Вы находитесь на странице: 1из 8

HIKMAH RAMADHAN

Oleh :

ANNURUL ISTIQFARAH ALIFIAH


KELAS MIA IV

TAHUN AJARAN 2017/2018


HIKMAH RAMADHAN

Oleh :

DESYA
KELAS MIA IV

TAHUN AJARAN 2017/2018


HIKMAH RAMADHAN

Oleh :

NURUL FADHIYAH PUTRI LUKMAN


KELAS MIA IV

TAHUN AJARAN 2017/2018


HIKMAH RAMADHAN

Oleh :

MUTIARATUL RAHMA
KELAS MIA IV

TAHUN AJARAN 2017/2018


HIKMAH RAMADHAN

hikmah ramadhan-alquran

Marhaban adalah kata yang kerap dipakai untuk menyambut dan menghormat
tamu yang mulia. Bermakna ungkapan selamat datang. Ucapan itu tersirat makna
yang dalam Kegembiraan menyambut bulan itu, diiringi kesiapan dan kelapangan
waktu, keluasan tempat untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan
mengasuh dan mengasah jiwa menuju kebersihan bersamanya.

Apa yang dilakukan oleh banyak kalangan dalam menyongsong bulan Ramadhan,
seperti dengan ragam kegiatan, merupakan suatu bentuk ungkapan rasa senang
atas kehadirannya serta meneladani pesan yang dihimbau oleh Rasulullah SAW
dalam sebuah haditsnya:
“Man fariha biduhûli ramadhâna harrama Allahu jasadahu ‘alanniron”.
Artinya, barang siapa yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka
Allah SWT mengharamkan jasadnya atas api neraka.

Ramadhan adalah bulan mulia yang selalu dinanti secara khusus dan penuh
kegembiraan. Bulan ibadah dan bulan pengampunan. Ramadhan adalah bulan
turunnya Al-Quran yang berisi petunjuk, bimbingan, pembeda antara benar dan
salah dan penjelasan tentang paradigma hidup manusia.

Memasuki bulan Ramadhan wajib melaksanakan ibadah shaum/puasa. Meski


sakit sekalipun, kewajiban puasa tidak gugur. Allah memberikan keringanan
(rukhsah), berupa keizinan untuk mengganti puasa Ramadhan dengan berpuasa di
hari/bulan lainnya. Kalaupun masih tidak sanggup, karena sakit menahun, yang
menyebabkan tidak bisa berpuasa, maka dapat digantikan dengan membayar
fidyah (memberi makan orang miskin). Kondisi ini berlaku terhadap orang
sakit/tua,yang tidak sanggup untuk berpuasa. Ketentuan Allah ini merupakan
kemudahan bagi manusia.

Bulan Ramadhan adalah Syahrullah (Bulan Allah). Penyebutan ini sesuai dengan
ragamnya ibadah dan hikmahnya, dimana Allah SWT sebagai penentu lipatan
hikmah/ganjarannya. Hal ini tidak ditemukan pada bulan-bulan lainnya, sehingga
sebagai bulan Allah, maka peneguhan diri menyambutnya menjadi keharusan
setiap individu muslim, yaitu merespon anjuran-anjuran yang diajarkan agama
baik dari Al-Qur’an, Al-Hadits maupun perilaku orang-orang shalih terdahulu.

Ajaran agama Islam sama sekali tidak memberatkan. Sehingga tidak ada alasan
seseorang menolak melaksanakannya jika ia sebenar-benarnya mempercayai.
Pada hakekatnya puasa adalah ibadah khas yang membuktikan seorang benar-
benar serta mampu bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan dirinya dan
memberikan segala sesuatu keperluan yang diperoleh dalam hidup ini.

Seperti kita tahu bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 tahap spesial. Sepuluh hari
pertama, tahap pelimpahan rahmat, 10 hari kedua tahap pengampunan, dan 10 hari
ketiga tahap dimana setiap umat Islam dijanjikan akan terbebas dari api neraka.

Ibadah lain yang dilakukan di bulan Ramadhan seperti bersedekah, menjalin


silaturrahim, beraktivitas di kantor, bertutur kata, menulis maupun bentuk
kegiatan lainnya harus bisa dimaknai secara lebih mendalam. Untuk bisa
merasakan kedalaman makna dari semua perbuatan baik itu, manusia diwajibkan
berpuasa sebagai bagian dari pendidikan yang menghaluskan dan memurnikan
jiwa. Jadi, puasa secara langsung dimaksudkan juga untuk mempertajam daya
tangkap manusia terhadap semua gerak gerik kehendak Allah, baik melalui
perbuatan maupun melalui peristiwa yang kita alami sehari-hari, baik yang ghaib
maupun yang nyata.

Bila seseorang yang beriman tidak bersungguh-sungguh untuk meningkatkan


ketaqwaannya kepada Allah SWTSWT kecuali hanya sekedar menahan lapar dan
haus saja. Padahal Allah SWT sendiri tidak membutuhkan lapar dan hausnya
seseorang. Rasulullah SAW melalui ibadah Ramadhan, maka dia tidak
mendapatkan apa-apa dari Allah bersabda:
Barangsiapa yang puasa tapi tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan
dusta, maka Allah SWT tidak membutuhkan lapar dan hausnya (HR. Bukhari).

SISI-SISI PERBAIKAN

Ibadah Ramadhan erat kaitannya dengan melatih diri agar dapat meningkat
ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena itu, ada yang harus dievaluasi dari
kelakuan kita sendiri agar dapat diperbaiki secara intensif di bulan Ramadhan
untuk mencapai taqwa. Setiap tahun, selama Ramadhan sebenarnya ada tiga aspek
penting yang harus dievaluasi, diperbaiki, dan kemudian diaktualkan kembali.

Pertama, memperbaiki keyakinan Islam secara pribadi sebagai bagian dari kaum
yang tertunduk, fakir, dan berserah diri di hadapan Allah SWT agar terhindar dari
berbagai penyakit hati dan pikiran yang bersumber pada hawa nafsu yang tidak
terkendalikan. Kalau kita simak QS 91:7-10 ditegaskan bahwa hawa nafsu yang
fitri manusia dapat menjadi jahat atau taqwa. Dan semua itu tergantung
bagaimana kita menyucikan dan memurnikan kembali nafsu kita serta
mendidiknya.

Kedua, memperbaiki kualitas keislaman dalam lingkup keluarga. Hal ini bisa kita
lakukan dengan lebih mengkondisikan suasana pengamalan ajaran Islam dalam
kebersamaan sebagai suatu keluarga. Pengamalan ini mencakup aktivitas ritual
dan perbuatan sehari-hari. Aktivitas ritual seperti tadarus dan mengkaji Al-
Qur’an, sahur bersama, buka puasa bersama, tarawih bersama, ceramah
pengetahuan agama dan memperkokoh hubungan dengan sesama anggota
keluarga. Suasana kumpul bersama keluarga di rumah pada bulan Ramadhan
diperbanyak sehingga tercipta keakraban dan keharmonisan hubungan antar
keluarga yang berdampak sangat positif dalam upaya memperbaiki keislaman
anggota keluarga.

Ketiga, memperbaiki keislaman masyarakat. Bagi umat Islam, terwujudnya


masyarakat yang berkepribadian Islami merupakan sesuatu yang sangat penting.
Nilai-nilai Islami yang ada di masyarakat sebenarnya sudah banyak yang telah
menjadi nilai-nilai positif. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang
Berketuhanan Yang Maha Esa dan mempunyai keadilan dan keseimbangan
sistemik sebagai fondasinya. Dari keadaan tersebut, maka dapat dihadirkanitas,
kedamaian dan ketenangan hidup yang dapat sama-sama kita rasakan. Kehidupan
masyarakat islami adalah kehidupan yang terarah pada nilai-nilai kebenaran
Tuhan sebagai al-Haqq dimana semua tindakan manusia merefleksikan kemuliaan
dan kesucian Tuhan serta semua asma, sifat dan perbuatanNya. Masyarakat
demikian tidak akan mentolerir tindakan-tindakan menyimpang yang dapat
merusak seluruh keseimbangan dan keadilan sistem kehidupan. Paling tidak,
peluang untuk melakukan kerusakan di muka bumi dapat diperkecil. Dari sini
masyarakat akan memiliki harapan yang lebih besar terhadap masa depan yang
cerah dan sejahtera. disiplin, ketertiban, produktif.
Ramadhan disebut pula Syahrul Maghfirah, Syahrut Tabiyah dan Syahrul Jihad.
Ini adalah sebagian dari nama-nama lain bulan Ramadhan yang penuh hikmah.
Ramadhan adalah tamu agung yang selalu dinanti dan ditunggu oleh setiap kaum
muslimin di seluruh dunia. Ada beberapa hikmah yang sesuai dengan nama lain
dari bulan Ramadhan yang penuh berkah serta maghfirah ini, diantaranya adalah:

1. Syahrut-Tarbiyah (Bulan Pendidikan)


Kenapa bulan Ramadhan disebut dengan Syahrut Tarbiyah/bulan pendidikan,
karena pada bulan ini kita dididik langsung oleh Allah SWT. Seperti misalnya
makan tepat pada waktunya sehingga kesehatan kita menjadi terjaga. Atau kita
juga diajarkan supaya bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita. Kapan waktu
makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan pula saatnya ibadah
mahdhah.

2. Syahrul Jihad
Pada masa Rasulullah SAW peperangan banyak terjadi pada bulan Ramadhan dan
itu semua dimenangkan oleh kaum muslimin. Yang paling penting kita rasakan
sekarang adalah kita berjihad melawan hawa nafsu, sehingga kita dapat tetap
bersungguh-sungguh dalam menjalan segala aktivitas kita yang positif.

3.Syahrul Qur’an
Al-Qur’an pertama kali diturunkan di bulan Ramadhan. Tepatnya pada tanggal 17.
Yaitu hari yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an sebagai Yauma Yaltaqil Jam’an (hari
dipertemukannya dua pasukan). Oleh karenanya pada bulan ini sebaiknya kita
banyak membaca serta mengkaji kandungan Al-Qur’an agar kita menjadi faham
dan mengerti perintah Allah SWT yang terkandung di dalamnya.
4. Syahrul Ukhuwah
Pada bulan ini kita merasakan sekali ukhuwah diantara kaum muslimin terjalin
sangat erat dengan selalu berinteraksi di Masjid/Musholla untuk melakukan sholat
berjama’ah. Dan diantara tetangga juga saling mengantarkan makanan berbuka
puasa sehingga antara kaum muslimin terasa sekali kebersamaan serta
kesatuannya.

5. Syahrul Ibadah
Bulan Ramadhan disebut juga dengan Bulan Ibadah karena pada bulan ini umat
Islam disunnahkan untuk memperbanyak ibadah. Contohnya seperti shalat sunnah
tarawih, qiyamullail dan juga tadarus Al-Quran.
Itulah sebagian hikmah dari bulan Ramadhan sesuai dengan nama-nama yang
disandangnya.
Adalah predikat sebagai insan yang bertaqwa (Al-Muttaqin), sebagai puncak
pelaksanaan nilai puasa Ramadhan. Namun, untuk mencapai ketaqwaan itu tidak
semudah membalikkan tangan, sehingga pada kesempatan yang berbeda Nabi
Muhammad SAW memperingatkan dalam sebuah hadistnya
“kam mi shâimin laysa lahu min siyâmihi illa al ju’a wa al athsa”, artinya
banyak orang yang berpuasa namun tidak ada pahala yang didapat olehnya
terkecuali hanya sekedar rasa lapar dan haus.
Secara sosial, hikmah Ramadhan akan dapat dirasakan oleh semua orang, jika
pelaku puasa mampu merawatnya dengan baik dan menghayatinya. Karena, puasa
itu mendidik seseorang untuk sabar, belajar serta menghindari tindakan-tindakan
yang merugikan orang lain.

Hikmah inilah yang paling penting pada saat ini, di samping secara vertikal
harapan pahala langsung dari Allah SWT tidak dilupakan sebagai sebuah
keyakinan beragama, yaitu harapan mendapat rahmat-Nya, pengampunan-Nya
hingga terbebas dari api neraka.

Pada akhirnya, puasa diharapkan mampu menjadi awal perubahan dan pencapaian
hakekat hikmahnya, bukan sekedar cukup merasa puas dengan lapar serta haus,
sehingga pasca Ramadhan cita-cita sebagai insan yang bertaqwa tetap mewarnai
kehidupan pelaku puasa, baik individu maupun kelompok. Dan semua kembali
pada kesiapan kita dalam memaknai dan menghayati Syahru Ramadhan.

Вам также может понравиться