Вы находитесь на странице: 1из 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Perumusan Masalah
Penelitian.
Makalah ini, kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai
Rumusan Masalah. Disamping itu penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metode Penelitian dan Biostatistik Dasar di Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatam Program Studi D3 Kebidanan Sutomo semester 4. Dalam penyusunan makalah
ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka. Kami menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya
bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas
terselesainya makalah ini, maka dengan setulusnya kami sampaikan terima kasih kepada
yang terhormat Ibu Dr. Sri Utami, S.Kp., M.Kes selaku guru pembimbing.
Tidak ada manusia yang sempurna, dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang
perlu diperbaiki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima.

Surabaya, 14 Maret 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... 1

Daftar Isi .............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 3
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan ......................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian Masalah Penelitian ...................................................................................... 4
2.2 Merumuskan Masalah Penelitian Yang Benar
2.2.1 Ciri – ciri masalah yang baik ............................................................................ 7
2.2.2 Sumber untuk memperoleh masalah ................................................................. 11
2.2.3 Merumuskan masalah ....................................................................................... 16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 19

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap melakukan penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang akan


dipecahkan. Perumusan masalah ini bukanlah pekerjaan yang mudah, termasuk bagi peneliti-
peneliti yang sudah berpengalaman. Padahal masalah selalu ada di lingkungan sekeliling kita.
Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa masalah,
penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan suatu
penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu
disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah
tersebut.
Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian sangat berguna untuk
mengatasi kebingungan kita akan suatu hal, untuk memisahkan kemenduaan, untuk mengatasi
rintangan atau untuk menutup celah antara kegiatan atau fenomena. Karenanya peneliti harus
memilih suatu masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban
terhadap maslaah tersebut. Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan
merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
Karena pentingnya perumusan masalah dalam sebuah penelitian maka saya membuat
makalah dengan bahasan perumusan masalah penelitian (research question).

1.2 Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui definisi masalah penelitian
 Untuk mengetahui ciri – ciri masalah yang baik
 Untuk mengetahui sumber menemukan masalah
 Untuk mengetahui cara merumuskan masalah
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
Dengan makalah ini diharapkan masyarakat lebih tahu mengenai Perumusan masalah
yang benar dalam membuat penelitian
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan bisa menambah wawasan
mengenai perumusan masalah penelitian yang benar untuk menunjang setiap tugas – tugasnya
dan teruma Laporan Tugas Akhir

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Masalah Penelitian

Masalah adalah hal yang sulit untuk menangani atau mengerti; pertanyaan yang harus
dijawab atau dipecahkan oleh penalaran atau menghitung (Kamus Oxford, 1995 dalam
Notohadiprawiro, 2006)

Menurut Sugiyono (2004:55), masalah diartikan sebagai suatu kesenjangan antara apa
yang diharapkan dengan apa yang terjadi, sedangkan rumusan masalah suatu pertanyaan yang
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.

Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak ada
seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya ringan ataupun masalah
yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan
dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang
diharapkan dengan baik.

Setiap mengawali suatu penelitian, maka seorang peneliti harus mampu


mengidentifikasi sebuah Masalah Penelitian. Dalam hal ini kekritisan peneliti menjadi modal
utama dalam menemukan sebuah masalah penelitian yang akan diteliti. Sumber-sumber
masalah penelitian dapat dimulai dengan ditemukannya kesenjangan antara hal yang
diinginkan dengan yang didapatkan dilapangan/lingkungan, kesenjangan antara Das Sollen
(seharusnya) dan Das Sein (kenyataan), kesenjangan antara Harapan dan Kenyataan,
kesenjangan antara Fakta dan Harapan dan kesenjangan antara apa yang diperlukan dengan
apa yang tersedia. Dari hal-hal tersebut itulah mendorong manusia mengajukan sebuah
pertanyaan sederhana "apa itu, dimana itu, siapa itu, kapon itu terjadi dan bagaimana itu,
mengapa, dan sebagainya", sehingga manusia mengidentifikasi masalah.

Selain itu sumber-sumber permasalahan penelitian dapat diketahui ketika terdapat


penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, terdapat penyimpangan antara rencana
dengan kenyataan, adanya pengaduan dan adanya kompetisi sehingga menimbulkan masalah
besar. Rasa ingin tahu yang mendalam membuat seseorang mengadakan penelitian, agar apa
yang dirasakan kurang benar bisa terjawab dan terpecahkan. Seperti diketahui bersama bahwa
penelitian adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah.

4
Menurut Notoatmodjo (2002) Masalah Penelitian secara umum dapat diartikan sebagi
“Suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal,
atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta
antara harapan dan kenyataan”.

Selanjutnya Notoatmodjo (2002) juga menyebutkan bahwa pada hakikatnya Masalah


Penelitian Kesehatan adalah “Segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, atau
segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang muncul”. Dengan demikian adanya
masalah penelitian oleh

Masalah bisa diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya (harapan)


dengan apa yang benar - benar terjadi (kenyataan), antara aturan dan pelaksanaan, antara teori
dengan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.Hal tersebut dengan pernyataan Stonner
(1982) bahwa masalah - masalah bias diketahui atau dicari jika ada penyimpangan antara
pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya
pengaduan, dan kompetisi.

a) Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.

Seluruh apa yang ada di dunia ini selalu berubah dan yang tetap hanya perubahan,
akan tetapi tidak jarang perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu,
karena akan bisa menimbulkan masalah. Orang yang kesehariannya menjadi seorang
pemimpin di bidang pemerintahan harus beralih ke bidang pendidikan. Hal semacam
ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang biasanya menulis menggunakan
mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Orang
atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu
berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan.
Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi
sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya
sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah
masalahnya setelah terjadi perubahan?

b) Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan.

Suatu rencana yang sudah ditetapkan tetapi hasilnya berbeda dengan tujuan dari
rencana itu, maka tentu saja ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era orde
baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal lantas tetapi
5
kenyataan tidak sama sekali, sehingga muncul suatu masalah. Dengan adanya
reformasi diharapkan harga - harga akan turun, dan ternyata tidak, sehingga timbul
masalah baru. Dengan kebijakan MBS, kualitas pendidikan akan meningkat, tetapi
ternyata belum terlihat. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan melekat,
maka akan menjadi penurunan dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga
timbul masalah. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak
menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara
melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.

c) Adanya pengaduan.

Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata
setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang
diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang biasanya
dimuat di dalam koran ataupun di majalah yang mengadukan kualitas pelayanan atau
produk suatu lembaga pendidikan, bisa dilihat sebagai masalah, karena diadukan lewat
media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas
pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak
menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok
orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat menimbulkan masalah.
Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi
pengaduan.

d) Ada kompetisi.

Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak
dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai
masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada
hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan Kereta Api
memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga
menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah
karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon
kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone).
Dalam pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam
negeri, akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di
Indonesia. UNDP – Human Development Report 2005. (Sugiyono,2012:52-55)

6
Dapat disimpulkan bahwa masalah penelitian adalah suatu hal atau kejadian yang
dijadikan sebuah penelitian dengan mempertimbangkan beberapa hal sehingga memperoleh
jawaban yang diinginkan.

2. Merumuskan Masalah Penelitian Yang Benar

1. CIRI – CIRI MASALAH YANG BAIK


Sebelum seorang peneliti dapat merumuskan suatu masalah untuk penelitiannya, maka ia
lebih dulu harus mengidentifikasi dan memilih masalah itu. Wallaupun masalah yang ada dan
yang tersedia cukup banyak, tetapi cukup sulit bagi si peneliti untuk memilih masalah mana
yang mempunyai ciri – ciri yang baik, dan si peneliti mengetahui sumber serta tempat mencari
masalah tersebut.

Ada bebrapa ciri – ciri masalah yang harus diperhatikan, baik dilihat dari segi isi
rumusan masalah, maupun dari segi kondisi penunjang yang diperlukan dalam pemecahan
masalah yang telah dipilih. Ciri – ciri masalah yang baik adalah sebagai berikut.

2.1. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian


2.2. Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas
2.3. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti

2.1 Masalah Harus Ada Nilai Penelitian

Masalah untuk suatu penelitian tidaklah dipilih seadanya saja. Masalah harus
mempunyai isi yang mempunyai nilai penelitian, yaitu mempunyai kegunaan tertentu serta
dapat digunakan untuk keperluan. Masalah akan mempunyai nilai penelitian jika hal – hal
berikut diperhatikan.

2.1.1 Masalah harusah mempunyai keaslian

Masalah yang dipilih harus mengenai hal – hal yang terbaru. Hindari masalah yang sudah
banyak sekali dirumuskan orang dan sifatnya sudah usang. Masalah harus mempunyai nilai
ilmiah atau aplikasi ilmiah dan jangan berisi hal – hal yang sepele untuk dijadikan suatu
masalah. Satu syarat dari masalah yang dipilih adalah masalah haruslah mengenai pertanyaan
– pertanyaan yang signifikan, dimana hal tersebut kurang memperoleh perhatian di masa
lampau. Jika hal – hal yang lama yang ingin dibuat menjadi masalah ilimiah, maka ini dapat
diperkenankan jika hal tersebut ingin dihubungkan dengan tehnik, atau percobaan, atau teori
baru; sehingga topik – topik lama menjadi dihargai.

7
Contohnya : Bagaimana Efektivitas antiseptic alami dari getah bunga kamboja terhadap
kuman ?
Yang sebelumnya sudah diteliti bahwa getah bunga kamboja dapat dijadikan antiseptic.

2.1.2 Masalah harus menyatakan suatu hubungan.

Masalah harus menyatakan suatu hubungan antara dua atau lebih variable. Sebagai
konsekuensi dari hal diatas, maka rumusan masalah merupakan pernyataan seperti : “Apakah
konflik menambah atau mengurangi efisiensi organisasi ?” Masalah harus padat,
definitive dan dapat dinyatakan dalam beberapa hipotesis alternative. Masalah dapat saja
mengenai hubungan anatara fenomena – fenomena alam, atau lebih khas lagi mengenai
kondisi – kondisi yang mengontrol fakta – fakta yang diamati. Selanjutnya, pemecahan
masalah tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengetahui dan mengontrol
fenomena – fenomena yang sedang diteliti.

2.1.3 Masalah harus merupakan hal yang penting

Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai dan arti, baik dalam bidang ilmunya sendiri
maupun dalam bidang aplikasi untuk penelitian terapan. Dalam memilih masalah tidak hanya
untuk tujuan ilmiah saja, tetapi juga hal – hal yang mempunyai adaptasi hasil untuk fenomena
– fenomena social. Masalah harus ditujukan lebih utama untuk memperoleh fakta serta
kesimpulan dalam suatu bidang tertentu. Pemecahan masalah tersebut seyogyanya dapat
diterbitkan dalam jurnal ilmu pengetahuan dan digunakan sebagai referensi dalam buku –
buku teks.
Misalkan meneliti tentang Sambiloto bisa digunakan sebagai obat malaria ibu hamil.
Sebelumnya, obat malaria pada Ibu hamil menyebabkan teratogenic sehingga tidak
sepenuhnya aman dikonsumsi. Melihat hal tersebut, jika tidak ada penelitian tentang obat
yang aman untuk ibu hamil dengan malaria, maka masalah pada ibu hamil juga tidak teratasi.

2.1.4 Masalah harus dapat diuji

Masalah harus dapat diuji, dengan perlakuan – perlakuan serta data dan fasilitas yang ada.
Sekurang – kurangnya masalah yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga memberikan
hasil untuk bisa dilakukan pengujian secara empiris. Suatu masalah yang tidak berisi
implikasi untuk diuji, bukanlah suatu masalah ilmiah. Hal – hal yang terakhir ini memberikan
implikasi bahwa bukan saja hubungan – hubungan yang harus dinyatakan secara jelas, tetapi
juga harus mengandung pengertian bahwa hubunagn – hubungan tersebut harus dinyatakan
dalam variable – variable yang dapat diukur.
8
2.1.5 Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan

Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak membingungkan dalam bentuk pertanyaan.
Misalnya daripada mengatakan “Masalahnya adalah…” maka nyatakan masalah dalam bentuk
pertanyaan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa bukan semua pertanyaan yang menarik dapat
dijadikan masalah atau pertanyaan ilmiah, karena masalah tersebut tidak dapat diuji. Misalnya
pertanyaan : “ Bagaimana kita tahu ?” ataupun pertanyaan, “Apakah Pendidikan memperbaiki
pengajaran anak – anak ?” . Masalah tetsebut sangat menarik tetapi tidak dapat dipakai untuk
suatu pengujian.

2.2 Masalah Harus Fisibel

Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas, yaitu masalah tersebut dapat dipecahkan.
Ini berarti :

2.2.1 Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia

Masalah yang dipilih harus mempunyai metode untuk memecahkannya dan harus ada data –
data untuk menunjang pemecahan. Data untuk menunjang pemecahan pula harus mempunyai
kebenaran yang standar, dan dapat dijelaskan. Misalnya, jika masalah yang kita pilih
berkenaan dengan jatuhnya kerajaan Romawi, maka masalah tersebut sukar dipecahkan
karena kompleksnya masalah dan terdapat kekaburan data mengenai hal itu. Misalkan
masalah yang kita pilih berkenaan dengan tanda bahaya pada ibu hamil, maka data yang kita
peroleh harus meliputi kehamilan fisiologis itu bagaimana, kondisi fisiknya, psikisnya, dan
dikatakan patologis itu yang bagaimana sehingga dapat diketahui tanda bahaya pada ibu
hamil. Jadi, data merupakan hal penting sebelum merumuskan masalah

2.2.2 Equipment dan kondisi harus mengizinkan

Masalah yang dipilih harus sesuai dengan equipment dan alat yang tersedia. Masalah yang
dipilih harus mempunyai equipment untuk control kondisi ataupun untuk mencatat ketepatan.
Alat yang paling penting dalam memecahkan masalah adalah pikiran manusia itu sendiri (the
mind of man). Banyak penemuan ahli – ahli tidak menggunakan equipment dan laboratorium
yang komplit. Laboratorium Pasteur adalah kamar yang menyerupai gua. Goodyear
menemukan vulkanisasi dalam dapurnya di New England, sendangkan Mozart menemukan
sajak kuartet magio Flute di rumah bola ketika sedang main bilyard. Dalam hal ini, yang
menentukan pemilihan masalah adalah kondisi yang cukup mendukung untuk pemecahan

9
masalah. Dengan suasana yang tenang, masalah serta penulisan Sejarah India telah dikerjakan
oleh James Mill pada satu sudut meja.

2.2.3 Biaya untuk memecahkan masalah harus seimbang

Biaya untuk pemecahan masalah harus dipikirkan. Jika pemecahan masalah diluar jangkauan
biaya, maka masalah yang dipilih tidak fisibel sama sekali. Mencocokkan masalah dengan
biaya merupakan seni serta keterampilan peneliti.

Masalah yang dipilih janganlah sekali – kali dikaitkan dengan kepentingan sendiri, dalam
artian untuk memperoleh keuntungan pribadi. Kata Pasteur: “Saya tidak akan bekerja untuk
uang, tetapi saya akan selalu bekerja untuk ilmu pengetahuan.”

2.2.4 Masalah harus didukung dengan sponsor yan kuat

Masalah yang dipilih harus mempunyai sponsor serta administras yang kuat. Lebih – lebih
lagi bagi penelitian mahasiswa, maka masalah yang dipilih harus diperkuat dengan adviser,
pembimbing ataupun tenaga ahi yang sesuai dengan bidangnya. Dalam penelitian – penelitian
besar, masalah harus didukung kuat keuangannya oleh sponsor .

2.2.5 Tidak bertentangan dengan hukum dan adat .

Masalah yang dipilih harus tidak bertentangan dengan adat – istiadat, hukum yang berlaku,
maupun kebiasaan. Pilihlah masalah yang tidak akan menimbulkan kebencian pada orang
lain. Karena, masalah yang menimbulkan kesulitan, pertentangan, baik secara individu
maupun kelompok harus dihindari, demi menjaga kesinambungan profesionalisme dalam
meneliti.

2.3 Masalah Harus Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti

Selain mempunyai nilai ilmiah serta fisibel, masalah yang dipilih juga harus sesuai dengan
kualifikasi si peneliti sendiri.

2.3.1 Menarik Bagi si Peneliti

Masalah harus menarik bagi si peneliti dan cocok dengan bidang kemampuannya. Seorang
ahli kebidanan harusnya memilih judul mengenai kebidanan, seorang ahli pertanian memilih
judul yang berhubungan dengan pertanian. Tidaklah wajar misalkan seorang sarjana
kebidanan memilih masalah penelitian : apakah factor – factor yang menghambat
pertumbungan kacang kedelai ?

10
Masalah yang dipilih harus menarik keingintahuan si peneliti dan memberi harapan kepada
peneliti untuk menemukan jawaban ataupun menemukan masalah lain yang lebih penting dan
lebih menarik.

2.3.2 Masalah harus sesuai dengan kualifikasi

Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti. Dengan kata lain, sukar
mudahnya masalah yang ingin dipecahkan harus sesuai dengan derajat ilmiah yang dipunyai
peneliti. Sudah jelas, seorang peneliti yang mempunyai derajat ilmiah doctor akan memilih
masalah penelitian yang berbeda dengan insinyur atau sarjana hukum. Masalah yang dipilih
harus sesuai dengan derajat daya nalar, sensitivitas terhdap data, serta kemampuan peneliti
dalam menghasilkan orisinalitas.

3. SUMBER UNTUK MEMPEROLEH MASALAH

Sebenarnya banyak sekali masalah yang perlu dipecahkan berada di sekeliling


peneliti. Yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah kesanggupan peneliti
menggali dan mengidentifikasikan masalah serta mengetahui sumber-sumber dimana
masalah penelitian diperoleh dengan mudah. Sumber-sumber dimana masalah diperoleh
antara lain sebagai berikut :

a. Pengamatan terhadap kegiatan manusia


b. Bacaan
c. Analisis bidang pengetahuan
d. Ulangan serta perluasan penelitian
e. Cabang studi yang sedang dikerjakan
f. Pengalaman dan catatan pribadi
g. Praktik serta keinginan masyarakat
h. Bidang spesialisasi
i. Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti
j. Pengamatan terhadap sekeliling
k. Diskusi-diskusi ilmiah

3.1 Pengamatan Terhadap Kegiatan Manusia

Pengamatan sepintas terhadap kegiatan-kegiatan manusia dapat merupakan sumber


dari masalah yang akan diteliti. Seorang ahli ilmu jiwa, dapat menemukan masalah ketika ia
melihat tingkah laku pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka dalam pabrik. Seorang ahli

11
ekonomi pertanian dapat menemukan masalah ketika ia melihat cara petani bersahaja
mengerjakan serta menyimpan hasil usaha pertaniannya. Seorang dokter dapat menemukan
masalah ketika melihat penduduk mengambil air minum di sungai dan buang air di kali,
ataupun melihat banyak penduduk mempunyai kaki sebesar gajah.

3.2 Pengamatan Terhadap Alam Sekeliling

Peneliti-peneliti ilmu natural sering kali memeperoleh masalah dari alam


sekelilingnya. Seorang ahli ilmu binatang banyak memperoleh masalah ketika ia mengamati
cakrawala. Seorang peneliti ilmu tanah akan menemukan masalah ketika ia secara sepintas
mengamati tanah disekelilingnya ataupun dalam suatu perjalanan jauh. Seorang ahli penyakit
tanaman atau ahli hama banyak menemukan masalah ketika mengamati tanaman. Seorang
peneliti yang bangun pagi untuk melakukan kegiatan oolah raga aerobik, tersandung kakinya
dengan sebuah batu, dan batu tersebut menyentuh keingintahuannya, maka peneliti ahli batu-
batuan tersebut telah menemukan masalah yang ingin diteliti.

3.3 Bacaan

Bacaan-bacaan dapat merupakan sumber dari masalah yang dipilih untuk diteliti.
Lebih-lebih jika bacaan tersebut merupakan karya ilmiah ataupun makalah, maka banyak
sekali rekomendasi didalamnya yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Bukan saja dari
bacaan tersebut ditemukan masalah yang ingin mengungkapkan hubungam, tetapi bacaan
dapat juga memberikan teknik dan metode yang ingin dikembangkan lebih lanjut. Membaca
hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan banyak sekali masalah-masalah yang belum
sanggup dipecahkan. Hal ini merupakan masalah yang perlu dipecahkan dalam penelitian
selanjutnya.

3.4 Ulangan Serta Perluasan Penelitian

Masalah juga diperoleh dengan mengulang percobaan-percobaan yang pernah


dilakukan, dimana percobaan yang telah dikerjakan tersebut belum memuaskan. Perluasan
analisis maupun metode dan teknik dengan equipment yang lebih modernakan membuat
masalah dapat dipecahkan secara lebih memuaskan. Misalnya kerja Steinhauser telah
menemukan minyak codliver untuk mnyembuhkan penyakit criket di tahun 1840 belum dapat
dijelaskan secara terperinci sampai dengan penelitian selanjutnya bertahun-tahun kemudian.
Ataupun penemuan penisilin dan Fleming di tahun 1929 telah terhenti beberapa lama, sampai
kemudian Flores meneliti kembali sifat-sifat penisilin sebagai alat penyembuh penyakit.

12
3.5 Cabang Studi Yang Sedang Dikembangkan

Kadangkala masalah ditemukan, bukan dari bidang studi itu sendiri, tetapi dari cabang
yang timbul kemudian, yang mula-mula dipikirkan tidak berapa penting sifatnya. Misalnya,
ketika Pasteur meneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam-ayam percobaannya dengan
mikroba kolera, pada suatu hari ia kehabisan ayam-ayam sehat. Ia kemudian terpaksa
menggunakan ayam-ayam yang pernah kena kolera. Dilihatnya ayam-ayam tersebut tidak
mati akibat suntikan mikroba kolera. Dengan percobaan ini ia tertarik akan ketahanan ayam-
ayam tersebut dan menemukan masalah yang mendorong meneliti tentang prinsio-prinsip
kekebalan atau imunisasi. Ketika William Perkins mencoba mengubah aniline menjadi
quanine dalam percobaannya, ia menemukan suatu masalah lain yang menghasilkan alat
pencelup aniline yang ungu. Begitu juga ketika W.R. Whitney menemukan penggunaan ion
air raksa sebagai sumber cahaya, ia menemukan fakta-fakta yang telah menggiring ia
merumuskan masalah yang menghasilkan alternating currentrectifier.

3.6 Catatan Dan Pengalaman Pribadi

Catatan pribadi seta pengalaman pribadi sering merupakan sumber dari masalah
penelitian. Dalam penelitian ilmu sosial, pengalaman serta catatan pribadi tentang sejarah
sendiri, baik kegiatan pribadi ataupun kegiatan profesional dapat merupakan sumber masalah
untuk penelitian.

3.7 Praktik Serta Keinginan Masyarakat

Praktik-praktik yang timbul dan keinginan-keinginan yang menonjol dalam


masyarakat dapat merupakan sumber dari masalah. Praktik-praktik tersebut dalam bentuk
tunjuk perasaan, pernyataan-pernyataan pemimpin, otorita ilmu pengetahuan baik bersifat
lokal, daerah, maupun nasional. Adanya gejolak rasial misalnya, itu jugadapat merupakan
sumber maslaah. Adanya ketimpangan antara input dan produktivitas sekolah dapat
merupakan suatu masalah penelitian. Ataupun ucapan ketua ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia), ataupun Prof. Dr. Sumitro dapat merupakan sumber masalah, karena otoritanya
dalam ilmu pengetahuan.

3.8 Bidang Spesialisasi

Bidang spesialisasi seseorang dapat merupakan sumber masalah. Seorang spesialis


dalam bidangnya, telah menguasai ilmu yang dalam-dalam bidang spesialisasinya. Dari itu,
akan banyak sekali masalah yang memerlukan pemecahan dalam bidang spesialisasi

13
tersebut.dalam membuat masalah berdasarkan bidang spesialisasi, perlu juga dijaga supaya
masalah yang digali jangan menjurus kepada over-spesialisas. Hal tersebut akan dapat
menghilangkan unitas yang fundamental.

Seorang dokter spesialis orthopedi akan meneliti tentang anggota gerak dan sejenisnya
Seorang dokter spesialis penyakit dalam akan meneliti tentang diabetes melitus, S.CVA, CKD
dan sebagainya . Tidak mungkin dokter spesialis ginekologi meneliti tentang organ jantung
dan paru – paru

3.9 Pelajaran Yang Sedang Diikuti

Pelajaran yang sedang diikuti dapat merupakan sumber dari masalah penelitian.
Diskusi kelas, hubungan antara dosen dengan mahasiswa banyak mempengaruhi mahasiswa
dalam memilih masalah untuk penelitian. Pengaruh staf senior serta ajarannya dapat
merupakan sumber masalah bagi mahasiswa yang ingin membuat thesis.

3.10 Diskusi-Diskusi Ilmiah

Masalah penelitian dapat juga bersumber dari diskusi-diskusi ilmiah, seminar, serta
pertemuan-pertemuan ilmiah. Dalam diskusi tersebut, seseorang dapat menangkap banyak
analisis-analisis ilmiah, serta argumen-argumen profesional, yang dapat menjurus pada suatu
permasalahan baru.

3.11 Perasaan Intuisi

Kadangkala, suatu perasaan intuisi dapat timbul tanpa disangka, dan kesulitan tersebut
dapat merupakan masalah penlitian. Tidak jarang, seseorang yang baru bangun dari tidurnya,
dihadapkan pada suatu kesulitan secara intuisi, ataupun seseorang yang sedang buang air di
kakus, dapat menghasilkan suatu masalah yang ingin dipecahkan, yang muncul secara tiba-
tiba.

Sedangkan menurut Mac Millan dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42), masalah
bisa bersumber dari observasi, hasil deduksi dari suatu teori, ulasan kepustakaan, masalah
sosial yang saat ini sedang terjadi, situasi praktis dan juga bisa bersumber dari pengalaman
pribadi. Masing - masing sumber dapat dijelaskan sebagaimana berikut:

1) Observasi

Observasi adalah sumber yang paling kaya akan masalah penelitian. Kebanyakan
keputusan praktis didasarkan atas praduga yang tidak didukung oleh data empiris. Masalah
14
penelitian bisa diangkat dari hasil observasi terhadap suatu hubungan tertentu yang masih
belum memiliki dasar penjelasan yang memadai dan cara - cara rutin yang di dalam
melakukan suatu tindakan didasarkan atas tradisi atau otiritas. Penyelidikan kemungkinan
dapat menghasilkan teori yang baru, rekomendasi pemecahan masalah praktis dan
mengidentifikasi variabel yang belum ada dalam bahasan litelatur.

2) Deduksi dari teori

Teori itu sendiri merupakan konsep - konsep yang masih berupa prinsip - prinsip
umum yang penerapannya belum bisa diketahui selama belum dialkukan pengujian secara
empiris. Penyelidikan terhadap suatu masalah yang diangkat berasal dari teori bermanfaat
untuk memperoleh penjelasan secara empiris praktik tentang teori tersebut.

3) Kepustakaan

Hasil dari penelitian kemungkinan dapat memberikan rekomendasi akan perlunya


dilakukan suatu penelitian ulang (replikasi), baik dengan ataupun tanpa variasi. Replikasi bisa
meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan secara lebih
luas. Laporan penelitian tidak jarang juga menyampaikan suatu rekomendasi kepada peneliti
lain mengenai apa saja yang perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut. Hasil penelitian ini
juga dapat menjadi sumber untuk menentukan masalah yang perlu diangkat untuk dilakukan
suatu penelitian.

4) Masalah sosial

Masalah sosial bisa juga menjadi sumber masalah penelitian. Seperti seringnya terjadi
perkelahian siswa antar sekolah, bisa memunculkan pertanyaan tentang efektivitas
pelaksanaan pendidikan agama dan moral serta pembinaan sikap disiplin di lingkungan
sekolah. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi juga dapat memunculkan
pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan masyarakat.

5) Situasi praktis

Pada tahap pembuatan suatu keputusan tertentu, tidak jarang mendesak untuk
dilakukannya suatu penelitian evaluatif. Hasil penelitian ini sangat diperlukan guna dijadikan
dasar dalam pembuatan keputusan yang lebih lanjut.

6) Pengalaman pribadi

15
Pengalaman pribadi bisa memunculkan masalah yang membutuhkan jawaban empiris
guna mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto, 2010:109-111)

Menurut Suryabrata (1994:61-63), sumber-sumber masalah yang dapat diidentifikasi


meliputi:

1) Bacaan terutama hasil penelitian

Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut bisa menjadi sumber identifikasi masalah
penelitian. Pada umumnya tidak pernah ada penelitian yang hingga tuntas. Penelitian selalu
menampilkan masalah yang lebih banyak dari pada apa yang dapat dijawabnya, karena itulah
ilmu pengetahuan akan selalu berkembang dan mengalami kemajuan.

2) Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah

Diskusi, seminar dan pertemuan ilmiah bisa menjadi sumber masalah penelitian,
karena para peserta bisa melihat hal - hal yang dipersoalkan secara profesional sehingga
muncul masalah.

3) Pernyataan pemegang otoritas (dalam pemerintahan dan ilmu pengetahuan).

Sumber masalah juga dapat berasal dari pernyataan pemegang otoritas, baik itu
otoritas pemerintahan maupun ilmu pengetahuan. Contoh pernyataan pemegang otoritas
pemerintahan yaitu pernyataan menteri pendidikan mengenai daya serap siswa SMU. Contoh
pernyataan otoritas ilmu pengetahuan yaitu pernyataan ahli pendidikan mengenai penjurusan
di SMU.

4) Pengamatan sepintas

Sumber masalah bisa saja bersumber dari Pengamatan sepintas peneliti sendiri. Seperti
halnya, ahli kesehatan menemukan masalah saat melihat dari mana penduduk memperoleh air
minumnya.

5) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi sebagai sumber masalah penelitian berkaitan dengan sejarah


perkembangan dan kehidupan dengan sejatah perkembangan dan kehidupan pribadi atau
profesional. (Purwanto, 2010: 111-112)

4. CARA MERUMUSKAN MASALAH

16
Setelah masalah diidentifikasi dan dipilih, maka tibalah saatya masalah tersebut
dirumuskan. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis nantinya,
dan dari rumusan masalah dapat menghasilkan topik penelitian, atau judul dari penelitian.
Umumnya rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi berikut.

a. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.


b. Rumusan hendaknya jelas dan padat.
c. Rumusan masalah yang dipilih harus memiliki data untuk memecahkan masalah.
d. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

Misalnya, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut.

“Apakah hasil padi ladang akan bertambah jika dipupuk dengan pupuk K?”

“Apakah ada hubungan antara konsumsi rumah tangga petani dengan pendapatan dan
kekayaan petani?”

Dari rumusan masalah diatas, maka dapat dibuat judul penelitian sebagai berikut.

“Pemupukan padi ladang dengan pupuk K”

“Hubungan antara konsumsi rumah tangga dengan pendapatan dan pendidikan petani
Aceh”

Perlu juga diperingatkan, bahwa dalam memilih masalah perlu menghindari masalah
serta rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu bersifat lokal ataupun terlalu
argumentatif. Variabel-variabel penting dalam rumusan masalah harus diperhatikan benar-
benar.

Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam merumuskan masalah. Masalah ilmiah
tidak boleh berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan etika atau moral.
Menanggapi hal-hal di atas, maka pertanyaan tentang nilai dan value judgement tidak dijawab
secara ilmiah. Misalnya, masalah yang dipilih adalah “Perlukah kepemimpinan organisasi
secara demokrasi?”, atau “Bagaimanakah seharusnya mengajar mahasiswa di perguruan
tinggi?” Untuk menghindarkah hal tersebut di atas, maka jangan menggunakan kata
“Mustikah” atau “lebih baik” atau perkataan-perkataan yang menunjukkan preferensi.

Hindarkan masalah yang yang merupakan metodologi. Pertanyaan-pertanyaan


berhubungan dengan “metode sampling”, atau “Pengukuran” dan lain-lain supaya jangan
digunakan dalam memformulasikan masalah.
17
Sebagai kesimpulan, perlu dijelaskan bahwa ada dua jalan untuk memformulasikan
masalah. Pertama, dengan menurunkan masalah dari teori yang telah ada, seperti masalah
pada penelitian eksperimental. Cara lain adalah dari observasi langsung di lapangan, tetapi
sebaiknya juga menghubungkan masalah tersebut dengan teori-teori yang telah ada, sebelum
masalah tersebut di formulasikan. Ini bukan berarti bahwa penelitian yang tidak didukung
oleh suatu teori tidak berguna sama sekali. Karena, ada kalanya penelitian tersebut dapat
menghasilkan dalil-dalil dan dapat membentuk sebuah teori.

Masalah sebenarnya adalah hal pertama yang dipikirkan peneliti-peneliti ketika


merencanakan proyek penelitian. Walaupun di atas kertas, yang pertama muncul adalah judul
dan pendahuluan, tetapi yang lebih dahulu timbul pada penelitian adalah masalah penelitian.

Penyebab masalah penelitian menjadi hal yang sukar, antara lain

a. Tidak semua masalah di lapangan dapat di uji secara empiris;


b. Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber
c. Kadang kala si peneliti dihadapkan kepada banyak sekali masalah penelitian, dan sang
peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan;
d. Adakalanya masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan untuk memecahkan
masalah tersebut sukar diperoleh; serta
e. Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik yang ada di kepalanya dalam memilih masalah

Setelah kita formulasikan masalah maka langkah selanjutnya adalah membangun tujuan
penelitian. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan atau statement tentang apa yang ingin
kita cari atau yang ingin kita temukan. Kalau masalah penelitian diberikan dalam kalimat
pernyataan (bentuk interogatif), maka tujuan penelitian diberikan dalam kalimat pernyataan
(bentuk deklaratif). Tujuan penelitian biasanya dimulai dengan kalimat:

‘Untuk menentukan apakah ...”, atau “untuk mecari ...”, dan sebagainya. Tujuan penelitian
haruslah dinyatakan secara lebih spesifik dibandingkan dengan perumusan masalah.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masalah penelitian adalah sesuatu hal atau kejadian yang dijadikan sebuah penelitian
dengan mempertimbangkan beberapa hal dalam menentukan suatu masalah dalam penelitian
sehingga memperoleh jawaban yang diinginkan.
Ciri – ciri masalah yang baik yaitu masalah yang dipilih harus mempunyai nilai
penelitian, mempunyai fisibilitas, dan sesuai dengan kualifikasi si peneliti.
Sumber untuk memperoleh masalah bisa didapat dari pengamatan terhadap kegiatan
sekitar, bacaan, analisis bidang pengetahuan, ulangan serta perluasan penelitian, cabang studi
yang sedang dikerjakan, pengamatan dan catatan pribadi, praktik serta keinginan masyarakat,
bidang spesialisasi, pelajaran yang sedang diikuti, pengamatan terhadap alam sekeliling,
diskusi – diskusi ilmiah.
Setelah masalah diidentifikasi dan dipilih, maka tibalah saatya masalah tersebut
dirumuskan. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis nantinya,
dan dari rumusan masalah dapat menghasilkan topik penelitian, atau judul dari penelitian.
Umumnya rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi berikut.
a. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
b. Rumusan hendaknya jelas dan padat.
c. Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.
d. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan : Penerbit Ghalia Indonesia

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Alfabeta

Anggoro, Toha, dkk. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Danim, S. 2002. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Edisi I. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Narbuko, A. dan Achmadi, A. 2002. Metodologi Penelitian. Edisi I. Jakarta: PT Bumi Aksara

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi (Cetakan Kedua).

Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

20

Вам также может понравиться