Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipospadia adalah adanya muara meatus uretra yang terletak pada
permukaan ventral penis dan lebih proximal dibandingkan lokasi meatus yang
normal. Hipospadia terjadi pada sekitar 1 dari setiap 250 kelahiran laki-laki. Pada
beberapa negara insidensi hipospadia semakin meningkat. Laporan saat ini,
terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada bayi laki-laki yang lahir prematur,
kecil untuk usia kehamilan, dan bayi dengan berat badan rendah. Di beberapa
negara, kejadian hipospadia dapat naik tetapi tampaknya agak konstan yaitu
sekitar 0,26 per 1000 kelahiran hidup di Meksiko dan Skandinavia dan 2,11 per
1000 kelahiran hidup di Hongaria.
Epispadia adalah kelainan kongenital berupa tidak adanya didinding uretra
bagian atas. Kelaianan ini terjadi padalaki-laki maupun perempuan , tetapi lebih
sering dialami oleh laki-laki. Ditandai dengan adanya lubang uretra disuatu tempat
permukaan dorsum penis. epispadia adalah anomali sangat jarang (1:30 .000
kelahiran) dan sering dikaitkan dengan komplikasi lain. Glandula uretra terbentuk
dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu
dengan lipatan uretra yang menyatu. Angka kejadian epispadia dibandingkan
dengan hipospadia relative lebih kecil. Hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari
250 kelahiran bayi laki-laki di Amerika Serikat. Pada beberapa negara insidensi
hipospadia semakin meningkat.
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk menyumbuhkan hipospadia dan
epispadia: Tahapan-tahapan rekonstruksi adalah melakukan koreksi korde
(ortoplasti), membuat neouretra dari kulit penis (uretroplasti), dan membuat glans.
Reparasi hipospadia dianjurkan pada usia pra sekolah. Pada hipospadia posterior
dengan disertai testis maldesensus dianjurkan untuk melakukan uteroskopi
praoperatif yang mungkin terdapat keraguan jenis kelamin (seksual ambiquity).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Anatomi fisiologi sistem perkemihan ?

1
2. Bagaimana konsep penyakit hipospadia/epispadia ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hipospadia/epispadia?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan
kelainan pada sistem perkemihan hipospadia/epispadia.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu memahami dan menjelaskan konsep penyakit
hipospadia/epispadia.
2. Mampu menyusun pengkajian pada pasien dengan penyakit
hipospadia/epispadia.
3. Mampu menyusun analisa data terjadinya masalah keperawatan
pada pasien dengan penyakit hipospadia/epispadia.
4. Mampu menyusun prioritas utama diagnosa keperawatan pada
pasien dengan penyakit hipospadia/epispadia.
5. Mampu menyusun intervensi dan implementasi keperawayan
pada pasien dengan penyakit hipospadia/epispadia.
6. Mampu mengevaluasi dari tindakan yang sudah diberikan pada
pasien dengan penyakit hipospadia/epispadia.

1.4 MANFAAT
1. Memahami definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pasien dengan penyakit
hipospadia/epispadia.
2. Sebagai perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit hipospadia/epispadia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisologi Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra.

Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia.Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis.Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air.mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan.Ontogenitis, berasal dari
mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah
kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding
belakang abdomen.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini karena
adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah.Bila ginjal dibelah dua,
secara longitudinal (memanjang), dapat terlihat.bagian luar yang bercak-bercak
disebut korteks, serta bagian dalam yang bergarisgaris disebut medula. Medula
terdiri dari bangunan-bangunan berbentuk kerucut yang disebut renah piramid.
Puncak kerucut tadi menghadap ke ;=.aliks yang terdiri dari iubang-lubang kecil
(papila renalis). tiara pyramid dipisahkan sate dengan lainnya oleh kolumna renalis.
Garis yang terlihat pada piramid disebut tubulus.
Pada pemeriksaan secara mikroskopis, terlihat ginjal berbentuk seperti
corong dengan batang yang panjang dan berkelok-kelok.Bagian corong tersebut
dinamakan kapsula Bowman yang terdiri atas dua lapis sel-sel gepeng.Ruangan
kapsula Bowman dan glomerolus disebut karpusguli renalis (korpuskulam malfigi).
Proses pembentukan urine diawali dengan masuknya darah melalui vas
aferen ke dalam glomerolus clan keluar melalui vas eferent. Bagian yang
mer,yerupai bentuk batang yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, ansa

3
Henle, tubulus kontortus distal. tubulus koligentes. Pada Bagian-Bagian batang ini
terjadi proses: filtrasi, reabsopsi, dan sekresi.

Uretra

Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung


kemih) melalui ureter.Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis
(tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung
kemih.Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra
sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya
berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk
berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada
retroperitonialis.Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot
polos, danjaringan fibrosa.

Vesika urinaria

Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul.Bila
terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
Kandung kemih berbentuk seperti kerucut.Bagian-bagiannya ialah
verteks, fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah
depan dan berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian
fundus merupakan bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah.Bagian
korpus berada di antara verteks dan fundus.Bagian fundus terpisah dari rektum
oleh spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula
seminalis.Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis
mukosa yang berlipat-lipat.pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian
yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudi.
Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih


yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan
semen.Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian

4
melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki,
uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars
kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan,
uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas,
panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah
atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran
ekskretori.

2.2 Definisi Hipospadia/Epispadia

Hipospadia adalah adanya mauara meatus uretra yang terletak pada


permukaan ventral penis dan lebih proximal dibandingkan lokasi meatus yang
normal. Hipospadia adalah kongenital anomaly yang mana uretra bermuara pada
sisi bawah penis atau perineum (suriadi.2001:141)Kelainan ini merupakan
kelaianan yang cukup sering dijumpai, sekitar 1 dari 300 kelahiran anak laki-laki.
Epispadia adalah kelainan kongenital berupa tidak adanya didnding uretra
bagian atas. Kelaianan ini terjadi padalaki-laki maupun perempuan , tetapi lebih
sering dialami oleh laki-laki. Ditandai dengan adanya lubang uretra disuatu tempat
permukaan dorsum penis (kamus saku kedokteran DORLAN.2011)

2.3 Klasifikasi Hipospadia/Epispadia


Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra
eksternum yaitu sebagai berikut:

2.2.2.1 Tipe sederhana adalah grandula: meatus terletak


padapangkal glands penis. Pada kelainan ini secara klinis umunya
bersifat asimtomatik
2.2.2.2 Tipe penil: metaus terletak antara glands penis dan skrotum
2.2.2.3 Tipe penoskrotal dan tipe perinial: kelaianan cukup besar

Tipe hipospadia berdasarkan letak muara uretra (Basuki,2011)

1. Anterior : tipe glandular, tipe coronal


2. Middle : penile, penoscrotal
3. Posterior : scrotal, perineal

5
Sumber: http://musom.marshall.edu/

Berdasarkan pada posisi meatus kemih dapat diklasifikasikan kedalam tiga bentuk
(Wilson,2011):

1. Balanica atau epispadias kelenjar


Malformasi terbatas pada kelenjar, meatus terletak pada permukaan, alur
dari meatus dipuncak kepala penis.Ini adalah jenis epispadia kurang sering
dan lebih mudah diperbaiki.
2. Epispadias penis
Derajat pemendekan lebih besar dengan meatus uretra terletak di titik
variable antara kelenjar dan simfisis pubis
3. Penopubica epispadias
Varian yang lebih parah dan lebih sering.Uretra terbuka sepanjang
pemanjangan seluruh hingga leher kandung kemih yang lebar dan pendek.

2.4 Etiologi Hipospadia/Epispadia


 Etiologi Hipospadia Menurut Basuki,2011 adalah sebagai
berikut:
1. Faktor genetic
Sebuah kecenderungan genetic telah disarankan oleh
peningkatan 8 kali lipat dalam kejadian hipospadia anata
monozigot dibandingkan dengan tunggal. Kecenderungan

6
keluarga telah dicatat dengan hipospadia. Prevalensi hipospadia
pada anak laki-laki nenek moyang dengan hipospadia telah
dilaporkan sebesar 8% dan 14% dari anak saudara dengan
hipospadia juga terpengaruh
2. Faktor endokrin
Penurunan androgen atau ketidakseimbangan untuk
menggunakan androgen dapat mengakibatkan hipospadia.
Diferensiasi uretra pada penis bergantung pada angrogen
dihidrotestosteron (DHT). Oleh karena itu hipospadia dapat
disebabkan oleh defisiensi produksi testosterone (T), konversi T
menjadi DHT yang tidak adekuat atau defisiensi local pada
pengenalan androgen (kekurangan jumlah atau fungsi reseptor
androgen)
3. Faktor lingkungan
Selain terpapar zat polutan yang mengakibatkan mutasi gen.
faktor lingkungan yang lain seperti lingkungan dengan aktivitas
estrogenic signifikan dimana-mana dalam masyarakat industry
dan tertelahn pada pestisida pada buah-buahan dan sayuran.
Estrogen danendogen dalam susu dari sapi perah, laktasi hamil
dari lapisan plastic di kaleng, logam, obat-obatan.

 Etiologi epispadia
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai
sekarang belum diketahui penyebab pasti dari epispadia.
Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh, antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen
yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga
karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh
yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan
suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam

7
sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan
berdampak sama.
2. Genetika.

Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini


biasanya terjadi karena mutasi padagen yang mengode sintesis
androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut
tidakterjadi

3. Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah


polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi

2.5 Patofisiologi Hipospadia/Epispadia

Hipospadia dan Epispadia adalah anomali kongenital yang melibatkan


lokasi abnormal meatus uretra pada laki-laki (Gambar 52-3).Kedua cacat terjadi
ketika lipatan uretra gagal bersatu sepenuhnya atas alur uretra.Insiden yang
dilaporkan hipospadia adalah 1 dalam setiap 125 kelahiran laki-laki hidup
(Stokowski, 2004).Dengan hipospadia, meatus uretra dapat berada di mana saja
sepanjang perjalanan uretra anterior pada permukaan ventral dari batang penis,
dari perineum ke ujung kepala penis.Kebanyakan kasus yang ringan, dengan
meatus sedikit dari pusat dari ujung penis; pada kasus yang berat, meatus terletak
di skrotum.Hipospadia sering terjadi bersamaan dengan chordee bawaan, garis
berserat jaringan yang menghasilkan kelengkungan ventral batang penis. Dalam
Epispadia, pembukaan meatus terletak pada permukaan dorsal batang penis.
Epispadia sering terjadi bersamaan dengan ekstrofi kandung kemih. Diagnosis
ditegakkan dengan USG atau pemeriksaan
Saat lahir.bayi tidak harus disunat karena dorsal kulup jaringan dapat
digunakan untuk perbaikan bedah. Cacat dikoreksi melalui pembedahan, biasanya
selama tahun pertama kehidupan, untuk meminimalkan efek psikologis ketika
anak yang lebih tua.Pembedahan biasanya dilakukan dalam satu operasi, sering
sebagai prosedur rawat jalan. Tujuan perbaikan bedah (1) penempatan meatus

8
uretra pada akhir glans penis dengan kaliber yang memuaskan dan konfigurasi
untuk aliran kemih (memungkinkan anak untuk membatalkan dalam posisi
berdiri) dan (2) pelepasan chordee untuk meluruskan penis (memungkinkan
fungsi seksual masa depan).

2.6 WOC

9
2.7 Komplikasi
2.2.2.1 Infertilitas karena bentuk penis yang bengkok menyebabkan penis
susah masuk kedalam vagina saat copulasi, cairan semen yang
disemprotkan melalui saluran uretra pada tempat abnormal
2.2.2.2 Resiko hernia inguinal, karena riwayat hipospadia dapat
meningkatkan resiko terjadinya hernia inguinal (Richard
E.Bahman,1999)

10
2.2.2.3 Gangguan psikososial padaanak karena merasa malu akibat bentuk
penis yang berbedadengan teman-temannya (Suriadi, 2011)

2.8 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari Hipospadia diantaranya sebagai berikut:


1. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis, jika tanpa
chordee biasanya letak meatus pada dasar dari glans penis.
2. Prepisium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup
sisi dorsal dari glans.
3. Keadaan yang dijumpai adalah testis tidak turun ke kantung skrotum.
4. Urin keluar dengan merembes jadi kebanyakan dari penderitanya kencing
dengan duduk.
5. Meatus uretra tidak berada di ujung pedis.
Ada beberapa tanda dan gejala hipospadia:
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau
didasar penis.
2. Penis melengkung ke bawah.
3. Penis tampak seperti berbalut, karena adanya kelainan pada kulit depan
penis.
4. Jika berkemih, anak harus duduk.
Beberapa tanda dan gejala Epsipadia:
1. Lubang uretra terdapat dipunggung penis.
2. Lubang uretra terdapat di sepanjang punggung penis.

2.9 Penatalaksanaan

Tujuan fungsional terapi hipospadia adalah:


1. Kosmetik penis; sehingga fungsi miksi dan fungsi seksual normal (ereksi
lurus dan pancaran ejakulasi kuat)
2. Penis dapat tumbuh dengan normal.

11
Tahapan-tahapan rekonstruksi adalah melakukan koreksi korde
(ortoplasti), membuat neouretra dari kulit penis (uretroplasti), dan membuat
glans.
Berbagai metode rekonstruksi telah diperkenankan mulai dari metode
satu tahap hingga dua tahap.Pilihan metode tergantung dari pengalaman
operator.
Reparasi hipospadia dianjurkan pada usia pra sekolah agar tidak
mengganggu kegiatan belajar pada saat operasi. Perlu diingat bahwa sering
kali rekonstruksi hipospadia membutuhkan lebih dari sekali operasi, koreksi
ulangan bila terjadi komplikasi.
Pada hipospadia posterior dengan disertai testis maldesensus dianjurkan
untuk melakukan uteroskopi praoperatif yang mungkin terdapat keraguan jenis
kelamin (seksual ambiquity).
Penyulit yang dapat terjadi setelah operasi hipospadia adalah: fistula
uretokutan, stenosis meatus uretra, korde yang belum sepenuhnya terkoreksi,
dan timbulnya divertikel uretra.
Menurut sumber terdapat penatalaksanaan keperawatan dan medis dalam
menangani kasus ini, diantaranya yakni:
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Informasikan kepada orang tua bahwa pengenalan lebih dini mengenai
genitalia eksterna anak adalah penting sehingga sirkumsisi dapat
dijadikan pilihan jika kulit prepusium menutup ujung penis terlalu
banyak.
b) Beri kesempatan orang tua untuk mengungkapkan perasaannya tentang
masalah yang dialami anak.
c) Persiapkan orang tua dan anak untuk menjalani prosedur bedah yang
diinginkan. Perbaikan dengan pembedahan dilakukan untuk
memperbaiki kemampuan anak berdiri selama berkemih, untuk
memperbaiki bentuk penis, dan untuk memelihara keadekuatan
seksual. Hal ini biasanya dilakukan antara usia 6 dan 1 tahun dengan
satu atau dua tahap perbaikan.

12
d) Jelaskan hasil bedah kosmetik yang diharapkan; damping orang tua
mulai pre hingga post operasi.
e) Pantau asupan dan haluaran cairan dan pola urine, anjurkan banyak
minum, pertahankan kepatenan, dan awasi tindakan pencegahan
infeksi jika anak dikateterisasi.
f) Persiapkan orang tua dan anak untuk pengalihan urine, jika perlu,
sementara meatus baru dibuat.
g) Ajarkan orang tua bagaimana merawat kateter menetap, jika perlu.
2. Penatalaksanaan Medis
Operasi pengelepasan chordee dan tunncling (pembuatan uretra pada glands
penis dan muaranya).Dilakukan dengan tujuan agar pasien dapat berkemih dengan
normal dan memungkinkan ketika dewasa pasien tidak mengalamui gangguan
seksual.Pembedahan ini diharapkan dapat meluruskan penis yang awalnya
bengkok dan menempatkan meatus uretra pada tempat yang seharusnya. Pada
teknik tunncling sidiq-chaula perbaikannya melewati proses yaitu chordectomy
dan uretroplasty. Pada tahap pertama yaitu chordectomy tujuannya adalah untuk
mengembalikan bentuk normal penis yang tadinya bengkok menjadi lurus dengan
cara memotong uretra plat distal dan meluruskan penis sehingga meatus tertarik
lebih proksimal. Sedangkan pada tahap ke dua dilakukan Urethroplasty dimana
dalam tahap ini pasien akan dibuatkan saluran kencing sehingga lubang kencing
berada pada tempat yang seharusnya, yaitu ujung penis. Tindakan ini dilakukan
dengan mengambil kulit kulub yang dibuang saat khitan, sedangkan jika pasien
sudah di khitan sehingga tidak mempunyai kulit kulub maka kulit penis atau
kantong buah pelir dapat dipakai sebagai penggantinya.Penutupan kulit bagian
ventral dilakukan dengan memindahkan prepusium dorsal dan kulit penis
mengelilingi bagian ventral.Operasi Uretropati dilakukan enam bulan setelah
operasi.

13
2.10 Pemeriksaan Diagnostik

Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung


diagnosis hipospadia dan epispadia.Tetapi dapat dilakukan
pemeriksaan ginjal seperti USG.mengigat hipospadia sering
disertai kelainan pada ginjal. (Suriadi 2001).Sedangkan dibuku lain
( Emil, 2008 : 361 ) menyebutkan pemeriksaannyabisa menggunakan :

1. X-Ray

2. Excretory urography

3. Urethroscopy dan cystoscopy

Pemeriksaan fisik genitalia bayi laki-laki menurut (Wilson,2011)

1. Genitalia laki-laki

2. Ukuran/bentuk

3. Penis

4. Kulup/prepusium

5. Pembukaan Uretra

6. Kantong skrotum

7. Testis

Inspeksi :

14
Genitalia, bentuk dan ukuran penis yang sesuai. Penis harus berada
digaris tengah

Pemeriksaan :

1. Pegang prepusium (kulup) ke depan untuk memeriksa


meatussentral.

2. Jangan menarik kulup karena kulup menempel pada glans


penisdan harus menutupinya dengan sempurna.

3. Periksa apakah bayi sudah berkemih dan bagaimana jenis


alirannya

4. Urin tidak boleh menyemprot dan kulup tidak boleh terisi


urinsewaktu berkemih

5. Dengan meraba sepanjang kanalis inguinalis, kita dapat


merasakanada tidaknya testis di dalam kanalis inguinal.

6. Palpasi untuk memastikan bahwa testis berada di dalam


kantungskrotum, dimulai dari puncak kedua skrotum kearah
bawah denganibu jari dan jari telunjuk

7. Testis yang tidak turun harus dicatat

2.11 Prognosis

Prognosis hipospadia dan epispadia tergantung pada berat ringannya


kasus dan keberhasilan pembedahan. Kesusksesan bedah rekontrsuksi untuk
kasus sedang dan berat terus meningkat. Perawatan post operasi juga
merupakan faktor penting yang mempengaruhi prognosisnya.
Prognosis lebih baik jika perbaikan hipospadia sebelum usia sekolah (2
tahun) (emil, 2008: 361). Terdapat predisposisi genetic non-mandeli pada
hipospadia. Jika salah satu saudara kandung mengalami hipospadia, resiko
kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%. Jika bapak dan anak
laki-lakinya menderita, maka resiko untuk anak laki-laki berikutnya adalah
25%.

15
2.12 Asuhan Kperawatan

A. Pengkajian Identitas
1. Identitas :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, dll.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien dengan hipospadi a mengeluh penisnya
melengkung kebawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi
dan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya
lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak
diketahui dengan pasti penyebabnya
b. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah, adanya lubang kencing tidak pada
tempatnya sejak lahir
c. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ditemukan penyakit yang sama karena
penyakit ini bukan penyakit turunan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Adanya nyeri pasca pembedahan memungkinkan terjadinya
perubahan tanda-tanda vital, misalnya tekanan darah, nadi, dan RR
yang naik.
b. Sistem Pernapasan (B1)
Secara umum, tidak ada gangguan pada system pernapasan. Tetapi
mungkin terjadi obstruksi jalan napas karena hipersalivasi dan
penumpukan secret akibat efek anestesi.
c. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Secara umum, tidak ada gangguan pada system kardiovaskuler.
d. Sistem Persarafan (B3)

16
Secara umum, tidak ada gangguan pada system persarafan
e. Sistem Perkemihan (B4)
Karena pasien hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah dan adanya lubang kencing tidak pada
tempatnya, sehingga pada saat BAK tidak normal.
f. Sistem Pencernaan (B5)
Pada umumnya nutrisi, cairan, dan elektrolit pasien hipospadia
tidak mengalami gangguan.
g. Sistem Muskuloskeletal (B6)
Secara umum, tidak ada gangguan pada system muskuloskeletal.
h. Sistem Integumen
Akibat urin yang tidak memancar, menyebabkan urin merembes
sehingga kulit di sekitar area perineal lecet dan terjadi gangguan
integritas kulit.
5. Pengkajian Kognitif
Individu yang memiliki keterbatasan kognitif mungkin tidak
mengetahui tentang proses penyakit, prognosis, dan
penatalaksanaannya, sehingga akibatnya timbul kecemasan.
6. Pengkajian Psikososial
Adanya kondisi kesehatan yang tidak normal mempengaruhi
hubungan interpersonal. Selain itu, Karena pada pasien hipospadia
ditemukan adanya kelainan pada bentuk penisnyadancara BAK
yangtidak normal, biasanya pasien merasa malu.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin pada pasien dengan hipospadia
terbagi dalam dua kategori praoperasi dan pascaoperasi.
 Pre operasi :
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kulit di sekitar
area genitalyang lecet akibat urin merembes.
b. Kurang pengetahuan: kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi dan
keterbatasan kognitif.

17
 Masalah Hospitalisasi :
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan dampak hospitalisasi
b. Kecemasan (anak dan orang tua) berhubungan dengan
prosedur pembedahan (uretroplasti)
 Post operasi :
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
C. Intervensi Keperawatan
 Pre Op
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kulit di sekitar area
genital yang lecet akibat urin merembes. (00046)

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pressure management (3500)
1. Jaga kebersihan kulit agar
keperawatan selama 2 x 24 jam, integritas
tetap bersih dan kering
kulit teratasi dengan criteria hasil :
2. Monitor kulit akan
Tissue integrity : skin and mocus
adanya kemerahan
membrane (1101)
3. Monitor aktivitas dan
1. Integritas kulit
mobilisasi pasien
2. Lesipadakulit 4. Kaji lingkungan dan
3. Elastisitas peralatan yang
menyebabkan tekanan
5. Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
karakteristik, warna
cairan, granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi
traktus
6. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
7. Monitor nutrisi klien

18
2. Kurang pengetahuan (00222): kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi dan keterbatasan
kognitif.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Teaching : Disease Process
keperawatan selama 2 x 24 jam, klien (5602)
1. Sediakan informasi
mengetahui tentang penyakitnya dengan
kepada keluarga tentang
criteria hasil :
Knowlegde : acute illness management keadaannya
2. Identifikasi dan jelaskan
( 1844)
1. Klien mengetahui penyebab dan perubahan fisik yang
pemicu penyakitnya dialami klien kepada
2. Klien mengetahui tanda dan
keluarga
gejala penyakitnya 3. Jelaskan tentang tanda
3. Klien mengetahui gejala dan
dan gejala penyakit klien
tanda komplikasi 4. Identifikasi penyebab
4. Klien mengetahui pilihan terapi
yang mungkin melatar
untuk penyakitnya.
belakangi timbulnya
penyakit
5. Diskusikan tentang
pilihan terapi yang
memungkinkan
berikutrasional dari terapi
tersebut
6. Deskripsikan komplikasi-
komplikasi yang
dapattimbul.

 Masalah Hospitalisasi :
1. Gangguan pola tidur (000198) berhubungan dengan dampak
hospitalisasi
NOC NIC

19
Domain Functional Health (I) Perbaikan tidur (1850)
Class Energy Maintenance (A) 1. Modifikasi atau lakukan
Tidur (0004)
pengaturan lingkungan (lampu,
a. Jam tidur (5)
b. Pola tidur kebisingan, temperature, atau
c. Kualitas tidur
tempat tidur)
d. Efisiensi tidur
2. Monitoring pola tidur klien
e. Kenyamanan tempat tidur
3. Fasilitasi aktifitas untuk
Keterangan
Skor 1 : berat mempertahankan pola tidur
Skor 2 : di bawah standart 4. Bantu klien untuk menghilang
Skor 3 : sedang
strees sebelum tidur.
Skor 4 : Ringan
Skor 5 : tidak ada

2. Ansietas (00146) b.d kondisi penyakit, lingkungan asing dan


ketidaknyamanan

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
1. Kaji tingkat kecemasan klien
keperawatan selama 2 x 24 jam, klien
2. Gunakan pendekatan yang
tidak menunjukkan kecemasan dengan
tenang dan meyakinkan
kriteria hasil : 3. Jaga peralatan perawatan jauh
Domain Psichosocial Health (III)
dari pandangan
Class-self Cintrol (O)
4. Menganjurkan keluarga untuk
Anxiety Self-Control (1402)
1. Control responansietas tetap berada bersama klien
2. Gunakan teknik relaksasi untuk 5. Menyediakan objek yang dapat
mengurangi ansietas memberikan kenyamanan pada
3. Monitor intensitas dari ansietas
klien
4. Kurangi stimulus yang
menyebabkan ansietas

 Post operasi :
1. Nyeriberhubungandenganprosedurpembedahan
NOC NIC
Tujuan: Pain management (1400)
1. Kaji nyeri secara
Setelah dilakukan perwatan 1x24 jam
komprehensif meliputi
klien melaporkan nyeri berkurang atau
lokasi, karakteristik, onset,
hilang.

20
Kriteriahasil: frekuensi, kualitas,
Pain level (2102) intensitas atau beratnya
1) Laporan nyeri nyeri dan faktor presipitasi
2) Durasi nyeri 2. Observasi ekspresi klien
3) Ekspresi wajah klien
secara non verbal agar
mengetahui tingkat nyeri
3. Kolaborasi pemberian
analgesic sesuai advis
dokter
4. Kaji dampak nyeri terhadap
kualitas hidup klien (ADL)
5. Control factor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
ketidak nyamanan klien

c. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter


NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Infection protection (6540)
1. Memonitor tanda dan
keperawatan selama 2 x 24 jam,
gejala infeksi dari
diharapkan infeksi terkontrol dengan
sistemik maupun local
criteria hasil :
2. Monitor kerentanan
a. Infection severity (0703)
1. Rasa sakit terhadap infeksi
2. Kehilangan selera makan 3. Meningkatkan pemasukan
3. Kolonisasi kultur urin
cairan
b. Risk Control (1902)
4. Meningkatkan istirahat
1. dentifikasi factor resiko infeksi
5. Mengajarkan pasien dan
2. Memberitahu faktor resiko
keluarga tentang tanda
infeksi
3. Menjaga kebersihan lingkungan dan gejala infeksi serta
4. Melakukan strategi kontrol
bila terjadi tanda dan
infeksi
gejala tersebut segera
melaporkan ketenaga
kesehatan
6. Mengajarkan pasien dan
keluarga untuk mencegah
infeksi

21
D. Evaluasi
Pre op
1. Kerusakan integritas minimal
2. Dapat mengetahui tentang penyakitnya
Masalah Hospitalisasi
1. Cemas yang dirasakan orang tua berkurang

2. Kebutuhan tidur terpenuhi


Pos Op
3. Tidak terjadi infeksi
4. Nyeri berkurang

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Pada tanggal 22 maret 2016, Ny B membawa anak laki-lakinya yang


berusia 2 tahun kerumah sakit Universitas Airlangga (RSUA). An C dating
dengankeluhan penis bengkok, pada saat kencing, merembes yaitu tidak diujung
penis tapi merembes kebawah dan memancar menyebar sehingga klien lebih
sering BAK dengan posisi jongkok, namun lebih dianggap sebagai permasalahan
yang biasa oleh keluarganya. Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang serupa.
An. C menangis saat Ners A mendekatinya untuk dilakukan pemeriksaan, Hasil
TTV menunjukkan tekanan darah 100/80 mmHg, suhu 37,5 C, Nadi 80 x/menit,
RR 30x/menit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya kemerahan pada
areaskrotum dan ditemukan lubang uretra tidak berada tepat pada tengah penis.
Klien belum disunat, klien lahir dengan premature 35 minggu dengan berat lahir 2
kg.BB anak saat ini 10 kg. Dokter mendiagosis An B dengan Hipospadia dan
dokter menyarankan akan dilakukan pembedahan.

A. Pengkajian

Tanggal MRS : 22 Maret 2016

22
DxMasuk : Hipospadia
1. Identitas anak.
Nama : An. C
Tanggal Lahir : 20 Maret 2014
Jenis kelamin : laki–laki
Alamat : Surabaya
Identitas Orang Tua.
Nama ayah : Tn. D
Nama ibu : Ny. B
Pekerjaan ayah/ ibu : Pedagang
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
2. Keluhan utama
Tidak dapat berkemih secara adekuat.
3. Riwayat penyakit saat ini
An. C sudah mengalami kelainan pada uretra, dan kemerahan di
area skrotum, namun awalnya keluarga mengangapnya biasa saja.An.C
senang BAK dengan posisi duduk karena jika berdiri air kencingnya
merembes. Melihat keanehan tersebut, Ny. A membawanya ke RSUA
untuk diperiksakan.An. C di diagnosis hipospadia oleh dokter.
4. Riwayat penyakit masa lalu.
a. Penyakit yang pernah diderita : batuk, pilek, dan demam (tidak
pernah menderita penyakit kronis)
b. Operasi : tidak pernah
c. Alergi : tidak ada
d. Imunisasi : BCG, Polio, DPT, Campak,
Hepatitis B
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. A mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit hipospadia.
6. Pola sehari – hari
a. Riwayat nutrisi

23
Nafsu makan kurang 2x sehari
b. Personal hygiene
Selama dirumah dan saat dirumah sakit mandi rutin 2x/hari
c. Pola istirahat
Tidur selama ± 9 – 11 jam/ hari
d. Pola eliminasi
BAB 1 x/hari, BAK ± 5 x/hari (1200 cc).BAK lancer tetapi tidak
memancar dan saat BAK lebih nyaman dengan posisi jongkok.
7. Pemeriksaan fisik
a. Kondisi Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TTV : TD= 100/80 mmHg, N=80 x/menit, RR=20x/menit,
T=37,5C.
d. ROS
1. B1 : RR : 20 x/menit
2. B2 : TD : 100/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37,5 C
3. B3 : -
4. B4 : BAK ± 1200 cc/hari
5. B5 : -
6. B6 : adanya kemerahan pada skrotum

8. Terapi atau tindakan : Pre op Uretroplas


B. Analisa Data
No Data Etiologi MK
1. DO : Klien merasakan BAK Hipospadia Kerusakan integritas
merembes dan memancar kulit
menyebar sehingga klien lebih Penis Bengkok
sering BAK dengan posisi
jongkok Urin tidak memancar dengan
baik
DS :
- Kulit diarea skrotum Urin merembes ke area
terlihat kemerahan genital
- Penis klien bengkok

Iritasi di area sekitar

24
Kerusakan integritas kulit
2. DO : Hipospadia Resiko Infeksi
- Adanya kemerahan pada
skrotum Kencing merembes
- Suhu : 37,5 C
- Nadi : 90 x/menit
Personal Hygiene Kurang

DS : -
Resiko Infeksi
3. DO : Hipospadia Ansietas
- Anak menangis saat
didekati oleh perawat Orang tua tidak memiliki
- Orang tua pasien terlihat
pengetahuan yang adekuat
gelisah dan cemas
tentang penyakit
dengan keadaan anak
mereka
Anak mendapatkan
DS :
lingkungan baru di RS
- Orang tua klien
menyatakan bahwa anak
Anak menangis saat didekati
mereka tidak pernah
oleh perawat
bilang jika mau BAK
- Orang tua klien
Ansietas
mengatakan bahwa
mereka tidak mengerti
tentang penyakit yang
diderita oleh anaknya.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pancaran urin yang
menetes
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organism sekunder
akibat : adanya saluran invasive
3. Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit, lingkungan asing dan
ketidaknyamanan

25
D. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit (00046) b.d pancaran urin yang menetes
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pressure management (3500)
keperawatan selama 2 x 24 jam, 1. Jaga kebersihan kulit agar tetap
integritas kulit teratasi dengan criteria bersih dan kering
hasil : 2. Monitor kulit akan adanya
Tissue integrity : skin and mocus
kemerahan
membrane (1101)
3. Monitor aktivitas dan mobilisasi
4. Integritas kulit
pasien
5. Lesi pada kulit
4. Kaji lingkungan dan peralatan
6. Elastisitas
yang menyebabkan tekanan
5. Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, karakteristik
,warna cairan, granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksilokal,
formasitraktus
6. Ajarkan pada keluarga tentang
luka dan perawatan luka
7. Monitor nutrisi klien
2. Resiko Infeksi (0004) b.d tempat masuknya organism sekunder akibat :
adanya saluran invasive
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Infection protection (6540)
keperawatan selama 2 x 24 jam, 1. Memonitor tanda dan gejala
diharapkan infeksi terkontrol dengan infeksi dari sistemik maupun
criteria hasil : loKal
c. Infection severity (0703)
2. Monitor kerentanan terhadap
1. Rasa sakit
infeksi
2. Kehilangan seleramakan
3. Meningktakan pemasukan
3. Kolonisasi kultur urin
cairan
d. Risk Control(1902)
4. Meningkatkan istirahat
1. Identifikasi factor resiko
5. Mengajarkan pasien dan

26
infeksi keluarga tentang tanda dan gejala
2. Memberitahu factor resiko infeksi serta bila terjadi tanda dan
infeksi gejala tersebut segera melaporkan
3. Menjaga kebersihan ketenaga kesehatan
lingkungan 6. Mengajarkan pasien dan
4. Melakukan strategi control keluarga untuk mencegah infeksi
infeksi

3. Ansietas (00146) b.d kondisi penyakit, lingkungan asing dan


ketidaknyamanan
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
keperawatan selama 2 x 24 jam, klien 1. Kaji tingkat kecemasan klien
tidak menunjukkan kecemasan 2. Gunakan pendekatan yang
dengan criteria hasil : tenang dan meyakinkan
Domain Psichosocial Health (III)
3. Jaga peralatan perawatan jauh
Class-self Cintrol (O)
Anxiety Self-Control (1402) dari pandangan
1. Control respon ansietas 4. Menganjurkan keluarga untuk
2. Gunakan teknik relaksasi untuk tetap berada bersama klien
mengurangi ansietas 5. Menyediakan objek yang dapat
3. Monitor intensitas dari ansietas memberikan kenyamanan pada
4. Kurangi stimulus yang klien
menyebabkan ansietas

E. Evaluasi

1. Kerusakan integritas kulit minimal


2. Tidak terjadi infeksi
3. Cemas yang dirasakan berkurang.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipospadia adalah adanya mauara meatus uretra yang terletak pada
permukaan ventral penis dan lebih proximal dibandingkan lokasi meatus yang
normal. Epispadia adalah kelainan kongenital berupa tidak adanya didinding
uretra bagian atas. Kelaianan ini terjadi padalaki-laki maupun perempuan , tetapi
lebih sering dialami oleh laki-laki. Ditandai dengan adanya lubang uretra disuatu
tempat permukaan dorsum penis. Hipospadia terjadi pada satu sampai tiga per
1000 kelahiran dan merupakan anomaly penis yang paling sering. Penyebabnya
yaitu dari faktor genetic, hormone atau endokrin, dan lingkungan.
Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra
eksternum, letak muara uretra, posisi meatus kemih. hipospadia dapat disebabkan
karena faktor genetik, faktor endokrin dan faktor lingkungan. Sedangkan
epispadia Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai
sekarang belum diketahui penyebab pastinya. Jika tidak ditangani dengan tepat
dan segera dapat menimbulkan komplikasi infertilitas karena bentuk penis yang
bengkok menyebabkan penis susah masuk kedalam vagina saat copulasi, resiko
hernia inguinal, gangguan psikososial.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk mencegah terjadinya hipospadia, pada saat hamil ibu
harus memperhatikan pemenuhan nutrisi dan juga menghindari pajanan zat
polutan yang beresiko terhadap kehamilannya. Seorang perawat sebagai tenaga
kesehatan harus menjelaskan tentang penyakit dan perjalanan penyakitnya kepada

28
orang tua pasien sehingga dalam proses penyembuhan seorang perawat dapat
bekerja sama dalam menentukan keputusan.

29

Вам также может понравиться