dani merasa tidak nyaman pada bagian kiri atas
perutnya?
2. Apa yang menyebabkan perut bawahnya tegang?
3. Apa akibat dari keluhannya?
4. Apa yang terjadi jika terdapat pecah ketuban?
5. Mrs. Dani 26 thn, G1P0, usia kehamilan 35 minggu dan mengalami kontraksi.
Apakah kontraksi yang terjadi adalah kontraksi yang normal?
6. Janinnya letak sungsang, masih hidup. Apa yang menyebabkan bayinya letak
sungsang?
7. Apakah bayinya bisa lahir melalui pervaginam?
8. Kontraksi yang dialami 1 x/10 menit dan lemah. Apakah kontraksi tersebut
normal?
9. Apakah Mrs. Dani memiliki indikasi kelahiran premature?
10. Apakah pengobatan tocolysis sesuai dengan indikasi?
11. Mrs. Dani mengalami persalinan sungsang. Mengapa posisi bayi tidak berubah?

Hipotesis
Berdasarkan problem yang telah kami identifikasi maka kami menghipotesiskan kasus
ini sebagai berikut:

6|Makalah Partus A-1


1. Mrs. Dani tidak mengalami kontraksi palsu dengan letak janin sungsang belum
masuk kala I.
2. Dilakukan persalinan sungsang.

More Info
Untuk tambahan agar kita bisa memperjelas diagnosa maka diperlukan beberapa
pertanyaan dan Pemeriksaan lain yaitu :
1. Tinggi fundus
2. TBJ (Taksiran Berat Janin)
3. Berat Janin normal pada kehamilan 35 minggu

I Don’t Know Learning Issue


Partus Normal 1. Definisi
2. Tanda – tanda
3. Proses (kala I – kala IV)
4. Mekanisme
Partograf 1. Definisi
2. Komponen
3. Cara penulisan dan pembacaan
Kontraksi dalam kehamilan 1. Definisi
2. Macam – macam
3. Penanganan
4. Dampak
Malposisi dalam janin 1. Definisi
2. Macam – macam
3. Etiologi
4. Penanganan
Milestone trimester III 1. Letak janin
2. TBJ
3. Waktu masuk PAP
Prematur 1. Definisi
2. Tanda – tanda

7|Makalah Partus A-1


3. Etiologi
4. Pencegahan
5. Penatalaksanaan
Tocolysis 1. Definisi
2. Cara pemberian
3. Indikasi
4. Kontra Indikasi
Biometrical measurements 1. Definisi
2. Komponen
3. Cara pengukuran
Persalinan sungsang 1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Penatalaksanaan
4. Komplikasi (ibu dan janin)
Interpretasi Lab

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 PARTUS NORMAL


Definisi
Persalinan yang dilakukan melalui vagina.

Tanda-tanda persalinan normal:

8|Makalah Partus A-1


 lendir bercampur darah ,dari sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas
sehingga menyababkan keluarnya lendir bercampur darah.
 Air ketuban dan kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehingga
keluar cairan.
 Kontraksi yang teratur ,kontraksi timbul secara teratur ,mula-mula kontraksi
hanya sebentar kemudian bertambah lama,bertambah kuat dan jarak
kontraksi 1 dengan kontraksi lain menjadi dekat.

Proses dan mekanisme


KALA I:
 Di mulai saat persalinan mulai
 Selesai saat pembukaan lengkap / dilatasi serviks sempurna (10 cm)
 Biasanya berlangsung antara 18-24 jam
 Terdiri atas 2 fase :
- Fase Laten (selama 8 jam dengan pembukaan 4 cm)
- Fase Aktif (selama 7 jam dengan pembukaan 6 cm)
 Ketika pembukaan sudah lengkap maka ketuban akan pecah dgn sendirinya.
Jika belum pecah lakukan amniotomi menggunakan ½ koeher.
 Diperkirakan berlangsung kira-kira 13jam (primigradiva) dan kira-kira 7jam
(multipara).
 Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin
- Frekuensi DJJ; jika normal periksa tiap 30 menit pada kala I dan 15 menit
pada kala II. Jika tidak normal dan beresiko periksa tiap 15 menit pada
kala I dan tiap 5 menit pada kala II.
- Kontraksi uterus; mengevaluasi frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi
uterus. Intensitasnya di ukur berdasarkan ketegangan yang dicapai
uterus.
- Vital sign ibu; di periksa minimal tiap 4 jam. Jika selaput ketuban telah
pecah maka suhu di periksa tiap 1 jam.

9|Makalah Partus A-1


- Pemeriksaan vagina; teknik vagina tussae ubutk mengetahui kemajuan
persalinan, status serviks dan station Hodge.
- Asupan oral; oabta analgesic untuk mengurangi nyeri secara peroral 150
ml sebelum partus di mulai. Asupan peroral juga akan memperlama
pengosongan lambung yang berguna bagi ibu saat persalinan
berlangsung.
- Cairan infus; pemberian oksitosin profilaksis dan bersifat therapeutik
pada atonia uteri. Serta bermanfaat untuk pencegahan dehidrasi dan
asidosis dengan glukosa, Natrium dan air.
- Posisi ibu; usahakan senyaman mungkin sesuai keinginan ibu untuk
mempermudah dan memperlancar persalinan.
- Amniotomi; pemecahan selaput ketuban jika belum pecah dengan
spontan akan mempercepat terjadinya persalinan serta jadi deteksi dini
mekonium amnion.
- Fungsi kandung kemih; distensi kandung kemih dihindari karena dapat
berakibat macetnya persalinan dan infeksi saluran kemih.

10 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
KALA II
 Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir
 Terjadi selama < 2 jam pada nulipara dan < 1 jam pada multipara
 Ibu merasa ingin meneran bersamaan dgn terjadinya kontraksi
 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pd rektum/vagina
 Perineum menonjol
 Vulva-vagina & sfingter ani membuka
 Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
 Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang
kepala (mekanisme persalian normal):
- Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus
dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut
dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).

11 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari
his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan
amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4)
badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
- Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah
dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
- Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala,
putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis),
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
- Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut :
oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
- Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai
dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan
dan bahu belakang
- Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan
dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan,
pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
 Daya ekspulsif ibu
- Mengejan merupakan reflex spontan
- Ada istirahat bagi ibu dan janin untuk memulihkan diri dari efek
gabungan kontraksi uterus, menhan nafas dan uaya fisik yang besar
- Posisi jongkok atau ½ jongkok dengan bantal akan meningkatkan daya
ekspulsif ibu
- Jika kepala janin semakin turun, terlihat penonjolan perineum
- Saat ke[ala menuruni panggul, ibu biasanya reflex mengeluarkan feses

12 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Kepala janin terlihat melalui lubang vuva , dimana tahanan perineum
terhadap dorongan sudah rendah sehingga siap pelahiran
- Saat di mulai kelahiran spontan kepala perineum lebih menonjol dan
vulvo-vaginal lebar
- Saat kepala makin terlihat diameter vulva dan vagina teregang jauh
hingga melingkari diameter ternesar kepala janin (crowning)
- Dilakukan atau tidaknya episiotomi akan beresiko. Jika episiotomi, resiko
laserasi spontan meningkat terutama pada nulipara. Sedangkan jika tidak
di episiotomi robekan anterior mengenai uretra dan labia
- Manuver ritgen: tekanan sedang ke atas dilakukan pada dagu janin
dengan tangan posterior ditutup kain atau handuk steril sementara, regio
sub-oksiput kepala janin ditahan terhadap simfisis
- Bregma (fontanela anterior), dahi dan wajah berturut-turut muncul dari
perineum
- Mangusap wajah, lubang hidng, serta mulut bayi agar bayi bernafas dan
meminimalisir cairan amnion dan darah
- Saat kelahiran bahu, biarkan kepala janin putar paksi luar lalu baru
letakkan kedua tangan di masing-masing muka kanan-kiri bayi.
- Traksi ke bawah untuk melahirkan bahu anterior
- Traksi ke atas untuk melahirkan bahu posterior
- Selanjutnya tangan kita menelusuri dari kepala bayi ke perineum tangan
membiarkan dan menahan lengan-siku saat lewat perineum
- Setelah lengan dan tubuh lahir, lengan anterior menelusuri dari
punggung bayi ke arah kaki bayi dan menyangganya saat kaki lahir.

13 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
KALA III
 Dimulai stlh lahirnya bayi & berakhir dgn lahirnya plasenta & selaput
ketuban
 Uterus teraba keras dgn fundus uteri agak di ats pusat, kmudian uterus akan
berkontraksi lg u/mengeluarkan plasenta dr dindingnya
 Pengeluaran plasenta berlangsung 6-15 menit, pengeluaran disertai dgn
pengeluaran darah
 Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika
tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan
marginal.
 Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus
adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan
berdarah.
KALA IV
 Dimulai stlh lahirnya plasenta dan berakhirnya 2 jam stlh itu (post partum)
 Menilai pendarahan jam pertama 15 menit dan jam kedua 30 menit
 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4:
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,

14 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu

FAKTOR MEKANIK DALAM KEHAMILAN (3P – Power, Passage, Passenger)


 Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu. His normal meliputi kontraksi
simetris, dominasi fundus uteri, adnya relaksasi.

 Passage
Keadaan jalan lahir. Terdiri atas pintu atas, terngah dan bawah panggul.
• Pintu atas panggul
 Promontorium (N = 11 cm dari simfisis)
 Diameter oblikus (N = 13 cm)
• Pintu tengah panggul
 Pelvic side wall
 Spina ichiadika
• Pintu bawah panggul
 Sacrum
 Coccygeus
 Arcus pubis (N = 90 derajat)
 Tubera ossis iscii

15 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Adapun jenis-jenis panggul:
 Ginekoid → PAP bulat
 Android → PAP segitiga
 Antropoid → PAP sedikit lonjong
 Platipeloid → menyempit pada bagian muka

16 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
 Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan
anatomik mayor).
Ukuran kepala janin:
 Diameter suboksipito-bregma (N=9,5 cm)
 Diameter oksipito-frontalis (N=11,7 cm)
 Diameter oksipito-mentalis (N=13,5 cm)
 Diameter submento-bregma (N=9,5 cm)
 Diameter biparietal (N=9,5 cm)
 Diameter bitemporal (N= 8cm)

Posisi dan variasi janin:


 Ubun-ubun → teraba ubun-ubun kecil

17 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
 Dahi → teraba dahi dan ubun-ubun besar
 Muka → teraba dagu
 Bokong → teraba sacrum

III.2 PARTOGRAF
Definisi
Adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan.

Tujuan:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan;
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal;
3. Mendeteksi secara dini kemungkinan terjadi partus lama.

Pemanfaatan Partograf untuk:

18 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
1. Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran
bayi, sebagai elemen penting asuhan persalinan;
2. Semua temapat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dan lain-lain);
3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran (Spesialis Obtetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter
Umum, Residen, dan Mahasiswa Kedokteran).
Cara penulisan & pembacaan

Halaman
Depan Partograf

19 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada masa aktif persalinan dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, termasuk :

CARA PENGISIAN HALAMAN DEPAN PARTOGRAF


 Informasi tentang Ibu
- Nama, Umur
- Gravida, Para, Abortus
- Nomor catatan medik/ nomor puskesmas
- Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah : tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu.
*Lengkapi bagian awal atas partograf dengan teliti. Waktu kedatangan (tertulis
sebagai “jam” pada partograf). Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
 Kesehatan dan Kenyamanan Janin
- Denyut Jantung Janin
- Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda gawat
janin)
- Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit.
- Skala angka di kolom paling kiri menunjukan DJJ.
- Beri tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan
DJJ.
- Hubungkan titik yang satu dengan lainnya dengan garis yang tidak
terputus.
- Kisaran normal di antara garis tebal 180 dan 100.
- Waspada bila DJJ < 120 atau > 160.
- Warna dan Adanya Air Ketuban
- Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah.
- Gunakan lambang – lambang berikut :

20 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
- Molase (Penyusupan Tulang Kepala Janin)
- Penyusupan adalah indikator penting seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.
- Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam nilai penyusupan kepala janin.
- Gunakan lambang – lambang berikut :
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah sutura dengan mudah dipalpasi.
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
 Kemajuan Persalinan
- Kolom dan lajur ke-2 partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan.
- Angka 0-10 : besarnya dilatasi serviks
- Menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm.
- Skala 1-5 : seberapa jauh penurunan janin.
- Tiap kotak menyatakan waktu 30 menit.
- Pembukaan Seriks
- Catat pembukaan serviks setiap 4 jam.
- Tanda “X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks.
- Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh.
- Penurunan Bagian Terbawah atau Presentasi Janin

21 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam)
- Berikan tanda (O) pada garis waktu yang sesuai.
- Hubungkan tanda (O) dari setiap pemeriksaan dengan garis terputus.
- Garis Waspada dan Garis Bertindak
- Pencatatan dimulai di garis waspada.
- Jika pembukaan mengarah ke sebelah kanan garis maka harus
dipertimbangkan adanya tindakan intervensi yang diperlukan.
- Jika pembukaan servik berada di sebelah kanan garis bertindak, maka
tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan.
- Jam dan Waktu
- Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak
– kotak di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan.
- Waktu Aktual Saat Pemeriksaan Dilakukan
- Kontraksi Uterus
- Beri titik-titik yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang
dari 20 detik.
- Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20-40 detik.
- Isi penuh kotak yng sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih
dari 40 detik.
- Obat-obatan dan cairan yang diberikan
- Oksitosin
- Obat-obatan lain dan cairan I.V.
- Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
- Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
- Volume urin, protein, atau aseton.
- Asuhan, Pengamatan dan Keputusan Klinik Lainnya

22 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Jumlah cairan per oral yang diberikan.
- Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
- Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya.
- Persiapan sebelum melakukan rujukan.
- Upaya rujukan.

Halaman Belakang Partograf terdiri atas:


- Data Dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat perslainan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping
pada saat merujuk. Isi data pada tiap tempat yang telah disediakan atau
dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
- Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati
garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaanm dan hasil
penatalaksanaan tersebut.
- Kala II terdiri atas episiotomi persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda ”✓” pada kotak di
samping jawaban yang sesuai.
- Kala III terdiri atas lama Kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30
menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada temapt yang disediakan dan
beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
- Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi
perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap
15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada
satu jam berikutnya. Isi setiap kolom dengan hasil pemeriksaan dan jawab
pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan.

23 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Bayi Baru Lahir terdiri dari informasi bayi baru lahir terdiri atas berat dan
panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian
ASI, masalah penyerta, tatalaksana terlipih dan hasilnya. Isi jawaban pada
tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak di samping jawaban
yang sesuai.

III.3 HIS (kontraksi uterus)


Definisi
Pemendekkan dan perkembangan otot uterus karena otot – otot polos rahim
yang bekerja dengan baik dan sempurna
Macam – macam kontraksi:
 HIS normal (sebagai pembukaan jalan lahir)
 HIS abnormal (inertia uteri)
HIS dikatakan sempurna, bila:
 Kerjan otot paling tinggi di fundus uteri yang lapisan otot-ototnya paling
tebal
 Bagian bawah uterus dan serviks yang hanya mengandung sedikit otot
dan banyak kelenjar kolagen akan mudah tertarik hinggga menjadi tipis
dan membuka
 Adanya koordinasi dan gelombang kontraksi, kontraksi simetris dengan
dominasi di fundus uteri, dan amplitude sekitar 40 – 60 mmHg selama 60
– 90 detik
Mekanisme HIS
 Dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut, dinding tuba masuk ke
dalam dinding uterus, tempat gelombang berasal.
 Gelombang bergerak ke atas dan bawah dengan kecepatan 2 cm/s sampai
ke seluruh uterus.
 Terjadi kejang otot di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal.
 Otot – otot korpus uteri memendek (retraksi)
 Serviks tertarik dan terbuka terjadi penipisan dan pembukaan.

24 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Pembagian HIS
 Pada umur kehamilan 7 bulan, saat palpasi teraba adanya kontraksi
Braxton- Hicks, amplitude sekitar 5 mmHg berlangsung sebentar.
 Setelah 30 minggu, aktivitas rahim lebih kuat dan sering.
 Pada kehamilan 36 minggu, terjadi pembukaan serviks 2 cm terjadi setiap
10 menit.
 Pada kala I, adanya tekanan pada air ketuban, kepala janin yang mulai
masuk ke rongga panggul, kepala janin melakukan tekanan kepada
serviks, sehingga terjadi pembukaan lengkap.
 Pada akhir kala I, frekuensi HIS menjadi 2-4 kontraksi setiap 10 menit,
pada umumnya terjadi selama 20 – 60 detik atau 20 – 90 detik.
 Pada kala II, ibu mulai meneranm, kontraksi diafragma dan otot- otot
dinding abdomen sehingga kekuatan uterus optimum.
 Pada kala III, terjadi 2 – 6 menit dengan amplitudo sekitar 60 – 80 mmHg,
24 jam postpartum aktivitas menurun. Saat menyusui kadang terdapat
HIS karena reflex oksitosin yang membuat uterus kontraksi sehingga otot
polos di sekitar alveolus mammae berkontraksi.
 Pada kala IV, kontraksi lemah, masih terasa sedikit nyeri, terjadi
pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.
Perubahan yang terjadi
 Uterus teraba keras, serviks mulai terjadi pendataran dan penipisan.
 Pada ibu terjadi nyeri akibat iskemia rahim, kenaikan nadi, dan tekanan
darah menurun.
 Pada janin terjadi hipoksia janin dan DJJ menurun.
Penanganan
 Pituitrin (oxytocine)
Kegunaannya untuk inertia uteri, terjadi perdarahan pada kala III, terjadi
atonia uteri pada kala IV, membuat dinding rahim menjadi lebih tebal,
dan untuk penghentian perdarahan jika terjadi plasenta previa.

25 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Kontraindikasi jika bagian terdepan janin belum turun, letak janin
melintang, adanya robekan rahim, ibu hipertensi, kehamilan pre-
eklampsia.
 Secale cornutum
Kegunaannya untuk memperkuat dinding rahim.
Cara pemberiannya adalah melalui intra muscular atau intra vena.
 Pil kina
Kegunaannya adalah untuk memperkuat kontraksi rahim.
 Sandopart
Kegunaannya adalah untuk memberi stimulasi untuk terjadinya kontraksi
 Oxytocine drips
Digunakan sebanyak 5 – 10 UI, dosis dinaikkan setiap 10 – 15 menit
dengan dosis maksimal 40 tetes permenitnya.
Kelainan HIS
Baik tidaknya HIS dinilai dengan
1. Kemajuan persalinan
2. Sifat HIS : frekuensi, kekuatan dan lamanya HIS
3. Besarnya caput succedaneum

Inertia Uteri
Inertia uteri adalah kelainan kontraksi uterus diikuti dengan pemanjangan fase
laten atau fase aktif atau keduanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten
dapat disebabkan karena serviks yang belum matang atau karena penggunaan
analgesi yang terlalu cepat.
Etiologi
Inertia Uteri disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
 Penggunaan analegesi yang terlalu cepat
 Kesempitan panggul
 Letak defleksi
 Kelainan posisi

26 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
 Regangan dinding rahim (hydramnion, gemelli)
 Perasaan takut dari Ibu

Klasifikasi inertia uteri :


a. Inertia Uteri Hypotonis : di mana kontraksi terkoordinasi tapi lemah
hingga menghasilkan tekanan yang kurang dari 15mmHg. HIS kurang
sering dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke
dalam.
b. Inertia Uteri Hypertonis : dimana kontraksi tidak terkoordinasi,
misalnya : kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Tanda
tanda foetal distress sering terjadi pada kasus ini.

Perbedaan antara inertia uteri hypotonis dan hypertonis


Hypotonis Hypertonis
Kejadian 4% dari kehamilan 1% dari kehamilan
Tingkat persalinan Fase aktif Fase laten
Nyeri Tidak nyeri Nyeri
Foetal Distress Lambat terjadi Cepat
Reaksi terhadap oxytocin Baik Tidak baik
Pengaruh Sedativa Sedikit Besar

Terapi
a. Inertia uteri hypotonis : kalau ketuban positif maka pengobatannya
dengan pemecahan ketuban terlebih dahulu dan kemudian diberikan
pitocin. Pada panggul sempit absolut terapinya ada dengan SC. Sebelum
diberi pitocin drip, kandung kencing dan rectum harus dikosongkan
terlebih dahulu
b. Inertia uteri hypertonis : pengobatan terbaik adalah dengan morphin 10
mg atau pethidin 50 mg dengan maksud menimbulkan relaksasi dan
istirahan dengan harapan akan timbul kembali his normal. Apabila his
tidak menjadi baik maka dilakukan tindakan SC.

PARTUS PRECIPITATUS
27 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Partus precipitatus adalah persalinan yang lebih pendek dari 3 jam. Kadang
kadang pada multipara persalinan yang terlalu cepats sebagai akibat HIS yang
kuat dan tahanan yang kurang dari jalan lahir.
Bahaya bagi anak meninggi karena oxygenasi kurang, sebagai akibat kontraksi
rahim yang terlalu kuat. Mungkin juga bayi mengalami trauma karena lahir
sebelum ada persiapan yang cukup, misalnya jatuh ke lantai.
Terapinya ialah berusaha mengurangi his dengan sedativa.

III.4 DISTOSIA KARENA KELAINAN JANIN (PASSENGER)


1. Kelainan Letak Kepala
A. Letak Defleksi (Letak Kepala Tengadah)
a. Presentasi puncak kepala
b. Presentasi muka
c. Presentasi dahi
B. Posisi Oksiput Posterior Persisten
C. Letak Belakang Kepala UUK Melintang
D. Letak Tulang Ubun-Ubun (Positio Occiput Directa)

A. Letak Defleksi (Letak Kepala Tengadah)


a. Presentasi Puncak Kepala
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan.
Frekuensi : 1 % dari seluruh persalinan.
Etiologi :
- Kelainan panggul (panggul picak).
- Kepala bentuknya bundar.
- Anak kecil atau mati.
- Kerusakan dasar panggul.
b. Presentasi Muka (Face Presentation)

28 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala teletak paling
rendah ialah muka.
Letak defleksi yang paling maksimal, jadi oksiput dan punggung
berhubungan rapat. Muka terligat ke bawah.
Frekuensi : 0,27 – 0,5 %.
Etiologi :
1. Primer (sejak dari awal persalinan sudah terjadi letak muka)
- Ansefalus
- Hidrosefalus
- Congenital anomaly
- Congenital shortening of the cervical muscle
- Struma
- Higroma kuli (kista leher)
- Lilitan tali pusat pada leher beberapa kali
2. Sekunder
- Panggul sempit
- Tangan menumbung di samping kepala
- Anak sangat besar
- Plasenta pravia / plasenta letak rendah
- Grande multipara
- Pergerakan anak bebas
- Posisi uterus miring.
c. Presentasi Dahi
Posisi kepala antara kleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tettap paling depan.
Pada penempatan dahi, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala.
Frekuensi : jarang ditemukan dan lebih banyak pada multi dari primi.
Etiologi :

29 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Anak kecil atau sudah emninggal
- Penempatan dahi persisten
- Seperti letak muka

B. Posisi Oksiput Posterior Persisten


UUK tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang.
Etiologi :
- Panggul anthropoid, endroid, dan kesempitan midpelvis.
- Letak punggung janin dorsoposterior.
- Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
 Perut gantung
 Janin kecil atau mati
 Arkus pubis sangat luas
 Dolichocephali
 Panggul sempit

C. Letak Belakang Kepala UUK Melintang


Pada pemeriksaan, letak kepala sudah di dasar panggul. Sedangkan UUK masih
di samping, terjadi karena putar paksi lambat.
Etiologi :
- Kelemahan his pada kala II
- Panggul picak
- Janin kecil atau mati
- Kepala janin bundar

D. Letak Tulang Ubun-Ubun (Positio Occiput Directa)


Bagian janin terdepan adalah ubun-ubun, terdiri dari anterior dan posterior.
Etiologi : panggul picak.

30 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
2. Letak Sungsang
Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala di fundus dan
bokong di bawah.
Klasifikasi :
1. Letak bokong (Frank Breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong (letak bokong kaki
sempurna ( lipat kejang))
3. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech)
Letak sungsang dimana selain bokong bagian terendah juga kaki atau lutut,
terdiri dari :
a. Kedua kaki = letak kaki sempurna.
Satu kaki = letak kaki tidak sempurna.
b. Kedua lutut = letak lutut sempurna.
Satu lutut = letak lutut tidak sempurna.
Etiologi :
- Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada.
Contoh : pada panggul sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta pravia,
tumor-tumor pevis, dll.
- Janin mudah bergerak.
Contoh : hidramnion, multipara, premature.
- Gameli (kehamilan ganda).
- Kelainan uterus.
Contoh : uterus akuatus, bikornis, mioma uteri.
- Janin sudah lama mati.
- Sebab yang tidak diketahui.
3. Letak Lintang

31 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak
lurus atau mendekati 90o.
Biasanya yang paling rendah adalah bahu.
Frekuensi : 0,5 – 2 %.
Etiologi :
- Fiksasi kepala tidak ada.
- Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil atau
sudah mati.
- Gamely
- Kelainan uterus
- Lumbar skoliosis
- Monster
- Pelvis kidney dan kandung kemih, serta rectum yang penuh.
4. Presentasi Rangkap atau Ganda
Menurut Eastman, keadaan dimana bagian kecil janin menumbung di samping
bagian besar janin dan bersama-sama memasuki panggul.
Contoh :
- Tangan di samping kepala
- Kaki di samping dada
- Tangan di samping bokong

Etiologi :
Terjadi pada keadaan dimana PAP tidak dimasuki seluruhnya oleh bagian
terbawah janin, seperti pada :
- Panggul sempit
- Janin kecil atau mati
- Multipara, karena dinding perut sudah kendor dan kepala masih tinggi.
- Gamely.
5. Kelainan Bentuk dan Besar Janin
Klasifikasi :

32 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
1. Distosia kepala = Hidrosefalus, kepala besar, dan higromakoli.
2. Distosia bahu = bahu janin lebar seperti kingkong.
3. Distosia perut = hidropos fetalis, asites, akardiakus.
4. Distosia bokong= meningokel, spina bifida, dan tumor pada bokong janin.
5. Kembar siam (double monster)

Etiologi :
- Kehamilan posterm.
- Wanita dengan habitus indolen.
- Anak yang berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu.
- Orang tua yang besar.
- Eritroblastosis.
- Hipertirodisme.
- Diabetes mellitus.
6. Tali Pusat Menumbung
 Tali pusat terkemuka
 Keadaan dimana tali pusat yang berada di samping bagian besar
janin dapat teraba pada kanalis servikal. Ketuban masih intak.
 Tali pusat menumbung
 Bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ketuban sudah pecah.

Etiologi :
Pada umumnya, prolapsus funiculi terdapat pada keadaan dimana bagian
terdepan janin tidak terfiksasi pada PAP. Missal pada :
- Letak lintang
- Letak sungsang
- Panggul sempit
- Hidrosefalus dan anensefalus
- Hidramnion
- Plasenta pravia dan plasenta letak rendah.

33 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Penanganan Malposisi dan Malpresentasi
 Presentasi Dahi
Sebagian besar presentasi dahi memerlukan persalinan secara bedah sesar untuk
menghindari peningkatan mortalitas neonatal. Dibandingkan dengan presentasi
belakang kepala, persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan
prolaps tali pusat 5 kali, ruptur uteri 17 kali, transfuse darah 3 kali, infeksi pasca
persalinan 5 kali, dan kematian perinatal 2 kali. Bila telah didiagnosis pada wal
persalinan dan dengan selaput ketuban yang masih utuh, observasi ketat dapat
dilakukan dengan maksud menunggu kemungkinan untuk perubahan
presentasi secara spontan. Pemberian oksitosin harus sangat hati-hati terutama
apabila kepala sudah turun dan dicurigai adanya disporposi kepala – panggul.
Presentasi dahi yang menetap atau selaput ketuban telah pecah sebaiknya
dilakukan bedah sesar untuk melahirkannya. Jangan menggunakan batuan
ekstraksi vakum, forceps, atau simpisiotomi karena akan meningkatkan
mortilitas dan morbiditas.
 Presentasi Muka
Presentasi muka yang dapat dilahirkan secara pervaginam adalah posisi dagu
anterior. Bedah sesar dilakukan bila didapatkan tanda-tanda disproporsi atau
atas indikasi obstetri lainnya. Stimulasi oksitosin dapat diberikan hanya pada
posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-tanda disproporsi. Melakukan
perubahan posisi dagu secara manual dari posterior menjadi anterior atau
mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala sebaiknya tidak
dilakukan karena menimbulkan bahaya. Tidak pula diperkenankan untuk
menggunakan vakum. Pada janin yang telah meninggal, kegagalan melahirkan
secara pervaginam dapat diatasi dengan melakukan kraniotomi atau bedah
sesar.
 Presentasi Majemuk
Adanya prolaps tali pusat menimbulkan keadaan gawat janin sehingga perlu
dilakukan bedah sesar untuk mengatasi akibat prolaps tali pusat daripada
presentasi majemuknya. Bila tidak ada prolaps tali pusat dapat dilakukan

34 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
pengamatan kemajuan persalinan, jika kemajuan persalinannya baik biasanya
akan terjadi reposisi spontan sehingga persalinan dapat dilakukan seperti biasa.
Posisi dada – lutut dilakukan guna melonggarkan tekanan ekstremitas yang
prolaps oleh bagian terendah janin. Apabila ketuban masih utuh dapat
dilakukakan amniotomi dahulu. Dapat pula dilakukakan reposisis, namun jika
reposisi tersebut gagal, maka dilakukan bedah sesar untuk melahirkannya.
 Presentasi Bokong
Penangan pada masa kehamilan ditujukan untuk mencegah malprsentasi pada
saat persalinan. Pada saat ini ada tiga cara yang digunakan untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan/
atau akupuntur, dan posisi dada – lutut pada ibu. Tindakan mosibusi dan/ atau
akupuntur belum cukub bukti keamannya, sedangkan bukti tentang manfaat
dan keamanan versi luar sudah cukup. Versi luar adalah versi yang dilakukan
dengan tangan penolong seluruhnya di luar kavum uteri dan biasanya
dilakukan pada usia kehamilan 34 – 36 minggu pada nulipara dan usia
kehamilan lebih dari 38 minggu pada multipara. Versi dapat dilakukan sebelum
usia kehamilan 34 minggu, namun kemungkinan kembali menjadi presentasi
bokong cukup besar. Versi luar dapat dipermudah dan rasa tidak nyaman dapat
diminimalisir dengan memberikan tokolitik berupa terbutali 0,125 – 0,250 mf
subkutan.
Versi Luar:
1. Indikasi
Versi sefalik (letak lintang, letak sungsang), versi podalik ( letak
sungsang, presentasi kepala dengan polaps tali pusat atau tidak dengan
prolaps tali pusata, presentasi dahi)
2. Kontra Indikasi
Pendarahan antepartum, hipertensi, cacat rahim, kehamilan ganda,
primigravida tua, insufiensi plasenta, extended leg (relative))
3. Prosedur
Versi luar memiliki 4 tahapan, yaitu:

35 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
 Tahap Mobilisasi : mengeluarkan bagian terendah janin dari
PAP
 Tahap Eksentrasi : membawa bagian terendah ke fosa iliaca agar
radius rotasi lebih pendek
 Tahap Rotasi : memutar bagian terendah janin ke kutub
yang kehendaki
 Tahap Fiksasi : memfiksasi badan janin agar tidak memutar
kembali (biasanya ibu diminta untuk
menggunakan gurita setiap hati sampai 1
minggu kemudian)
4. Komplikasi
Bradikardi sementara pada janin, solusio plasenta, lilitan plasenta,
ketuban pecah dini, rupture uteri.

III.5 Mile Stone Tri Mester III


Minggu ke 29:
Posisi bayi saat ini mempersipakan diri seperti posisi lahir dengan kepala kearah
bawah. Jaringan lemak terus terbentuk. Beratnya sekitar 1250 gram dengan
panjang rata-rata 37 cm. Kelahiran prematur mesti diwaspadai karena umumnya
meningkatkan keterlambatan perkembangan fisik maupun mentalnya. Bila
dilahirkan di minggu ini, ia mampu bernapas meski dengan susah payah. Ia pun
bisa menangis, kendati masih terdengar lirih. Kemampuannya bertahan untuk
hidup pun masih tipis karena perkembangan paru-parunya belum sempurna.
Meski dengan perawatan yang baik dan terkoordinasi dengan ahli lain yang
terkait, kemungkinan hidup bayi prematur pun cukup besar.

Minggu ke 30:
Bayi anda mengisi hampir seluruh ruang di rahim anda. Ketika bayi menendang
atau mendorong, anda dapat melihat kaki atau tangannya bergerak dibawah
kulit perut anda. Otak berkembang sangat cepat. Beratnya mencapai 1400 gram

36 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
dan kisaran panjang 38 cm. Puncak rahim yang berada sekitar 10 cm di atas
pusar memperbesar rasa tak nyaman, terutama pada panggul dan perut seiring
bertambah besar kehamilan. Mulai denyutan halus, sikutan/tendangan sampai
gerak cepat meliuk-liuk yang menimbulkan rasa nyeri. Aktifnya gerakan ini tak
mustahil akan membentuk simpul-simpul. Bila sampai membentuk simpul mati
tentu sangat membahayakan karena suplai gizi dan oksigen dari ibu jadi terhenti
atau paling tidak terhambat.

Minggu ke 31:
Bayi makin bertumbuh besar, maka ruangan rahim menjadi lebih sedikit, bayi
akan berkurang gerakknya. Bayi kemungkinana dalam posisi melengkungkan
badan dengan dengkul dilipat, dagu di dadanya dan tangan dan kaki saling
bersilang. Berat bayi sekitar 1600 gram dengan taksiran panjang 40 cm.
Waspadai bila muncul gejala nyeri di bawah tulang iga sebelah kanan, sakit
kepala maupun penglihatan berkunang-kunang. Terutama bila disertai tekanan
darah tinggi yang mencapai peningkatan lebih dari 30 ml/Hg. Itu sebab,
pemeriksaan tekanan darah rutin dilakukan pada setiap kunjungan ke
bidan/dokter. Cermati pula gangguan aliran darah ke anggota tubuh bawah
yang membuat kaki jadi bengkak. Pada gangguan ringan, anjuran untuk lebih
banyak beristirahat dengan berbaring miring sekaligus mengurangi aktivitas,
bisa membantu.

Minggu ke 32:
Bayi berada dalam posisi kepala dibawah sampai nanti lahir. Bayi akan tetap
menendang, gerakan rata-rata sehari meningkat 375 perhari, tapi anda tidak
akan merasakan semuanya ini, 10 gerakan sehari sudah normal. Pada usia ini
berat bayi harus berkisar 1800-2000 gram dengan panjang tubuh 42 cm. Mulai
minggu ini biasanya kunjungan rutin diperketat/lebih intensif dari sebulan
sekali menjadi 2 minggu sekali. Umumnya hemodilusi atau pengenceran darah
mengalami puncaknya pada minggu ini. Untuk ibu hamil dengan kelainan

37 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
jantung, hipertensi dan preeklampsia, mesti ekstra hati-hati. Sebab dengan
jumlah darah yang makin banyak, beban kerja jantung pun meningkat. Pada
mereka yang mengalami gangguan jantung dan tekanan darah, tentu makin
besar pula peluang terjadi penjepitan di pembuluh-pembuluh darah. Dampak
lebih lanjut adalah tekanan darah meningkat. Gangguan semacam ini tak hanya
berbahaya pada ibu, tapi juga si bayi, hingga biasanya dipertimbangkan untuk
dilahirkan. Terlebih bila terjadi perburukan kondisi, semisal tekanan darah tak
kunjung turun.

Minggu ke 33:
Anda akan makinmerasakan gerakknya karena bayi mengisi hampir seluruh
ruang rahim. Gerakan akan menjadi aktif suatu waktu yang membuat anda tak
nyaman,terutama ketika kakinya dibawah tulang rusuk anda. Beratnya lebih
dari 2000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm. Di minggu ini mesti diwaspadai
terjadi abrupsio plasenta atau plasenta lepas dari dinding rahim. Bisa terlepas
sebagian maupun terlepas total yang berujung dengan syok pada ibu akibat
kehilangan darah dalam jumlah besar maupun kematian bayi. Penyebabnya tak
diketahui pasti, namun diduga akibat trauma pada ibu semisal saat
kecelakaan/benturan yang sangat keras, tali pusat yang pendek, hipertensi,
keabnormalan rahim, maupun kekurangan asam folat. Ibu perokok dan
peminum alkohol diprediksi lebih berkemungkinan mengalami masalah ini.
Yang juga mesti diwaspadai adalah kantung air ketuban pecah/bocor. Tak ada
cara lain selain segera hubungi dokter.

Minggu ke 34:
Pertumbuhan terutama pada otak dalam minggu –minggu ini. Semua system
tubuh sudah terbentuk sempurna, walaupun paru-paru masih tetap belum
matang. Bayi memberi respon terhadap suara yang familiar. Berat bayi hampir
2275 gram dengan taksiran panjang sekitar 44 cm. Idealnya, di minggu ini
dilakukan tes untuk menilai kondisi kesehatan si bayi secara umum.

38 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Penggunaan USG bisa dimanfaatkan untuk pemeriksaan ini, terutama evaluasi
terhadap otak, jantung dan organ lain. Sedangkan pemeriksaan lain yang biasa
dilakukan adalah tes non-stres dan profil biofisik.

Dalam profil biofisik digunakan skor 0 sampai 2 dengan 5 poin yang dievaluasi,
yakni pernapasan, gerakan tubuh, tonus yang dievaluasi berdasarkan gerakan
lengan dan atau tungkai, denyut jantung dan banyaknya cairan ketuban. Bila
nilainya rendah, disarankan persalinan segera dilakukan. Pemeriksaan biofisik
biasanya dilakukan bila diduga bayi mengalami IUGR (Intrauterin Growth
Retardation), pada ibu pengidap diabetes, kehamilan yang bayinya tak banyak
bergerak, kehamilan risiko tinggi ataupun kehamilan lewat waktu.

Minggu ke 35:
Bayi terus menambah cadangan lemak bawah kulitnya. Kepala bayi sudah mulai
memasuki panggul. Secara fisik bayi berukuran sekitar 45 cm dengan berat 2450
gram. Namun yang terpenting, mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang
fungsi paru-parunya. Ini sangat penting karena kematangan paru-paru sangat
menentukan life viabilitas atau kemampuan si bayi untuk bertahan hidup.
Kematangan fungsi paru-paru ini sendiri akan dilakukan lewat pengambilan
cairan amnion untuk menilai lesitin spingomyelin atau selaput tipis yang
menyelubungi paru-paru.

Minggu ke 36:
Mulai dari minggu ini bayi sudah mempunyai ukuran dan kematangan yang
siap untuk lahir. Jika bayi lahir pada minggu ini bayi lahir premature tetapi akan
bayi akan baik saja. Pada bulan terakhir kehamilan ini bayi akan mendapat
antibody dari ibunya, seperti campak. Lemak akan terus bertambah dibawah
kulit bayi setiap hari. Berat bayi harusnya mencapai 2500 gram dengan panjang
46 cm. Tes kematangan paru di minggu ini perlu dilakukan bila muncul keragu-
raguan akan taksiran usia kehamilan. Terutama pada pasien yang tak ingat

39 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
kapan menstruasi terakhir dan bagaimana pola/siklus haidnya. Ataupun pada
bayi besar namun tak cocok dengan pertumbuhan usia sebenarnya. Mulai
minggu ini pemeriksaan rutin diperketat jadi seminggu sekali. Tujuannya tak
lain untuk meminimalisir risiko-risiko yang mungkin muncul mengingat
penyebab terbanyak kematian ibu melahirkan (maternal mortality rate) di
Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan preeklampsia. Sementara dari ketiga
faktor penyebab tersebut, yang bisa dicegah dengan pemeriksaan ANC
(antenatal care) yang baik Cuma preeklampsia. Di antaranya dengan
pemantauan tekanan darah dan kenaikan berat badan yang tak lazim, yakni
maksimal 1 kg setiap bulan. Sedangkan kasus-kasus perdarahan dan infeksi bisa
saja terjadi meski ANC-nya oke.

Minggu ke 37:
Bayi akan terus berlatih untuk mengerakkan paru-parunya, karena bayi akan
bernafas setelah dilahirkan. Jika posisi kepala bayi dibawah maka
kemungkinana kepala sudah memasuki panggul ibu pada minggu ini. Dengan
panjang 47 cm dan berat 2950 gram, di usia ini bayi dikatakan aterm atau siap
lahir karena seluruh fungsi organ-organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja
sendiri. Kepala bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir.
Kendati sebagian kecil di antaranya dengan posisi sungsang. Di minggu ini
biasanya dilakukan pula pemeriksaan dalam untuk mengevaluasi kondisi kepala
bayi, perlunakan jalan lahir guna mengetahui sudah mencapai pembukaan
berapa.

Minggu ke 38:
Reflek bayi sudah terkoordinasi, bayi sudah dapat mengedipkan mata,
mengerakkan kepala, memegang, dan merespon suara, sentuhan, dan cahaya.
Bayi sudah dapat membedakan antara terang dan gelap. Berat bayi sekitar 3100
gram dengan panjang 48 cm. Rasa cemas menanti-nantikan saat melahirkan yang
mendebarkan bisa membuat ibu mengalami puncak gangguan emosional.

40 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Namun obat-obat golongan antidepresan tak diberikan karena dianggap tak
aman. Apalagi semua obat antidepresan akan melewati plasenta yang akan
berpengaruh pada bayi. Jauh lebih bijaksana bila ibu melakukan relaksasi
dengan melatih pernapasan sebagai bekal menjelang persalinan. Meski biasanya
akan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, bayi rata-rata akan lahir di
usia kehamilan 38 minggu.

Minggu ke 39-40:
Bayi sudah siap untuk lahir.
Bayi sduah terlihat cukup montok sekarang, dengan lemak yang terbentuk
dibawah kulitnya, akan mampu mengatur suhu tubuhnya saat lahir. Kulit bayi
halus dan lembut. Berat bayi sekitar 2.7kg-3.2kg dengan panjang sekitar 50 cm.
Di minggu ini pula dokter yang menangani biasanya siaga menjaga agar
kehamilan jangan sampai postmatur atau lewat waktu. Karena bila terjadi hal
demikian, plasenta tak mampu lagi menjalani fungsinya untuk menyerap suplai
makanan dari ibu ke bayi, hingga kekurangan gizi. Tak heran kalau bayi
postmatur umumnya berkulit kering/keriput atau malah mengelupas.
Sementara kapan persisnya plasenta mengalami penurunan fungsi sama sekali
tak bisa diprediksi.

Penurunan fungsi plasenta bisa diketahui berdasarkan evaluasi terhadap fungsi


dinamik janin, arus darah, napas dan gerak bayi serta denyut jantungnya lewat
pemeriksaan CTG (kardiotokografi), USG maupun doppler. Dari hasil evaluasi
tersebut akan dinilai apakah memungkinkan dan memang saatnya untuk
memberi induksi persalinan. Kalau fungsi arus darahnya tak baik, tentu tak
dianjurkan lahir per vaginam yang justru berisiko bayi mengalami hipoksia.

III.6 Kehamilan Preterm (Prematur)


Definisi

41 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Bayi yang lahir dengan usia gestasi <37 minggu dengan berat bayi < 2500 gram.
Derajat prematur menurut Usher
 Extremely premature : 24-30 minggu
 Moderately premature : 31-36 minggu
 Borderline Premature : 37-38 minggu

Etiologi:
 Faktor ibu → riwayat kelahiran prematur, perdarahan antepartum,
kelainan uterus, hidramnion, infeksi, hipertensi, trauma, kehamilan
dini, diabetes mellitus, kebiasaan merokok dan alkohol, malnutrisi serta
riwayat kelahiran preterm sebelumnya.
 Faktor Janin → cacat bwaan, hidramnion, KPD, infeksi, kehamilan
multipel
Faktor predisposisi:
 Kehamilan di usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)
 Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
 Golongan sosial-ekonomi rendah
 Keadaan gizi yang kurang
 Penyalahgunaan obat
 Kebiasaan : pekerjaan yg m’lelahkan, merokok
Diagnosa:
 Anamnesa : ada riwayat kelahiran preterm
 26-30 minggu → dilatasi 2-3 cm
 30 minggu → Adanya kontraksi braxton-hicks
 Nyeri pada panggul bawah
 24 minggu → Adanya fibronektin janin sebelum selaput ketuban pecah
 24-34 minggu → KPD
 24-32 minggu → suhu tubuh 38 oC
Kondisi bayi prematur:

42 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
 Suhu tubuh tidak stabil → < lemak coklat
 Gangguan pernafasan → < surfaktan
 Gangguan alat pencernaan → distensi abdomen
 Immatur hati → hiperbilirubinemia
 Gangguan ginjal → asidosis metabolik
 Gangguan imun → < IgG
 Perdarahan → < protrombin
 Perdarahan intraventrikuler → iskemik
 Retrolental fibroplasia → parut retina
Gambaran klinik bayi prematur:
 Panjang bayi < 45 cm
 Lingkar dada < 30 cm
 Lingkar kepala < 33 cm
 Umur kehamilan < 37 minggu
 Kepala > badan
 Kulit tpis, transparan, lanugo bnyak, lemak sdikit
 Tangisan jarang dan lemah
 Pernafasan tidak teratur
 Refleks Tonik-neck lemah
 Refleks Moro (+)
 Hipotonia
 Edema → 24-28 jam
 HR : 100-140 x/menit
 R: 35-45 x/menit

Pencegahan :
 Menurunkan atau mengobatiya dengan ,memberikan tokolisis.
 Anak terlalu rapat dapat dicegah dengan kontrasepsi.
 Pekerjaan sewaktu harus diistirahatkan dan jangan terlalu berat.

43 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
 Langkah terpenting dengan melakukan pemeriksaan kehamilan sedini
mungkin dan terus melakukannya secara teratur.
 Pemberian tokolisis dapat mengurangi kontraksi dan memundurkan
terjadinya proses persalinan walaupun resiko efek sampingnya tinggi

Penatalaksanaan:
Bila proses persalinan kurang bulan masih tetap berlangsung atau
mengancam, meski telah dilakukan segala upaya pencegahan, maka perlu
dipertimbangkan:
 Seberapa besar kemampuan klinik
 Bagaimana persalinan sebaiknya berakhir
 Komplikasi apa yang akan timbul
 Bagaimana pendapat pasien dan keluarga
 Seberapa besar dana yan diperlukan untuk merawat bayi preterm,
perawatan intensif neonatus

Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor:


 Keadaan selaput ketuban
 Pembukaan serviks
 Umur kehamilan
 Penyebab persalinan preterm
 Kemampuan neonatal intersive care facilities

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama


mencegah morbiditas dan mortilitas neonatus preterm adalah dengan
pemberian:
 Tokolisis
- Menghambat proses persalinan preterm
- Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir
surfaktan paru janin

44 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih
lengkap
- Optimalisasi personel
- Mcam obat sebagai tokolisis: Kalsium antagonis (Nifedin); Obat ß-
mimetik (terbutalin, ritrodin); Sulfas magnesikus &
antiprostaglandin.
 Kortikosteroid
- Untuk pematangan surfaktan paru janin
- Menurunkan insidensi RDS
- Mencegah perdarahan intraventrikular
- Menurunkan kematian neonatus
- Untuk usia kehamilan <35 minggu, macam obat sebagai
kortikosteroid: Betametason; Deksametason.
 Antibiotik
- Hanya diberikan bila kehamilan mengandung resiko terjadinya
infeksi.
- Macam antibiotiknya untuk peroral: Eritromisin; Ampilisin;
Klindamisin.

III.7 TOKOLISIS
Definisi
Obat yang digunakan untuk menghambat persalinan. Atau sekelompok obat
yang digunakan untuk menekan persalinan preterm.
Obat , cara pemakaian , dan farmakokinetiknya
1. Kalsium antagonis
Nifedipin 10 mg /oral diulang 2-3 kali/jam dilakukan tiap 8 jam sampai
kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang.
2. Obat beta-mimetik
Terbutalin, ritrodin, Isoksuprin dan salbutamol. Tetapi nifedipin mempunyai
efek lebih kecil. Contoh :

45 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Terbutalin sulfat subkutis 0,25 mg (250mg) setiap 3 sampai 4 jam.
- Ritrodin Hidroklorida intravena
 Dosis awal 50-100 mg/menit
 Ditingkatkan sebesar 50 mg setiap 10 menit sampai kontraksi
berhenti atau timbul efek yang signifikan
 Dosis maksimum 350 mg/ menit
- Salbutamol per oral
3. Sulfus Magnesikus dan antiprostagladin
Obatnya Indometasin , ini jarang dipakai karena efek samping pada ibu
ataupun janin .
Contoh magnesium sulfat untuk intravena.
4. Untuk menghambat proses persalinan preterm, perlu membatasi atau tirah
baring.

Indikasi
 Harus terdapat konsentrasi uterus yang teratur
 Adanya perubahan serviks, dilatasi, dan pendataran serviks
 Mencegah persalinan premature pada kasus-kasus tertentu
 Memperlambat atau menghentikan persalinan untuk sesaat guna
memperoleh terapi yang sesuai.

Kontra indikasi
 Kontra indikasi umum
- Distress janin akut ( kecuali.resusitasi
- Korioamnionitis
- Eklamsia atau preeklamsia berat
- Kematian janin (tunggal)
- Maturasi janin
- Instabilitas hemodinamik ibu
 Kontraindikasi untuk obat tokolitik spesifik

46 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Agen beta- mimetik
 Gangguan irama jantung atau penyakit jantung lain pada ibu
 Diabetes, Tirotoksis, atau hipertensi yang tidak terkontrol
- Magnesium sulfat
 Hipokalsemia
 Miastenia Gravis
 Gagal ginjal
- Indometasin
 Asma
 Penyakit arteri koroner
 Perdarahan saluran cerna
 Oligohidramnion
 Gagal ginjal
 Kecurigaan anomali jantung atau ginjal janin

Efek samping
a. Maternal

1. Gangguan kardiovaskuler

Termasuk aritmia, gagal jantung, infark miocard dapat muncul pada


pemberian bmimetik.
2. Gangguan metabolik

Dapat muncul pada pasien yang mendapatkan tokolitik golongan b


mimetic seperti hiperglikemia dan hipoglikemia.
3. Gangguan gastrointestinal

Pemberian b mimetic, calcium channel blocker, magnesium sulfat, dan


ethanol dapat berdampak terhadap keluhan-keluhan gastrointestinal.
4. Gangguan psikologis

47 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Pada pemberian b mimetic dapat menimbulkan gangguan psikologis
berupa depresi.
b. Setus dan neonates

1. Takikardia

Pada ibu yang mendapatkan b mimetic dapat berdampak pada


peningkatan denyut jantung fetus yang menyebabkan takikardia.
2. Konstriksi duktus . regusgitasi trikuspidal

Yaitu pada ibu yang mendapatkan NSAIDs. Kelainan ini tidak muncul
pada pemberian b mimrtik.
Farmakodinamik
- Mencegah mortilitas dan morbiditas pada bayi prematur
- Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulasi
surfaktan paru janin
- Memberi kesempatan trasfer intrauterin pada fasillitas yang lebih lengkap
Contoh : salbutamol , sebagai antagonis beta 2

III.8 PENGUKURAN BIOMETRIKAL


USG KEHAMILAN TRIMESTER II DAN III
Dilakukan dengan cara transabdominal tanpa persiapan kandung kemih.
 Penentuan Usia Kehamilan
- Pada trimester II paling akurat < 20 minggu.
- Yang digunakan sebagai biometri untuk menentukan usia kehamilan :
 Diameter biparietal (DBP)
 Lingkar kepala
 Panjang tulang (femur, tibia, humerus, radius, klavikula)
 Jarak orbita
 Lebar serebelum
 Panjang ginjal

48 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
 Panjang telapak kaki
- Biometri yang cukup mudah di ukur dan lazim digunakan :
 DBP
 Lingkar kepala
 Panjang femur
 Panjang humerus
- Pengukuran DBP dan lingkar kepala:
 Pengukuran dilakukan pada penampang aksial kepala setinggi
talamus.
 Pengukuran dilakukan pada jarak biparietal terbesar, dari
permukaan luar tulang parietal bagian proksimal ke arah
permukaan dalam tulang parietal bagian distal (‘luar ke dalam’)
tegak lurus falks serebri.
 Pengukuran DBP pada permukaan luar tulang parietal bagian
proksimal dan distal (‘luar ke luar’).
- Pengukuran lingkar kepala :
 Lingkar Kepala = (DBPluar ke luar + DFOluar ke luar) x 1,57
 *DFO : Diameter Front Oksipital

- Pengukuran Panjang Femur


Pengukuran dilakukan terhadap diafisis tulang femur yang berada
pada posisi horizontal. Bagian epifisis tulang tidak ikut di ukur.
- Pengukuran Lingkar Abdomen
 Dilakukan pada penampang aksial abdomen setinggi hepar.
 Dilakukan melalui diameter antero-posterior ‘luar ke luar’ dan
diameter transversal ‘luar ke luar’.
 Penentuan Pertumbuhan dan Besar Janin
Dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
 Kehamilan Kembar

49 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Dapat diketahui dengan memeriksa jenis kelamin kedua janin, jumlah plasenta dan
sekat pemisah kedua janin.
 Kelainan Kongenital
- Volume cairan amnion yang abnormal
- Pertumbuhan janin terhambat
- Kelainan morfologi
- Ukuran biometri janin yang abnormal
- Ukuran plasenta yang abnormal
- Arteri umbilikal tunggal
- Aktivitas biofisik janin yang berkurang

 Ultrasonografi Kelainan Kromosom


Kelainan – kelainan tersebut bisa berupa petanda lemah (soft marker) atau petanda
kuat (strong marker atau hard marker) kelainan kromosom.

III.9 PERSALINAN SUNGSANG


Definisi
Keadaan dimana janin terletak memanjang/membujur dengan kepala difundus
uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
 Presentasi bokong (frank breech) (50-70%).
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
 Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) ( 5-10%).
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.
 Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or
footling) (10-30%).

50 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di
samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi
kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

Prevalensi
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi
daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada
presentasi bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan
kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong,
dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepal. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang.
Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion,

51 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga
disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk
uterus (malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat
pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas
ruangan didaerah fundus. Kelainan fetus juga dapat m e n y e b a b k a n
l e t a k s u n g s a n g s e p e r t i m a l f o r m a s i C N S , m a s s a d i l e h e r , aneuploidi.
Diagnosis
Diagnosis letak s u n g s a n g pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah
dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut
terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah
rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I
difundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba
punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba
bokong di segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan dalam akan teraba
bokong atau dengan kaki disampingnya. Disini akan teraba os sakrum, kedua
tuberosis iskii dan anus. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis seperti ultrasonografik atau rontgen.
Penatalaksanaan
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan
pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi
luar (jika tidak ada kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan
karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena

52 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti
sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa.
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan
keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech,
letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar
berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).

Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks (cm) 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1,+2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position posterior Mid anterior

Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara
lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan
sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
narkosis dihindari pada versi luar.
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala.
Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang

53 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau
adanya tumor dalam rongga panggul (4).
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang
dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam
dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong (1,4)
.
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete)
atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak
terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala
fleksi. Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap
yaitu:
 Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran
paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi pers alinan bok o ng , deng an tro k anter depan s ebag ai
hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah
perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
 Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis

54 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
 Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan
posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang
tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan
suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi
dan muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh
kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari
lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali
pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari
delapan menit (1-5).
Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:

Tipe dari presentasi bokong:


a) Presentasi bokong
(frank breech)
b) Presentasi bokong
kaki sempurna
(complete breech)
c) Presentasi bokong
kaki tidak
sempurna dan

55 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
presentasi kaki
(incomplete or
footling)
 Bokong masuk ke pintu
atas panggul dalam
posisi melintang atau
miring.
 Setelah trokanter
belakang mencapai
dasar panggul, terjadi
putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan
berada di bawah simfisis.

 Penurunan bokong
dengan trokanter
belakangnya berlanjut,
sehingga distansia
bitrokanterika janin berada
di pintu bawah panggul.

 Terjadi pers alinan


bo ko ng , deng an
tro k anter depan
s ebag ai hipomoklion.
 Setelah trokanter
belakang lahir, terjadi
fleksi lateral janin untuk

56 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
persalinan trokanter
depan, sehingga
seluruh bokong janin
lahir.

 Jika bokong tidak


mengalami kemajuan
selama kontraksi
berikutnya, episiotomi
dapat dilakukan dan
bokong dilahirkan
dengan traksi ke bawah
perut.

 Terjadi putar paksi


luar, yang
menempatkan
punggung bayi ke arah
perut ibu.
 Penurunan bokong
berkelanjutan sampai
kedua tungkai bawah
lahir.

 Jika kaki janin telah


keluar, penolong dapat
menyusupkan tangan
sepanjang kaki anterior
dan melahirkan kaki
dengan flexi dan abduksi

57 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
sehingga bagian badan
lainnya dapat dilahirkan.
 Bahu janin mencapai
pelvic 'gutter' (jalan
sempit) dan melakukan
putar paksi dalam
sehingga diameter
biacromion terdapat
pada diameter
anteroposterior diameter
pelvic bagian luar.
 Secara simultan, bokong
melakukan rotasi
anterior 90o. Kepala janin
kemudian masuk ke tepi
pelvik, sutura sagitalis
berada pada tepi
diameter transversal.
Penurunan ke dalam
pelvic terjadi dengan
flexi dari kepala.
(Professor Jeremy Oats and Professor Suzanne Abraham, 2005)

Jenis-jenis persalinan sungsang:


1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin

58 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian
lagi dengan tenaga penolong.
c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga, penolong.
2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).
Prosedur pertolongan persalinan spontan
Tahapan :
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai
pusat (skapula depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
lahir.

Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan
sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan
kelahiran.janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva.
Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal
paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit
oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang

59 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya
mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
dis es uaik an dengan g aya berat badan janin. Bers amaan deng an
dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada
fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan
hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan, dagu, mulut
dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan
rawat tali pusat.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong
tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin
besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit
atau menunjuk.
Prosedur Manual Aid
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya
terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah
direncanakan untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri.

60 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a) Klasik (Deventer)
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara
a) Mauriceau (Veit-Smellie)
b) Najouks
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
e) Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan langan oleh penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang
lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum),
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawaah simpisis. Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada
semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi

61 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang
dapat manimbulkan infeksi.

2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan
lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan
lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu
jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat
iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir.
Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam
setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan
lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat
dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahaya infeksi. Cara lovset tidak
dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul
sempit.

62 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.
Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)
1. Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat
mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak
diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari
punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan
oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila
suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput
sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata
dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram
63 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang
asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi
karena menimbulkan trauma yang berat.

3. Cara Prague Terbalik


Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat
sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan
kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
kepala janin dapat dilahirkan.
4. Cara Cunam Piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama
prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam
dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah
oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi
dan akhirnya seluruh kepala lahir.

64 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Prosedur Ekstraksi Sungsang
1. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi
pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang dikuar
mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki
dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai
batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah
sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke
bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang
sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir.
Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik
pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat
lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara
persalinan yang sama seperti pada manual aid.

2. Teknik ekstraksi bokong


Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di
dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong

65 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di
pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik
curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari
telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
 Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
 Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
 Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
 Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan
alat-alat vital intra-abdominal.
 Infeksi karena manipulasi
 Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,
rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan
fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat
vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati.

III.10 INTERPRETASI HASIL LAB

Page I
 Blood pressure : 110 / 70 mmHg (normal; dilakukan pemeriksaan ini
untuk mengetahui apakah terindikasi Chorionic Hipertensi)
 Heart rate : 80 bpm (normal)
 Obstetric examination :
- Uterine fundus : 30 cm above symphysis (tidak ada ukuran pasti
untuk ukuran fundus)

66 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
- Leopold I : globular round mass kepala (jika teraba lembut,
lunak, dan tidak melenting  bokong)

- Leopold II : small fetal parts (pada bagian kiri) 


ekstremitas
Long-flat area (pada bagian kanan)  punggung
- Leopold III : soft mass  bokong (jika teraba keras, bulat,
dan melenting  kepala)
- Auscultation :
 Fetal heart rate : 144 – 152 (normal; diperiksa pada
bagian kanan ibu/punggung janin, terkadang saat akan
dilahirkan DJJ menurun kira – kira 120 – 140 bpm)
 Speculum examination : normal (diperiksa jika ada cairan yang
keluar)
 Vaginal examination : vulva / vagina : normal (tidak ada
iritasi atau laserasi)
: cervical dilatation : tidak ada (belum
masuk kala I, seharusnya mulai minggu ke-35 sudah terjadi
dilatasi)
- Pelvic examination : normal

Page II
 Breech presentation (presentasi bokong; menjadi masalah bagi janin dan ibu,
dapat mengakibatkan prolapsus tali pusat sehingga menutup jalan lahir
janin)
 Biometrical measurement sesuai dengan kehamilan minggu ke-35
(pemeriksaan ini sekaligus mengukur taksiran berat janin  2200 ± 300 g)
 Amniotic fluid index : 12 cm (normal; AFI <5 – 6 termasuk dalam golongan
oligohydramnion, AFI >18 – 22 termasuk dalam golongan polyhydramnion)

67 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Page III
 Physical examination : normal
 Obstetric examination :
- Leopold I : globular round mass kepala (jika teraba lembut,
lunak, dan tidak melenting  bokong)

- Leopold II : small fetal parts (pada bagian kiri) 


ekstremitas
Long-flat area (pada bagian kanan)  punggung
- Leopold III : soft mass  bokong (jika teraba keras, bulat,
dan melenting  kepala)
- Fetal heart rate : 152 – 160 bpm (normal; umumnya meningkat sesuai
dengan gerakan janin)
 Vaginal examination :
- Vulva / vagina : normal
- Portio : posisi axial, lembut, penipisan 80 % (jika penipisan
100 %, sudah terjadi mulai minggu ke-32, ada kemungkinan janin akan
lahir premature)
- Dilatasi serviks : 9 – 10 cm (siap untuk melahirkan)
- Membran amnion : lengkap (tidak ada kerusakan pada selaput
amnion)
- Presentasi : bokong, sacrum pada bagian kanan, berada
pada station +2, tidak teraba kaki (untuk kelahiran pervaginam harus
diperiksa apakah station lengkap hingga +5)
- Cardiotocography : untuk memeriksa detak jantung janin dan
keadaan bayi

Baby boy was born, weight : 2750 gr (normal; tidak premature)


Height : 50 cm (normal)

68 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

69 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Dalam kasus ini, Mrs. Dani dapat melahirkan bayinya secara normal
(pervaginam) dengan keadaan letak janin yang masih sungsang. Letak janin
Mrs. Dani ini termasuk ke dalam malposisi dan malpresentasi. Setelah
kelahiran, keadaan bayi tidak ada kecacatan.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman, Kamus Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2002.


Llewyn, Derek dan Jones. Dasar – dasar Obstetri Ginekologi. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2009.

70 | M a k a l a h P a r t u s A - 1
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2009.
William, Obstetric ed.22. Jakarta: EGC
www.dokteranakku.com
www.infoibu.com
www.google.com

71 | M a k a l a h P a r t u s A - 1

Вам также может понравиться