Вы находитесь на странице: 1из 51

MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


CA ENDOMETRIUM & CA SERVIK
Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas II
Yang dibimbing oleh Dr. Yektiningtyastuti, M.Kep., Sp.Mat

DISUSUN OLEH :

1. HAPSYAH NURHAYATI (108116042)


2. VIVI NURAFNI SEPTIANA (108116051)
3. ARIZAL SETYAWAN (108116057)
4. ANGGIN FITRIANI (108116060)
5. AYU SAFITRI (108116063)
6. ICHA CAHYA PUSPITA (108116065)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2018

Makalah IUFD-DIC | i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Ca Servik & Ca Endometrium dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan dapat
mengetahui tentang Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Ca
Servik & Ca Endometrium. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami
mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Cilacap, 7 Juni 2018

Penyusun

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
I. CA ENDOMETRIUM................................................................................3
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................10
III. KANKER SERVIKS...............................................................................20
IV. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.....................................41
BAB III PENUTUP............................................................................................51
A. Simpulan...................................................................................................51
B. Saran.........................................................................................................51

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | ii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang paling menakutkan, tidak saja pada wanita
tetapi juga pada pria dan anak-anak. Tanggal 4 Februari diperingati sebagai
Hari Kanker sedunia. Pada tahun 2007 dan 2008, peringatan hari kanker
sedunia memfokuskan perhatian terhadap kanker pada anak. Di Indonesia, saat
ini sudah ada yayasan Onkologi anak Indonesia yang memiliki selogan
“Kanker pada Anak dapat diobati dan diupayakan sembuh bila ditemukan lebih
dini”.Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah jadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel
kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan
kematian.
Kanker sering dikenal masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua
tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal yang bukan
radang. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai kanker serviks dan
kanker endometrium. Kanker pada alat reproduksi masih menduduki peringkat
pertama kanker pada wanita. Dua per tiga kasus kanker di dunia terjadi di
negara berkembang, termasuk Indonesia. Kanker bisa disembuhkan jika
dideteksi sejak dini. Karenanya, setiap wanita perlu mengenali gejala dan
memeriksakan diri.
Kanker mulai didalam sel-sel, blok-blok bangunan yang menyusun jaringan-
jaringan. Jaringan-jaringan menyusun organ-organ tubuh. Secara normal, sel-
sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh
membutuhkan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan
sel-sel baru mengambil tempat mereka.
Kadangkala, proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk
ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tuatidak mati ketika mereka

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 1


seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang
disebut pertumbuhan atau tumor.
Ketika kanker menyebar dari tempat asalnya ke bagian lain tubuh, tumor
baru mempunyai macam yang sama dari sel-sel yang abnormal dan nama yang
sama seperti tumor primernya. Contohnya, jika kanker leher rahim menyebar
ke paru-paru, sel-sel kanker didalam paru-paru sebenarnya adalah sel-sel
kanker leher rahim. Penyakitnya adalah kanker leher rahim yang metastatik,
bukan kanker paru-paru. Untuk sebab ini, ia dirawat sebagai kanker leher
rahim, bukan kanker paru-paru. Dokter-dokter menyebut tumor baru penyakit
"jauh" atau metastatik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit ca endometrium?
2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit ca endometrium?
3. Bagaimana konsep penyakit ca servik?
4. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit ca servik?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui konsep penyakit ca endometrium
2. Mahasiswa mengetahui keperawatan penyakit ca endometrium
3. Mahasiswa mengetahui konsep penyakit ca servik
4. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan penyakit ca servik

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 2


BAB II
PEMBAHASAN

I. CA ENDOMETRIUM
A. Pengertian
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ
endometrium atau pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim
yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan
berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker
rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti
otot atau sel miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap
awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode
menstruasi atau setelah menopause. (Whoellan 2009).

B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker
endometrium, tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan
estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker
endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan
munculnya kanker endometrium :
1. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi
androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan
sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada
kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat
badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali lipat
dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan
lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali
lipat.
2. Haid pertama (menarche).

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 3


Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai
resiko 1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat
menars setelah usia lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan
metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia saat
menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS)
= usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena
kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
3. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah
menikah atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan.
Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak
pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan
bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah
melahirkan (paritas).
4. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan
penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker
endometrium.
5. Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari
jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat
rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut
neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai
sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium
sebesar 23%.
6. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan
faktor resiko keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus
klinis pada penderita karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%,
sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-64%.
7. Hipertensi.

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 4


50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan
dengan 1/3 populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian
hipertensi pada keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi
secara bermakna daripada populasi kontrol.
8. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka
kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara
yang sedang berkembang.
9. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota
keluarga yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
10. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel
granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.

C. Epidemiologi
Kanker rahim (uterus) merupakan salah satu jenis kanker yang
menakutkan bagi seorang perempuan. Kanker ini dianggap menjadi
penyebab kematian terbesar wanita di dunia. Ada beberapa penyebab kanker
ini, antara lain, hubungan intim di bawah usia 17 tahun.
Kanker rahim merupakan tumor ganas pada endometrium (lapisan
rahim). Kanker ini sering menyerang wanita di atas usia 50 tahun, tetapi
dalam perkembangannya saat ini sudah sering menyerang wanita di
bawahnya akibat gaya hidup tidak sehat. Kanker ini bisa menyebar
(metastase) secara cepat dan pasti. Menyebarnya sel kanker ini bisa secara
local (daerah rahim saja) maupun menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti
kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah sekitar rahim, system getah
bening atau bagian tubuh lain melalui pembuluh darah.

D. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
1. Rasa sakit pada saat menstruasi.

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 5


2. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa
sakit ini akan bertambah pada saat berhubungan seks.
3. Sakit punggung pada bagian bawah.
4. Sulit buang air besar atau diare.
5. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
6. Keputihan bercampur darah dan nanah.
7. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.

E. Patofisiologi
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam
endometrium yang merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim. Rahim
terletak di daerah panggul dan menyerupai bentuk sebuah pepaya atau buah
pir. 90% dari semua kanker rahim yang terbentuk di
endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang menyebabkan
kanker endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu banyak,
yang merupakan hormon wanita. Ini adalah ovarium yang memproduksi
estrogen, tetapi mereka juga memproduksi hormon lain yang disebut
progesteron yang membantu untuk menyeimbangkan estrogen. Kedua
hormon harus seimbang, tetapi jika terlalu banyak estrogen yang diproduksi
akan menyebabkan endometrium tumbuh, sehingga meningkatkan risiko
kanker endometrium. Ada faktor lain yang meningkatkan kadar estrogen
dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan lemak dalam tubuh juga
memproduksi hormon estrogen. Pola makan dengan asupan tinggi lemak
hewani, termasuk daging, susu, dan unggas, bersama dengan makanan
olahan dan gula halus adalah nomor satu penyebab obesitas. Makanan ini
harus dihindari terutama oleh mereka yang beresiko. Mereka yang berisiko
adalah wanita yang telah melalui menopause, tidak punya anak, menderita
diabetes, memiliki kanker payudara, atau sering mengkonsumsi makanan
dengan lemak tinggi.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau bercak.
Pendarahan atau bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker, tetapi ide
yang baik untuk segera memeriksakan ke dokter agar diperiksa lebih detail

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 6


lagi. Gejala lain dari kanker endometrium adalah penurunan berat badan,
kelelahan, nyeri panggul, kesulitan buang air kecil dan nyeri selama
hubungan seksual. Kanker ini terutama mempengaruhi wanita yang telah
melewati menopause. Mayoritas kasus pada perempuan berusia 55-70 tahun
(Corwin: 1999).

F. Klasifikasi Stadium
Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical
staging, menurut The International Federation of Gynecology and
Obstetrics(FIGO) 1988 :
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ, lesiparaneoplastik seperti hyperplasia
adenomatosa endometrium atau hyperplasia endometrium atipik
I Proses masih terbatas pada korpus uteri
IA Tumor terbatas pada endometrium (miometrium intak)
IB Invasi miometrium minimal, kurang dari separuh miometrium
IC Invasi miometrium lebih dari separuh tebal miometrium
II Proses sudah meluas ke servik, tapi tidak meluas ke atas uterus
IIA Keterlibatan kelenjar endoserviks
IIB Sudah melibatkan stroma serviks
III Proses sudah keluar uterus,tapi masih berada dalam panggul kecil
IIIA Invasi cairan serosa uterus, adneksa, atau hasil positif pada sitologi
cairan peritoneum
IIIB Invasi ke vagina
IIIC Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau paraaorta
IV Proses sudah keluar dari panggul kecil
IVA Invasi ke kandung kemih dan/atau rectum
IVB Metastasis jauh, termasuk ke organ visera atau KGB inguinal

G. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan yang perlu dilakukan:

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 7


1. Foto toraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru
2. Tes Pap, untuk menyingkirkan kanker serviks
3. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah tepi, faal
hati, faal ginjal, elektrolit.

H. Penatalaksaan Medis
Sampai saat ini belum ada metode skrining untuk kanker endometrium.
Hanya untuk pasien yang termasuk dalam risiko tinggi seperti Lynch
syndrome tipe 2 perlu dilakukan evaluasi endometrium secara seksama
dengan hysteroscopy dan biopsy. Pemeriksaan USG transvaginal merupakan
test non invasif awal yang efektif dengan negative predictive value yang
tinggi apabila ditemukan ketebalan endometrium kurang dari 5 mm. Pada
banyak kasus histeroskopi dengan instrumen yang fleksibel akan membantu
dalam penemuan awal kasus kanker endometrium.
Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, salpingo-
ooforektomi bilateral, deseksi kelenjar getah bening pelvis dan biopi
paraaorta bila mencurigakan, bilasan peritoneum, biopsi omenteum
(omentektomi partialis),biopsi peritoneum.
Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi.
Pengangkatan tumor merupakan terapi yang utama, walaupun telah
bermetastasis ke abdomen.
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan
mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat
lain.
Kemoterapi bertujuan untuk :
1. Membunuh sel-sel kanker.
2. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
3. Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
Jenis kemoterapi:

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 8


1. Terapi adjuvan Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri
atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang
telah bermetastase.
2. Terapi neoadjuvan Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk
mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
3. Kemoterapi primer Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor,
yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya
untuk mengontrol gejalanya.
4. Kemoterapi induksi Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa
terapi berikutnya.
5. Kemoterapi kombinasi Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.
Kemoterapi pada Kanker Endometrium

Adjuvan AP (Doxorubicin 50-60 mg/m2,


Cisplatinum 60 mg/m2 dengan interval
3 minggu)

Kemoradiasi Cis-platinum 20-40 mg/m2 setiap


minggu (5-6 minggu)

Xelloda 500-1000mg/hari (oral)

Gemcitabine 300mg/m2

Paclitacel 60-80 mg/m2, setiap minggu


(5-6 minggu)

Docetaxel 20 mg/m2setiap minggu (5-6


minggu)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 9


Data Subyektif
a. Identitas
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Wanita yang menopause Umur :

Secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika dibandingkan
sebelum usia 49 tahun.
Suku /bangsa :
Agama :
Pendidikan : Pendidikan dan status social ekonomi diatas rata-rata
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium
akibat konsumsi terapi pengganti estrogen dan
rendahnya paritas.
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
No Telp : No Telp :
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah
perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan
perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan
keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan
utama.
c. Status Kesehatan
1. Riwayat Menstruasi
a. Menarche Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan
meningkatnya risiko kanker endometrium walaupun tidak selalu
konsisten.
b. Siklus dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih
panjang (banyak atau bercak)
c. Jumlah lebih banyak

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 10


d. Lamanya dapat memanjang
e. Sifat Darah encer atau bergumpal
f. Teratur / tidak mengalami perubahan
g. Dismenorhea dapat terjadi
h. Fluor albus berlebihan, berbau, purulen, bercampur darah
i. HPHT :
2. Riwayat Penyakit yang lalu:
Menggali riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita oleh
ibu khususnya penyakit ginekologi,diabetes dan hipertensi.
3. Riwayat penyakit keluarga
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena kanker endometrium
berisiko pada wanita yang memiliki riwayat genetik.
4. Riwayat Sosial Budaya
a. Status Emosional : Menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan

dengan penyakitnya.
b. Tradisi : Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya

(merokok atau perokok pasif), sirkumsisi.


5. Riwayat Penyakit Sekarang:
Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan
dengan perubahan pola menstruasi (perdarahan banyak), nyeri, adanya
keputihan, keluhan lain yang disebabkan oleh penekanan tumor pada
vesika urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh darah dan limfe.
c. Pola Fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker endometrium dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang
baik pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan
pembersih vagina yang mengandung zat – zat kimia juga dapat
mempengaruhi terjadinya kanker endometrium.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri
akibat progresivitas dari kanker endometrium gangguan pola tidur
juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh pasien.

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 11


3. Pola Nutrisi.
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh
peran nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet.
Konsumsi sereal, kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang
tinggi lutein, menurunkan risiko kanker yang memproteksi melalui
pitoestrogen.
4. Pola Eliminasi.
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami
obstipasi, retensi urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel
kanker.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada klien dengan kanker endometrium biasanya tidak terjadi
gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena
mempunyai penyakit kanker endometrium, akibat dari persepsi yang
salah dari masyarakat. Meskipun penyakit ini tidak disebabkan dari
berganti – ganti pasangan.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain
dan alat, 4= tergantung total).
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi
pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas
pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan
pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya
perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan)
yang berbau busuk dari vagina. Kaji Riwayat penggunana kontrasepsi

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 12


Menggali jenis dan lama kontasepsi yang digunakan (pemakaian KB
suntik 3 bulan lebih dari 6 tahun, KB IUD).
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
10. Pola peran – hubungan

Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau


lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola
peran dan hubungannya. Pasien dengan kanker endometrium harus
mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya
karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Biasanya
koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada
yang menderita penyakit kanker endometrium.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini.
Data Obyektif
1. PEMERIKSAAN UMUM
a. KU
b. Tekanan darah Hipertensi menjadi factor risiko pada wanita
pancamenopause dengan obesitas.
c. Denyut nadi
d. Pernapasan
e. Suhu
f. Berat Badan: Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker
endometrium. Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko
sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan
meningkatkan risiko sampai 10x lipat.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Muka: Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi
b. Dada: Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya penyebaran).

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 13


c. Abdomen: Pemeriksaan nyeri tekan. Adanya masa.
d. Genetalia : Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan,
berbau amis atau busuk, dapat bercampur darah, purulent),
perdarahan. Terdapat lesi, erosi, tukak kecil, tumor papiller, tumor
eksofitik
e. Ekstremitas Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan
bawah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan akibat kanker
endometrium.
2. Nausea berhubungan dengan iritasi gastrointestinal akibat kemoterapi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
sekunder akibat kemoterapi
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri kronis Setelah diberikan NIC Label >> Pain
berhubungan dengan asuhan keperawatan management
nekrosis jaringan akibat selama … x 24 jam a. Lakukan pengkajian yang

kanker endometrium. diharapkan nyeri komprehensif terhadap nyeri,

berkurang atau meliputi lokasi, karasteristik,

terkontrol, dengan onset/durasi, frekuensi,

kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri,


NOC Label >> serta faktor-faktor yang dapat
Discomfort level memicu nyeri.
a. Klien tidak b. Observasi tanda-tanda non
mengeluh nyeri verbal atau isyarat dari
ketidaknyamanan.
b. Klien tidak merintih c. Gunakan strategi komunikasi
kesakitan terapeutik dalam mengkaji
c. Klien tidak gelisah pengalaman nyeri dan
d. Wajah klien tampak

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 14


relaks menyampaikan penerimaan
terhadap respon klien
terhadap nyeri.
d. Kaji tanda-tanda vital klien.
e. Kaji pengetahuan dan
pengalaman klien terhadap
nyeri klien.
f. Diskusikan bersama klien
mengenai faktor-faktor yang
dapat memperburuk nyeri
klien.
g. Evaluasi bersama klien dan
tim medis mengenai riwayat
keefektifan intervensi nyeri
yang pernah diberikan pada
klien.
h. Kontrol faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
i. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi,
guided imagery, masase dll).
j. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik sesuai indikasi.
2. Nausea berhubungan Setelah diberikan NIC Label >> nausea

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 15


dengan iritasi asuhan keperawatn management
gastrointestinal akibat selama …x24 jam a. Berikan pasien untuk

kemoterapi diharapkan nausea memonitor pengalaman

pasien teratasi, dengan nauseanya

criteria hasil: b. Ajarkan pasien strategi untuk

NOC Label >> Nausea mengatur rasa mualnya

and Vomiting Control c. Lakukan pengkajian lengkap

a. Klien menyadari rasa mual termasuk frekuensi,

onset dari nausea durasi, tingkat mual, dan

secara teratur faktor yang menyebabkan


b. Klien dapat pasien mual.
menghindari faktor d. Kurangi faktor personal yang
penyebab nausea menyebabkan atau

dengan baik meningkatkan mual (cemas,


c. Klien melakukan takut, kelelahan, dan kurang
tindakan informasi)
pencegahan nausea e. Berikan istirahat dan tidur
dengan teratur yang adekuat untuk
d. Klien dapat mengurangi mual
melaporkan mual, f. Berikan terapi farmakologi
muntah, dan dapat pada mual yang tidak dapat

dapat mengontrol ditoleransi

muntahnya dengan g. Anjurkan klien mengurangi


baik jumlah makanan yang bisa

NOC Label >> hidrasi menimbulkan mual.


a. Status hidrasi: NIC Label >> Fluid

hidrasi kulit Management


membran mukosa a. Pencatatan intake output

baik, tidak ada rasa secara akurat

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 16


haus yang abnormal, b. Monitor status nutrisi
urin output normal c. Monitor status hidrasi
(Kelembaban membran
mukosa, vital sign adekuat)
d. Batasi minum 1 jam sebelum,
1 jam sesudah dan selama
makan
3. Gangguan citra tubuh Setelah diberikan
berhubungan dengan asuhan keperawatan
perubahan penampilan 3x24 jam diharapkan:
akibat proses penyakit. NOC >> Adaptation to
Physical Disability
a. Mengungkapkan
secara verbal untuk
mengatur
ketidakmampuan
(skala 5)
b. Mampu beradaptasi
dari ketebatasan
fungsi tubuh (skala
5)
c. Mampu
menggunakan
strategi untuk
mengurangi stress
yang berhubungan
dengan
ketidakmampuan
(skala 5)

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 17


d. Mampu
menggunakan
sumber komunitas
yang ada (skala 5)
NOC label >> Body
Image
a. Mampu menjelaskan
gambaran internal
diri (skala 5)
b. Sikap mampu
menyentuh bagian
tubuh yang
berpengaruh pada
citra tubuh (skala 5)
c. Sikap mampu
menggunakan
strategi untuk
pengingkatan fungsi
(skala 5)
d. Peningkatan hak
perubahan tubuh
untuk aging (skala
5)

III. KANKER SERVIKS


A. Pengertian
1. Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah

batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks


kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ).

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 18


2. Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian

squamosa columnar junction (SCJ) serviks.


B. Epidemiologi / Insiden Kasus
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan
kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara.
Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher
rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang
hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia
meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian
terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang
dalam stadium lanjut.
Menurut data Departemen Kesehatan RI tahun 2007, penyakit kanker
leher rahim saaT ini menempati urutan pertama daftar kanker yang
diderita kaum wanita Indonesia. saat ini ada sekitar 100 kasus per 100
ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya Kanker serviks yang
sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam
jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus yang
datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.
Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20
wanita meninggal karena kanker serviks. Karena kanker serviks
merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah
diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode
deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan vaksinasi,
seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks dapat
diturun. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan
pengetahuan tentang kanker serviks yang kurang sehingga kesadaran
masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah.

C. ETIOLOGI / FAKTOR PREDISPOSISI

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 19


Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik
yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain
infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan spermatozoa. Karsinoma
serviks timbul di sambungan skuamokolumner serviks. Faktor resiko
yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual
berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain.
Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker serviks, antara lain adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk
terkena kanker serviks.
2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan,
salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah
terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan
vulva.
3. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan
melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung
nikotin yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping
merupakan ko-karsinogen infeksi virus.

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 20


5. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi
vitamin C dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan
sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol
(vitamin A).
6. Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat
mempengaruhi timbulnya infeksi, perubahan struktur sel, dan iritasi
menahun
7. Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan
penyakit yang sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS
8. Status sosial ekonomi lemah
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah
tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap
Smear secara rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak dapat dilakukan.

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan stadium (menurut FIGO 1978)

STADIUM KRITERIA
0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel
I Proses terbatas pada serviks dan uterus
Ia Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis
secara mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau
secara mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel
basal dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.
Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar
ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 21


tidak sampai ke dinding panggul.
Iia Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas
dari infiltrat tumor.
Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi
belum sampai ke dinding panggul.
III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium
sampai dinding panggul.
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai
ke dinding panggul.
IIIb Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul, atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah
ada gangguan faal ginjal atau hidronefrosis.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria
(dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis
keluar panggul atau ke tempat yang jauh.
Iva Telah bermetastasis ke organ sekitar
Ivb Telah bermetastasis jauh

E. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila
selkarsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul
masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko
penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk
biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien
dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 22


dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah
keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ).
Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan
berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun
akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat
bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian. (Price, syivia Anderson, 2005).

F. Manifestasi Klinik
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau
tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala
sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 23


3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan
berbau busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,
kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar
bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau
rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
b. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
c. Urine bercampur darah (hematuria)
d. Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
e. Raut wajah pucat
f. Kelemahan pada pasien
g. Keringat dingin
h. Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen
2. Palpasi
a. Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
b. Tinggi fundus uteri
c. Keaktifan gerakan janin
d. Kelainan letak / posisi janin
e. Nyeri tekan abdominal
f. Perubahan denyut nadi
g. Perubahan tekanan darah
h. Peningkatan suhu tubuh
3. Auskultasi
a. Pengukuran DJJ

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 24


H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap
smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher
rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher
rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil
cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan
pemeriksaan dengan mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah
metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks
dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan
kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang
dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan
sampel dilakukan dengan mengunakan semacam sikat (brush)
kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang
terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya
kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka
dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan
kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran
histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun
mencapai 90%.
2. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan
bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas
lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada
lesi-lesi tersebut.
3. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 25


IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes
sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan
non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur
pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim
diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada
permukaan serviks yang tidak normal.
4. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan
lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan
danslide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop.
Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak
memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek
secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera
atauflash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%.
Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi.
Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai
sensitivitas masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-
masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan
demikian servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda yang baik
untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang
spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat
membantu dalam deteksi kanker serviks.
5. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining
dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera
disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam
asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 26


negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk
pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan
pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai
berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive
value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu
4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang
digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan untuk
mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
6. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur
secara kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu
PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan
kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG
(Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5
µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam
keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai
kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat
dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
7. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan
mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan
pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.

I. Kriteria Diagnosis
Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks :
1. Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 27


lagi.
2. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik.
Tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat
menutupi sel. Ulangi pemeriksaan sitologi setelah dilakukan
pengobatan radang dan sebagainya.
3. Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan
mikroskopik. Derajat ringan, sedang, sampai karsinoma in situ.
Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi. Dilakukan
penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
4. Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui
pengamatan mikroskopik. Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat
diagnosis. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan
seorang ahli onkologi.

J. Penatalaksanaan Medis
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan
lanjutan (tim kanker / tim onkologi) (Wiknjosastro, 1997).
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung
pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:
histerektomi, radiasi dan kemoterapi. Di bawah ini adalah klasifikasi
penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium kanker serviks
:

STADIUM PENATALAKSANAAN

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 28


Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
Ib,Iia dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb Radiasi paliatif
Kemoterapi

1. Manajemen Tumor Insitu


Manajemen yang tepat diperlukan pada karsinoma insitu. Biopsi
dengan kolposkopi oleh onkologis berpengalaman dibutuhkan untuk
mengeksklusi kemungkinan invasi sebelum terapi dilakukan. Pilihan
terapi pada pasien dengan tumor insitu beragam bergantung pada usia,
kebutuhan fertilitas, dan kondisi medis lainnya. Hal penting yang
harus diketahui juga adalah penyebaran penyakitnya harus
diidentifikasi dengan baik.
Karsinoma insitu digolongkan sebagai high grade skuamous
intraepitelial lesion (HGSIL). Beberapa terapi yang dapat digunakan
adalah loop electrosurgical excision procedure (LEEP), konisasi,
krioterapi dengan bimbingan kolposkopi, dan vaporisasi laser. Pada
seleksi kasus yang ketat maka LEEP dapat dilakukan selain konisasi.
LEEP memiliki keunggulan karena dapat bertindak sebagai biopsi luas
untuk pemeriksaan lebih lanjut. Keberhasilan eksisi LEEP mencapai
90% sedangkan konisasi mencapai 70-92%. Teknik lain yang dapat
dilakukan untuk terapi karsinoma insitu adalah krioterapi yang
keberhasilannya mencapai 80-90% bila lesi tidak luas (<2,5 cm),

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 29


tetapi akan turun sampai 50% apabila lesi luas (> 2,5 cm). Evaporasi
laser pada HGSIL memberikan kerbehasilan sampai 94% untuk lesi
tidak luas dan 92% untuk lesi luas. HGSIL yang disertai NIS III
memberikan indikasi yang kuat untuk dilakukan histerektomi. Pada
795 kasus HGSIL yang dilakukan konisasi didapatkan adanya risiko
kegagalan 0,9-1,2% untuk terjadinya karsinoma invasif.
2. Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 hanya dapat ditegakkan
setelah biopsi cone dengan batas sel-sel normal, trakelektomi, atau
histerektomi. Bila biopsi cone positif menunjukkan CIN III atau
kanker invasif sebaiknya dilakukan biopsi cone ulangan karena
kemungkinan stadium penyakitnya lebih tinggi yaitu IB. Kolposkopi
dianjurkan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya vaginal
intraepithelial neoplasia (VAIN) sebelum dilakukan terapi definitif.
Stadium serviks IA1 diterapi dengan histerektomi total baik
abdominal maupun vaginal. Apabila ada VAIN maka vagina yang
berasosiasi harus ikut diangkat. Pertimbangan fertilitas pada pasien-
pasien dengan stadium ini mengarahkan terapi pada hanya
biopsi conediikuti dengan Pap’s smear dengan interval 4 bulan, 10
bulan, dan 12 bulan bila hasilnya negatif. Stadium serviks IA2
berasosiasi dengan penyebaran pada kelenjar limfe sampai dengan
10% sehingga terapinya adalah modified radical hysterectomy diikuti
dengan limfadenektomi. Pada stadium ini bila kepentingan fertilitas
masih dipertimbangkan atau tidak ditemukan bukti invasi ke kelenjar
limfe maka dapat dilakukan biopsi coneyang luas disertai
limfadenektomi laparoskopi atau radikal trakelektomi dengan
limfadenektomi laparoskopi. Observasi selanjutnya dilakukan dengan
Pap’s smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan dan 12 bulan.
3. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Awal

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 30


Pasien-pasien dengan tumor yang tampak harus dilakukan biopsi
untuk konfirmasi diagnosis. Apabila ditemukan gejala-gejala yang
berhubungan dengan metastasis maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan seperti sistoskopi dan sigmoidoskopi. Pemeriksaan foto
toraks dan evaluasi fungsi ginjal sangat dianjurkan. Stadium awal
karsinoma serviks invasif adalah stadium IB sampai IIA (< 4cm).
Stadium ini memiliki prognosis yang baik apabila diterapi dengan
operasi atau radioterapi. Angka kesembuhan dapat mencapai 85%
sampai 90% pada pasien dengan massa yang kecil. Ukuran tumor
merupakan faktor prognostik yang penting untuk kesembuhan atau
angka harapan hidup 5 tahunnya.
Penelitian kontrol acak selama 5 tahun mendapatkan bahwa
radioterapi atau operasi menunjukkan angka harapan hidup 5 tahunan
yang sama dan tingkat kekambuhan yang sama-sama kecil untuk
terapi karsinoma serviks stadium dini. Morbiditas terutama meningkat
apabila operasi dan radiasi dilakukan bersama-sama. Namun,
pemilihan pasien dengan penegakkan stadium yang baik dibutuhkan
untuk menentukan terapi operatif. Jenis operasi yang dianjurkan untuk
stadium IB dan IIA (dengan massa < 4cm) adalah modified radical
hysterectomy atau radical abdominal hysterectomy disertai
limfadenektomi selektif. Setelah dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi pada jaringan hasil operasi dan bila didapatkan penyebaran
pada kelenjar limfe paraaorta atau sekitar pelvis maka dilakukan
radiasi pelvis dan paraaorta. Radiasi langsung dilakukan apabila besar
massa mencapai lebih dari 4 cm tanpa harus menunggu hasil patologi
anatomi kelenjar limfe.
Penelitian kontrol acak menunjukkan bahwa pemberian terapi
sisplatin yang bersamaan dengan radioterapi setelah operasi yang
memiliki invasi pada kelenjar limfe, parametrium, atau batas-batas

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 31


operatif menunjukkan keuntungan secara klinis. Penelitian dengan
berbagai dosis dan jadwal pemberian sisplatin yang diberikan
bersamaan dengan radioterapi menunjukkan penurunan risiko
kematian karena kanker serviks sebanyak 30-50%. Risiko juga
meningkat apabila didapat ukuran massa yang lebih dari 4 cm
walaupun tanpa invasi pada kelenjar-kelenjar limfe,infiltrasi pada
kapiler pembuluh darah, invasi di lebih dari 1/3 stroma serviks.
Radioterapi pelvis adjuvan akan meningkatkan kekambuhan lokal dan
menurunkan angka progresifitas dibandingkan tanpa radioterapi.
4. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Lanjut
Ukuran tumor primer penting sebagai faktor prognostik dan harus
dievaluasi dengan cermat untuk memilih terapi optimal. Angka
harapan hidup dan kontrol terhadap rekurensi lokal lebih baik apabila
didapatkan infiltrasi satu parametrium dibandingkan kedua
parametrium. Pengobatan terpilih adalah radioterapi lengkap,
dilanjutkan penyinaran intrakaviter. Terapi variasi yang diberikan
biasanya beruapa pemberian kemoterapi seperti sisplatin, paclitaxel,
5-fluorourasil, docetaxel, dan gemcitabine.Pengobatan bersifat paliatif
bila stadium mencapai staidum IVB dalam bentuk radiasi paliatif.
5. Manajemen Nyeri Kanker
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat,
yaitu :
a. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain
Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
b. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah
kelompok opioid ringan seperti kodein dan tramadol
c. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok
opioid kuat seperti morfin dan fentanil
6. Operasi

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 32


Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker. Bisa
menggunakan bedah mikrografik atau laser. Tujuan utamanya untuk
mengangkat keseluruhan tumor / kanker. Pembedahan mikrografik
dilaksanakan dengan bedah kimia dimana prosedur pembedahannya
mengharuskan pengangkatan tumor lapis demi lapis.
7. Kanker serviks dapat diobati dengan pembedahan.
Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada
serviks dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan
untuk diagnosa ataupun pengobatan pra-kanker serviks
a. Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan
menghancurkan jaringan abnormal (biasanya untuk stadium pra-
kanker serviks)
b. Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada
kanker serviks
c. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan

arus listrik yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong


jaringan abnormal kanker serviks.

8. Untuk stadium kanker serviks awal IB dan IIA:


a. Ukuran tumor lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi ataupun

radioterapi dengan/tanpa kemoterapi.


b. Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi
berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin
yang dilanjutkan dengan histerektomi
Biasanya, histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong
melalui dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina
(vaginalis histerektomi). Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih
lama abdominal histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari
rata-rata) dan biaya juga lebih banyak. Prosedur ini lebih memakan
waktu (sekitar 2 jam, kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 33


pada vaginal histerektomi ) justru lebih lama. Perlu diingat aturan
utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui
beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan :
Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi
uterus di ovarium, Pap smear terbaru, USG panggul, tergantung pada
temuan diatas.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa
mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa
diberikan obat pereda nyeri.
Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih
dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa
dipasang kateter.
Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi
agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk
hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8
minggu.
Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami
menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah
seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual.
Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional
setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap seksualitasnya
bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak
dapat hamil lagi.
9. Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Bisa
berupa obat yang diminum, dimasukkan bersama cairan intravena, atau
injeksi. Contoh obat yang diberikan dalam kemoterapi, misalnya
sitostatika.
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 34


melalui infus, tablet, atau intramuskuler. (Prayetni, 1997). Obat
kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi
tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa
kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat
sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan
mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini
disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin
sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi
digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih
baik. Kemoterapi kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase
karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan
keuntungan yang memuaskan. (Gale & Charette, 2000).
Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adremycin Platamin), PVB (Platamin Veble
Bleomycin) dan lain - lain (Prayetni, 1997).
Cara pemberian kemoterapi :
1. Ditelan
2. Disuntikkan
3. Diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal /
bersama terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah :
Cisplatin., Fluorouracil (5-FU). Sedangkan Obat kemoterapi yang paling
sering digunakan untuk kanker serviks stage IVB / recurrent adalah :
Mitomycin. Paclitaxel, Ifosfamide.
Topotecan telah disetujui untuk digunakan bersama dengan cisplastin
untuk kanker serviks stage lanjut, dapat digunakan ketika operasi / radiasi

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 35


tidak dapat dilakukan atau tidak menampakkan hasil; kanker serviks yang
timbul kembali / menyebar ke organ lain.
Kemoterapi dapat digunakan sebagai :
1. Terapi utama pada kanker stadium lanjut
2. Terapi adjuvant/tambahan – setelah pembedahan untuk
meningkatkan hasil pembedahan dengan menghancurkan sel kanker
yang mungkin tertinggal dan mengurangi resiko kekambuhan
kanker.
3. Terapi neoadjuvan – sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran
tumor
4. Untuk mengurangi gejala terkait kanker yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan memperbaiki kehidupan pasien (stadium
lanjut / kanker yang kambuh)
5. Memperpanjang masa hidup pasien (stadium lanjut / kanker yang

kambuh) Efek samping dari kemoterapi adalah :


a. Lemas Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung
menghilang saat beristirahat, kadang berlangsung terus sampai
akhir pengobatan.
b. Mual dan muntah Mual dan muntah berlangsung singkat atau
lama. Dapat diberikan obat anti mual sebelum, selama, dan
sesudah pengobatan.
c. Gangguan pencernaan Beberapa obat kemoterapi dapat
menyebabkan diare, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi berat
dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung
serat, buah dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk
mengatasi kehilangan cairan.
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika
memungkinkan olahraga.
1. Sariawan
2. Rambut rontok

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 36


d. Otot dan saraf Beberapa obat kemoterapi menyebabkan
kesemutan dan mati rasa pada jari tangan dan kaki. Serta
kelemahan pada otot kaki.
e. Efek pada darah Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang
berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik
pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah
menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih
(leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test
darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya untuk
memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan
jumlah sel darah dapat menyebabkan :
1. Mudah terkena infeksi Hal ini disebabkan oleh penurunan

leukosit, karena leukosit adalah sel darah yang memberikan


perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat kemoterapi yang
menyebabkan peningkatkan leukosit.
2. Perdarahan Keping darah (trombosit) berperan pada proses

pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat


menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
3. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai
dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya
didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah dapat
menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat.

K. Komplikasi
1. Pendarahan
2. Kematian janin
3. Infertil
4. Obstruksi ureter
5. Hidronefrosis

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 37


6. Gagal ginjal
7. Pembentukan fistula
8. Anemia
9. Infeksi sistemik
10. Trombositopenia

IV. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
2. Status kesehatan masa lalu
3. Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik
pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih
vagina yang mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi
terjadinya kanker serviks.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri
akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan
pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat
dari depresi yang dialami oleh ibu.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 38


bisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan
otot abdominal.
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada Ibu hamil dengan kanker serviks harus lebih
banyak jika dibandingkan dengan sebelum kehamilan. Dapat terjadi
mual dan muntah pada awal kehamilan. Kaji jenis makanan yang
biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu sesuai dengan
umur kehamilan karena Ibu dengan kanker serviks juga biasanya
mengalami penurunan nafsu makan. Kanker serviks pada Ibu yang
sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya tidak terjadi
gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena
mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah
dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks
adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain
dan alat, 4= tergantung total). Ibu hamil wajar jika mengalami
perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang
akibat dari harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Namun
pada ibu hamil yang disertai dengan kanker serviks ibu akan merasa
sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak
dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 39


kanker serviks sehingga harus beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi
pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas
pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan
pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya
perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer
(keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima
kondisinya setelah sakit. Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya
mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang
diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya
kematian janin serta keselamatan dirinya sendiri.
10. Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi
pola peran dan hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks harus
mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya
karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan Ibu serta janin
yang dikandungnya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika
dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker
serviks.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini.

B. Analisa Data

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 40


Data subyektif :
1. Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi
perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal
2. Pasien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawah
3. Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut
bagian bawah
4. Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine
bercampur darah
5. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
6. Pasien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemas
7. Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviks
Data obyektif
1. TTV tidak dalam batas normal
2. Dimana batas normal TTV meliputi :
Nadi : 60-100 x / menit
Nafas : 16 - 24 x / menit
Tekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHg
Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
3. Membran mukosa kering
4. Turgor kulit buruk akibat perdarahan
5. Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3 detik setelah
ditekan )
6. Ekspresi wajah pasien pucat
7. Pasien tampak lemas
8. Warna kulit kebiruan
9. Kulit pecah – pecah, rambut rontok, kuku rapuh
10. Nilai profil biofisik janin normal tidak sesuai dengan usia kehamilan
11. DJJ tidak dalam batas normal ± 120 - 180 x / menit

12. Gerakan janin kurang aktif

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 41


13. Ekspresi wajah pasien meringis
14. Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesia)
15. Terjadi hematuria
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara
aktif akibat pendarahan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
3. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas
metabolik

D. Rencana Tindakan
Dx 1: Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh
secara aktif akibat pendarahan
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil:
1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
a. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
b. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
c. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
d. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

2. Membran mukosa lembab


3. Turgor kulit baik (elastis)
4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )
5. Ekspresi wajah pasien tidak pucat.

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 42


NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi masukan dan haluaran. UkurMemberikan pedoman untuk penggantian
volume darah yang keluar melaluicairan yang perlu diberikan sehingga dapat
pendarahan mempertahankan volume sirkulasi yang
adekuat untuk transport oksigen pada ibu
dan janin.
2 Catat kehilangan darah ibu danBila kontraksi uterus disertai dilatasi
kemungkinan adanya kontraksi uterus serviks, tirah baring dan medikasi mungkin
tidak efektif di dalam mempertahankan
kehamilan. Kehilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan perfusi plasenta
3 Hindari trauma dan pemberian tekananMengurangi potensial terjadinya
berlebihan pada daerah yang mengalamipeningkatan pendarahan dan trauma
pendarahan mekanis pada janin
4 Pantau status sirkulasi dan volume darahKejadian perdarahan potensial merusak
ibu hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia
uteroplasenta
5 Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, danMenunjukkan keadekuatan volume sirkulasi
pengisian kapiler
6 Catat respon fisiologis individual pasienSimtomatologi dapat berguna untuk
terhadap pendarahan, misalnyamengukur berat / lamanya episode
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,pendarahan. Memburuknya gejala dapat
berkeringat / penurunan kesadaran menunjukkan berlanjutnya pendarahan /
tidak adekuatnya penggantian cairan
7 Kaji turgor kulit, kelembaban membranMerupakan indikator dari status hidrasi /
mukosa, dan perhatikan keluhan hausderajat kekurangan cairan
pada pasien

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 43


8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada derajat
Berikan cairan IV sesuai indikasi hipovolemia dan lamanya pendarahan
(akut / kronis). Cairan IV juga digunakan
untuk mengencerkan obat antineoplastik
pada penderita kanker.
9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) danmemperbaiki jumlah darah dalm tubuh ibu
trombosit sesuai indikasi dan mencegah manifestasi anemia yang
sering terjadi pada penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme pembekuan
darah sehingga pendarahan lanjutan dapat
diminimalisir.
10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan
Awasi pemeriksaan laboratorium,kebutuhan resusitasi cairan dan mengawasi
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah keefektifan terapi

Dx 2: Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan perfusi jaringan kembali adekuat.
Kriteria Hasil:
1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
a. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
b. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
c. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
d. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

2. Pasien tidak tampak lemas


3. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan)
4. Denyut nadi teraba

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 44


5. Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit
6. Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku,
kelembaban)

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi tanda vital, kaji pengisianIdentifikasi ketidakadekuatan derajat
kapiler dan warna dasar kuku perfusi jaringan dan membantu dalam
menentukan intervensi
2 Perhatikan status fisiologis ibu, statusPada ibu hamil yang menderita kanker
sirkulasi, dan volume darah serviks rentan mengalami perdarahan yang
potensial merusak hasil kehamilan, dan
kemungkinan menyebabkan hipovolemia
hingga hipoksia pada uteroplasenta
3 Auskultasi dan laporkan DJJ, catatIdentifikasi berlanjutnya hipoksia janin.
bradikardi atau takikardi. CatatPada awalnya janin berespon terhadap
perubahan pada aktivitas janinpenurunan kadar oksigen dengan
(hipoaktif atau hiperaktif). takikardia dan peningkatan gerakan. Bila
tetap defisit, bradikardia dan penurunan
aktivitas terjadi.
4 Anjurkan tirah baring pada posisiMenurunkan tekanan vena cava
miring kiri inferior dan superior sertameningkatkan
sirkulasi plasenta(janin) dan pertukaran
oksigen.
5 Kolaborasi : Reduksi pada kadar Hb, Hct atau volume
Awasi pemeriksaan laboratorium (Hct,sirkulasi darah mengurangi persediaan
Hb, SDM) oksigen untuk jaringan ibu yang akan
berdampak pada janin yang dikandungnya
6 Kolaborasi : Meningkatkan jumlah mediator transport
Berikan transfusi sel darah merahoksigen ke sel-sel tubuh

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 45


lengkap sesuai indikasi. Awasi adanya
komplikasi transfusi
7 Kolaborasi : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk
Berikan terapi oksigen tambahan sesuaiambilan janin, sehingga kapasitas oksigen
indikasi untuk janin meningkat

Dx 3 : Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas


metabolik
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan keseimbangan suhu tubuh pasien kembali normal
Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh dalam batas normal (± 36,5oC - 37,5oC)

2. Denyut nadi dalam batas normal (± 60 - 100x / menit)

3. Frekuensi pernapasan dalam batas normal (±16- 24x/ menit)


4. Kulit tidak tampak memerah
5. Pasien tidak mengalami kejang

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Pantau derajat dan pola perubahan suhuPeningkatan suhu hingga 38,9oC-
pasien 41,1 oC menunjukkan adanya
proses penyakit infeksius. Pola
peningkatan suhu dapat
membantu dalam identifikasi
diagnosis dini
2 Pantau suhu lingkungan, atur jumlah linenSuhu ruangan dan jumlah selimut
tempat tidur sesuai indikasi harus diatur untuk
mempertahankan suhu tubuh

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 46


pasien agar mendekati suhu
normal
3 Berikan kompres hangat Membantu mengurangi
peningkatan suhu tubuh pasien
4 Kolaborasi : Dapat digunakan untuk
Berikan antipiretik mengurangi demam dengan
bereaksi pada termoregulasi
sentral tubuh di hipotalamus.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kanker system reproduksi adalah penyakit pada system reproduksi akibat


pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah jadi sel
kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian
tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian.
Kanker mulai didalam sel-sel, blok-blok bangunan yang menyusun jaringan-
jaringan. Jaringan-jaringan menyusun organ-organ tubuh. Secara normal, sel-
sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 47


membutuhkan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan
sel-sel baru mengambil tempat mereka.
Kadangkala, proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk
ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tuatidak mati ketika mereka
seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang
disebut pertumbuhan atau tumor.

B. Saran

Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks dan kanker endometrium,


lebih baik mencegah dari pada mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi
seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita
hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.(2002). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta. EGC


Santosa, Budi.(2006).Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta. EGC
Wilkinson, Judith M.(2006).Diagnosa Keperawatam NIC-NOC.Jakarta. EGC
(Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo)
(Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit,
Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC)

Makalah Ca Endometrium&Ca Servik | 48

Вам также может понравиться