Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pedagogi Ignasian
Pedagogi Ignasian adalah gaya pendidikan dan proses belajar mengajar reflektif yang
yang dikembangkan di sekolah-sekolah Yesuit dengan mengambil inspirasi dari
Latihan Rohani St. Ignatius.
Refleksi
Istilah refleksi diartikan sebagai menyimak kembali dengan penuh
perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau
reaksi spontan supaya bisa menangkap arti dan nilai hakiki sesuatu yang
sedang dipelajari. Caranya bisa 1) dengan memahami kebenaran yang
dipelajari, 2) dengan mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang
dialami, 3) dengan memperdalam pemahaman tentang implikasi-
implikasi bagi diri sendiri dan orang lain, 4) dengan berusaha
menemukan makna bagi diri pribadi tentang kejadian-kejadian, ide-ide,
kebenaran atau pemutarbalikan fakta, 5) dengan memahami siapa dirinya
dan bagaimana seharusnya bersikap terhadap orang lain. Dalam
melangsungkan refleksi, pendidik menghargai kebebasan pelajar tentang sikap yang diambilnya. Tantangan nya
adalah merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan meluaskan kesadaran dan mendorong pelajar untuk
menjadi lebih altruis.
Aksi
“Cinta terlihat dalam perbuatan, lebih daripada dalam kata-kata” (LR) Istilah aksi
menunjuk pada sikap batin setelah sebuah proses refleksi maupun manifestasi lahiriahnya.
Pilihan batin misalnya, seorang pelajar tersentuh oleh kelancaran guru dalam bercerita dan
memutuskan untuk memberi waktu pada latihan-latihan pidato. Manifestasi lahiriah sikap
batin tersebut bisa berupa produksi tulisan-tulisan pidato atau latihan rutin berpidato.
Dalam pedagogi Ignasian, refleksi dan evaluasi (pemahaman dan reaksi afektif) harus
ditindaklanjuti dengan aksi, sehingga yang dimulai dengan pengalaman berakhir dengan
pengalaman, dan seseorang “merasakan dan mengenyam” dalam-dalam pengalamannya.
2
Gambaran Pribadi Ideal
Pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah Jesuit diarahkan kepada
pengembangan cara kaum muda memandang dirinya sendiri, orang
lain, sistem-sistem sosial dan struktur masyarakat, yakni
pengembangan cara mereka menilai bangsa manusia dan seluruh
ciptaan. Keberhasilan tujuan ini akan terlihat dalam perkembangan -
kalau perlu, perubahan radikal- cara mereka bernalar, bertindak, dan
hidup, yang memungkinkan mereka memiliki dinamika seorang
manusia yang kompeten, bertanggung jawab, dan berkepedulian.
Lebih-lebih untuk jaman ini, pendidikan dan pengajaran di sekolah-
sekolah Jesuit diarahkan pada komitmen iman dan keadilan yang
mencari segala yang lebih baik untuk perbaikan mutu kehidupan dan
lingkungan.
Kebebasan: Pendidikan Ignasian harus memungkinkan pelajar menjelajahi realitas dengan hati dan budi
terbuka, membuang bentuk-bentuk indoktrinasi atau rekayasa, dan berhati-hati terhadap pra-anggapan dan pra-
sangka yang menjerat.
Bermutu dan Mendalam: “Bukan banyaknya, tetapi dalamnya” adalah prinsip pengajaran yang menuntut
adanya penyelidikan mendalam mengenai masalah dan keprihatinan pokok, seraya menjauhkan slogan dan
ideologi dangkal atau jawaban emosional, egois, dan simplistis.
Discernment dan Magis: Discernment adalah pemilihan dan penegasan, sementara magis adalah sikap
untuk memilih yang lebih memuliakan Allah.
Alumnorum cura personalis: Cinta kasih sejati dan perhatian personal kepada setiap pelajar kita.
3
Contoh Applikasi
Konteks Evaluasi
*Pelajar: diagnosis keadaan
pelajar, gaya belajar pelajar, * Testing pilihan ganda
profil perkembangan pelajar * Evaluasi pribadi siswa
*Masyarakat: melakukan * Pengamatan perilaku siswa: portofolio
analisis sosial budaya
* Pertanyaan-pertanyaan kepada guru
*Sekolah: suasana sekolah,
* Pengamatan profil siswa
kurikulum, relasi
Pengalaman Aksi
* Pre-lectio Refleksi * Proyek dan tugas
• penegasan pokok-pokok * Membimbing
pendahuluan * Pengalaman melayani
* Majalah pelajar
• penjelasan tujuan * Menyusun pertanyaan-
• faktor-faktor kepedulian * “Repetisi” gaya Ignatius pertanyaan berpola esei