Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pada beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis
protein spesifik; pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblast hormon steroid
merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid,
hal ini menimbulkan efek katabolik
FARMAKOKINETIK
Waktu paruh kortisol dalam sirkulasi, normalnya sekitar 60-90 menit, waktu paruh
dapat meningkat apabila hydrocortisone (prefarat farmasi kortisol) diberikan dalam jumlah
besar, atau pada saat terjadi stres, hipotiroidisme atau penyakit hati. Hanya 1% kortisol
diekskresi tanpa perubahan di urine sebagai kortisol bebas, sekitar 20% kortisol diubah
menjadi kortison di ginjal dan jaringan lain dengan reseptor mineralokortikoid sebelum
mencapai hati.
Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan
lama kerja juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein. Prednisone
adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.
Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan ruang sinovial.
Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek
sistemik, antara lain supresi korteks adrenal.
FARMAKODINAMIK
Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan atas dua golongan besar, yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan
glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan
elektrolit kecil. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol. Sebaliknya golongan
mineralokortikoid efek utamanya adalah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan
pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Prototip golongan ini adalah
desoksikortikosteron. Umumnya golongan
Tabel perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan kortikosteroid.
Potensi Dosis
Lama
Kortikosteroid Retensi Anti- ekuivalen
kerja
natrium inflamasi (mg)*
Kortisol 1 1 8-12 jam 20
(hidrokortison)
Kortison 0,8 0,8 8-12 jam 25
Kortikosteron 15 0,35 8-12 jam -
6-α-metilprednisolon 0,5 5 12-36 jam 4
Fludrokortison 125 10 12-36 jam -
(mineralokortikoid)
Prednisone 0,8 4 12-36 jam 5
Prednisolon 0,8 4 12-36 jam 5
Triamsinolon 0 5 12-36 jam 4
Parametason 0 10 36-72 jam 2
Betametason 0 25 36-72 jam 0,75
Deksametason 0 25 36-72 jam 0,75
Keterangan:
Pengaruh kortikosteroid terhadap fungsi dan organ tubuh ialah sebagai berikut:
Metabolisme.
Metabolisme lemak. Pada penggunaan glukokortikoid dosis besar jangka panjang atau pada
sindrom cushing, terjadi gangguan distribusi lemak tubuh yang khas. Lemak akan terkumpul
secara berlebihan pada depot lemak; leher bagian belakang (buffalo hump), daerah
supraklavikula dan juga di muka (moon face), sebaliknya lemak di daerah ekstremitas akan
menghilang.
Pada aldosteronisme primer gejala yang mencolok ialah hipertensi dan hipokalemia.
Hipokalemia diduga disebabkan oleh efek langsung aldosteron pada ginjal, sedangkan
hipertensi diduga akibat retensi Na yang berlebihan dan berlangsung lama yang dapat
menimbulkan edema antara dinding arteriol, akibatnya diameter lumen berkurang dan
resistensi pembuluh perifer akan bertambah.
Otot rangka. Untuk mempertahankan otot rangka agar dapat berfungsi dengan baik,
dibutuhkan kortiosteroid dalam jumlah cukup. Tetapi apabila hormon ini berlebihan, timbul
gangguan fungsi otot rangka tersebut. Disfungsi otot pada insufisiensi adrenal
diakibatkan oleh gangguan sirkulasi. Pada keadaan ini tidak terjadi kerusakan otot maupun
sambungan saraf otot. Pemberian transfuse atau kortisol dapat mengembalikan kapasitas
kerja otot. Kelemahan otot pada pasien aldosterisme primer, terutama karena adanya
hipokalemia. Pada pemberian glukokortikoid dosis besar untuk waktu lama dapat timbul
wasting otot rangka yaitu pengurangan massa otot, diduga akibat efek katabolik dan
antianaboliknya pada protein otot yang disertai hilangnya massa otot, penghambatan aktivitas
fosforilase, dan adanya akumulasi kalsium otot yang menyebabkan penekanan fungsi
mitokondria.
Susunan saraf pusat. Pengaruh kortikosteroid terhadap SSP dapat secara langsung dan tidak
langsung. Pengaruhnya secara tidak langsung disebabkan efeknya pada metabolisme
karbohidrat, sistem sirkulasi, dan keseimbangan elektrolit. Adanya efek steroid pada SSP ini
dapat dilihat dari timbulnya perubahan mood, tingkah laku, EEG, dan kepekaan otak,
terutama untuk penggunaan waktu lama atau pasien penyakit Addison.
Efek anti-inflamasi dan imunosupresif. Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah
atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik, atau
alergen. Secara mikroskopik obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema,
deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis.
Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu proliferasi
kapiler dan fibroblast, pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks. Hal ini karena
efeknya yang besar terhadap konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer dan juga
disebabkan oleh efek supresinya terhadap cytokyne dan chemokyne imflamasi serta mediator
inflamasi lipid dan glukolipid lainnya. Inflamasi, tanpa memperhatikan penyebabnya,
ditandai dengan ekstravasasi dan infiltrasi leukosit kedalam jaringan yang mengalami
inflamasi. Peristiwa tersebut diperantarai oleh serangkaian interaksi yang komplek dengan
molekul adhesi sel, khusunya yang berada pada sel endotel dan dihambat oleh
glukokortikoid. Sesudah pemberian dosis tunggal glukokortikoid dengan masa kerja pendek,
konsentrasi neutrofil meningkat , sedangkan limfosit, monosit dan eosinofil dan basofil dalam
sirkulasi tersebut berkurang jumlahnya. Perubahan tersebut menjadi maksimal dalam 6 jam
dan menghilang setelah 24 jam. Peningkatan neutrofil tersebut disebabkan oleh peningkatan
aliran masuk ke dalam darah dari sum-sum tulang dan penurunan migrasi dari pembuluh
darah, sehingga menyebabkan penurunan jumlah sel pada tempat inflamasi.
Glukokortikoid juga menhambat fungsi makrofag jaringan dan sel penyebab antigen
lainnya. Kemampuan sel tersebut untuk bereaksi terhadap antigen dan mitogen diturunkan.
Efek terhadap makrofag tersebut terutama menandai dan membatasi kemampuannya untuk
memfagosit dan membunuh mikroorganisme serta menghasilkan tumor nekrosis factor-a,
interleukin-1, metalloproteinase dan activator plasminogen.Selain efeknya terhadap fungsi
leukosit, glukokortikoid mempengaruhi reaksi inflamasi dengan cara menurunkan sintesis
prostaglandin, leukotrien dan platelet-aktivating factor.
Jaringan limfoid dan sistem imunologi. Glukokortikoid tidak menyebabkan lisis jaringan
limfoid yang masif, golongan obat ini dapat mengurangi jumlah sel pada leukemia
limfoblastik akut dan beberapa keganasan sel limfosit. Kortikosteroid bukan hanya
mengurangi jumlah limfosit tetapi juga respons imunnya. Kortikosteroid juga menghambat
inflamasi dengan menghambat migrasi leukosit ke daerah inflamasi.
INDIKASI
Dari pengalaman klinis dapat diajukan minimal 6 prinsip terapi yang perlu
diperhatikan sebelum obat ini digunakan:
Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan trial and
error, dan harus dievaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit. Suatu
dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya. Penggunaan kortikosteroid
untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali
dengan dosis sangat besar.
Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu atau lebih hingga dosis melebihi
dosis substitusi, insidens efek samping dan efek letal potensial akan bertambah. Kecuali
untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun
kuratif tetapi hanya bersifat paliatif karena efek anti-inflamasinya.
Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar, mempunyai
resiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat mengancam jiwa pasien. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa bila kortikosteroid akan digunakan untuk jangka panjang, harus
diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif. Kemudian dalam periode singkat dosis
harus diturunkan bertahap sampai tercapai dosis minimal dimana gejala semula timbul lagi.
Bila terapi bertujuan mengatasi keadaan yang mengancam pasien, maka dosis awal haruslah
cukup besar. Bila dalam beberapa hari belum terlihat efeknya, dosis dapat dilipat gandakan.
Untuk keadaan yang tidak mengancam jiwa pasien, kortikosteroid dosis besar dapat
diberikan untuk waktu singkat selama tidak ada kontraindikasi spesifik. Untuk mengurangi
efek supresi hipofisis-adrenal ini, dapat dilakukan modifikasi cara pemberian obat, misalnya
dosis tunggal selang 1 atau 2 hari, tetapi cara ini tidak dapat diterapkan untuk semua
penyakit.
Terapi substitusi. Terapi ini bertujuan memperbaiki kekurangan akibat insufisiensi sekresi
korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal sendiri (insufisiensi primer) atau
hipofisis (insufisiensi sekunder).
Dibawah ini dibahas beberapa penyakit yang bukan merupakan kelainan adrenal atau
hipofisis, tetapi diobati dengan glukokortikoid. Dasar pemakaian disini adalah efek anti-
inflamasinya dan kemampuannya menekan reaksi imun. Berikut adalah kasus yang
menggunakan preparat kortikosteroid:
Fungsi paru pada fetus. Penyempurnaan fungsi paru fetus dipengaruhi sekresi kortisol
pada fetus. Betametason atau deksametason selama 2 hari diberikan pada minggu ke
27-34 kehamilan. Dosis terlalu banyak akan mengganggu berat badan dan
perkembangan kelenjar adrenal fetus.
Artriris. Kortikosteroid hanya diberikan pada pasien arthritis rheumatoid yang
sifatnya progresif, dengan pembengkakan dan nyeri sendi yang hebat sehingga pasien
tidak dapat bekerja, meskipun telah diberikan istirahat, terapi fisik dan obat golongan
anti-inflamasi nonsteroid.
Karditis reumatik.
Penyakit ginjal. Kortikosteroid dapat bermanfaat pada sindrom nefrotik yang
disebabkan lupus eritematus sistemik atau penyakit ginjal primer, kecuali amiloidosis.
Penyakit kolagen. Pemberian dosis besar bermanfaat untuk eksaserbasi akut,
sedangkan terapi jangka panjang hasilnya bervariasi. Untuk scleroderma umumnya
obat ini kurang bermanfaat.
Asma bronchial dan penyakit saluran napas.
Penyakit alergi.
Penyakit mata (konjungtivitis alergika, uveitis akut, neuritis optika, koroiditis).
Penyakit hepar.
Keganasan.
Gangguan hematologik lain (anemia hemolitik acquaired dan autoimun, leukemia,
purpura alergika akut dll).
Syok.
Edema serebral.
Trauma sumsum tulang belakang.
EFEK SAMPING
Pengurangan produksi cortisol sendiri. Selama dan setelah pengobatan steroid, maka
kelenjar adrenal memproduksi sendiri sedikit cortisol, yang dihasilkan dari kelenjar di
bawah otak-hypopituitary-adrenal (HPA) penindasan axis. Untuk sampai dua belas
bulan setelah steroids dihentikan, kurangnya respon terhadap steroid terhadap stres
seperti infeksi atau trauma dapat mengakibatkan sakit parah.
Osteoporosis terutama perokok, perempuan postmenopausal, orang tua, orang-orang
yang kurang berat atau yg tak bergerak, dan pasien dengan diabetes atau masalah
paru-paru. Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang belakang, ribs atau pinggul
bersama dengan sedikit trauma. Ini terjadi setelah tahun pertama dalam 10-20% dari
pasien dirawat dengan lebih dari 7.5mg Prednisone per hari. Hal ini diperkirakan
hingga 50% dari pasien dengan kortikosteroid oral akan mengalami patah tulang.
Penurunan pertumbuhan pada anak-anak, yang tidak dapat mengejar ketinggalan jika
steroids akan dihentikan (tetapi biasanya tidak).
Otot lemah, terutama di bahu dan otot paha.
Jarang, nekrosis avascular pada caput tulang paha (pemusnahan sendi pinggul).
Meningkatkan diabetes mellitus (gula darah tinggi).
Kenaikan lemak darah (trigliserida).
Redistribusi lemak tubuh: wajah bulan, punuk kerbau dan truncal obesity.
Retensi garam: kaki bengkak, menaikkan tekanan darah, meningkatkan berat badan
dan gagal jantung.
Kegoyahan dan tremor.
Penyakit mata, khususnya glaukoma (peningkatan tekanan intraocular) dan katarak
subcapsular posterior.
Efek psikologis termasuk insomnia, perubahan mood, peningkatan energi,
kegembiraan, delirium atau depresi.
Sakit kepala dan menaikkan tekanan intrakranial.
Peningkatan resiko infeksi internal, terutama ketika dosis tinggi diresepkan (misalnya
tuberkulosis).
Ulkus peptikum, terutama pada pengobatan yang menggunakan anti-inflamasi.
Ada juga efek samping dari mengurangi dosis; termasuk kelelahan, sakit kepala, nyeri
otot dan sendi dan depresi.
Kortikosteroid oral
Betametason
Indikasi : RA, poliarthritis nodosa, lupus eritematosus,
dermatomikosis, keadaan-keadaan alergi.
Dosis : 0,5-9 mg/hari
Kontra Indikasi : Tukak peptik, osteoporosis, psikosis, psikoneurosis berat,
tbc aktif/tenang, infeksi akut, vaksin hidup.
Perhatian : Hipertensi, payah jantung kongestif, DM, penyakit
infeksi, gagal ginjal kronik, uremia, lansia, kehamilan.
Efek Samping : Retensi cairan dan garam, edema, hipertensi, amenorea,
hiperhidrosis, gangguan mental, pankreatitis akut,
osteonekrosis aseptik, kelemahan otot, keadaan intraokular, gangguan
penglihatan, atrofi lokal, nafsu makan bertambah, retardasi
pertumbuhan.
Mekanisme Kerja : Obat dapat mengurangi aktivitas dan volume limfatik
menghasilkan limpositopenia, menurunkan konsentrasi
imunologi reaktivitas jaringan interaksi antigen-antibodi sehingga
menekan respon imun. Betametason juga menstimulasi sel-sel eritroid
dari sumsum tulang; memperpanjang masa hidup eritrosit dan
platelet darah; menghasilkan neutrofilia dan eosinopenia;
meningkatkan katabolisme protein, glukoneogenesis dan penyebaran kembali
lemak dari perifer ke daerah pusat tubuh. Juga mengurangi
absorbsi intestinal dan menambah ekskresi kalsium melalui
ginjal.
Kemasan : Tablet 500 mcg (0,5 mg) 100 tablet
Dexametason
Indikasi : Insufiensi adrenal, termasuk sekunder terhadap
hipopituitarisme. Kelainan darah, radang, alergi.
Dosis : 1-3 tablet/hari
Kontra Indikasi : Tukak peptik, osteoporosis, psikosis atau psikoneurosis
berat, tbc aktif/tenang, infeksi akut, vaksin hidup.
Perhatian : Hipertensi, payah jantung kongestif, DM, penyakit
infeksi, gagal ginjal kronik, uremia, lansia, kehamilan.
Efek Samping : Retensi garam dan cairan, edema, hipertensi, amenorea,
hiperhidrosis, gangguan mental, pankreatitis akut,
osteonekrosis aseptik, kelemahan otot, keadaan
Cushiongoid, peninggian tekanan intraokular, gangguan
penglihatan, atrofi lokal, nafsu makan bertambah,
kelambatan pertumbuhan.
Mekanisme Kerja : Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan
aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai
imunosupresan Deksametason bekerja dengan
menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi
rangsang. Aktivitas anti-inflamasi Deksametason dengan
jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap
proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang
mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit.
Kemasan : Tablet
0,5 mg 100tab 1.000tab
0,75 mg 100tab 1.000tab
Triamnicolon
Indikasi : RA dan demam reumatoid, asma bronkiale, rhinitis
vasomotor, leukemia, limfosarcoma, penyakit Hodgin,
fibrosis paru, bursitis akut.
Dosis : Dewasa : 4-48mg/hari
Kontra Indikasi : Tbc aktif, laten atau sembuh; psikosis akut.
Perhatian : Hipertensi, DM, penyakit ginjal. Konsumsi protein harus
cukup selama pengobatan.
Divertikulitis, anastomosis intestinal baru,
trombophlebitis, miastenia gravis, penyakit infeksi,
kecendrungan psikotik, nefritis kronik, karsinoma
metastatik, osteoporosis, infeksi bakteri tidak terkontrol,
herpes simpleks okular, gromerulo nefritis akut.
Efek Samping : Faktor spontan, tukak peptik, perubahan-perubahan
cushingoid, purpura, kemerahan, berkeringat, jerawat,
striae, hirsutisme, vertigo, sakit kepala,
tromboembolisme, nekrosis aseptik, angiitis nekrotik,
pankreatitis akut, esophagitis ulseratif,kelemahan otot,
peninggian tekanan intrakranial, papiledema,
kemungkinan katarak subkapsular.
Mekanisme Kerja : Kenacort mengandung triamcinolone, suatu kortikosteroid
yang poten. Berbeda dengan beberapa kortikosteroid
alami, triamcinolone mempunyai efek antiinflamasi dan
pembentukan glikogen yang lebih besar, dan
berkurangnya efek samping retensi garam dalam cairan
tubuh.
Kemasan : Tablet 4 mg 100tablet
Prednisone (mirconized)
Indikasi : AR, demam reumatik akut, asma bronkial, alergi dan
inflamasi pada kulit.
Dosis : Dosis supresif 4-6tab/hari.
Dosis pemeliharaan ½-4 tab/hari.
Kontra Indikasi : TB aktif, ulkus peptikum, herpes simplex mata, infeksi
akut, osteoporosis, infeksi jamur sistemik, psikosis atau
psikoneurosis berat, vaksin hidup.
Perhatian : Hipertensi, gagal jantung, DM, penyakit infeksi, gagal
ginjal kronik, uremia, usia lanjut, hamil.
Efek Samping : Edema, retensi natrium dan cairan, hipertensi, amenore,
hiperhidrosis, gangguan mental, pankreatitis akut,
osteonekrosis aseptik, lemah otot, sindroma Cushing,
peningkatan TIO, gangguan penglihatan, atrofi lokal,
peningkatan nafsu makan, pertumbuhan terhambat.
Mekanisme Kerja : Prednisone merupakan kortikosteroid sistemik dengan
efek glukokortikoid dan antiinflamasi. Mekanisme kerja
dengan mempengaruhi sintesa protein, kortikosteroid
bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam
sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks
reseptor steroid.
Kemasan : Tab 5 mg
DAFTAR PUSTAKA