Вы находитесь на странице: 1из 3

Dianiaya Tante Sendiri, Bocah 2,5 Tahun di Tasik Akhirnya Meninggal

Tasikmalaya - Setelah mendapat perawatan di RS Hasan Sadikin Bandung, bocah 2,5 berinisial
F akhirnya meninggal dunia, Sabtu (13/1/2018) petang. Balita malang asal Panyingkiran Kota
Tasikmalaya itu jadi korban penganiayaan D, tantenya sendiri. Polisi sudah menetapkan D
sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Korban meninggal setelah menderita pendarahan di otak
akibat kekerasan fisik hebat. Nyawanya tidak tertolong lagi meski sempat mendapat perawatan
medis selama tiga hari di RS Hasan Sadikin.
Jenazah F kemudian dibawa ke Kota Tasikmalaya dan dimakamkan Minggu (14/1/2018) pagi.
Sebelum dimakamkan, polisi mengautopsi jenazah korban guna mengetahui penyebab kematian.
"Pelaku yang menganiaya balita ini kita sudah tetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Sejauh
ini, diperiksa semua saksi-saksi. Tersangka cuma satu," kata Kasat Reskrim Polresta
Tasikmalaya AKP Bimo Moernanda, Minggu (14/1).
Bimo menambahkan, hasil autopsi resmi baru bisa diketahui satu pekan lagi. Namun, kata dia,
dugaan sementara, korban meninggal akibat pendarahan di kepala.
"Korban baru menetap sebulan bersama dengan tantenya setelah dititipkan ibu korban yang
bekerja di Jawa," kata Bimo.
Terkait motif penganiayaan, Bimo mengatakan, tersangka kesal gara-gara korban kerap
menangis meminta makan saat malam hari.
Kematian F di tangan tantenya sendiri membuat kaget tetangga di Perumahan Jati Indah Kota
Tasikmalaya. Meski kerap bersosialisasi, tersangka diketahui mengurung korban selama
sebulan.
"Kalau posyandu selalu bawa anaknya, tapi saudaranya gak pernah keluar rumah. Pintunya
selalu tertutup. Jadi kesannya dikurung gak dikenalkan," kata Hera Rahmawati, tetangga
tersangka.
Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Daerah Kota Tasikmalaya akan terus mengawal
proses hukum terhadap tersangka. Apalagi, korban sudah wafat di saat usianya masih balita.
"Kami akan kawal proses hukum. Sudah jelas apalagi anak sudah meninggal maka jadi sesuatu
kewajiban apalagi semalam sudah diautopsi," ujar Ketua KPAID Kota Tasimlalaya, Eki Sirojul
Munir.
Menurut dia, jika kematian korban disebabkan kekerasan tersangka, pasalnya pun akan lebih
ditingkatkan dan ancaman hukumannya akan tinggi.
Di sisi lain, Wakil Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf mengatakan, meski tersangka
mempunyai anak kecil, proses penegakan hukum terus berjalan.
"Pemerintah daerah akan membantu pengasuhan anak tersangka jika keluarga tidak
mengurusinya. Kebutuhan susu hingga pangan anak tersangka akan dibantu," kata Yusuf.
Kini, D harus menjalani proses hukum panjang. Ibu muda ini terancam Pasal 80 UU Nomor
35/2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.
Awas! 1,7 Juta Anak Jadi Pekerja di Bawah
Umur di Indonesia
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Foto: Agung Pambudhy

Jakarta - Indonesia merayakan Hari Anak Nasional yang jatuh pada hari ini, 23 Juli 2015.
Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi memperkirakan ada sekitar 1,7 juta anak yang
menjadi pekerja di bawah umur.

Dari Jumlah tersebut diperkirakan terdapat 400.000 orang pekerja anak yang terpaksa bekerja
untuk pekerjaan-pekerjaan yang terburuk dan berbahaya. seperti perbudakan, pelacuran,
pornografi dan perjudian, pelibatan pada narkoba, dan pekerjaan berbahaya lainnya.

Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri menegaskan pihaknya telah menetapkan peta jalan
(road map) program penarikan pekerja anak untuk mencapai target Indonesia Bebas Pekerja
Anak tahun 2022.

"Road map ini diterapkan dengan melibatkan semua stakeholder terkait untuk mempercepat
penarikan pekerja anak sehingga anak-anak Indonesia dapat terbebaskan dan kembali belajar di
sekolah," kata Hanif lewat siaran pers yang diterima, Kamis (23/7/2015).

Hanif menyebutkan Program penarikan Pekerja Anak dilakukan untuk mendukung Program
Keluarga Harapan (PPA-PKH). Kegiatan ini diarahkan dengan sasaran utama anak bekerja dan
putus sekolah yang berasal Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan berusia 7- 15 tahun.

Dari unsur pemerintah, untuk mewujudkan Indonesia bebas pekerja anak tahun 2022, Kemnaker
bekerja sama dengan lembaga dan kementerian terkait yaitu Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Sosial, Kejaksaan Agung, dan Kepolisian RI
dan stakeholder lainnya.

"Dalam program ini para pekerja anak bakal ditarik dari tempat mereka bekerja dan ditempatkan
sementara di rumah singgah (shelter) untuk mendapatkan pendampingan khusus dan masa
pembinaan, sebelum akhirnya bersekolah kembali," kata Hanif.

Pada tahun 2015 ditargetkan penarikan sebanyak 16.000 pekerja anak untuk kembali belajar di
sekolah. Selama ini Kementerian Ketenagakerjaan telah melakukan penarikan pekerja anak
melalui program PPA-PKH dari tahun 2008 sampai dengan 2014 sebanyak 48.055 orang anak.
(tfq/fdn)
Menampung 78 Wanita Hamil Asal Indonesia,
Sindikat Penjual Bayi TKI Ditangkap Polisi Malaysia

Ket: Bayi TKI (Ilustrasi)


Kuala Lumpur, LiputanBMI - Pihak kepolisian Malaysia menangkap tiga orang tersangka
kasus penjualan bayi secara ilegal. Mereka adalah perempuan berusia 38 tahun yang bertugas
menjual bayi, putra perempuan tersebut, dan seorang dokter berusia 54 tahun. Mereka diduga
telah menjual ratusan bayi yang lahir di luar nikah.
Ketiganya akan dijerat dengan Undang-Undang Anti Perdagangan Manusia dan Anti
Penyelundupan Imigran. Penangkapan dilakukan setelah program 101 East yang disiarkan Al
Jazeera membuat laporan khusus tentang praktik jual beli bayi di Malaysia sekitar seminggu
lalu.
Rabu (30/11) polisi Malaysia membentuk tim untuk menyelidiki praktik ilegal tersebut. Tim
yang terdiri atas 32 orang polisi tersebut merazia tiga klinik dan empat tempat lainnya di Klang,
Puchong, Seremban, Sepang, dan Tanjung Sepat.

’’Operasi ini masih berlangsung,’’ ujar Asisten Komisaris Senior di Departemen Investigasi
Kriminal Kepolisian Malaysia Rohaimi Md. Isa. Polisi berusaha bisa menangkap lebih banyak
pelaku.
Perempuan 38 tahun yang ditangkap itu muncul dalam laporan yang diunggah Al Jazeera. Dia
dipanggil Bonda –dalam bahasa Malaysia berarti ibu atau bunda. Bonda berupaya menjual bayi
kepada jurnalis Al Jazeera yang tengah menyamar. Harga satu bayi USD 400–USD 7.500 atau
setara dengan Rp 5,4 juta hingga Rp 101,2 juta.

Harga setiap bayi bergantung kepada jenis kelamin dan kondisinya. Bayi laki-laki lebih mahal
jika dibandingkan dengan perempuan. Warna kulit si bayi juga memengaruhi harga. Semakin
putih semakin mahal.

Dalam siaran 101 East, Bonda mengaku kini menampung 78 orang perempuan hamil yang
berasal dari Indonesia. Mereka berada di beberapa lokasi yang bersebar di Malaysia. Bonda
biasanya mengirimkan foto-foto perempuan hamil tersebut kepada orang yang sangat mungkin
bakal membeli bayi. Dia menjamin bahwa ibu biologis si bayi tidak akan mencoba mencari
anaknya setelah bayinya terjual.
’’Saya telah berurusan dengan lebih dari seribu orang (perempuan) Indonesia (yang menjual
bayinya, Red) tanpa ada masalah. Setelah menyerahkan bayi tersebut, mereka tidak pernah
bertanya di mana bayinya,’’ ujar Bonda.
Bayi-bayi yang dijual tidak hanya berasal dari perempuan tenaga kerja Indonesia (TKI), tetapi
juga beberapa negara lainnya. Termasuk bayi dari penduduk Malaysia yang hamil di luar nikah.
Mereka yang membeli bayi-bayi tersebut adalah pasangan yang tidak kunjung memiliki
momongan.
Prosedur adopsi yang rumit di Malaysia membuat mereka memilih jalan pintas dengan membeli
bayi secara ilegal. Namun, para aktivis mengatakan bahwa beberapa bayi berakhir di tangan
sindikat. Mereka dibesarkan untuk mengemis maupun dijual kepada orang dengan kelainan
pedofilia.
(Sumber : Sumatra Expres)

Вам также может понравиться