Вы находитесь на странице: 1из 20

125

BAB V
ANALISA NODAL

5.1. DASAR TEORI


Analisa sistem nodal merupakan suatu sistem pendekatan untuk optimasi
produksi sumur minyak, dengan cara mengevaluasi secara menyeluruh. Nodal
merupakan titik pertemuan antara dua komponen dan pada titik peremuan tersebut
secara fisik akan terjadi kesetimbangan, dalam bentuk kesetimbangan masa fluida
yang mengalir ataupun kesetimbangan tekanan.
Analisa sistem nodal ini dilakukan dengan membuat diagram tekanan laju
produksi yang merupakan grafik yang menghubungkan antara perubahan tekanan
dan laju produksi untuk setiap komponen, menghasilkan perpotongan kurva
inflow performance dengan outflow performance, sehingga laju produksi optimum
dapat ditentukan. Komponen-komponen titik nodal tersebut adalah :
1. Titik nodal di dasar sumur
2. Titik nodal di kepala sumur
3. Titik nodal di separator
4. Titik nodal di upstream dan downstream untuk sistem alir dalam pipa
dengan menggunakan kurva pressure traverse.
Analisa sistem nodal yang dilakukan pada metode artificial lift seperti pada
gas lift adalah dengan menentukan besarnya GLR optimum dan pada ESP dengan
menentukan penempatan pump setting depth, tipe pompa dan jumlah stage yang
digunakan. Dengan bantuan software pipesim ini, sehingga mempermudah kita
sebagai engineer dalam mendesain dan menentukan optimasi produksi baik sumur
natural flowing maupun sumur artificial lift.
5.1.1. Analisa Nodal
Analisa sistem nodal terhadap suatu sumur, diperlukan untuk tujuan :
1. Meneliti kelakuan aliran fluida reservoir di setiap komponen sistem sumur
untuk menentukan masing-masing komponen tersebut terhadap sistem
sumur secara keseluruhan.
2. Menggabungkan kelakuan aliran fluida reservoir di seluruh komponen
sehingga dapat diperkirakan laju produksi optimum.
126

Komponen produksi yang menghubungkan antara formasi produktif


dengan separator dapat dibagi menjadi enam komponen, seperti yang ditunjukkan
oleh Gambar 5.1. yaitu :
1. Komponen formasi produktif/reservoir.
Dalam komponen ini fluida reservoir mengalir dari batas reservoir menuju
ke lubang sumur , melali media berpori,. Ini ditunjukkan oleh kurva IPR.
2. Komponen komplesi
Adanya lubang perforasi ataupun gravel pack di dasar lubang sumur.
Berdasarkan analisa dikomponen ini dapat diketahui pengaruh jumlah
lubang perforasi ataupun adanya gravel pack terhadap laju produksi
sumur.
3. Komponen tubing.
Fluida multifasa yang mengalir dalam pipa tegak ataupun miringakan
mengalami kehilangan tekanan yang besarnya antara lain tergantung dari
ukuran tubing. Dengan demikian analisa tentang pengaruh ukuran tubing
terhadap laju produksi dapat dilakukan dalam komponen ini. Ini
ditunjukkan oleh vertical flow performance (VFP).
4. Komponen pipa salur
Pengaruh ukuran pipa salur terhadap laju produksi yang dihasilkan suatu
sumur, dapat dianalisa berdasarkan komponen ini. Komponen ini disebut
juga horisontal flow performance.
5. Komponen retreksi/jepitan
Jepitan yang dipasang dikepala sumur atau dipasang didalam tubing
sebagai safety valve, akn mempengaruhi besarnya laju produksi yang
dihasilkan dari suatu sumur, pemilihan atau analisa tentang pengaruh
ukuran jepitan terhadap laju produksi dapat dianalisa dalam komponen ini.

6. Komponen separator
127

Laju produksi suatu sumut dapat berubah dengan berubahnya tekanan


kerja separator. Pengaruh perubahan tekanan kerja separator terhadap laju
produksi untuk sistem sumur dapat dilakukan dengan komponen ini.

Gambar 5.1. Sistem Sumur Produksi

Sesuai dengan Gambar 5.1. dalam sistem sumur produksi dapat ditemui 4
titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal didasar sumur ( Gambar 5.2)
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi
produktif/reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur
adalah open-hole atau titik pertemuan antara komponen tubing dengan
komponen komplesi apabila sumur diperforasi atau dipasang gravel pack.
2. Titik nodal dikepala sumur (Gambar 8.3.)
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
komponen pipa salur dalam hal ini sumur tidak dilengkapi dengan jepitan.
3. Titik nodal di separator (Gambar 8.4.)
Pertemuan komponen pipa salur dengan komponen separator merupakan
suatu titik nodal.
4. Titik nodal di upstream/downstream jepitan.
128

Sesuai dengan letak jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan
antara komponen tubing dengan komponen jepitan, apabila jepitan di
pasang di tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara
komponenn tubing dipermukaan dengan jepitan, apabila jepitan dipasang
di kepala sumur.

Gambar 5.2. Arah Perhitungan Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur

Gambar 5.3. Arah Perhitungan Untuk Titik Nodal di Kepala Sumur


129

Gambar 5.4. Arah Perhitungan Untuk Titik Nodal di Separator


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan tekanan, seperti:
 Media Berpori  Choke di permukaan
 Gravel Pack atau Perforasi  Well Flowline
 Choke dasar sumur  Separator
 SSSV  Aliran Kompresor ke pipa
dan ke konsumen

Gambar 5.5. Sistem Kehilangan Tekanan Pada Sumur Produksi


5.2. PROSEDUR PERHITUNGAN
5.2.1. Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di dasar Sumur
Pada Kondisi Open Hole
1. Siapkan data penunjang yaitu :
o Kedalaman sumur (D)
o Panjang pipa salur (L)
o Diameter Tubing (dt)
o Diameter pipa salur (dp)
o Kadar air (KA)
o Perbandingan gas cairan (GLR)
o Tekanan Separator (Psep)
o Kurva IPR

125
167

2. Pada kertas grafik kartesian,buat sisitem koordinat dengan tekanan pada


sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
3. Berdasarkan uji tekanan dan produksi terbaru atau berdasarkan
peramalan kurva IPR plot kurva IPR pad kertas grafik dilangkah 2.
4. Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju
produksi pada grafik traverse baik untuk aluiran horisontal maupun
untuk aliran vertikal.
5. Berdasarkan qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traversse untuk aliran
horisontal.
6. Pilih garis gradien aliran berdasarkan perbandingan gas- cairan (GLR).
Seringkali perlu dilakukan interpolasi apabila garis-garis aliran untuk
GLR yang diketahui tidak tercantum.
7. Berdasrakan garis gradien aliran pada pressure traverse tersebut,
tentukan tekanan kepala sumur, Pwh (tekanan upstream) dari Psep
(tekanan dowstream).
8. Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse utuk aliran
vertikal.
9. Pilih garis aliran untuk GLR yang diketahui. Apabilka garis gradien
aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercanutm, lakukan interpelosi.
10. Gunakan harga Pwh di langkah 7 (Pwh= tekanan downsteram) untuk
menentukan tekanan alir dasar sumur (Pwf=tekanan upstream).
11. Ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk harga laju produksi yang lain.
Denagn demikian akan diperoleh variasi harga qt terhadap Pwf.
12. Plot qt terhadap Pwf pada kertas grafik yang memuat kurva IPR
(langkah 3).Kurva yang terbentuk disebut kurva tubing intake.
13. Berdasarkan letak kurva tubing intake terhadap kurva IPR terdapat tiga
kemungkinan yaitu:
o Kurva tubing intake di atas kurva IPR sehingga tidak dapat ditentukan
titik potongnya.Hal ini berarti bahwa sumur tersebut mati untuk sistem
pipa produksi yang digunakan.
168

o Kurva tubing intake tidak memotong kurva IPR, tetapi perpanjangan


kurva tubing intake dapat memotong kurva IPR. Apabila hal ini
ditemui, ulangi langkah 4 smpai dengan 10 untuk harga laju produksi
lain sehingga kurva tubing intake dapat memotong kurva IPR.
Disarankan untuk tidak melakukan ekstrapolasi, kecuali apabila laju
produksi yang diperlukan tidak tersedia di pressure traverse.
o Kurva tubing memotong kurva IPR dan perpotongan tersebut
memberikan laju produksi qt. Hal ini berarti bahwa untuk sistem
rangkaian tubing didalam sumur dan pipa salut dipermukaan, sumur
dapat berproduksi sebesar qt.
14. Dengan membuat variasi ukuran tubing dan pipa salur, maka
dapat diperoleh kondisi sistem optimum.
5.2.2. Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di Kepala Sumur
1. Siapkan data penunjang yaitu :
o Kedalaman sumur (D)
o Panjang pipa salur (L)
o Diameter Tubing (dt)
o Diameter pipa salur (dp)
o Kadar air (KA)
o Perbandinagn gas cairan (GLR)
2. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem sumbu dengan tekanan pada
sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
3. Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu harga
laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran horisontal.
4. Berdasrkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure taverse aliran
horisontal.
5. Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila garis
gradien aliran tersebut tidak tercantum, lakukan interpolsasi
6. Dari P sep tentukan tekanan kepala sumur Pwh dengan mengunakan
garis gradien alir di langkah lima; catat harga pwh yang diperoleh.
169

7. Mengulangi langkah 3 samapi dengan 6 untuk berbagai harga laju


produksi yang lain. Dengan demikian diperoleh variasi harga Qt
tehadap Pwh.
8. Plot qt terhadap Pwh pada kertas grafik di langkah 2.
9. Kurva yang terbentuk disebut kurva pipa salur, ambil laju produksi
tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju produksi pada
grafik pressure traverse untuk aliran vertikal.
10. Berdasarkan harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse aliran
vertikal.
11. Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila garis
gradien aliran untuk harga GLR tersebut tidak terdapat,lakukan
interpolasi.
12. Menurut persamaan IPR yang diperoleh dari uji tekanan dan produksi
terbaru atau menurut peramalan IPR,hitung tekanan alir pada dasar
sumur (Pwf), pada qt dilangkah 10.
13. Dari harga Pwf tentukan tekanan kepala sumur (Pwh) dengan
menggunakan garis gradien aliran pada langkah 11; catat harga Pwh
yang diperoleh.
14. Ulangi langkah 9 sampai 13 untuk berbagai harga laju produksi lain.
Dengan demikain akan diperoleh variasi harga qt terhadap Pwh.
15. Plot harga qt terhadap Pwh dari alngkah 14 pada kertas grafik dilangkah
2. Kurva yang diperoleh disebut kurva tubing.
o Apabila kurva tubing memotong kurva pipa salur,maka sumur akan
terproduksi dengan laju produksi (qt) yang ditentukan dari titk
perpotongan tersebut.
o Apabila kurva tubing tidak memotong kurva pipa salur maka sumur
tidak dapat berproduksi untuk sistem rangkaian pipa tersebut.
o Apabila kurva tubing dan kurva pipa salur tidak berpotongan tetapi
perpanjanjangan kedua kurva tersebut memberikan kemungkinan
untuk berpotongan maka ulangi langkah 3 sampai dengan 15 untuk
170

laju produksi yang lain, sehingga kurva tubing dan kurva pipa salur
dapat diperpanjang dan kemudian tentukan titik potongnya.
o Titik potong ini memberikan laju produksi yang diperoleh.
o Tidak dibenarkan melakukan ekstrapolasi, kecuali apabila laju
produksi tidak tersedia di grafik pressure traverse.
16. Dengan membuat kurva tubing dan kurva pipa salur untuk berbagai
ukuran tubing dan ukuran pipa salur, maka dipilih pasangan ukuran
tubing dan pipa salur yang dapat menghasilkan laju produksi optimum.
5.2.3. Prosedur Analisis Sistim Nodal dengan Titik Nodal di Separator
1. Siapkan data penunjang, yaitu :
o Kedalaman sumur (D)
o Panjang pipa salur (L)
o Diameter tubing (dt)
o Kadar air (KA)
o Perbandingan gas-cairan (GLR)
o Tekanan separator (P sep)
o Kurva IPR
2. Pada kertas grafik kartesian buat sistim sumbu dengan tekanan pada
sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
3. Plot kurva IPR pada kertas grafik dilangkah 2.
4. Anggap laju produksi (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju
produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran horizontal dan
vertical.
5. Pilih grafik pressure traverse aliran vertical sesuai dengan qt, dt, dan
KA . Apabila KA tidak sesuai dengan KA yang tersedia pada grafik,
pilih grafik pressure traverse dengan KA yang terdekat.
6. Pilih kurva gradien tekanan aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila
untuk harga GLR tersebut tidak tersedia kurva gradien alirannya,
lakukan interpolasi.
7. Berdasarkan kurva IPR dilangkah 3, baca harga tekanan alir dasar
sumur (Pwf ) pada qt.
171

8. Gunakan grafik preassure traverse (langkah 5) dan kurva gradien aliran


(langkah 6) untuk menentukan tekanan kapala sumur Pwh berdasarkan
Pwf.
9. Catat harga Pwh yang diperoleh.
10. Pilih grafik pressure traverse aliran horizontal yang sesuai dengan qt,
dp, dan KA. Apabila KA tidak sesuai dengan KA yang tersedia pada
grafik, pilih grafik pressure traverse dengan harga KA yang terdekat.
11. Pilih kurva gradien yang sesuai dengan GLR yang diketahui. Apabila
harga GLR tersebut tidak tersedia kurva gradien alirannya, lakukan
interpolasi.
12. Gunakan grafik pressure traverse (langkah 10) dan kurva gradien aliran
(langkah 11) untuk menentukan tekanan masuk di separator, (Pin)
berdasarkan harga Pwh dari langkah 9.
13. Catat harga P in dan qt.
14. Ulangi langkah 4 sampai dengan 13 untuk berbagai harga laju produksi.
Dengan demikian akan diperoleh hubungan antara Pin terhadap qt.
15. Plot harga Pin terhadap qt pada kertas grafik di langkah 2.
16. Plot Psep pada sumbu tekanan, dari titik ini tarik garis datar ke kanan
sampai memotong kurva yang diperoleh dari langkah 15.
17. Perpotongan tersebut menunjukan laju produksi yang akan diperoleh.
5.3. PERHITUNGAN
5.3.1. Contoh Soal Analisa Sistem Nodal dengan Titik Nodal di Dasar Sumur
Diketahui :
o Panjang pipa salur = 3000 ft
o Diameter = 2 in
o Kedalaman sumur = 5000 ft
o Diameter Tubing = 2 3/8 in
o Kadar Air = 0
o Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
o Tekanan Statik = 2200 psi
o Tekanan Separator = 100 psi
172

Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar


sumur sebagai titik nodal.
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat tekanan pada sumbu
tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
2. Berdasarkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai
anggapan harga q,
Pwf = Ps - q/PI
Untuk q = 200 bbl/hari.
Pwf = 2200-200/1 =2000 psi

Tabel V-1
Harga Pwf Berdasarkan Qasumsi

Q anggapan Pwf
(BPD) (Psi)
200 2000
400 1800
600 1600
800 1400
1000 1200
1500 700

3. Buat kurva IPR dengan memplot q vs Pwf dari tabel di Langkah 2.


173

Gambar 5.6. Kurva IPR


4. Gunakan langkah kerja, untuk menentukan tekanan kepala sumur pada
aliran mendatar.
Tabel V-2
Harga Pwh dari Grafik Pressure Traverse

Q anggapan P sep Pwh


(BPD) (Psi) (Psi)
200 100 115
400 100 140
600 100 180
800 100 230
1000 100 275
1500 100 420

Catatan: Gunakan grafik pressure traverse aliran mendatar untuk


diameter pipa = 2”, GLR = 400 SCF/STB dan pada q anggapan.
5. Tentukan tekanan alir daras sumur, Gunakan grafik pressure traverse
aliran tegak untuk diameter tubing 2 3/8” GLR = 400 SCF /STB, KA =
0 dan q anggapan.
Tabel V-3
Harga Pwf dari Grafik Pressure Traverse
174

Q anggapan Pwh Pwf


(BPD) (Psi) (Psi)
200 115 750
400 140 880
600 180 1030
800 230 1190
1000 275 1370
1500 420 1840
6. Plot q terhadap PWf dari langkah 5, pada kertas grafik di Gambar III-2.
Kurva ini disebut Kurva Tubing Intake.

Gambar 5.7. Kurva Tubing Intake


7. Perpotongan antara kurva IPR dengan kurva tubing intake,
menghasilkan laju produksi sebesar 900 bbl / hari.
8. Laju produksi yang diperoleh 900 bbl / hari.
5.3.2. Contoh Soal Analisa Sistem Nodal dengan Titik Nodal di Kepala Sumur
Diketahui :
o Panjang pipa salur = 3000 ft
o Diameter = 2 in
o Kedalaman sumur = 5000 ft
o Diameter Tubing = 2 3/8 in
o Kadar Air = 0
o Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
175

o Tekanan Statik = 2200 psi


o Tekanan Separator = 100 psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar
sumur sebagai titik nodal.
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat tekanan pada sumbu
tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
2. Berdasrkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai
anggapan harga q,
Pwf = Ps - q/PI
Untuk q = 200 bbl/hari.
Pwf = 2200-200/1 =2000 psi
Plot antara q terhadap Pwh pada gambar 3-5
Tabel V-4.
Harga Pwh dari Grafik Pressure Traverse

Q anggapan P sep Pwh


(BPD) (Psi) (Psi)
200 100 115
400 100 140
600 100 180
800 100 230
1000 100 275
1500 100 420
3. Berdasarkan perhitungan dicontoh soal 3.2.1.1.butir 2 telah diperoleh
harga untuk berbagi laju produksi anggapan. Dengan mengunakan
grafik pressure traverse untuk aliran tegak pada masing-masing q,dan
diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel V-5.
Pwh Untuk Aliran Tegak

Q anggapan Pwf Pwh


176

(BPD) (Psi) (Psi)


200 2000 610
400 1800 540
600 1600 450
800 1400 330
1000 1200 180
1500 700
4. Plot antara q terhadap Pwh pada kertas grafik.
5. Perpotongan antara kurva dilangkah 3 dan 5 memberikan laju produksi
yang diperoleh.
6. Laju produksi yang diperoleh = 900 bbl / hari.
5.3.3 Contoh Soal Analisa Sistem Nodal dengan Titik Nodal di Separator
Diketahui :
o Panjang pipa salur = 3000 ft
o Diameter = 2 in
o Kedalaman sumur = 5000 ft
o Diameter Tubing = 2 3/8 in
o Kadar Air = 0
o Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
o Tekanan Statik = 2200 psi
o Tekanan Separator = 100 psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan
separator sebagai titik nodal.
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat tekanan pada sumbu
tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
2. Berdasarkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai
anggapan harga q,
Pwf = Ps - q/PI
Untuk q = 200 bbl/hari.
Pwf = 2200-200/1 =2000 psi
3. Buat sistem koordinat pada kertas grafik kartesian dengan tekanan
sebagai sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar, seperti
pada gambar 3-7.
177

4. Dari perhitungan contoh soal 3.2.1.1. langkah 4, telah diperoleh


hubungan q terhadap P wh untuk perhitungan yang diawali dari dasar
sumur, yaitu sebagai berikut :
5. Berdasarkan Pwh di langkah 2 tentukan tekanan di separator untuk
beberapa anggapan laju produksi.
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
Tabel V-6
Pwh Untuk Aliran Tegak

Q anggapan Pwf Pwh


(BPD) (Psi) (Psi)
200 2000 610
400 1800 540
600 1600 450
800 1400 330
1000 1200 180
Tabel V-7
Psep Untuk Aliran Tegak

Q anggapan Pwh P Separator


(BPD) (Psi) (Psi)
200 610 595
400 540 525
600 450 410
800 330 255
1000 180

6. Plot q terhadap P ins seperti gambar 3-7.


7. Plot tekanan separator = 100 psi pada sumbu tekanan. Kemudian buat
garis datar ke kanan sampai memotong kurva di langkah 4. perpotongan
ini menunjukan laju produksi yang di peroleh, yaitu : q = 900
bbl/hari.
178

5.4. PEMBAHASAN
Persoalan di dalam operasi produksi sumur adalah mengalirkan fluida dari
reservoir ke permukaan. Dalam proses ini akan terjadi penurunan tekanan selama
fluida mengalir dari dasar sumur ke permukaan, oleh karena itu digunakan
persamaan nodal. Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen,
dimana di titik pertemuan tersebut akan terjadi kesetimbangan dalam bentuk
keseimbangan massa ataupun keseimbangan tekanan. Tujuan dari analisa nodal
yaitu untuk menggabungkan kinerja dari berbagai komponen sumur minyak dan
gas dalam sistem produksi untuk menentukan laju produksi dan menentukan suatu
sistem produksi yang optimal. Sistem Produksi dalam pendekatan analisa nodal
ini, sistem produksi meliputi reservoir (aliran dari reservoir ke sandface),
perforasi, gravel pack, screen, tubing, downhole safety valves, choke, pipa
permukaan dan separator.
Penyelesaian analisa nodal dilakukan dengan membagi sistem tersebut
menjadi dua sub sistem yaitu sistem inflow dan outflow. Pemilihan titik
penyelesaian atau nodal tergantung dari tujuan analisa. Titik Nodal di Dasar
Sumur Titik Nodal di Kepala Sumur, titik Nodal di Separator, titik Nodal di
Upsteam/Downsteam Jepitan. Dari data inflow performance dan outflow
pereformance (vertical lift performance, choke performance, horizontal flow
performance, separator). Adapun manfaat yang di dapat menentukan laju
produksi yang dapat diperoleh secara sembur alam,meramalkan kapan sumur akan
“mati”,memeriksa setiap komponen dalam sistem produksi untuk mementukan
adanya hambatan aliran,menentukan saat yang terbaik untuk mengubah sumur
sembur alam menjadi sembur buatan atau metode produksi satu ke metode
produksi lainnya. Ada empat titik nodal yakni, di dasar sumur, di tubing, di kepala
sumur, dan di separator.
Konsep IPR ( Inflow Performance Relationsip ) yakni, hubungan antara laju
alir dan tekanan ( Pwf ). IPR ada 3 jenis yakni, 1 fasa, 2 fasa, dan 3 fasa. Untuk 1
fasa kondisi di mana Ps di atas Pb, jadi belum terbentuk gelembung-gelembung
gas. IPR dua fasa kondisi di mana Ps di bawah Pb sehingga ada fasa gas. Untuk 3
fasa reservoirnya adalah “open reservoir” yakni, berhubungan dengan aquifer.
179

Kondisi Ps diatas Pb pada awal, namun pada selang waktu beberapa lama kondisi
Ps berada di bawah Pb sehingga, terbentuk gas.
Pada bab ini kita juga membahas mengenai pressure traverse. Kurva ini
memberikan kita kemudahan untuk menentukan harga-harga Pwf ataupun Pwh.
Untuk arah vertikal kita dari data Pwh dapat menentukan harga dari Pwf.
Sedangkan untuk yang arah horizontal dari data separator dapat mencari harga
Pwh.
Dari hasil nodal analisis kita akan mendapatkan laju optimum untuk
produksi sumur kita sesuai dengan ukuran tubing dan GLR formasi.
Open reservoir yakni reservoir yang berhubungan dengan aquifer, biasanya
reservoir ini bertenaga pendorong water drive. Sedangkan closed reservoir yakni,
reservoir yang tidak berhubungan dengan aquifer, biasanya bertenaga pendorong
solution/ depletion gas drive.
129

5.5. KESIMPULAN
1. Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen, dimana di titik
pertemuan tersebut akan terjadi kesetimbangan dalam bentuk keseimbangan
massa ataupun keseimbangan tekanan.
2. Tujuan dari analisa nodal yaitu untuk menggabungkan kinerja dari berbagai
komponen sumur minyak dan gas dalam sistem produksi untuk menentukan
laju produksi dan menentukan suatu sistem produksi yang optimal.
3. Sistem Produksi dalam pendekatan analisa nodal ini, sistem produksi
meliputi reservoir (aliran dari reservoir ke sandface), perforasi, gravel pack,
screen, tubing, downhole safety valves, choke, pipa permukaan dan
separator.
4. Penyelesaian analisa nodal dilakukan dengan membagi sistem tersebut
menjadi dua sub sistem yaitu sistem inflow dan outflow. Pemilihan titik
penyelesaian atau nodal tergantung dari tujuan analisa. Titik Nodal di Dasar
Sumur, Titik Nodal di Kepala Sumur, titik Nodal di Separator, titik Nodal di
Upsteam/Downsteam Jepitan.
5. Adapun manfaat yang di peroleh yakni :
 Optimasi laju produksi
 Mengetahui kapan mengubah ke metode produksi artificial lift.
 Meramalkan kapan sumur “mati”.
 Menentukan laju produksi dari metode sembur alam.
6. Kurva IPR ada 3 jenis :
 IPR 1 Fasa : Kondisi Ps > Pb
 IPR 2 Fasa : Kondisi Ps < Pb
 IPR 3 Fasa : Kondisi awal Ps > Pb, setelah beberapa waktu produksi
Ps < Pb
7. Dari grafik pressure traverse di dapat untuk mencari Pwh dari P separator
(Arah Horizontal ), dan Pwf dari Pwh ( Arah Vertikal ).

Вам также может понравиться