Вы находитесь на странице: 1из 23

Ikuti Peluncuran dan Diskusi Buku 'NU Penjaga NKRI'

Senin, 09 April 2018 19:08 Nasional

Ikuti Peluncuran dan Diskusi Buku 'NU Penjaga NKRI'

Jakarta, NU Online

Situs resmi Nahdlatul Ulama NU Online dan Penerbit Kanisius menggelar peluncuran dan diskusi buku
NU Penjaga NKRI, Selasa (10/4). Kegiatan bertempat di lantai 8 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164
Jakarta Pusat.

Selain Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj sebagai pembicara kunci, sejumlah tokoh juga diagendakan hadir
yakni intelektual dan rohaniawan Romo Benny Susetyo, Direktur SAS Institute M Imdadun Rahmat,
Peneliti LIPI Amin Mudzakkir, politisi muda Tsamara Amany Alatas, dan editor buku Iip D Yahya.

NU Penjaga NKRI diterbitkan Kanisius, merupakan kompilasi tulisan tentang NU. Editor buku, Iip D Yahya
mengatakan NU Penjaga NKRI diniatkan untuk melihat kembali perjalanan NU secara lebih santai.

“Melihat berbagai capaian intelektual para aktivisnya, dan menengok juga perkembangan NU secara
global,” ujarnya, Selasa (9/4).

Buku tersebut juga diharapkan menjadi bahan penyegaran kembali pemahaman pembaca tentang NU.

“Buku ini merupakan jawaban dari pertanyaan orang-orang di luar diri NU, mengapa NU begitu spartan
mempertahankan NKRI,” lanjutnya.

Acara yang dimulai pukul 13.30 WIB juga disiarkan secara langsung oleh 164 Channel dan situs resmi
Nahdlatul Ulama, NU Online. (Red: Kendi Setiawan)

https://www.nu.or.id/post/read/88534/ikuti-peluncuran-dan-diskusi-buku-nu-penjaga-nkri
Lapisan Intelektual Nahdliyin Menggeliat di Luar Negeri

Selasa, 10 April 2018 16:02 Nasional

Lapisan Intelektual Nahdliyin Menggeliat di Luar Negeri

Jakarta, NU Online

Editor buku Islam Penjaga NKRI mengatakan ada satu lapisan intelektual Nahdliyin yang sedang
menggeliat saat ini. Mereka para mahasiswa maupun pekerja di luar negeri, yang beraktivitas tetapi
sambil tahlilan dan shalawatan. Mereka juga belum dikupas dalam ensklopedia NU dan belum tersentuh
dalam buku-buku tentang NU yang sudah ada.

Lapisan intelektual Nahdlyin itu menjadi salah satu alasan diterbitkannya buku NU Penjaga NKRI yang
diluncurkan dan didiskusikan di Gedung PBNU, Selasa (10/4) siang.

“Ketika Penerbit Kanisius ingin memberikan kado dalam harlah NU ke-92 (berdasarkan masehi) dan ke-
95 (berdasarkan hijriah) saya mengangkat aktivitas mereka,” kata Iip.

Disebutkan dalam buku tersebut aktivis PCINU meliputi Asia, Afrika, Eropa dan Autsralia yang
menceritakan pengalaman mereka be-NU di mancanegara.

Iip juga memaparkan terdapat empat bagian dalam buku NU Penjaga NKRI. Masing-masing adalah
kontinuitas NU sejak Islam diajarkan di wilayah Nusantara, lapisan intelektual NU yang aktif di seluruh
dunia, sejumlah tulisan khususnya membuka ruang berkiprah sesuai bidang masing-masing, dan apa
yang dilakukan NU dalam mempertahankan NKRI.

“Buku ini pembuka jalan teman-teman di luar NU yang ingin mengenal NU,” tambah Iip.

Kehadiran NU Penjaga NKRI diharapkan Iip dapat mengisi kekosongan buku-buku bertema serupa
sekaligus memancing diterbitkannya buku lain yang lebih lengkap.

Direktur Penerbit Kanisius Romo Azis Mardopo mengatakan penerbitan buku NU Penjaga NKRI sebagai
bagian dari konsekuensi Kanisius yang selama ini berkonsentrasi pada penuangan intelektual dan
pemikiran. Lebih khusus penerbitan juga bersamaan dengan menyambut ulang tahun ke-96 Penerbit
Kanisius. Dengan NU yang tahun ini memasuki usia 95 tahun, keduanya sama-sama menjelang usia 100
tahun.

Diskusi dan peluncuran diselenggarakan NU Online dan Penerbit Kanisius, dihadiri oleh Ketum PBNU KH
Said Aqil Siroj. Turut hadir Waketum PBNU H M Maksum Mahfoedz, Ketua PBNU Robikin Emhas,
Bendahara PBNU Bina Suhendra, intelektual Romo Benny Susetyo, Direktur Penerbit Kanisius, Direktur
SAS Institute Imdadun Rahmat,Peneliti LIPI Amin Mudzakkir, politisi muda Tsamara Amany Alatas. (Kendi
Setiawan)

https://www.nu.or.id/post/read/88581/lapisan-intelektual-nahdliyin-menggeliat-di-luar-negeri
Harlah NU ke-95 Nahdliyin Dapatkan Kado Cinta

Penulis

Desy Selviany -

10/04/2018

Buku NU Penjaga NKRI. (Foto: IN/ds)

INFONAWACITA.COM – Perusahaan percetakan Kanisius memberikan hadiah cinta pada warga Nahdlatul
Ulama (NU) di ulang tahunnya yang ke-95 di tahun 2018 ini. Hadiah cinta tersebut berupa buku berjudul
“NU Penjaga NKRI”.

Direktur PT Kanisius Romo. E. Azis Mardopo pada sambutannya mengatakan, penerbitan buku ini sebagai
penghargaan kepada NU yang telah setia menjaga NKRI. Dari sebelum dan sesudah merdeka.

“Kami ingin terlibat secara aktif melalui penerbitan. Kami sadar PBNU selalu jadi garda terdepan dalam
keutuhan NKRI,” ungkapnya saat peluncuran buku di Gedung PBNU, Jakarta pada Selasa (10/4/2018).

Bersama Menjaga Kebangsaan

Direktur Penerbit Buku Kanisius Romo Aziz luncurkan buku berjudul NU Penjaga NKRI di Gedung PBNU
Jakarta bersama dengan pimpinan PBNU lainnya pada Selasa (10/4/2018).

Momen penerbitan buku ini, lanjut Romo Aziz, sangat tepat. Mengingat saat ini Indonesia mulai diusik
dengan ideologi-ideologi non-kebangsaan. Kanisius juga, tambah Romo Aziz, mempunyai kewajiban
dalam menjaga keutuhan bangsa seperti yang selama ini PBNU lakukan.

“Dan PT Penerbit Kanisius ikut serta perjuangan NKRI agar bisa menciptakan masyarakat yang
bermartabat,” terangnya.

Oleh karena itu, kata Romo Aziz, buku ini sebagai kado cinta untuk PBNU di usianya yang ke-95 yang
ternyata hanya setahun lebih muda dari Kanisius.

“Maka ketika PBNU rayakan usianya yang ke-95 tahun dalam tahun hijriah, seperti gayung bersambut.
Kami ingin sampaikan buku ini sebagai kado cinta kami kepada PBNU yang merayakan usianya yang ke-
95. Diikuti Kanisius yang ke-96 tahun,” jelasnya.

Pada Sabtu 7 April kemarin, PBNU memang baru saja merayakan ulang tahun atau Harlah ke-95 dalam
perhitungan tahun Hijriah. Pada Harlah ke-95 yang dirayakan Sabtu lalu, PBNU membawakan tema
wayang. Sebagai simbol dakwah Islam Nusantara yang telah dijalankan oleh ulama-ulama NU.

https://infonawacita.com/harlah-nu-ke-95-nahdliyin-dapatkan-kado-cinta/
Selasa 10 April 2018, 19:55 WIB

PBNU Luncurkan Buku 'NU Penjaga NKRI'

Marlinda Oktavia Erwanti - detikNews

PBNU Luncurkan Buku NU Penjaga NKRI Foto: PBNU meluncurkan buku 'NU Penjaga NKRI'. (Marlinda-
detikcom)

Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meluncurkan buku berjudul 'NU Penjaga NKRI'. Buku
ini menceritakan pemikiran-pemikiran NU dalam perjalanannya menjaga NKRI.

Diskusi dan peluncuran buku ini digelar di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Selasa
(10/4/2018). Buku ini ditulis oleh 22 penulis, dari Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis, Romo Benny
Susetyo, K.H Agus Sunyoto, hingga KH. Husein Muhammad.

Baca juga: Said Aqil Singgung Aksi 212-Amien Rais di Diskusi 'NU Penjaga NKRI'

Peluncuran buku yang diterbitkan Kanisius ini menghadirkan Ketua PBNU Said Aqil sebagai Keynote
Speaker, politisi muda Tsamara Amany, Agamawan Romo Benny Susetyo, Direktur SAS Institut Imdadud
Rahmat, Peneliti LIPI Amin Mudzakir, serta Editor Buku Iip D Yahya sebagai narasumber.

"Dengan membaca buku ini, kita dapat melihat kembali perjalanan NU secara lebih santai, melihat
berbagai capaian intelektual aktivis NU, dan menengok juga perkembangan NU secara global," kata
Editor buku, Iip D Yahya.

Baca juga: PBNU Maafkan FUIB soal Puisi Gus Mus yang Dibacakan Ganjar

Buku ini disebutnya juga menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang di luar diri NU mengapa NU
spartan mempertahankan NKRI. Menurutnya, melalui tulisan-tulisan penulis, dijelaskan sikap tegas NU
dalam mempertahankan NKRI tidaklah muncul secara tiba-tiba.

"Melainkan sejak dari awal mulanya," ujarnya.

Sementara itu, KH Said Aqil berpendapat buku ini seharusnya tidak hanya menekankan NU penjaga NKRI,
tapi juga penjaga budaya. Sebab kalau budaya hancur, maka apa artinya bangsa ini.

"Bukan hanya menjaga keselamatan keutuhan geografinya. Keselamatan budayanya itu NU yang paling di
depan. Kalau nggak ada NU Indonesia udah bubar ini. Untuk apa kita menjaga geografi tapi kalau budaya
kita hancur. Kebesaran martabat, bangsa adalah budayanya. Kalau budayanya hancur maka bangsa tidak
ada artinya," tutur Said.

Said mempersilakan putra-putri bangsa sekolah di luar negeri di penjuru dunia. Tapi, budaya Indonesia
harus tetap dipertahankan.

"Saya katakan silakan sekolah di Australia Amerika silakan tapi pulang jangan bawa khamar (minuman
keras), tetap nasi goreng sarapannya. Bawa teknologinya jangan bawa sarapan pakai beer. Begitu juga
kuliah di Timur Tengah, saya, Gus Dur, Gus Mus, belajar di Arab. Tapi pulang nggak bawa jenggot. Bawa
tafsir, hadit, fiqih. Dan jangan bawa cadar, bawa azan nggak apa-apa. Nah itu artinya kita menjaga
budaya. Jauh lebih mulia budaya kita daripada barat dan Timur Tengah," lanjutnya.

Ketua DPP PSI Tsamara Amany juga mengapresiasi diterbitkannya buku ini. Menurutnya, buku ini
memiliki pesan bahwa Islam dan nasionalisme bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan.

"Kalau dilihat dari judulnya, 'NU Penjaga NKRI'. Melihat judulnya sudah tidak diragukan lagi. Jadi kita
tidak perlu menyatakan NU Penjaga NKRI untuk mengingatkan publik bahwa NU menjaga NKRI. Karena
apa? Karena sejak awal NU adalah salah satu ormas Islam yang mendirikan negara ini," ujarnya.

(idh/idh)

https://news.detik.com/berita/d-3964351/pbnu-luncurkan-buku-nu-penjaga-nkri
NU Berkomitmen Jaga NKRI

Ilham wibowo • Rabu, 11 Apr 2018 00:35 WIB

nahdlatul ulama

News Politik

NU Berkomitmen Jaga NKRI

Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj. ANT/ Wahyu Putro A

Jakarta: Nahdlatul Ulama (NU) berkomitmen untuk berada dalam posisi menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menuturkan pihaknya bakal tetap
berani menyuarakan kebenaran meski berisiko dimusuhi kelompok lain.

Pernyataan itu disampaikan Said Aqil saat membuka peluncuran dan diskusi buku NU Penjaga NKRI di
Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa, 10 April 2018.

Hadir dalam acara Penasehat khusus Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)
Romo Antonius Benny Susetyo, Peneliti LIPI Amin Mudzakir, Pengamat ekstremisme Imdadun Rahmat,
dan politukus Tsamara Amany.

Said Aqil menjelaskan pada dasarnya Islam mengajarkan nilai-nilai universal yang turun menjadi doktrin
ajaran. Islam kemudian melahirkan para pengikut yang dalam level komunitas bisa memunculkan
komoditas dengan kepentingan tertentu.

Menurut dia, di level komoditas inilah Islam rawan dipolitisasi dan diperjualbelikan. NU pun
berkomitmen akan mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Islam, kata Said
Aqil, mengenalkan konsep ummatan wasathan yang ia terjemahkan sebagai Islam yang moderat dan
beradab.

“Istilah ummatan Islamiyyatan justru tidak ada (dalam Al-Qur’an), tapi adanya ummatan wasathan," ujar
Guru besar tasawuf UIN Sunan Ampel ini.

Pandagan Said itu mengacu pada kutipan Surat al-Baqarah ayat 143 yang artinya: “Dan demikian Kami
menjadikan kalian ummatan wasathan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan manusia) dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”

Sementara itu, Benny mengatakan NU selalu hadir untuk menyatu dengan segala lapisan. Relasi yang
baik kemudian muncul dengan suatu kepercayaan yang terwujud dalam harmonisasi masyarakat NU
tanpa membeda-bedakan.

"Di Sampit, Madura, misalnya, tidak pernah muncul stigma negatif atas bantuan Katolik. Warga di sana
tidak menuduh adanya kristenisasi di balik itu. Dari fakta ini orang NU dalam beriman sudah melompat
dari politik identitas menuju penghayatan kemanusiaan. Dari kemanusiaan itulah orang tidak lagi
membedakan suku, identitas," kata Benny.
NU dinilai berdiri menjadi oase di tengah kegersangan yang melanda negara ini. NU juga dinilai menjadi
penyejuk dengan merangkul semua elemen dan kalangan.

Selain itu, NU pun konsisten berpandangan bahwa NKRI adalah negara kebangsaan, bukan negara
berdasar agama tertentu. Kemudian, NU setia mengembalikan Pancasila kepada rel yang benar dan
selalu ada pada setiap krisis yang melanda bangsa ini.

"Bangsa ini berutang terhadap NU," kata alumnus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya
Sasana Malang itu.

(SCI)

http://news.metrotvnews.com/politik/5b2V8rVb-nu-berkomitmen-jaga-nkri
Peluncuran Buku NU Penjaga NKRI

Eko Purwanto

Selasa, 10 April 2018 - 18:37 WIB

Peluncuran Buku NU Penjaga NKRI-3

Agamawan Romo Benny Susetya, Ketua PBNU KH Abdul Manan Gani, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siradj, Direktur Utama PT Kanisius Yogyakarta Romo E Aziz Mardopo SJ, Bendahara PBNU Bina Suhendra
(kiri-kanan) memegang buku berjudul "NU Penjaga NKRI" di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Peluncuran Buku NU Penjaga NKRI-0

Selain peluncuran buku "NU Penjaga NKRI" PBNU juga menyelenggarakan diskusi membahas PBNU
dan persatuan dan kesatuan NKRI.

Peluncuran Buku NU Penjaga NKRI-1

Selain peluncuran buku "NU Penjaga NKRI" PBNU juga menyelenggarakan diskusi membahas PBNU
dan persatuan dan kesatuan NKRI.

Peluncuran Buku NU Penjaga NKRI-2

Selain peluncuran buku "NU Penjaga NKRI" PBNU juga menyelenggarakan diskusi membahas PBNU
dan persatuan dan kesatuan NKRI.

Peluncuran Buku NU Penjaga NKRI-3

Agamawan Romo Benny Susetya, Ketua PBNU KH Abdul Manan Gani, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siradj, Direktur Utama PT Kanisius Yogyakarta Romo E Aziz Mardopo SJ, Bendahara PBNU Bina Suhendra
(kiri-kanan) memegang buku berjudul "NU Penjaga NKRI" di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Peluncuran Buku NU Penjaga NKRI-0

Selain peluncuran buku "NU Penjaga NKRI" PBNU juga menyelenggarakan diskusi membahas PBNU
dan persatuan dan kesatuan NKRI.

Agamawan Romo Benny Susetya, Ketua PBNU KH Abdul Manan Gani, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siradj, Direktur Utama PT Kanisius Yogyakarta Romo E Aziz Mardopo SJ, Bendahara PBNU Bina Suhendra
(kiri-kanan) memegang buku berjudul "NU Penjaga NKRI" di Jakarta, Selasa (10/4/2018). Selain
peluncuran buku "NU Penjaga NKRI" PBNU juga menyelenggarakan diskusi membahas PBNU dan
persatuan dan kesatuan NKRI.

https://photo.sindonews.com/view/27343/peluncuran-buku-nu-penjaga-nkri
Selasa 10 April 2018, 17:27 WIB

Said Aqil Singgung Aksi 212-Amien Rais di Diskusi 'NU Penjaga NKRI'

Marlinda Oktavia Erwanti - detikNews

83 komentar

Said Aqil Singgung Aksi 212-Amien Rais di Diskusi NU Penjaga NKRI Ketum PBNU Said Aqil Siroj. (Ari
Saputra/detikcom)

Jakarta - Ketum PBNU Said Aqil Siroj mengaku mengalami masa krisis saat aksi 212 pada Desember 2016.
Namun ia berhasil melewati masa-masa yang disebutnya sebagai ujian besar itu.

Hal itu diungkapkan Said Aqil saat menjadi keynote speaker dalam peluncuran dan diskusi buku 'NU
Penjaga NKRI' di gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat.

"Saya melewati masa krisis yang sangat luar biasa ketika 212. Betul-betul ujian yang besar. Alhamdulillah
saya tidak bergeser sedikit pun," ujar Said di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (10/4/2018).

Baca juga: Ketum PBNU dan Muhammadiyah Yakin Indonesia Tetap Ada Selamanya

Pada saat itu, Said Aqil menerima ancaman dan sekaligus rayuan untuk bergabung dengan aksi tersebut.
Salah satunya, katanya, melaksanakan salat Jumat di Monas.

"Walaupun diancam atau dirayu, tidak sedikit pun kita bergeser menolak Jumatan di Monas. Satu,
karena salat Jumat di Monas bukan salat, tapi politik. Kedua, saya tahu siapa di belakangnya yang
biayain," kata Said.

"Ketiga, dari daerah datang tidurnya di Masjid Istiqlal. Mereka ngompol, ngemper, ngeces di Masjid
Istiqlal, pas wayahe salat meninggalkan masjid ke Monas. Coba aja njenengan, gereja untuk tidur, pas
mau kebaktian di luar. Piye jal," lanjutnya.

Baca juga: Soal Habib Rizieq 'Nyapres', Said Aqil: Pulang Dulu Kalau Jantan

Menurut Said, aksi 212 merupakan aksi yang memiliki kepentingan politik. Sebagai Ketua PBNU, ia
enggan memihak kepentingan-kepentingan politik mana pun.

"Saya sendirian, walaupun yang sependapat banyak. Hanya yang ndablek ikut ngomong cuma saya aja.
Sudah lama NU selalu ndablek atau tidak berkepentingan, berbicara apa adanya. Yang benar kita katakan
benar, yang salah kita katakan salah," tuturnya.

Tak hanya menyinggung aksi 212, dalam sambutannya, Said Aqil juga menyinggung ucapan politikus
senior PAN Amien Rais yang yang menyebut 74% kepemilikan lahan di Indonesia dikuasai asing dalam
pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Said mengatakan tudingan Amien Rais ke Jokowi salah
alamat.
"Jokowi tidak pernah bagi-bagi tanah ke pengusaha, apalagi asing. Yang bagi-bagi itu Menteri Kehutanan
yang sebelumnya. Yang sebelumnya, dan sebelumnya, sebelumnya, sebelumnya," kata Said, yang
disambut tawa peserta yang hadir.

"Jadi salah alamat ketika ada kritikan dari Pak Amien Rais itu. Salah alamat," tambahnya.

Baca juga: Ketum PBNU: Cadar Budaya Arab, Bukan Perintah Agama

Said kemudian juga menyinggung ucapan Ketua Umum Gerindra Prabowo yang menyebut Indonesia
akan bubar pada 2030. Said menekankan Alquran menegaskan bahwa sebuah bangsa yang beriman dan
bertakwa tidak akan bubar.

"Yang bubar itu negara-negara yang ingkar pada Tuhan. Dan perilakunya jauh dari Tuhan. Alquran
menjanjikan selama bangsa itu beriman dan bertakwa, Tuhan akan menjaga negara itu. Jangankan 2030,
sampai kiamat baru bubar. Insyaallah," pungkasnya.

(tor/tor)

https://news.detik.com/berita/d-3963968/said-aqil-singgung-aksi-212-amien-rais-di-diskusi-nu-penjaga-
nkri
Berita

Ketum PBNU: Caci Maki Tidak Akan Kurangi Kebesaran NU

Penulis

Desy Selviany -

10/04/2018

INFONAWACITA.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj
mengingatkan warga NU atau disebut juga Nahdliyin, agar tidak berkecil hati dengan fitnah dan caci maki
yang menyerang NU belakangan ini.

Fitnah dan caci maki itu, kata KH Siroj, tidak akan mengurangi kemuliaan NU karena telah konsisten
menjaga NKRI.

Pernyataan ini ia sampaikan saat peluncuran buku NU Penjaga NKRI di Gedung PBNU Jakarta pada Selasa
(10/4/2018).

“Yang membuli dan caci maki, tidak sedikitpun mengurangi kebesaran NU,” tegasnya.

Ia kembali menegaskan bahwa dirinya juga tidak akan bergeming meski dihantam dengan berbagai
fitnah dan caci maki yang ditujukan kepadanya. Sebabnya karena komitmen NU dalam menjaga NKRI.
Misalnya saja, KH Siroj mengungkapkan, ketika dirinya hanya berdiri sendiri menyatakan bahwa aksi
unjuk rasa 212 bukanlah aksi bela Islam.

“Saya lewati masa krisis luar biasa ketika 212. Betul-betul ujian sangat besar, dan Alhamdulilah, saya
tidak bergeser sedikitpun dari banyaknya rayuan,” ungkap KH Siroj.

Sebab, lanjut KH Siroj, langkah yang ia ambil itu merupakan perintah dari Al-Quran. Dimana umat Islam
harus amanah dalam mengatakan kebenaran.

“Itu namanya amanah. Berani katakan, katakan apa? Ya katakan kebenaran walaupun yang lain diam.
Untuk berani menolak kezaliman dan penyimpangan,” jelasnya. (DS/zh)

https://infonawacita.com/ketum-pbnu-caci-maki-tidak-akan-kurangi-kebesaran-nu/
PBNU: NU Tak Pernah Bergeser

Selasa, 10 April 2018 16:45 Nasional

Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj.

Jakarta, NU Online

Perjuangan Nahdlatul Ulama (NU) sejak sebelum kemerdekaan, masa kemerdekaan, hingga setelah
kemerdekaan, sangat luar biasa. Namun, NU kerap kali kurang mendapat haknya. Walau demikian, NU
diharapkan untuk tidak kecil hati dan minder kalau tidak dapat apa-apa.

Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada peluncuran dan diskusi buku NU
Penjaga NKRI' di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (10/4).

"Sebenarnya masih banyak buku yang harus diterbitkan untuk membuktikan peran NU. Terutama KH
Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim, dan Gus Dur. Terutama sekali Kiai Wahid Hasyim, karena beliau itu
diapit oleh ketenaran bapak dan putranya," kata Pengasuh Pondok Pesantren Ats-Tsaqafah itu.

Menurutnya, banyak yang tidak tahu perjuangan yang dilakukan Kiai Wahid Hasyim. Maka, sangat perlu
untuk dibukukan agar orang-orang tahu bagaimana putra pendiri NU itu berjuang.

"Nah, siang ini merupakan pengakuan kepada NU. NU itu benar. Dan yang namanya hebat itu yang
dikatakan oleh orang lain. Bukan dikatakan oleh diri sendiri," katanya.

Kalau ada yang membully, Kiai Said melanjutkan, sama sekali tidak mengecilkan kebesaran NU. Sejak
lama, NU selalu tahan banting terhadap siapa pun yang menyerangnya.

"Saya dan NU sudah melewati masa kritis. Yakni saat 212 ketika itu. Dan Alhamdulillah saya dan NU tidak
bergeser sedikit pun. Saya sendirian saat itu, walaupun banyak juga yang sependapat dengan saya, tapi
cuma saya yang ndableg," pungkasnya. (Aru Elgete/Muiz)

https://www.nu.or.id/post/read/88584/pbnu-nu-tak-pernah-bergeser
Budaya / Seni

Ketua Umum PBNU: Di Bawah Kepentingan Tertentu Islam Bisa Jadi Cuma Komoditas

Published 7 hours ago

on April 10, 2018

By Redaksi NusantaraNews

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan pada dasarnya Islam
adalah nilai-nilai universal. Kemudian turun menjadi doktrin ajaran, lalu melahirkan para pengikut atau
komonitas. Dari komunitas, ia bisa turun lagi menjadi komoditas akibat kepentingan tertentu yang
melingkupinya.

“Istilah ummatan Islamiyyatan justru tidak ada (dalam Al-Qur’an), tapi adanya ummatan wasathan,” kata
Kiai Said saat membuka peluncuran dan diskusi buku NU Penjaga NKRI di Gedung PBNU Lantai 8, Jalan
Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Menurutnya, di level komoditas inilah Islam rawan dipolitisasi dan diperjualbelikan. Nahdlatul Ulama,
kata dia, berkomitmen akan mengatakan yang benar adalah benar dan sebaliknya.

“Berani menyuarakan apa adanya meski dengan risiko dimusui kelompok lain. Islam, katanya,
mengenalkan konsep ummatan wasathan yang ia terjemahkan sebagai Islam yang moderat, moderat,
dan beradab,” ujarnya.

Baca juga: Di Tahun Politik 2018, PBNU dan PP Muhammadiyah Sejalan

Di kesempatan sama, Romo Antonius Benny Susetyo mengatakan NU selalu hadir di mana-mana, tetapi
tidak ke mana-mana. Orang NU bisa menyatu dengan segala lapisan. Dari situlah, lanjutnya, muncul
relasi yang baik. Ada suatu kepercayaan yang wujudnya adalah masyarakat NU tidak membeda-bedakan.

“Di Sampit, Madura, misalnya, tidak pernah muncul stigma negatif atas bantuan Katolik. Warga di sana
tidak menuduh adanya kristenisasi di balik itu. Dari fakta ini, ia menilai orang NU dalam beriman sudah
melompat dari politik identitas menuju penghayatan kemanusiaan,” terangnya.

“Dari kemanusiaan itulah orang tidak lagi membedakan suku, identitas,” sambung Romo Benny.

Baca juga: Kembangkan Islam Moderat, PBNU Dukung Gerakan Putra Raja Salman

Di tengah kegersangan yang melanda negara ini, NU berdiri menjadi oase. NU menjadi penyejuk dengan
merangkul semua elemen dan kalangan. Hal inilah yang menurut pria kelahiran Malang 50 tahun silam
itu menjadi sebab NU sebagai pusat peradaban.
Hadir pula dalam diskusi tersebut peneliti LIPI Amin Mudzakir, pengamat ekstremisme Imdadun Rahmat,
dan politisi muda Tsamara Amany.

“Bangsa ini berutang terhadap NU,” kata alumnus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya
Sasana Malang itu.

Romo Benny menguraikan, setidaknya ada dua kesetiaan NU. Pertama, NU konsisten berpandangan
bahwa NKRI adalah negara kebangsaan, bukan negara berdasar agama tertentu. Kedua, NU setia
mengembalikan Pancasila kepada rel yang benar. Dari sinilah, NU selalu ada pada setiap krisis yang
melanda bangsa ini. (red)

Editor: Eriec Dieda

https://nusantaranews.co/ketua-umum-pbnu-di-bawah-kepentingan-tertentu-islam-bisa-jadi-cuma-
komoditas/
Home Nasional Berita Politik

Said Aqil Klaim Pernah Diancam untuk Ikut Aksi 212

DHF, CNN Indonesia | Selasa, 10/04/2018 20:25 WIB

Bagikan :

Said Aqil Klaim Pernah Diancam untuk Ikut Aksi 212 Said Aqil sebut ada ancaman besar terhadap dirinya
saat tidak mengikuti aksi 212. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto)

Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj
mengungkap dirinya pernah diancam untuk mengikuti aksi bela Islam menuntut agar Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok dipidana.

Said menyebut ancaman untuk ikut di dalam aksi 212 itu merupakan ujian dan krisis yang besar.

"Alhamdulillah saya tidak bergeser walau diancam atau dirayu. Saya tidak bergeser sedikit pun menolak
Salat Jumat di Monas," ungkap Said saat diskusi dan peluncuran buku NU Penjaga NKRI di kantor PBNU,
Jakarta, Selasa (10/4).

Lihat juga: Soal Puisi Sukmawati, PA 212 Ungkit Demo Besar Kasus Ahok

Sayangnya, Said tidak mau merinci ancaman apa yang dia hadapi karena tidak ikut aksi terkait penistaan
agama itu.

Dia menjelaskan setidaknya ada tiga alasan untuk tidak ikut turun dalam aksi di akhir tahun 2016 itu.
Pertama ia yakin betul gerakan salat di Monas itu bukan merupakan ibadah, melainkan agenda politik.

Alasan kedua, ia mengklaim mengetahui aktor di belakang aksi tersebut. Meski begitu Said tak mau
menyebut siapa pihak yang ia tuduh tersebut.

"Saya tahu siapa di belakangnya yang biayain," tutur Said.

Said Aqil mengklaim tahu aktor dan donatur dibalik aksi 212Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono

Said Aqil mengklaim tahu aktor dan donatur dibalik aksi 212

Lebih lanjut Said menekankan aksi 212 tidak etis. Peserta aksi juga dinilai Said telah salah kaprah
memperlakukan masjid.

"Dari daerah datang, tidur di Isqtilal, di isqtiqlal ngompol, ngeces. Pas mau salat malah keluar
meninggalkan masjid ke Monas," imbuhnya.

Diskusi ini juga dihadiri beberapa tokoh, seperti rohaniawan Romo Benny Susetyo, Peneliti Said Aqil Siraj
Institute M Imdadun Rahmat, dan Ketua DPP PSI Tsamara Amany.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180410190841-32-289805/said-aqil-klaim-pernah-diancam-
untuk-ikut-aksi-212
Kiai Said: Jokowi Tidak Pernah Bagi-bagi Lahan ke Asing

Selasa, 10 April 2018 16:25 Nasional

Jakarta, NU Online

Selain menjaga keutuhan geografis, Nahdlatul Ulama (NU) harus menjaga budaya. Kemudian, NU juga
wajib menjaga Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia.

Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU pada peluncuran dan diskusi buku NU Penjaga NKRI di Kantor
PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (10/4).

"Di Indonesia ini masih ada seorang pengusaha yang menguasai tanah seluas 5,5 juta hektar, tapi juga
masih banyak warga yang sejengkal pun tidak punya. Maka, itu yang harus kita pikirkan bersama,"
katanya

Karena itu, Kiai Said menganjurkan nahdliyin untuk mendukung program Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo mengenai redistribusi aset. Sebab, Jokowi tidak pernah bagi-bagi tanah kepada asing.

"Saya bicara seperti ini bukan berarti saya mendukung Jokowi. Tapi memang Jokowi itu tulus menjaga
keutuhan NKRI," katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Ats-Tsaqafah Jakarta itu menegaskan bahwa Indonesia tidak akan bubar
pada 2030. Dengan bermodal takwa dan keimanan, bangsa Indonesia akan tetap utuh sampai hari
kiamat.

"Negeri Fir'aun itu bubar karena tidak beriman kepada Allah. Jangankan 2030, sampai hari kiamat pun
Indonesia tidak akan bubar. Kita semua ini kan beriman dan bertaqwa," pungkasnya. (Aru Elgete/Muiz)

https://www.nu.or.id/post/read/88583/kiai-said-jokowi-tidak-pernah-bagi-bagi-lahan-
Ketum PBNU: Pulanglah Dengan Ilmu, Bukan Cadar atau Khamar

Dhaifurrakhman Abas • Rabu, 11 Apr 2018 03:00 WIB

nahdlatul ulama

News Politik

Ketum PBNU: Pulanglah Dengan Ilmu, Bukan Cadar atau Khamar

Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj. ANT/ahyu Putro A

Jakarta: Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mendorong anak bangsa
untuk menuntut ilmu ke seluru penjuru negeri. Namun, ketika pulang ke Indonesia, tidak dianjurkan
membawa unsur budaya lain melainkan hanya sekadar ilmu yang bermanfaat.

"Belajar ke Arab silakan, tapi pulang harus membawa ilmu, bukan membawa jenggot atau cadar" kata
Said di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa, 10 April 2018.

Said juga mengimbau anak bangsa untuk menuntut ilmu hingga ke Benua Eropa. Menurut dia, banyak
ilmu yang bisa diambil dari benua biru tersebut. Hanya saja, budaya bangsa Eropa dan bangsa lain tidak
akan pantas jika diterapkan di Indonesia, sebab, menurut dia, budaya Indonesia merupakan yang paling
mulia.

"Dan jangan membawa pulang budaya meminum khamar (minuman yang memabukkan)," ujar dia.

Hal itu dia lontarkan agar generasi muda tetap mempertahankan budaya berbangsa dan bernegara
berlandaskan Pancasila. Menurut dia, unsur budaya merupakan faktor paling utama dalam
mempertahankan suatu negara yang tengah berdiri, termasuk Indonesia.

Dia mencontohkan negara Uni Soviet yang kala itu hancur lebur karena tanpa pertahanan budaya yang
kokoh. Meskipun negara tersebut memiliki kekuatan tempur yang sangat masif dalam mempertahankan
negaranya pada saat itu.

"Untuk apa kita menguasai geografi tapi budaya kita hancur. Kebesaran martabat bangsa adalah
budayanya," tukas dia.

(SCI)

http://news.metrotvnews.com/politik/gNQnEvvb-ketum-pbnu-pulanglah-dengan-ilmu-bukan-cadar-
atau-khamar
Romo Benny: NU Dibutuhkan Bangsa Ini

Selasa, 10 April 2018 16:35 Nasional

Jakarta, NU Online

Romo Antonius Benny Susetyo mengatakan NU selalu hadir di mana-mana, tetapi tidak ke mana-mana.
Demikian Romo Benny saat menjadi narasumber pada peluncuran buku NU Penjaga NKRI di Aula PBNU
lantai 8, Jakarta, Selasa (10/4).

Orang NU, menurutnya, bisa menyatu dengan segala lapisan. Dari situlah, muncul relasi yang baik. Ada
suatu kepercayaan yang wujudnya adalah masyarakat NU tidak membeda-bedakan.

Di Sampit, Madura, misalnya, tidak pernah muncul stigma negatif atas bantuan Katolik. Warga di sana
tidak menuduh adanya kristenisasi di balik itu.

Dari situ, ia berpandangan bahwa orang NU dalam beriman, sudah melompat dari politik identitas
karena dihayati dalam nilai kemanusiaan.

"Dari kemanusiaan itulah orang tidak lagi membedakan suku, identitas," katanya.

Berdasar nilai kemanusiaannya, NU tampil pada era reformasi. Ia mengungkapkan Gus Dur sebagai
representasi NU selalu pasang badan dalam forum demokrasi.

"Gus Dur menjadi pelekat dari sebuah demokratisasi," ujarnya.

Gus Dur memberi pembelaan terhadap Romo Mangunwijaya ketika hendak ada yang menuduhnya PKI.

Oase

NU selain berperan sebagai penjaga negara, ia juga menjadi pusat peradaban mengingat perannya
mempertemukan Islam dan budaya sehingga melahirkan ajaran agama yang penuh kasih. Sikap
demikian, menurutnya, nampak dalam hubungan relasinya.

"NU sebenarnya menjadi pusat. Tidak hanya pusat penjaga NKRI, tetapi juga pusat peradaban,"
ungkapnya.

Di tengah kegersangan yang melanda negara ini, NU berdiri menjadi oase. NU menjadi penyejuk dengan
merangkul semua elemen dan kalangan. Hal inilah yang menurut pria kelahiran Malang 50 tahun silam
itu menjadi sebab NU sebagai pusat peradaban.

"Bangsa ini berhutang terhadap NU," kata alumnus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya
Sasana Malang itu.

Setidaknya, Romo Benny menguraikan tiga kesetiaan NU. Pertama, NU konsisten berpandangan bahwa
NKRI adalah negara kebangsaan, bukan negara berdasar agama tertentu.
Kedua, NU setia mengembalikan Pancasila kepada rel yang benar. Dari sinilah, NU selalu ada pada setiap
krisis yang melanda bangsa ini.

Oleh karena itu, menurutnya, NU dibutuhkan bangsa ini guna menjadi alat pemersatu bangsa. (Syakir
NF/Kendi Setiawan)

https://www.nu.or.id/post/read/88585/romo-benny-nu-dibutuhkan-bangsa-ini
Romo Benny: NU Jangkar NKRI

Selasa, 10 April 2018 21:00 Nasional

Romo Benny Susetyo

Jakarta, NU Online

Nahdlatul Ulama (NU) dalam pandangan Romo Benny Susetyo merupakan jangkar negara. Hal itu
menurutnya sudah terbukti dalam sejarah, bahwa NU lebih mencintai bangsa dan negara ini lebih
daripada politik identitas.

Sejak awal, NU sudah mengatakan NKRI berdasar kebangsaan, bukan negara berlandaskan agama
tertentu.

“Kesadaran itu nampak terus,” katanya usai menghadiri peluncuran buku NU Penjaga NKRI di Aula
Gedung PBNU lantai 8, Jakarta, Selasa (10/4).

Ia mencontohkan bahwa dalam kemerdekaan, NU selalu muncul dalam situasi genting. Ia juga
menceritakan pada tahun 1965, NU setia menjaga negara.

“Mei (1998) juga sama,” katanya.

Di samping itu, Romo Benny juga mengungkapkan bahwa keberhasilan NU mempertemukan Islam dan
budaya menjadikannya sebagai pusat peradaban.

"NU sebenarnya menjadi pusat. Tidak hanya pusat penjaga NKRI, tetapi juga pusat peradaban," ungkap
pria kelahiran Malang itu.

Hal itu menurutnya, melahirkan ajaran agama yang penuh kasih sehingga mewujud dalam hubungan
relasinya.

Oleh karena itu, NU selalu berada di garda terdepan dalam setiap krisis yang dihadapi bangsa ini. Gus
Dur, misalnya, menjadi pelekat demokratisasi yang selalu pasang badan pada pembentukan reformasi.

Melihat hal tersebut, sampai saat ini, NU dibutuhkan bangsa guna menjadi alat pemersatu bangsa.
Gersangnya kondisi sosial politik yang terus bergejolak, menjadikan NU sebuah oase. NU menjadi
penyejuk dengan merangkul semua elemen dan kalangan. Hal inilah yang menurut Romo Benny menjadi
sebab NU sebagai pusat peradaban.

"Bangsa ini berhutang terhadap NU," katanya.(Syakir NF/Muhammad Faizin)

https://www.nu.or.id/post/read/88595/romo-benny-nu-jangkar-nkri
Peneliti LIPI: Kiprah NU dalam Mengatasi Konflik Telah Teruji

Selasa, 10 April 2018 18:20 Nasional

Peneliti LIPI, Amin Mudzakkir. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar telah teruji dalam menangani setiap
konflik politik dan agama di Indonesia. Bahkan peran ini lingkupnya tidak hanya nasional, tetapi juga
global.

Hal itu mengemuka ketika Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakkir
memaparkan materinya dalam mengisi bedah buku NU Penjaga NKRI, Selasa (10/4) di Aula Gedung
PBNU Kramat Raya Jakarta.

Yang menarik menurut pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat ini ialah ketika NU juga membantu konflik
minoritas Muslim di Indonesia.

“Saat mereka mengalami diskriminasi dan dipersekusi oleh gerakan-gerakan Islam lainnya,” ujar Amin
Mudzakkir. Ia memaparkan hasil penelitian tentang advokasi GP Ansor dan Lakpesdam NU dalam
mengatasi konflik horisontal.

Golongan Islam yang disebut Amin sebagai kelompok fundamentalisme Islam ini justru menginginkan
minoritas Muslim yang dinilai sesat ini tidak menjadi bagian dari Islam. Padahal menurutnya, mereka
masih saudara sesama bangsa, yakni Indonesia.

Ia juga menyoroti politisasi agama yang akhir-akhir ini seolah menjadi biang konflik. Namun, di tengah
persoalan tersebut, NU tetap menghadirkan prinsip rahmatan lil ‘alamin sebagai esensi agama Islam.

Bahkan mampu mewarnai dunia perpolitikan dengan tetap mengedepankan persatuan serta kesatuan
bangsa dan negara. “NU sudah mempraktikkan dan melakukannya sejak sebelum Republik ini berdiri,”
tegas Amin.

Panelis bedah buku "NU Penjaga NKRI". (Foto: NU Online)

Sementara itu, Direktur Eksekutif Said Aqil Siroj (SAS) Institute M. Imdadun Rahmat yang juga hadir
sebagai salah satu narasumber menerangkan, konsistensi NU dalam menjaga eksistensi bangsa dan
negara tidak terlepas dari paham keagamaan yang dianut.

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa antara paham keagamaan dengan komitmen kebangsaan
menjadi tidak terpisahkan. Bahkan harus diperkuat dan menjadi komitmen bersama warga bangsa.

Dalam kegiatan yang dipadati oleh sejumlah undangan dan hadirin dari berbagai kalangan yang
memadati ruang diskusi, hadir juga sebagai narasumber Agamawan Romo Benny Susetyo dan Politisi
Muda Tsamara Amany Alatas serta editor buku Iip D. Yahya.
Acara ini dimulai dengan sambutan Direktur Utama PT Kanisius, Romo Azis dan Pembicara Kunci Ketua
Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Hadir pula beberapa pengurus PBNU dan beberapa punggawa PT
Kanisius. (Fathoni)

https://www.nu.or.id/post/read/88592/peneliti-lipi-kiprah-nu-dalam-mengatasi-konflik-telah-teruji

Вам также может понравиться