Вы находитесь на странице: 1из 4

Pendekatan teori keluarga

Defenisi keluarga
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama pembangunan sumber daya manusia.
Hal ini dikarenakan dua hal, yaitu dalam keluarga seorang individu tumbuh dan berkembang,
dimana tingkat pertumbuhan dan perkembangan tersebut menentukan kualitas induvidu yang
kelak akan menjadi pemimpin negara, dan kedua adalah kaerna didalam keluarga aktifitas
utama kehidupan seseorang individu berlangsung ( Sunarti 2008 dalam Mutiarawan 2010).
Menurut puspitawati (2009) keluarga adalah wahana utama dan pertamabagi anggota-
anggotanya untuk mengembangkan potensi,mengembangkan asper sosial dan ekonomi, serta
penyemaian cinta kasih sayang antara anggota keluarga. Sesuai dengan tujuan keluarga dalam
rangka menjalankan ajaran agama dan berbagi perasaan cinta dan materi, maka melalui media
keluarga dapat melanjutkan keturunan, mendapatkan status sosial ekonomi, dan menjalani
proses pendewasaan diri.
Teori stuktural fungsional
salah satu teori yang melandasi studi keluarga diantaranya adalahteori struktural dan
fungsional/ teori sistem. Teori struktural fungsional melihat sistem sosial sebagai suati sistem
yang seimbang , harmonis, dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagian-bagian
dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir. Pendekatan struktural
fungsional menekankan pada keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan
sistem sosial dalam masyarakat (puspitasari 2012). Berdasarkan pendekatan teori struktural
fungsional, sebuah struktur keluarga membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara
efektif, serta sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-laki sebagai pencari nafkah dan
perempuan sebagai ibu rumah tangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga (puapitawati 2013).
Pendekatan teori ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial yang
kemudian diakomodasikan dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah
sistem (megawangi 1999). Meurut Levy (Megawati 1999) menyatakan bahwa persyaratan
struktural yang harus dipenuhi oleh keluarga agar dapat berfungsi, yaitu : (1) differensiasi peran
yaitu alokasi peran atau tugas dan aktifitas yang harus dilakukan dalam keluarga, (2) alokasi
solidaritas yang menyangkut distribusi relasi antaranggota keluarga, (3) alokasi ekonomi yang
menyangkut distribusi barang dan jasa antar anggota keluarfa untuk mencapai tujuan keluarga,
(4)alokasi politik menyangkut distribusi kekuasaan dalam keluarga, dan (5)alokasi integrasi
dan ekspresi, yaitu meliputi cara atau teknik sosialisasi internalisasi mauun pelestarian nilai-
nilai maupun perilaku pada setiap anggota keluargan dalam memenudi tuntutan norma-norma
yang berlaku. Menurut newman dan grauerholz (2002) menyatakan bahwa pendekatan teori
struktural fungsional dapat digunakan dalam menganalisis pembagian peran keluarga agar
dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat.
Fungsi keluarga
Keluarga memiliki fungsi yang apabila dijalankan dengan baik antar anggota keluard,
akan membentuk keluarga yang bahagia. Fungsi dan peran adalah dua hal yang sangat
berhubungan untuk menuju satu tujuan bersama. Adapun tujuan membentuk adalah
mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya (Puapitawati 2010). Dalam mencapai
tujuan keluarga, keluarga harus menjalankan fungsi-fungsinya secara optimal setiap hari.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994, fungsi keluarga terdiri atas fungsi-
fungsi : (1) Keagamaan, (2) sosial budaya, (3) cinta kasih, (4) perlindungan, (5) reproduksi,
(6) sosialisasi dan pendidikan, (7) ekonomi, dan (8) pembinaan lingkungan.
Tabel 1 contoh aplikasi kemitraan dan gender dalam pelaksanaan fungsi keluarga menurut
Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 1994
Fungsi keluarga Comtoh aplikasi kemitraan dan relasi gender
Fungsi keagamaan Ayah dan ibu berkewajiban mendidik anak laki-laki dan
perempuan sejak dini dalam menjalankan fungsi keagamaan
sebagai landasan pendidikan karakter
Fungsi sosial-budaya Ayah dan ibu melakukan sosialisasi kepada anak-anaknya
tentang cinta budaya dengan tetap menjunjung tinggi nilai
kesejahteraan dan keadilan
Fungsi cinta kasih ayah dan ibu menebarkan cinta kasih kepada semua anggota
keluarga dengan menggalang kerja sama yang baik dengan
dilandasi rasa saling menghormari. Menyayangi, dan
membutuhkan satu dengan yang lain.
Fungsi melindungi Orang tua melindungi anak laki-laki dan perempuan dengan
cara yang sesuai dengan kebutuhan biologi dan perkembangan
psikologisnya. Suami dan istri saling melindungi dengan cara
sesuai dengan keunikan personalitas masing-masing.
Fungsi reproduksi Reproduksi disini berarti menjalankan proses prokreasi
keluarga yang berkaitan dengan hak atas kesejahteraan
reproduksi baik laki-laki maupun perempuan. Suami dan istri
saling menjaga kesehatan reproduksi dan hak-hak
reproduksinya.
Fungsi sosial dan Ayah dan ibu bekerja sama dalam mendidik dan mengasuh
pendidikan anak yang dilandasi oleh pendidikan karakter dan respon
gender
Fungsi ekonomi Ayah dan ibu bekerja sama dalam mencari uang dan mengelola
keuangan keluarga dan memutuskan prioritas pengeluaran
keuangan. Ayah dan ibu memberi arahan dan pendidikan
kepada anaknya untuk mengelola keuangan yang cenderung
terbatas dan mengatur kebutuhan atau keinginanyang
cenderung tidak terbatas
Fungsi pembinaan Ayah dan ibu mengelola kehidupan keluarga dengan tetap
lingkungan memelihara lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial

Pada sebagian studi, dua indikator yaitu hubungan orangtua-anak dan kualitas
perkawinan digunakan untuk mengukur fungsi keluarga )dando & minty 1987, stone & stone
1983, touliatos & lindholm 1981) diacu dalam ( seaberg dkk 1997). Levi dalam Megawangi
(1999) juga mengatakan bahwa tanpa adanya pembagian tugas yang jelas pada masing-
masing aktor dengan status sosialnya akan menyebabkan terganggunya fungsi keluarga. Hal
ini bisa terjadi jika salah satu posisi yang peranna tifak dapat dipenuhi atau konflik akan
terjadi karena tidakadanya kesepakatan dalam pembagian peran dalam keluarga antara suami
dan istri dalam segala apapun yang menyangkut urusan keluarga.
Pendekatan konsep gender dalam keluarga
Konsep gender
Gender dapat diartikan aebagai perbedaan peran, fungsim status, dan tanggung
jawabpada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial budaya yang tertanam
melalui proses sosialisasi dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian.
Gender adalah hasil kesepakatan antara manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karena itu,
gender bervareasi dari suatu tempat dengan tempat lain dari satu waktu ke waktu berikutnya.
Gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan
perempuan. Perbedaan biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan
memang membawa konsekuensifungsi reproduksi yang berbeda (perempuang mengalamu
menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui, sedangkan laki-laki membuahi dengan
spermatozoa). Jenis kelamin inilah merupakan ciptaan Tuhan yang bersifat kodrat, tidak
dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan, dan berlaku sepanjang zaman (Puspitawati 2012).
Menurut Puspitawati (2009) wujud kesejahteraan dan keadilan gender antara lain :
1. Akses, yaitu kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki terhadap
sumberdaya pembangunan, contoh : memberikan kesempatan yang sama baik
pada laki-laki ataupun perempuan dalam memperoleh informasi pendidikan dan
kesempatan meningkatkan karir.
2. Partisipasi, yaitu perempuan dan laki-laki memiliki partisipasi yang sama dalam
proses pengambilan keputusan, contoh : memberikan peluang yang sama baik
kepada laki-laki maupun perempuan untuk ikut serta dalam menentukan pilihan
pendidikan di dalam rumahtangga.
3. Kontrol, yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan yang sama pada
sumberdaya pembangunan, contoh : memberikan kesempatan yang sama bagi
laki-laki dan perempuan dalam penguasaan terhadap sumberdaya baik materi
maupun non materi dan mempunyai kontrol yang mandiri dalam menentukan
apakah laki-laki dan perempuan mau menigkatkan jabatan struktural menuju
jenjang yang lebih tinggi.
4. Manfaat, yaitu pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi
perempuan dan laku-laki, contoh : program pendidikan dan latihan (diklat) harus
memberikan manfaat yang sama bagi laki-laki dan perempuan.
Peran gender
Perbedaan peran gender sangat membantu untuk memikirkan kembali tentang
pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada perempuan dan laki-laki untuk
membangun gambaran relasi gender yang dinamis dan tepat serta cocok dengan kenyataan
yang ada dalam masyarakat. Pembagian peran dan keseimbangan sistem keluarga dan
masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang sangat kaku membatasi peran yang pantas
dilakukan naik oleh laki-laki maupun perempuan, misalnya tabu bagi seorang laki-laki masuk
ke dapur atau menggendong anaknya didepan umum dan tabu bagai seorang perempuan
untuk sering keluar rumah untuk bekerja. Namun demikian, adajuga masyarakat yang
fleksibel dalam memperbolehkan laki-laki dan perempuan melakukan aktivitas sehari-hari,
misalnya perempuan diperbolehkan bekerja sebagai kuli bangunan sampai naik ke atap
rumah atau memanjat pohon kelapa, sedangkan laki-laki sebagian besar menyabung ayam
untuk berjudi (puspitaati 2012). Guhardja (1992). Tingkat sosial ekonomi keluarga yang
semakin kompleks yang sekaligus menuntut adanya pembagian peran dalam keluarga yang
semakin baik. Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga dalam keluarga inti
menunjukkan adanya diferensiasi gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk
kelangsungan keluarga inti (megawangi 1999). Scanzoni dan upriyantini 2002) dalam
Rachmawati (2010) membedakan pandangan peran gender melalui dua bagian yaitu peran
gender tradisional dan gender modern.
1. Peran gender tradisional
Pandangan ini membagi tugas secara tegas berdasarkan jenis kelamin. Laki-
laki yang mempunyai pandangan peran gender yang tradisional, tidak ingin
perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan
keluarga secara keseluruhan.
2. Peran gender modern
Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin secara kaku,
kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar atau setingkat. Laki-laki mengakui minat
dan kepentingan perempuan sama pentingnya dengan minat laki-laki, menghargai
kepentingan pasangannya dalam setiap masalah rumahtangga dan memutuskan
masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Perempuan yang berpandangan modern,
berusaha memusatkan perhatiannya untuk mencapai minatnya sendiri yang tidak lebih
rendah dari minat suami.

Вам также может понравиться