Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
STANDAR KETENAGAAN
c.Tatalaksana Penyakit
Menular Langsung
d.Tatalaksana Penyakit
Menular Bersumber
Binatang
e.Program TB Strategis
DOTS
h.Tatalaksana Penyakit
Tidak Menular dan Faktor
Resiko PTM
d.Perkesmas
e.IMS
STANDAR FASILITAS
Keterangan:
3.2.1 PERALATAN
7. Tensimeter 1
8. Pen light 1
11. Termometer 1
B Mebelair
5. Komputer 1
1. Masker -
2. Sarung tangan -
3. Tissue -
4. Sabun cair -
5. Emergency box -
Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup.
4.3.3.3 DISPEPSIA
Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa
tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, perut terasa
penuh, dan sendawa.
Diagnosis
2. Terapi obat
Berikut adalah obat-obatan yang sering digunakan dalam terapi Diabetes mellitus
Catatan:
a. Kriteria tersebut ditujukan untuk klasifikasi pasien baru.Sebagai tambahan, pasien
dengan penyakit erosif tipikal RA denganriwayat yang sesuai dengan kriteria 2010
ini harus diklasifikasikan kedalam RA. Pasien dengan penyakit lama, termasuk yang
tidak aktif(dengan atau tanpa pengobatan), yang berdasarkan data retrospektifyang
dimiliki memenuhi kriteria 2010 ini harus diklasifikasikan kedalam RA.
b. Diagnosis banding bervariasi diantara pasien dengan manifestasi yangberbeda,
tetapi boleh memasukkan kondisi seperti SLE, artritis psoriatic,dan gout. Jika
diagnosis banding masih belum jelas, hubungi ahlireumatologi.
c. Walaupun pasien dengan skor < 6 dari tidak diklasifikasikan ke dalamRA, status
mereka dapat dinilai ulang dan kriteria ini bisa dipenuhisecara kumulatif seiring
waktu.
d. Keterlibatan sendi merujuk pada sendi yang bengkak atau nyeri
padapemeriksaan, yang dikonfirmasi oleh bukti pencitraan akan adanyasinovitis.
4.3.3.12 HIPOTENSI
Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah
dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darah rendah.
Penderita hipotensi memiliki tekanan darah di bawah 90/60
Gejala Hipotensi
Tidak semua yang mengalami hipotensi akan merasakan gejala. Kondisi hipotensi
juga tidak selalu memerlukan perawatan. Namun jika tekanan darah cukup rendah,
kemungkinan besar bisa menimbulkan gejala-gejala seperti berikut ini.
Jantung berdebar kencang atau tidak teratur.
Pusing.
Lemas.
Mual.
Pingsan.
Kehilangan keseimbangan atau merasa goyah.
Pandangan buram.
Jika mengalami gejala hipotensi, sebaiknya Anda segera duduk atau berbaring,
minum air putih, dan menghentikan semua kegiatan yang sedang Anda lakukan.
Gejala biasanya akan segera hilang setelah beberapa saat.
Jika Anda sering mengalami gejala hipotensi seperti yang disebutkan di atas, temui
dokter untuk mengukur tekanan darah Anda dan memeriksa apakah ada penyakit
tertentu yang menyebabkan timbulnya gejala seperti hipotensi.
Penyebab Hipotensi
Sebenarnya tekanan darah bisa berubah sepanjang hari, tergantung kepada
kegiatan yang sedang dilakukan dan hal ini dianggap normal.
Ada banyak faktor yang menyebabkan tekanan darah seseorang rendah, seperti
faktor usia, pengobatan, dan kondisi cuaca.Cuaca udara yang lebih panas bisa
membuat tekanan darah menurun. Orang yang sedang relaks atau rajin berolahraga
juga umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah. Selain itu jika Anda
baru saja makan, tekanan darah juga bisa menurun karena banyak darah yang akan
mengalir menuju saluran pencernaan untuk mencerna dan menyerap makanan.
Tekanan darah pada siang dan malam hari pun berbeda. Biasanya pada siang hari
tekanan darah akan meningkat, dan malam harinya akan lebih rendah.
Penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu
Hipotensi bisa diakibatkan oleh kondisi atau penyakit tertentu, beberapa di
antaranya adalah:
4.3.3.15 KONJUNCTIVITIS
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi alergi. Konjungtivitis ditularkan
melalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan mata merah, rasa mengganjal, gatal dan berair,
kadang disertai sekret. Umumnya tanpa disertai penurunan tajam penglihatan.
Faktor Risiko
a. Daya tahan tubuh yang menurun
b. Adanya riwayat atopi
c. Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang tidak baik
d. Higiene personal yang buruk
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
a. Tajam penglihatan normal
b. Injeksi konjungtiva
c. Dapat disertai edema kelopak, kemosis
d. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen atau purulen tergantung penyebab.
4.3.3.16 HIPERCHOLESTEROLEMIA
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah
(dislipidemia) yang mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. (perkeni
2004). Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan kadar kolesterol LDL di dalam
darah.
Penyebab Hiperkolesterolemia
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa disebabkan
oleh faktor genetik seperti pada hiperkolesterolemia familial dan hiperkoleterolemia
poligenik, juga bisa disebabkan faktor sekunder akibat dari penyakit lain seperti
diabetes mellitus, sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan diet lemak jenuh
(saturated fat), kegemukan dan kurang olahraga.
1. Hiperkolesterolemia Poligenik
Tipe ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan, merupakan
interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-faktor lingkungan
lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik. Penyakit ini biasanya tidak
disertai dengan xantoma.
2. Hiperkolesterolemia Familial
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibatkan oleh adanya defek gen pada reseptor
LDL permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini menyebabkan hati
tidak bisa mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian
memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma. Pada pasien dengan
Hiperkolesterolemia familial ditemukan kadar kolesterol total mencapai 600 sampai
4.3.3.17 GASTRITIS
Proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan
iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
DIAGNOSA
Penyakit gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain.
Gejala penyakit gastritis yang biasa terjadi adalah
Mual dan muntah
Nyeri epigastrum yang timbul tidak lama setelah makan dan minum unsur-
unsur yang dapat merangsang lambung ( alkohol, salisilat, makanan tercemar
toksin stafilokokus )
Pucat
Lemah
Keringat dingin
Nadi cepat
Nafsu makan menurun secara drastis
Suhu badan meningkat
Sering bersendawa terutama dalam keadaan lapar
RENCANA PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF (PLAN)
a. Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari pemicu terjadinya
keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi
kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau perut
kembung seperti kopi, teh, Alkohol, makanan pedas dan kol.
b. Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin
150 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali), PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali),
serta Antasida dosis 3 x 500-1000 mg/hr.
KRITERIA RUJUKAN
a. Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan.
b. Terjadi komplikasi (Pendarahan saluran cerna bagian atas, Ulkus peptikum,
Perforasi lambung, Anemia)
4.3.3.18 TONSILITIS
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial),
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding
faring/ Gerlach’s tonsil).
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun dan anak
remaja berusia 15 hingga 25 tahun.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tenggorokan.
Gejala lainnya tergantung penyebab tonsilitis.
a. Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorokan, kemudian
berubah menjadi rasa nyeri di tenggorokan dan nyeri saat menelan. Rasa nyeri
semakin semakin bertambah sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri
hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri
pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX).
Keluhan lainnya berupa demam yang dapat sangat tinggi sampai menimbulkan
kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan
berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti
orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy
voice/ hot potato voice. Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam
kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus). Tonsilitis viral lebih
menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorokan.
b. Pada tonsilitis kronik, pasien mengeluh ada penghalang/ mengganjal di
tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau
(halitosis).
c. Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) gejala yang
timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit
tenggorokan, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi.
Faktor Risiko
a. Faktor usia, terutama pada anak.
b. Penurunan daya tahan tubuh.
c. Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu).
d. Higiene rongga mulut yang kurang baik.
c. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,beberapa
jenismakanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,kelelahan fisik dan
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
2. Tonsilitis septic
Penyebab tonsilitis septik adalah Streptococcus hemoliticus yangterdapat dalam
susu sapi sehingga menimbulkan epidemi. Olehkarena itu di Indonesia susu sapi
dimasak dulu dengan carapasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang
ditemukan.
3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponemayang didapatkan
pada penderita dengan higiene mulut yang kurangdan defisiensi vitamin C.
4. Penyakit keganasan
Pembesaran tonsil dapat merupakan manifestasi dari suatukeganasan seperti
limfoma maligna atau karsinoma tonsil. Biasanyaditemukan pembesaran tonsil yang
asimetris.
4.3.7.3CARDIORESPIRATORY ARREST
Cardiorespiratory Arrest (CRA) adalah kondisi kegawatdaruratan karenaberhentinya
aktivitas jantung paru secara mendadak yang mengakibatkankegagalan sistem
sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh malfungsi mekanikjantung paru atau elektrik
jantung. Kondisi yang mendadak dan berat inimengakibatkan kerusakan organ.Henti
napas dapat mengakibatkan penurunan tekanan oksigen arteri,menyebabkan
hipoksia otot jantung yang menyebabkan henti jantung.
Henti jantung adalah konsekuensi dari aktivitas otot jantung yang tidakterkoordinasi.
Dengan EKG, ditunjukkan dalam bentuk Ventricular Fibrillation(VF). Satu menit
dalam keadaan persisten VF, aliran darah koroner menurunhingga tidak ada sama
Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta. Jenis informed consent:
1. Persetujuan Informed Consent
Persetujuan/penolakan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan oleh
pasien setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan secara lengkap dari
tenaga kesehatan yang sekurang-kurangnya mencakup:
LOGISTIK
PENGENDALIAN MUTU
PENUTUP