Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Anatomi Vertebrae
Tulang
Gambar 1. Vertebrae
Discus Intervertebralis
1
Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama
lain dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai
penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber). Diskus
intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu:
Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang
konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan
menyerupai gulungan per (coiled spring)
2. Nucleus Pulposus
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan
(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan
mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai
bantalan dan berperan menahan tekanan/beban. Kemampuan menahan air
dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan bertambahnya
usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai
dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya
kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang
elastic.
2
Persendian adalah tempat pertemuan antara tulang yang satu dengan yang
lainnya, persendian terdiri dari : 1) Synovial joints (joint capsule), 2)
superior and inferior facet joint, 3) cartilaginous joints, 4) intervertebral
disc and superior/inferior vertebral bodies. Masing – masing segmen
memiliki mobilitas yang kecil, tetapi secara keseluruhan memungkinkan
mobilitas yang besar. Ligamentnya terdiri dari :
Persarafan
3
Gambar 4. Persarafan Lumbosacral
Nervus ischiadicus terdiri atas nervus yang terpisah didalam satu selubung,
yaitu nervus peroneus communis dan nervus tibialis.Nervus femoralis
merupakan cabang yang terbesar dari fleksus lumbalis. Nervus ini berasal
dari tiga bagian posterior fleksus, yang asalnya dari nervus lumbalis
kedua, ketiga dan keempat, munculnya dari tepi lateral M. psoas tepat
diatas ligamentum pouparti dan berjalan turun dibawah ligamentum ini
memasuki trigonum femoral pada sisi lateral arteri femoralis.
B. Definisi
C. Epidemiologi
4
populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenaidiskus
intervetebralis L5-S1 dan L4-L5. HNP paling sering terjadi pada pria
dewasa, dengan insiden puncak pada decade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini
lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak
membungkuk dan mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis
posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka
protrusi discus cenderung terjadi kearah postero lateral, dengan kompresi
radiks saraf.
Riwayat trauma
Sering membungkuk.
E. Patofisiologi
5
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan
protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus
pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan
pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan
stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
6
Hernia Nukleus Pulposus Lateral ; Rasa nyeri terletak pada
punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang
tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan.
Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler
negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di
punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian
lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki
berkurang dan refleks patela negatif.
F. Derajat HNP
7
G. Klasifikasi HNP
1. Hernia Lumbosacralis
2. Hernia Servikalis
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia.
Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang
parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian
bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya
mendadak dengan paraparese.
8
paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong
adalah faktor penyebab yang paling utama.
H. Gejala Klinis
Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantra
+ menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah
I. Diagnosis
9
mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat
dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang.
Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan suatu
lokalisasi yang akurat.
1.Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
10
Palpasi :
Pemeriksaan motoris :
Pemeriksaan sensorik :
11
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti
diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai
dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam
menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.
3. Laboratorium:
4. Pemeriksaan Radiologis :
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan
ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk
menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat
berguna bila:
12
3. untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
J. Diagnosis Banding
Spondylolisthesis
Spondylosis
Neoplasma
K. Tatalaksana
13
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant): bermanfaat bila penyebab
NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID,
seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar 30% memberikan
efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan
Carisoprodol.
Tirah baring
14
SWD (Shortwave Diathermy)
15
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Traksi lumbal
Terapi Latihan
16
secara maksimal. Fleksibilitas sebagai cakupan pergerakan yang absolut di
dalam suatu sendi atau rangkaian sendi yang dapat dicapai dengan suatu
usaha sesaat dengan bantuan orang lain atau dengan alat bantu tertentu.
Untuk mendapatkan suatu fleksibilitas dapat dicapai dengan streching.
2) Mobilisasi lumbal
3) Strengthening
17
Apabila otot - otot postural lemah maka akan membani otot - otot
mobolisator pada regio punggung bawah dan pelvis. Sehingga muncul
kekakuat otot/spasme yang meniombulkan nyeri. dengan latihan
penguatan maka diharapkan otot - otot mobilisator postur rileks dan
stabilitas vetebra meningkat sehingga toleransi gerakan pada
vetebra/pinggan meningkat. Otot - otot postural yang dikuatkan
diantaranya m.multifidus, m. obliqus abominis, m. iliacus dan m.psoas
mayor, m. gluteus minimus/medius, m. rectus abdominis dan m.quadratus
lumborum.
Terapi Operatif
Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa,
atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan
selama 6 sampai 12 minggu.
Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
18
3. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra
4. Disektomi dengan peleburan : Graf tulang (Dari krista illaka atau bank
tulang) yang digunakan untuk menyatukan dengan prosessus spinosus
vertebrata. Tujuan peleburan spinal adalah untuk menstabilkan tulang
belakang dan mengurangi kekambuhan.
Korset Lumbal
L. Komplikasi
M. Pencegahan
N. Prognosis
19
kecil akan berlanjut menjadi kronik nyeri punggung bawah walaupun telah
menjalani terapi. Dan bila berlanjut dengan adanya keluhan pada kontrol
bowel dan bladder maka perlu dipikirkan kembali untuk dilakukan
tindakan bedah.
DAFTAR PUSTAKA
Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain. The
American academy of family physician. November 15, 1999
(online www.aafp.org 22 September 2008)
Jean-Jacques Abitbol, MD, FRCSC; Edgar G. Dawson, M.D.; Regis W. Haid, Jr.,
M.D. Treatment and Prevention of Lumbar Disc Herniations
20
(online http://www.Spineuniverse.com /displayarticle.php/article28.html tgl 23
September 2008)
Mardjono Mahar dan Sidharta Priguna. 2004. neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat:Jakarta.
Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148
P. croft, A .Papageorgius, R.McNelly. Low Back Pain. HCNA chap.3. 2000. (online
www. HCNA.org. tgl 23 September 2008)
Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal 749-
751.
Sidharta Priguna. 2004. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat:Jakarta
S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI. Jakarta Badan Penerbit
FK UI. Hal 18-19
21