Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SISTEM INTEGUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA DERMATITIS
KONTAK
DISUSUN OLEH
TRI NOVIANTY
1.4 Manfaat
1.Memperoleh pengetahuan tentang konsep dari Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Dermatitis Kontak.
2. Memperoleh pengetahuan dan dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Dermatitis Kontak.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah epidermis yang
membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit.
Lapisan papilla dermis berada langsung di bawah epidermis dan tersusun terutama dari
sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari permbuluh dara dan limfe,
serabut saraf, kelenjar keringat dan sebasea. serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel,
asam hialuronat, di sekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein
dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh
dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel
rambut, serta kelenjar keringant dan palit (sebasea). Sel mast, yang mengeluarkan
histamine selama cedera atau peradangan, dan makrofag, yang memfagositosis sel-sel
mati dan mikro-organisme, juga terdapat di dermis.
Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen pada dermis dan epidermis,
serta membuang produk-produk sisa. Aliran darah dermis memungkinkan tubuh
mengontrol tempraturnya. Pada penurunan suhu tubuh, saraf-saraf simpatis ke
pembuluh darah meningkatkan pelepasan norepinefrin. Pelepasan norepinefrin
menyebabkan kontriksi pembuluh sehingga panas tubuh dapat dipertahankan. Apabila
suhu tubuh terlalu tinggi, maka rangsangan simpatis terhadap pembuluh daran dermis
berkurang sehingga terjadi dilatasi pembuluh sehingga panas tubuh akan dipindahkan
ke lingkungan. Hubungan arteriovena (AV) yang disebut anastomosis, dijumpai pada
sebagian pembuluh darah. Anastomosis AV mempermudah pengaturan suhu tubuh oleh
kulit dengan memungkinkan darah melewati bagian atas dermis pada keadaan yang
sangat dingin. Saraf simpatis ke dermis juga mempersaraf kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, serta folikel rambut.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak dan
jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator
panas. jaringan ini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas tubuh (Guyton,1996).
Lemak yang bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin seseorang, secara parsial
akan menyebabkan perbadaan bentuk tubuh laki-laki dengan perempuan. Maka yang
berlebihan akan meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringa subkutan dan
jumlah lemak yang tertimbun merupakan factor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
4. Rambut
Rambut di bentuk dari keratin melalui proses diferensiasi yang sudah di tentukan
sebelumnya, sel-sel epidermis tertentu akan membentuk folikel-folikel rambut. Folikel
rambut ini disokong oleh matriks kulit dan akan berdiferensiasi menjadi rambut.
Kemudian suatu saluran epitel akan terbentuk, melalui saluran inilah rambut akan
keluar ke permukaan tubuh. Sama seperti sisik, rambut terdiri atas keratin mati dan
dibentuk dengan kecepatan tertentu. Sistin dan metionin, yaitu asam amino yang
mengandung sulfur dengan ikatan kovalen yang kuat, memberikan kekuatan pada
rambut.
Pada kulit kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.(Price, 1995).
Setiap folikel rambut melewati siklus: pertumbuhan (9rambut anagen), stadium
intermedia(rambut kotagen), dan involusi (rambut tolagen). Stadium anagen pada kulit
kepala dapat bertahan selama kurang lebih 3 tahun, sedangkan stadium tolagen hanya
bertahan sekitar 3 bulan saja. Begitu folikel rambut mencapai stadium tolagen, maka
rambut akan rontok. Pada akhirnya foliker rambut akan mengalami regenerasi menjadi
stadium anagen dan akan terbentuk rambut baru. Aktivitas siklus folikel rambut ini satu
dengan lainnya tidak saling bergantungan. Pola mosaic ini mencegah terjadinya
kebotakan sementara pada kulit kepala. Bila proses ini berhenti, maka orang akan
tersebut akan mengalami kebotakan permanen.
Sekitar 90% dari 100.000 folikel rambut pada kulit kepala yang normal berada dalam
fase pertumbuhan pada satu saat. Limapuluh hingga 100 lembar rambut kulit kepala
akan rontok setiap harinya (Craven, 2000).
Rambut pada berbagai bagian tubuh memiliki fungsi yang bermacam-macam. Rambut
pada bagian mata (alis dan bulu mata), hidung, dan telinga menyaring debu, binatang
kecil, serta kotoran yang terbawa oleh udara.
Warna rambut di tentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang rambut.
Rambut yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya pigmen tersebut.
Pada bagian tubuh tertentu, pertumbuhan rambut di kontrol oleh hormon-hormon seks.
Contoh yang paling nyata adalah rambut pada wajah (rambut janggut dan kumis) dan
rambut pada bagian dada, serta punggung yang dikendalikan oleh hormone laki-laki
yang dikenal sebagai hormone androgen.
Kuantitas dan distribusi rambut dapat dipengaruhi oleh kondisi endokrin. Sebagai
contoh, sindrom Cushing menyebabkan hirsutisme (pertumbuhan rambut yang
berlebihan, khususnya pada wanita); hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif)
menyebabkan perubahan tekstur rambut. Pada banyak kasus, kemoterapi dan terapi
radiasi pada kanker akan menyebabkanpenipisan rambut atau pelemahan batang rambut
sehingga terjadi alopesia (kerontokan rambut) yang parsial atau total dari kulit kepala
maupun bagian tubuh yang lain.
5. Kuku
Kuku merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-sel epidermis
matriks kuku. Matriks kuku terletak dibawah bagian proksimal lempeng kuku dalam
dermis. Bagian ini dapat terlihat sebagai suatu daerah putih yang disebut lunula, yang
tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan kutikula. Oleh karena rambut maupun
kuku merupakan struktur keratin yang mati, maka rambut dan kuku tidak mempunyai
ujung saraf dan tidak mempunyai aliran darah. Kuku akan melindungi jari-jari tangan
dan kaki dengan menjaga fungsi sensoriknya yang sangat berkembang, serta
meningkatkan fungsi-fungsi halus tertentu seperti fungsi mengangkat benda-benda
kecil.
Pertumbuhan kuku berlangsung terus sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata
0,1 mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung lebiih cepad pada kuku jari tangan
daripada kuku jari kaki dan cenderung melambat bersamaan dengan proses penuaan.
Pembaruan total kuku jari tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan
pembaruan kuku jari kaki membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan (Smeltzer, 2002).
7. Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut.
1.Proteksi
2 Sensasi
3.Termoregulasi
4.Metabolisme,sintesis vitamin D
5 Keseimbangan air
6.Penyerapan zat atau obat
7 Penyimpanan nutrisi
Selain fungsi di atas, kulit juga memiliki peran dalam komunikasi nonverbal, sebagai
contoh dalam kaitannya dengan emosi, misalnya wajah kemerahan dalam
menahan marah atau malu dan petunjuk tentang kondisi usia seseorang dan status
kesehatan.
a.Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2
mm yang memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia,
dan biologis dari dan invasi bakteri. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal
memberikan perlindungan terhadap pengaruh trauma yang terus-menerus terjadi di
daerah tersebut.
Bagian sratum korneum epidermis merupakan barier yang paling efektif terhadap
berbagai factor lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan
serangga, luka karena gesekan angin, dan trauma. Kulit dapat mencegah penetrasi zat-
zat dari luar yang berbahaya ataupun kehilangan cairan dan substansi lain yang vital
bagi homeostasis tubuh. Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan
keuletan melalui jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya. Serabut elastic dan
kolagen yang saling berjalin dengan epidermis memungkinkan kulit untuk berperilaku
sebagai satu unit. Dermis tersusun dari jalinan vascular, akar rambut tubuh, dan
kelenjar peluh, serta sebasea. Oleh karena epidermis bersifat avaskular, dermis
merupakan barier transportasi yang efisien terhadap substansi yang dapat menembus
stratum korneum dan epidermis. Factor-faktor lain yang memengaruhi fungsi protektif
kulit mencakup usia kulit, daerah kulit yang terlibat dan status vascular.
b.Sensasi
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh
untuk memantau secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi
utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindra suhu, rasa nyeri, sentuhan
yang ringan dan tekanan (sentuhan yang berat). Berbagai ujung saraf
bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda
(Smeltzer,2002). Meskipun tersebar di seluruh tubuh, ujung-ujung saraf lebih
terkonsentrasi pada sebagian daerah dibandingkan bagian lainnya. Sebagai
contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinevasi ketimbang kulit
pada bagian punggung tangan.
c. Termoregulasi
Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat tubuh
vasokonstraksi (yang memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas ke kulit),
dan sensasi suhu (Potter, 2006). Perpindahan suhu dilakukan pada system
vascular, melalui dinding pembuluh, ke permukaan kulit dan hilang ke
lingkungan sekitar melalui mekanisme penghilang panas. Pada kondisi suhu
tubuh rendah, pembuluh darah akan mengalami konstriksi. Sebaliknya saat suhu
tinggi, hipotalamus menghambat vasokonstriksi dan pembuluh dilatasi. Saat
kulit menjadi dingin, sensori mengirim informasi ke hipotalamus, yang
mengakibatkan menggigil, menghambat keringat dan vasokonstriksi.
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Sruktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal
melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi (Potter, 2006).
a. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke
permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah
gelombang elektromagnetik (Potter, 2005). Adanya aliran darah dari organ
internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan.
Variasi jumlah panas yang di bawa ke permukaan bergantung pada tingkat
vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Penyebaran
panas dari kulit ke setiap objek kulit yang lebih dingin di sekelilingnya.
Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.
Vasodilatasi perifer juga meningkatkan aliran darah ke kulit untuk
memperluas penyebaran yang ke luar. Vasokonstriksi perifer meminimalkan
kehilangan panas ke luar. Sampai 85% area permukaan tubuh manusia
menyebarkan panas ke lingkungan. Namun, bila lingkungan lebih hangat dari
kulit, tubuh mengabsorbsi panas melalui radiasi. Perawat meningkatkan
kehilanhan panas melalui radiasi dengan melepaskan pakaian atau selimut.
Posisi pasien meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi.
b. Konduksi
Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain
melalui kontak langsung. Proses pengeluaran atau perpindahan suhu tubuh
terjadi pada saat kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin. Ketika
kondisi suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti.
Perpindaha panas secara konduksi dapat melalui benda padat, gas, dan cair.
Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa cara menurunkan panas tubuh
secara konduksi hanya menyebabkan sedikit kehilangan panas. Perawat
meningkatkan kehilangan panas konduktif ketika memberikan beberapa lapis
pakaian akan mengurangi efek konduktif.
c. Konveksi
Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakan
udara yang secara langsung kontak dengan kulit. Adanya arus udara
membawa udara hangat akan menyebabkan kehilangan panas secara
konveksi. Sebaliknya arus udara dingin meningkatkan pengeluaran panas
melalui konveksi. Pemberian pakaian atau selimut akan menurunkan efek
dari konveksi. Kondisi ini memberikan inplikasi pada perawat dalam
mengatur suhu lingkungan pada pasien yang mengalami kondisi hipertermi
atau hipotermi.
d. Evaporasi
Evaporasi adalah perpindahan energy panas ketika cairan berubah
menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap
gram air yang menguap. Tubuh secara kontinu kehilangan panas secara
evaporasi. Kira-kira 600-900 ml sehari meguap dari kulit dan paru, yang
mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan normal ini
dipertimbangkan kehilangan air tidak kasat mata (insensible water loss)dan
tidak memainkan peran utama dalam pengaturan suhu (Guyton, 1999).
Dengan mengatur perspirasi atau berkeringat, tubuh meningkatkan
kehilangan panas evaporative tambahan. Berjuta-juta kelenjar keringat yang
terletak dalam dermis kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada
permukaan kulit. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member
sinyal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress
emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan
kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolic
(Potter,2006).
d. Metabolisme
Meskipun sinar matahari yang kuat dapat merusak sel-sel epitel dan
jaringan, tetapi sinar matahari dengan jumlah yang dapat di toleransi sangat di
perlukan tubuh manusia. Ketika radiasi sinar ultraviolet memberikan
paparan, maka sel-sel epidermal di dalam stratum spinosum dan stratum
germinativum akan mengonversi pelepasan steroid kolesterol menjadi vitamin
D3, atau kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi kolekalsiferol
menjadi produk yang digunakan organ ginjal untuk menyintesis hormon
kalsitriol. Kalsitriol merupakan komponen yang penting untuk membantu
absorpsi kalsium dan fosfor di dalam usus halus. Ketidakadekuatan dari
pengiriman kalsitriol akan menghambat pemeliharaan dan pertumbuhan tulang
(Simon, 2003).
e. Keseimbangan air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan
demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari
bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembapan dalam jaringan
subkutan (Smeltzer, 2002).
Apabila kulit mengalami kerusakan, misalnya pada luka bakar, cairan
dan elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat sehingga bisa
terjadi kolaps sirkulasi, syok serta kematian. Di lain pihak, kulit tidak
sepenuhnya impermeable terhadap air. Sejumlah kecil air akan mengalami
evaporasi secara terus-menerus dari permukaan kulit. Evaporasi ini yang
dinamakan perspirasi tidak kasat mata (insensible perspiration) yang
berjumlah kurang lebih 600 ml per hari untuk orang dewasa yang normal.
Kehilangan air yang tidak kasat mata (insensible water loss) bervariasi menurut
suhu tubuh. Pada penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat. Ketika
terendam dalam air, kulit dapat menimbun air sampai tiga hingga empat kali
berat normalnya (Guyton, 1999). Contoh keadaan ini yang lazim dijumpai
adalah pembengkakan kulit sesudah mandi berendam untuk waktu yang lama.
2.3 Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi
makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan
dengan alergi. (Arief Mansjoer.1998.”Kapita selekta)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik (sinar
uv, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya pada seseorang yang memiliki riwayat kepekaan
terhadap zat tertentu.
2.4 Patofisiologi
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun,
detergen, bahan pembersih, dan zat kimia industri serta adanya factor predisposisinya
mencakup keadaan terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-
menerus dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya
memberikan manifestasi inflamasi pada kulit. Response inflamasi pada kulit pada
dermatitis kontak diperantarai melalui hipersensitifitas lambat jenis seluler tipe IV.
a.Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila
kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan
aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau
linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan
kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila
kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada
kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1.Kortikosteroid
Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul
CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi
penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan
demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon
imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak. Jenis yang dapat diberikan
adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup
dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya
efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2.Radiasi ultraviolet
Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel
Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari
sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di
kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langerhans (CDI dan
HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-
methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan
imunitis. Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan
epidermis, menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis
dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB.
Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel
Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi
tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel
Langerhans.
3.Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya
memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau
inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. coli, Proteus dan Candida sp. Pada keadaan superinfeksi tersebut
dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya
clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5. Imunosupresif topical
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat
proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa
merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi
peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping
sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang
berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding
dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1%
sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan
atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak
mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama
efektifnya dengan pemakaian secara oral.
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik.
Jenis-jenisnya adalah:
1.Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat
pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A,
bradikinin dan asetilkolin.
2. Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus
peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan
berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga
depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit,
mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat
pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan
MCAF
3.Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T
penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan
IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta
menghambat ekspresi ICAM-1.
4. Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi
ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin
yang memiliki efek menghambat peradangan.
5. FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.
6. Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti
nifedipin dan amilorid.
7. Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6
dan INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan.
Contohnya adalah kalsitriol.
8. SDZ ASM 981
Merupakan derivat askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang
tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik
daripada siklosporin.
2.8 Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang
telah disebutkan di atas. Program perawatan kulit sebaiknya diikutsertakan dalam
program pendidikan, memuat informasi tentang kulit sehat dan penyakit kulit yang
terkait dengan pekerjaan. Juga pengenalan diri penyakit kulit dan kegunan prosedur
perlindungan, sebagai contoh program perlindungan kulit pada pekerja di “pekerjaan
basah”, yaitu mencuci tangan dengan air biasa, lalu bilas dan keringkan tangan dengan
sempurna setelah mencuci, karena kulit yang tidak dilindungi lebih mudah terkena
iritasi, maka disarankan memakai sarung tangan untuk melindungi kulit terhadap air,
kotoran, deterjen, sampo, dan bahan makanan.
Yang juga penting diperhatikan, hindari pemakaian cincin selagi bekerja, karena
dermatitis umumnya dimulai pada jari yang memakai cincin sebagai reaksi terhadap
iritan yang terjebak dibawah cincin. Pemakaian disinfektan sebaiknya disesuaikan
dengan kebutuhan tempat kerja. Sebab, umumnya disinfektan bersifat iritan dan turut
berperan terhadap perkembangan menjadi dermatitis kontak di tangan.
Cara lainnya gunakan pelembab sewaktu bekerja atau setelah bekerja. Pilih pelembab
yang banyak mengandung lemak dan bebas parfum, serta bahan pengawet berpotensi
alergenik terendah. Pelembab terbukti dapat mempermudah regenerasi fungsi sawar
kulit dan kandungan lemak berhubungan dengan kecepatan proses regenerasi tersebut.
Pelembab sebaiknya dipakai diseluruh tangan, termasuk sela jari, ujung jari, dan
punggung tangan. Pekerja yang mempunyai riwayat alergi pada kulit cenderung
terkena dermatosis daripada yang tidak mempunyai riwayat alergi kulit. Pekerja yang
kebersihan perorangannya buruk lebih banyak yang dermatosis daripada yang
kebersihan perorangannya baik atau sedang.
Strategi pencegahan meliputi:
a. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
b. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan bahan pembersih.
c. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.
d. Pekerja dengan usia di atas 40 tahun atau usia lanjut sebaiknya mengurangi kontak
dengan bahan kimia. Karena semakin tua usia kulit menjadi semakin menipis dan
kehilangan kelenturan. Hal ini memudahkan terjadinya dermatitis (Occupational
Safety and Health Branch, 2004).
2.9 Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah gangguan ginjal,
Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus
aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
2.10 Phatway
Sabun,detergen,zat kimia
Iritan primer
Kerusakan integritas
Mengiritasi kulit kulit
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian\
1. Biodata
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat pasien,
umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak sampai
dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan
dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan
persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta
nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
b) Riwayat penyakit sekarang
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada
beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit
dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret.
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien
1. Provocative/palliative
a) Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu
yang menyebabkan kerusakan pada kulit
b) Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat.
Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan
berkurang
2. Quality/quantity
a) Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal
dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan
keluhan
b) Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung
dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas
kulit
3. Region/radiation
a) Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab
b)Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat
cedera, dibalik perhiasan.
4. Severitty scale
a) Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit
b) Seberapa jauh skala ringan/berat
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya
5. Timing
a) Kapan mulai terjadi
b) Kapan sering terjadi
c) Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
c) Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah
menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu
perlu juga dikaji kebiasaan klien.
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang
sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak
saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga
mudah menderita dermatitis atopic.
3. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
2. Tingkat Kesadaran
a. Kompos mentis
b. Apatis
c. Samnolen, letergi/hypersomnia
d. Delirium
e. Stupor atau semi koma
f. Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan
tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak
nyaman dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Denyut nadi
c. Suhu tubuh
d. Pernafasan
4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Kulit
Inspeksi
a. radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
b. kemerahan (rubor),
c. gangguan fungsi kulit (function laisa).
d. biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul
secara serentak atau beturut-turut.
e. terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar.
f. Terdapat bula atau pustule,
g. ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut
ematiti sika.
h.terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
i hiper.pigmentai tau hipopigmentasi.
Palpasi
a. Nyeri tekan
b. edema atau pembengkakan
c. Kulit bersisik
7. Keadaan Kepala
a. Inspeksi
tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
b. Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa.
8. Keadaan mata
a. Inspeksi
Palpebra :Tidak edema, tidak radang
Sclera :Tidak ictertus
Conjuctiva :Tidak terjadi peradangan
Pupil :isokor
Posisi mata
Simetris/tidak :simertis
Gerakan bola mata :Normal
Penutupan kelopakmata :Tidak mengalami gangguan
Keadaan visus :Normal
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
9. Keadaan hidung
a) inspeksi
1) simetris kiri dan kanan
2) Tidak ada pembengkakan dan sekresi
3) Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
b) Palpasi
1) Tidak ada nyeri tekan
2) Tidak ada benjolan/tumor
10.Keadaan telinga
a.inspeksi
1) telinga bagian luar simetris
2) tidak ada serumen/cairan, nanah
11.Mulut
Inspeksi
a. Gigi
1) Keadaan gigi : bersih
2) Ada karang gigi/karies
3) Tidak ada pemakaian gigi palsu
b. Gusi
Tidak ada merah radang pada gusi
c. Lidah
Lidah bersih
d. Bibir
1) Tampak pucat
2) Kering pecah
3) Mulut tidak berbau
4) Kemampuan bicara normal
12. Tenggorokan
a.Warna mukosa : Kemerahan
b.Nyeri tekan tidak ada
c.Nyeri menelan tidak ada
13. Leher
Inspeksi
a.Kelenjar Thyroid : Tidak membesar
b.Tidak ada pembengkakan atau benjolan
c.Tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi
a.Kelenjar Thyroid : Tidak terabah
b.Kaku kuduk/tidak :-
c.Kelenjar limfe : tidak membesar
d.Tidak ada benjolan atau massa
e.Mobilisasi leher normal
14. Thorax dan pernafasan
Inspeksi
a.Bentuk dada : Pigion chest
b.Pernafasan : Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama pernafasan
c.Pengembangan diwaktu bernafas normal
d.Dada simetris
e.Tidak ada retraksi
f.Tidak ada batuk
Palpasi
a.Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus
b.Untuk mengetahui adanya massa
c.Inadekuat ekspansi dada
Perkusi
sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal
Askultasi
a.Mendengarkan suara pada dinding thoraks
b.Suara nafas : Vesikuler
c.Suara tambahan : -
d.Suara Ucapan : Suara normal
15. Jantung
a.Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel
kiri à ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri
b.Palpasi : Normal
c.Perkusi : Jantung dalam keadaan normal
d.Auskultasi : Tidak ada murmur
16. Pengkajian payudara dan ketiak
Inspeksi :
a.Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang
b.Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi
normal
c Areola mamma agak kecoklatan
d.Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.
e.Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua puting
susu mempunyai arah yang sama.
f. ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.
Palpasi : Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.
17. Abdomen
Inspeksi :
a. umbilikus tidak menonjol
b. Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena
c. Tidak ada benjolan
d. warna kemerahan
Palpasi :
a. Tidak ada rasa nyeri
b. Tidak ada benjolan/ massa
c. Tidak ada pembesaran pada organ hepar
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik normal
18. Genetalia dan Anus
a) Genetalia :
Inspeksi :
a) Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,
b) sekret vagina jernih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b) Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura, fistula.
19. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a) Motorik
1) Pergerakan kanan/kiri : lemah
2) Pergerakan abnormal : seimbang antara kanan dan kiri.
3) Kekuatan otot kiri/kanan : kekuatan otot kanan dan kiri lemah
4) Koordinasi gerak : ada gangguan
b) Refleks
1) Biceps kanan/kiri : Normal
2) Triceps kana/kiri : Normal
c) Sensori
1) Nyeri :+
2) Rangsang suhu :+
3) Rasa raba :+
Ekstremitas bawah
a. Motorik
1) Gaya berjalan : Normal
2) Kekuatan kanan/kiri : kekuatan kanan 5/kiri 5
3) Tonus otot kanan/kiri : menurun
b. Refleks
1) KPR kanan/kiri : -/-
2) APR kanan/kiri : -/-
3) Bebinski kanan/kiri : +/+
c. Sensori
1) Nyeri : +
2) Rangsang suhu : +
3) Rasa raba :
4 Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi kulit
b. Uji temple
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
d. Uji kultur dan sensitivitas
4.1 Kesimpulan
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap
unsure – unsure fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat
iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan
primer dimana reaksi non- allergic terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif,
atau tipe alergi (dermatitis kontak allergic) yang disebabkan oleh pajanan orang
yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun,
detergen, bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor
predisposisinya mencakup keadaan terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh
kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang sudah
ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi pada kulit. Response inflamasi
pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui hipersensitifitas lambat jenis
seluler tipe IV. (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang
baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk
menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan
perlindungan pada kulit. Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan
topikal dan sistemik.
4.2 Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk
mencegah penularan dan mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Salemba Medika. Jakarta.2012
Dr Retna Neary Elseria Sihombing & Palupi Widyastuti,SKM Buku Ajar Praktik
Kedokteran Kerja 2010
Gambar 3. Dermatitis Kontak Iritan Akut