Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JURNAL PENELITIAN
Judul penelitian : Penggunaan Terapi Komplementer Fish Oil Dalam Menurunkan Nyeri
Akibat Inflamasi Pada Rheumatoid
Abstract : Rheumatoid arthritis (RA) adalah salah satu penyakit rematik yang dikategorikan
dalam autoimun sistemik dengan kondisi kronis dimana peradangan terjadi pada setiap tulang
pada tubuh manusia. Prevalensi RA incresas pada usia 35-50 tahun dengan rasio 1: 3 antara
pria dan wanita. Sebelumnya, sistem penyembuhan RA hanya berfungsi sebagai cara untuk
mematikan gejala (sistem penyembuhan simtomatik). Padahal, sekarang sistem perawatan RA
bertujuan untuk menghentikan penyakit agar tidak berada dalam kondisi serius, mencegah
hilangnya fungsi tulang belakang, dan mencegah cacat fisik dan kematian. Sistem perawatan
RA dilakukan dengan menggunakan obat-obatan (salah satunya adalah dengan Non Steroid
Anti Imflamantory Drug-NSAID) dan terapi non medis (pelengkap). NSAID digunakan
sebagai analgetik dan anti-inflamasi, namun NSAID memiliki efek samping untuk
menumbuhkan dispepsi, ulserasi, dan efek gastrointestinal serius. Karena efek berbahaya
tersebut, perlu bagi pasien untuk mendapatkan theraphy komplementer sebagai alternatif. Salah
satu sumber yang mengandung efek antiinflamasi adalah omega-3 EFA yang ditemukan pada
minyak ikan. Suplemen minyak ikan bisa menurunkan peradangan, bengkak, dan kekakuan
tubuh akibat artritis. Mengkonsumsi minyak ikan setiap hari juga bisa mengurangi risiko
komplikasi kesehatan seperti penyakit kardiovaskular. Minyak ikan diuntungkan oleh RA
karena mengandung asam lemak esensial omega-3, sehingga pasien yang rutin mengkonsumsi
minyak ikan bisa sembuh dari RA.
A. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan salah satu jenis penyakit rematik yang
merupakan penyakit autoimun sistemik dengan kondisi kronik, inflamasi jaringan penghubung
pada diarthrodial (sendi) persambungan. Prevalensi RA diperkirakan 1% dari seluruh populasi
di negara barat. RA muncul pada berbagai kelompok usia dengan prevalensi meningkat pada
usia 35-50 tahun dengan rasio pria dibanding wanita adalah 1:3. Dahulu, pengobatan
rheumatoid artritis hanya berfungsi untuk menghilangkan gejalanya saja, seperti mengurangi
bengkak dan nyeri (pengobatan simptomatik). Sekarang, pengobatan RA dimaksudkan untuk
menghentikan penyakit agar tidak berlanjut, mencegah hilangnya fungsi sendi, dan mencegah
cacat sehingga dapat mencegah kematian prematur. Pengobatan RA dilakukan dengan terapi
menggunakan obat dan non obat, namun kekurangan dari penggunaan obat adalah efek
samping yang ditimbulkan cukup besar, prosedur penggunaan cukup rumit, efek lambat, dan
angka kegagalan cukup besar. NSAID digunakan sebagai analgetik dan anti inflamasi
digunakan pada 5% dari 10% populasi di US, dan kurang lebih 14% usia lanjut menggunakan
NSAID secara rutin untuk mengontrol nyeri. Namun NSAID memiliki efek samping terjadinya
dispepsi pada 50% pengguna, subepithelial gastrik hemorragi, dan 8-20% lebih mengalami
ulserasi. Selain itu, dilaporkan juga 3% pasien mengalami efek gastrointestinal yang serius,
dimana 10000 orang dirawat inap, 16500 meninggal dan biaya untuk pengobatan mencapai 1,5
milyar dolar.
Karena adanya efek yang merugikan dari NSAID, maka untuk nyeri artritis perlu
diberikan terapi komplementer untuk alternatif NSAID. Salah satu sumber yang memiliki
kandungan efek anti inflammatory adalah omega-3 EFA yang ditemukan pada fish oil.
C. Pengobatan
Pengobatan RA dibagi menjadi 2, yaitu terapi menggunakan obat dan non obat seperti
fisioterapi, psikologik dan pembedahan. Pengobatan dengan menggunakan obat pengubah
perjalanan penyakit (disease modifying rheumatic drug/DMARD) seperti metroteksat,
sulfasalasin, kloroquin dapat digunakan, namun kekurangan dari penggunaan obat tersebut
adalah efek samping yang ditimbulkan cukup besar, prosedur penggunaan cukup rumit, efek
lambat dan angka kegagalan cukup besar. Efek toksisitas yang dapat ditimbulkan oleh
DMARD adalah berikut ini:
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa adanya penurunan
insidensi 72% pada yang mengkonsumsi minyak ikan. Mekanisme dari minyak ikan tersebut
karena di dalamnya terkandung 2 jenis asam lemak esensial, yaitu omega 6 dan omega 3 yang
berisi eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA). Penelitian membuktikan
bahwa zat yang terkandung dalam minyak ikan tersebut memiliki efek sebagai anti-inflamasi,
antitrombotic, antiaritmic, dan antiatherogenic. Asam arachidonic (asam lemak omega 6),
diubah menjadi inflammatory prostaglandin dan leukotrin dengan bantuan enzim
cyclooxygenase dan lipoxygenase.
Peningkatan intake asam lemak omega necrosis factor. Terhambatnya asam arachidonic
oleh asam lemak omega juga memproduksi efek antithrombotic melalui penurunan
thromboxane A2. menurunkan asam arachidonic ke dalam membrane sel, yang dapat menahan
respon anti inflamasi. Sehingga, minyak ikan secara signifikan potensial menurunkan
penyebab inflamasi, meliputi leukotrin, prostaglandin, interleukin, dan tumor. Implikasi
keperawatan pada pemberian fish oil bagi RA adalah :
a. Secara umum aman digunakan pada dosis 2 sampai 3,5 tahun.
b. Dosis lebih dari 3 gr/hari dapat meningkatkan resiko perdarahan.
c. Harus diperhatikan jika digunakan pada pasien diabetes atau gangguan perdarahan.
d. Perhatikan pada pasien yang memperoleh pengobatan, herbal atau suplemen yang dapat
meningkatkan resiko perdarahan.
e. Anjurkan pasien untuk konsultasi ke petugas kesehatan sebelum mengkonsumsi fish oil
dengan dosis lebih dari 3 gram/ hari.