Вы находитесь на странице: 1из 6

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang

lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang meruapakan fase terdispersi dan larutan
air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air
atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
sebagai fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan
dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan
kecil menjadi tetesan besardan akhirnya menjadi suatu fase tunggal yang memisah (Levine,
1983).

Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang sebetulnya
tdk dapat bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak lemak. Salah satu dari zat cair
tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan
dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan). Sedang menurut Farmakope
Indonesia edisi ke III, emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfactan yang cocok. Dalam batas emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan
medium dispersi sebagai fase luar atau kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak
dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi
“m/a”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut
emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi ‘a/m”. Karena fase luar dari suatu
emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan
air atau suatu preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu
fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung
pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa
disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat) (Ansel, 1989).

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar


memperoleh emulsa yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan
lain-lain. Emulsa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan
emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat
disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur
(Anief, 2000).

Emulsi dibuat untuk mendapatkan preparat atau sediaan yang stabil danmerata atau
homogen dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.Tujuan pemakaian
emulsi adalah:
1.Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umumnya tipe emulsi tipe
O/W.

2.Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O, tergantung
pada banyak faktor, misalnya sifat atau efek terapi yang dikehendaki.(Syamsuni, 129).

Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir


tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegahterjadinya koalesen dan
terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. (Anief,132).Syarat emulgator adalah
molekul-molekulnya mempunyai afinitasterhadap kedua cairan yang membentuk emulsi.
Daya afinitasnya harus parsialatau tidak sama terhadap kedua cairan tersebut. Salah satu
ujung emulgator larutdalam cairan yang satu, sedangkan ujung yang lain hanya membentuk
lapisan tipis(selapis molekul) di sekeliling atau di atas permukaan cairan yang lain.
(Sumardjo, 547). Beberapa zat pengemulsi yang sering digunakan adalah gelatin,gom akasia,
tragakan, sabun, senyawa amonium kwartener, senyawa kolesterol,surfaktan, atau emulgator
lain yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental, misalnya
tragakan, tilosa, natriumkarboksimetilselulosa. (Depkes RI, 9)

Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam airdibuat pada suhu tinggi, berbentuk
cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat
terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume
fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah
padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal
hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh
fase eksternal setengah padat (Atmadja, 2000).

Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama


surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan
dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan
agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat
menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan
minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan
meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin
besar pula kecepatan pembentukan krim (Moechtar, 1989).
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak
dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih
sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik,
gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Oktavia, 2006).

Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal)); Fase kontinyu (zat cair yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal)); dan Emulgator (zat
yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi
sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi 2 : Emulsi tipe w/o
(emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam minyak, air berfungsi sebagai fase
internal & minyak sebagai fase eksternal) dan Emulsi tipe o/w (emulsi yang terdiri dari
butiran minyak yang tersebar ke dalam air) (Ansel, 1989).
TIPE EMULSI

Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi
kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah
minyak.Fase intern disebut pula fase dispers atau fase kontinu (Anief,1993).

Emulsi yang memliki fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam
air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “M/A”.Sebaliknya emulsi yang mempunya fase
dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebaga emulsi
“A/M”.Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu,suatu emulsi minyak dalam air bias
diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu preparat dalam air (Ansel,1985).

Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama lainya,dimana yang satu
menunjukkan karakter hidrofil,yang lain lipofil.Hidrofil (lipofod) umumnya adalah air atau
suatu cairan yang dapat tercampur dengan air.Sedangkan sebagai fase lipofil (hidrofod)
adalah lemak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak (minyak lemak,paraffin,lilin,lemak
coklat,malam bulu domba) atau juga bahan pelarut lipofil kloroform,benzene dan sebagainya
(Voight,1994)

Dengan demikian ada dua kemungkinan yang dapat terjadi,apakah fase hidrofil yang
terdispersi kedalam fase hidrofod,ataukah fase hidrofod kedalam fase hidrofil.dengan
demikian dapat dhasilkan dua macam emulsi yang berbeda.Yaitu yang dinyatakan sebagai
emulsi ar dalam minyak ‘’A/M’’ atau emulsi minyak dalam air “M/A’’.(Voight,1994)

Jenis emulsi M/A dan A/M adalah sistem emulsi sederhana.Sistem emulsi ganda akan
diperoleh apabila didalam bola-bola emulsi yang terbentuk terdapat lagi bola-bola dari fase
lainya.Sistem semacam ini dikatakan sebagai emulsi A/M/A atau emulsi M/A/M.Komponen-
komponen yang terdistribusi didalam sebuah emulsi,dikatakan sebagai fase terdispersi atau
fase dalam atau fase terbuka.Komponen-komponen yang mengandung cairan
terdispersi,dinyatakan sebagai bahan pendispersi atau fase luar atau fase tertutup.
(Voight,1994)

Untuk emulsi yang diberikan secara oral,tipe emulsi yang diberikan adalah minyak dalam air
memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yag lebih enak
walaupun sebenarnya diberikan minyak yang tidak enak rasanya,dengan menambahkan
pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya,sehingga mudah dimakan atau ditelan
sampai ke lambung.Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat
mempertahankan minyak tersebut agar lebih cepat dicerna dn lebih mudah diabsorpsi,atau jka
bukan dimaksudkan untuk itu,tugasnya juga akan lebih efektif,msalnya meningkatkan efikasi
minyak mineral sebagai katartik bila diberikan dalam bentuk emulsi.(Ansel,1985)

Emulsi yang dipakai pada kulit atau sebagai obat luar bias dibuat sebagai emulsi A/M atau
emulsi M/A,tergantung pada berbagai factor seperti sifat zat terapeutik yang akan
dimasukkan ke dalam emulsi,keinginan untuk mendapatkan efek amolien atau pelembut
jaringan dari preparat tersebut,dan keadaan kulit.Zat obat yang mengiritasi kulit umumnya
kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan
kulit.Tentu saja dapat bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat
yang digunakan dalam preparat yang diemulsikan menentukan banyaknya pelarut yang harus
ada sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan.Pada kulit yang tidak luka,suatu
emulsi air dalam minyak biasanya dapat digunakan lebih rata karena kulit diselaputi oleh
suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini mudah dibasahi oleh minyak dari pada oleh
air.Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit,karena ia mencegah
mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air.Sealiknya apabila diinginkan
preparat yang mudah di hilangkan dari kulit dengan air,digunakan suatu emulsi minyak dalam
air(Ansel,1985).

Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam fase air, fase kontinu, maka emulsi disebut
minyak dalam air (M/A). Jika minyak merupakan fase kontinu, emulsi merupakan tipe air
dalam minyak (A/M). Telah diamati bahwa emulsi M/A kadang-kadang berubah menjadi
emulsi A/M atau sebaliknya (inversi).Dua tipe emulsi tambahan yang digolongkan sebagai
emulsi ganda, tampaknya diterima oleh para ahli kimia. Secara keseluruhan memungkinkan
untuk membuat emulsi ganda dengan karakteristik minyak dalam air dalam minyak (M/A/M)
atau air dalam minyak dalam air (A/M/A) (Lachman,1994)

Ketika air terdispersikan atau menjadi fase internal (fase dalam) emulsi disebut air dalam
minyak (W/o) emulsi. Dalam minyak ketika medium dispersi atau fase eksternal.Sistem yang
mengandung sedikit dari 25% air umumnya emulsi w/o. kadang-kadang, lebih kecil dari 10%
air akan dipastikan emulsi w/o.Ukuran partikel dari fase dispersi umumnya 0,05 µ atau lebih
kecil.(Martin,1971)
Terdapat dua macam komponen emulsi:

1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalamemulsi,
terdiri atas:

a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam,yaitu zat cair
yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.

b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalamemulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsitersebut.

c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahakan kedalam emulsi
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris,
pengawet (preservative), dan antioksidan. (Syamsuni,119).

Вам также может понравиться