Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ateriosklerosis
Peningkatan TIK
CVA
Nyeri
5. Manifestasi klinis
Penurunan kesadaran
Pada stroke akibat perdarahan intra serebral mempunyai gejala
prodromal yang tidah jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan
sering kali siang hari, saat aktivitas atau emosi /marah. Sifat nyeri kepala
hebat sekali. Mual dan muntah sering kaliu terdapat pada awal serangan.
Hemi parese/hemiplegi biasa terjadi sejak awal serangan. Kesadaran
biasanya turun dan cepat masuk koma. Sedangkan pada pasien dengan
perdarahan sub arachnoid didapatkan gejala klinis nyeri kepala hebat dan
akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda
rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan sub
arachnoid karena pecahnya aneurisma pada arteri. Komunikans anterior atau
arteri karotis interna (Kapita selekta kedokteran, 2000 : 18).
1. Perdarahan Introserebral
Secara umum perdarahan introserebral merupakan gambaran klinis
akibat akumulasi darah dalam parenkim otak. Perdarahan intraserebral
khas terjadi waktu aktivitas. Onset saat tidur jarang. Perjalanan penyakit
akut 1-2 jam sakit kepala hebat biasanya disertai penurunan kesadaran
yang bervariasi, tergantung dari perdarahan, tetapi secara keseluruhan
minimal terdapat 60 % kasus dua pertiganya mengalami koma, muntah
pada permulaan, jarang dijumpai kejang saat onset perdarahan
intoserebral. Pada pemeriksaan fisik dijumpai hipertensi pada 90 %
kasus pedarahan intraserebral.
2. Perdarahan Subarochnoid
Onset dari gejalanya biasanya tiba-tiba perjalanan penyakit perdarahan
subarochnoid yang khas dimulai dengan sakit kepala yang sangat hebat
(berbeda dengan sakit kepala biasa), onset biasanya 1-2 detik hingga 1
menit dan sakit kepalanya sedemikian rupa sehingga mengganggu
aktivitas yang dilaksanakan oleh penderita. Sakit kepala makin
progresif, kemudian diikuti nyeri dan kekakuan pada leher, mual muntah
sering dijumpai perubahan kesadaran (50%) kesadaran hilang umumnya
1-2 jam, kejang sering dijumpai pada fase akut (sekitar 10-15%)
perdarahan subarochnoid sering diakibatkan oleh arterivena malformasi.
Umumnya onset saat melakukan aktivitas 24-36 jam setelah onset dapat
timbul febris yan menetap selama beberapa hari.
6. Diagnosis
1. Anamnesa
2. pemeriksaan neurologi sesuai dengan gejala klinis
3. pemerikasan tambahan :
- CT Scan
- Punksi lumbal, sebaiknya tidak dilakukan bila ada dugaan perdarahan
intra serebral
7. Penata Laksanaan
7.1 Perdarahan Intraserebral
Management non bedah dimulai dari menjaga jalan nafas, kateterisasi
urinaria, tetapi hipertensi penurunan tekanan arteri terlalu cepat harus
dihindari (turunkan secara perlahan untuk menghindari penurunan
tekanan perfusi jaringan yang cepat karena dapat menimbulkan isckemi
jaringan). Turunkan sistol sampai 140 mmHg dan diastol sampai 90
mmHg dengan anti hipertensi parenteral. Edema harus diterapi bila
memang menimbulkan gangguan kesadaran atau herniasi. Dianjurkan
menggunakan zat hiperiosmetik (monitol). Observasi adanya tekanan
intruksanial yang meningkat. Operasi pola indikasi tegas untuk
kransotomi guna mengevakuasi darah pada perdarahan intraserebral,
namun diperkirakan hanya penderita dengan Gcs 7-10 mempunyai
kemungkinan hidup bila dilakukan pembedahan tetapi pemulihan
fungsionalnya tetap jelek.
7.2 Perdarahan Subarochnoid
Perawatan umum meliputi menghindari tekanan darah yang mengikat
sedosi atau fenoborbital menghindari kegelisahan dan tensi yang
meningkat. Bila kejang dapat diberikan anti konvulson yang efektif
dengan dosis 30 mg peroral 3 kali perhari, untuk menghindari mengejang
diberikan pelunak feses misal dioksil suksinat sedium 100 mg peroral
perhari. Ruangan perlu ketenangan. Pemberian anti fibrolitik dianggap
bermanfaat untuk memecah perdarahan ulang akibat lisis atau bekuan
darah ditempat yang mengalami perdarahan tadi. Operasi dilakukan
dalam 2 hari pertama setelah perdarahan yang dianggap untuk
mengurangi perdarahan ulang.
8 Dampak Masalah
8.1 Terhadap penderita
Gardon mengelompokkan pola fungsi kesehatan menjadi 11
kelompok. Setiap terjadi perubahan pola fungsi tubuh yang
dimanefestasikan dalam bentuk data-data keperawatan yang
dikumpulkan oleh perawat dapat dikelompokkan secara otomatis dalam
data tersebut.
8.2 Terhadap keluarga
1. Dapat terjadi kecemasan karena penderita yang tidak sadar dan
keadaan penyakitnya yang berat.
2. Pada penderita yang pulang dengan gejala sisa merupakan beban bagi
keluarganya.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Adalah kegiatan dalam menghimpun informasi dari penderita dan
sumber-sumber lain yan meliputi unsur bio psikososio spiritual yang
komprehensif dan dilakukan pada saat penderita masuk.
1. Identitas penderita
Identitas penderita meliputi nama, unsur jenis kelamin,
pendidikan, pekrjaan, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
alamat, tangal dan jam masuk rumah sakit, diagnosa medik.
2. Keluhan utama
Penderita dengan CVA bleeding datang dengan keluhan
kesadaran menurun, kelemahan/kelumpuhan pada anggota badan
(hemiparese/hemiplegi), nyeri kepala hebat.
3. Riwayat penyakit sekarang
Adanya nyeri kepala hebat atau akut pada saat aktivitas,
kesadaran menurun sampai dengan koma, kelemahan/kelumpuhan
anggota badan sebagian atau keseluruhan, terjadi gangguan
penglihatan, panas badan, tinitus.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penderita punya riwayat hipertensi atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh penderita seperti DM, tumor otak, infeksi paru,
TB paru.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keturunan yang pernah dialami keluarga seperti DM,
penyakit lain seperti hipertensi dengan pembuatan genogram.
6. Riwayat psiko sosio spiritual
Peran penderita terhadap keluarga menurun akibat adanya
perasaan rendah diri akibat sakitnya tidak dapat beraktifitas secara
normal karena adanya kelemahan dan bagaimana hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa .
Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Penderita CVA bleeding mempunyai latar belakang hipertensi, DM,
obesitas, merokok. Hal tersebut berkaitan dengan ketidaktahuan dan
kurangnya pengetahuan tentang persepsi hidup sehat, biasanya
penderita menolak dengan pengobatan yang dianjurkan.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Dengan adanya perdarahan di otak dapat berpengaruh atau
menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena mual
muntah sehingga intake nutrisi kurang atau menurun.
3. Pola eliminasi
Karena adanya CVA bleeding terjadi perdarahan dibagian serebral
atau subarochnoid, hal ini dapat berpengaruh terhadap reflex tubuh
atau mengalami gangguan dimana salah satunya adalah hilangnya
kontrol spingter sehingga terjadi inkonhnentia atau imobilisasi lama
dapat menyebabkan terjadinya konstipasi.
4. Pola aktivitas dan latihan
Adanya perdarahan serebral dapat menyebabkan kekakuan motor
neuron yang berakibat kelemahan otot (hemiparese/hemiplegi)
sehingga timbul keterbatasan aktivitas.
5. Pola perawatan diri
Biasanya penderita dengan CVA bleeding terjadi perubahan
kesadaran dari ringan sampai berat, paralise, hemiplegi, sehingga
penderita mengalami gangguan perawatan diri berupa self toileting,
self eating.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Penderita mengalami penurunan konsep diri akibat kecacatannya.
7. Pola persepsi dan kognitif
Perdarahan intraserebral mempengaruhi saraf-saraf perifer dimana
penderita kehilangan sensoris (nyeri, panas, dingin).
8. Pola istirahat dan tidur
Penderita mengalami nyeri kepala karena adanya tekanan
intrakronial yang meningkat sehingga penderita mengalami
gangguan pemenuhan tidur dan istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Ach. Syaifudin, Anatomi Fisiologi, Editor Silvana Ec, Skp, EGC, Jakarta, 1987.
FKUI, kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi III, Media Aesculapius, Jakarta, 1999
Marilyn E. Doengos, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.
Markam sumarno, Penuntun Neuroligi, Edisi II, Bagian Neurologi FKUI, Jakarta,
1992.
Lab / UPF ilmu penyakit saraf, Pedoman diagnosis dan terapi, RSUD dr. Soetomo,
Surabaya, 1994
Poerwadi troboes, Penatalaksanaan Medik Mutahir pada Stroke, 1994.
PENGKAJIAN TAMBAHAN
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. GCS klien ketika dilakukan pengkajian yaitu 3 x 4 dengan X adalah afasia
motorik.
2. Refleks
Di dapatkan reflek Babinbsky positif (+)
Refleks Rossalimo negatif (-)
Hemiparase Dekstra
3. Nervus I – XII
Penderita mengalami gangguan pada Nervus VII yaitu Nervus Fasialis
dan Nervus III di dapatkan kelainan pada penggerakan bola mata
Kenasal positif (+)
Ke temporal positif (+)
Rangsang cahaya (+)
Ø pupil 3 mm
Sedangkan pada Nervus Olfaktorius, Nervus Optikus, Nervus Troklearis,
Nervus Trigeminus, Nervus Abdusen, Nervus Auditorius, Nervus
Glosofageal, Nervus Vagus, Nervus Asesorius, Nervus Hipoglosus tidak di
dapatkan gangguan pada penderita.
AN
AK
U N IV E R S
AYA
RAB
SU
IT A
S M H
U H A M M A D IY A
Oleh :
AHSANUL HADI
02.110.011
AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis CVA Bleeding di
ruang UGD RS. Al-Irsyad Surabaya. Telah disetujui dan disahkan sebagai laporan
praktek orentasi yang dilaksanakan pada tanggal 05-17 Juli 2004.
Ahsanul Hadi
NIM: 22011
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan
Akper UNMUH Surabaya
(Mudzakir, S.Kep)
Nip.