Вы находитесь на странице: 1из 15

 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

PENDAHULUAN

Hemoroid merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai. Sulit untuk memperoleh
angka insidensi dari penyakit ini. Tapi pengalaman klinik menyokong dugaan bahwa sangat banyak 
orang, baik laki-laki maupun perempuan yang menderita hemoroid. Bahkan yang lebih banyak lagi
menderita hemoroid dalam bentuk tanpa gejala atau keluhan. Dikatakan bahwa baik pria maupun wanita
mempunyai peluang yang sama untuk terkena hemoroid. Semua orang diatas 30 tahun mempunyai
kemungkinan 30-50% untuk mendapat varises di tungkai, pleksus hemoroidalis maupun di tempat lain.

Insidensi hemoroid meningkat dengan bertambahnya usia. Mungkin sekurang-kurangnya 50%


orang yang berusia lebih dari 50 tahun menderita hemoroid dalam berbagai derajat. Namun demikian
tidak berarti penyakit ini hanya diderita oleh orang tua saja. Hemoroid dapat mengenai segala usia,
  bahkan kadang-kadang dapat dijumpai pada anak kecil. Walaupun hemoroid tidak mengancam

keselamatan jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang tidak nyaman. Hanya apabila hemoroid
menyebabkan keluhan atau penyulit, maka dilakukan tindakan.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 1/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

ANATOMI REKTUM dan ANUS

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm, sedangkan rectum
 berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka pendarahan, persarafan, serta
aliran vena dan limfee berbeda, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa
glanduler usus, sedangkan kanalis analis oleh endoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng
kulit luar. Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis
dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensorik somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri,
sedangkan muosa rektum mempunyai persarafan ototnom dan tidak peka terhadap nyeri. Daerah vena
diatas garis anorektum mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke
sistem cava melalui cabang vena iliaka. Sistem limfee dari rektum mengalirkan isisnya melalui pembuluh
limfee sepanjang pembuluh hemoroidalis superior kearah kelenjar limfee paraaorta melalui kelenjar 
limfee iliaka interna, sedangkan limfee yang berasal dari kanalis anals mengalir kearah kelenjar inguinal.

Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. sumbunya mengarah ke ventrokranial yaitu
kearah umbilicus dan membentuk sudut ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat
defekasi, sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas kanalis analis disebut garis anorektum, garis mukokuta,
linea pektinata, dan linea dentata. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara
kolumna rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk 
fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba didalam kanalis analis sewaktu melakukan rectal
toucher, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton).

Cincin sfingter anus melingkari sfingter analis dan terdiri dari sfingter interna dan sfingter 
eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna, otot longitudinal, bagian
tengah dari otot levator (puborektalis), dan komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri
dari serabut otot polos, sedangkan m.sfingter eksterna terdiri dari serabut otot lurik.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 2/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

Pendarahan arteri

Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika inferior. Arteri ini
membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Cabang yang kanan akan bercabang kembali.
Letak ketiga cabang terakkhir ini mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah kanan dan sebuah
di perempat lateral kiri.

Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna, sedangkan


a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna. Anastomosis antara arcade pembuluh inferior 

dan superior merupakan sirkulasi kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak bedah atau
sumbatan aterosklerotik di daerah percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis tersebut ke pembuluh
kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua ekstremitas bawah. Pendarahan pleksus
hemoroidalis merupakan kolateral luasdan kaya sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna
menghasilkan darah segar yang berwarna merah dan buka darah vena warna kebiruan.

Pendarahan vena

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke arah

kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini
tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut menntukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rectum dapat
menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat menyebabkan
 pileflebitis. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam
vena iliaka interna dan system kava. Pembesaran vena hemoroidalis dapat menimbulkan keluahan
hemoroid.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 3/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

Penyaluran limfe

Pembuluh limfe dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya menuju ke
kelnjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus mengalir sampai ke kelanjar limfe iliaka.
Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan limfeadenopati inguinal. Pembuluh limfe
dari rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior dan melanjut ke
kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus
didasarkan pada anatomi saluran limfe ini.

Persarafan

Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal dari
  pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal
ruas kedua, ketiga dan keempat. Unsure simpatis pleksus ini menuju kea rah struktus genital dan serabut
otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi erigentes)
 berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan
klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena
itu, cedera saraf yang terjadi pada waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum atau
uterus dapat menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual.

FISIOLOGI REKTUM dan ANUS

Fungsi utama dari rektum dan kanalis anal adalah untuk menghantarkan massa feses yang
terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut dengan cara terkontrol. Rektum dan
kanalis anal tidak begitu berperan dalam proses pencernaan, selain hanya dapat menyerap sedikit cairan.
Selain itu, sel-sel Goblet mukosa mengeluarkan mucus yang berfungsi sebagai pelicin keluarnya massa
feses.

Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian diakibatkan adanya otot

sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada rectosigmoid junction kira-kira 20cm dari anus.
Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga member tambahan penghalang masuknya feses ke
rektum. Akan tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah rektum, secara normal hasrat untuk 
defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflex kontraksi dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter.
Feses tidak keluar secara terus menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik 
otot sfingter ani interna dan eksterna.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 4/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

Defekasi.

Pada suasana normal, rektum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid kedalam rektum
kadang-kadang ditentukan oleh makan, terutama pada bayi. Bila isi sigmoid masuk ke dalam rektum,
dirasakan oleh rektum dan menimbulkan keinginan defekasi.

Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang peranan berarti.
Defekasi terjadi akibat refleks peristaltic rektum, dibantu oleh mengedan, dan relaksasi sfingter ani
eksternus.

Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi rectum dan persarafan
sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.

Definisi Hemoroid

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari
 pleksus hemoroidalis.

Hemoroid dibedakan antara yang intern dan ekstern. Hemoroid intern adalah pleksus
v.hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern ini
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering hemoroid
terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang
lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tersebut.

Hemoroid ekstern merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di
sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus
hemoroid intern mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 5/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui daerah perineum dan lipat paha ke
v.iliaka.

KLASIFIKASI

Secara klinis, hemoroid interna dibagi atas 4 derajat:

1. Hemoroid interna derajat I. Merupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid hanya berupa
 benjolan kecil didalam kanalis anal pada saat vena-vena mengalami distensi ketika defekasi.

2. Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang tidak hanya
menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus. Benjolan ini muncul
keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk kembali kedalam kanalis anal
 bila proses defekasi telah selesai.

3. Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali secara spontan.
Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan ke dalam anus.

4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan bagian
yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke dalam
kanalis anal.

Tabel 1. Pembagian derajat hemoroid interna

Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I (+) (-) (-)
II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) Tetap Tidak dapat

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 6/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

Sedangkan hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior, terletak di


sebelah bawah linea dentata, pada bagian yang dilapisi oleh kulit. Hemoroid eksterna diklasifikasikan
sebagai akut dan kronik.

1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

ETIOLOGI

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis dibagi menjadi 2, yaitu: Hemoroid akibat obstruksi
organic pada aliran vena hemoroidalis superior. Contohnya pada sirosis hepatis, thrombus vena porta,
tumor intraabdomen (tumor ovarium, tumor rectum). Hemoroid idiopatik tanpa obstruksi organic aliran
vena. Faktor-faktor yang mungkin berperan adalah keturunan/herediter (dalam hal ini yang menurun
adalah kelemahan dinding pembuluh dan bukan hemoroidnya), anatomi (vena di daerah mesenterium
tidak mempunyai katup sehigga darah mudah kembali, menyebabkan meningkatnya tekanan di pleksus
hemoroidalis), pekerjaan (orang yang pekerjaannya banyak berdiri karena gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid), tekanan intraabdomen yang meningkat secara kronis (misal:
mengedan, batuk kronis).

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari hemoroid dapat berupa:

1. Perdarahan pada waktu defekasi.

Perdarahan dapat terjadi pada grade 1-4. Perdarahan merupakan penentu utma hemoroid pada
grade 1. Perdarahan pada hemoroid berhubungan dengan proses mengejan. Ini menjadi pembeda
dengan perdarahan yang diakibatkan oleh hal lain. Pada pasien hemoroid darah keluar bila pasien
mengejan dan berhenti bila pasien berhenti mengejan, sedangkan perdarahan karena sebab lain
tidak mengikuti pola tersebut. Darah yang keluar adalah darah segar yang tidak bercampur feses.
Perdarahan dapat menetes tapi dapat juga mengalir deras. Sebab utama perdarahan adalah trauma
feses yang keras. Perdarahan yang berulang-ulang menimbulkan anemia. Ciri khas adanya darah
segar pada kertas toilet, feses, atau air dalam toilet. Darah dapat menetes keluar dari anus
 beberapa saat setelah defekasi.
7

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 7/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

2. Prolaps suatu massa pada waktu defekasi.

Benjolan atau prolaps terjadi pada grade 2-4. Benjolan akan tampak tapi bila diraba akan
menghilang. Hal ini dikarenakan pada saat perabaan jari akan menekan vasa sehingga darah vasa
akan mengalir., akibatnya benjolan menjadi kempis. Benjolan hanya akan teraba apabila telah
terjadi trombus. Benjolan teraba keras. Massa ini mula-mula dapat kembali lagi secara spontan
sesudah defekasi, tetapi kemudian harus dimasukkan secara manual, dan akhirnya tidak dapat
dimasukkan lagi.

3. Pengeluaran lendir yang dialami oleh beberapa pasien yang menderita hemoroid yang prolaps

4. Nyeri

  Nyeri hebat hanya terjadi pada hemoroid eksterna dengan trombosis. Nyeri tidak berhubungan
dengan hemoroid intern, tetapi bila hemoroid interna nyeri menandakan telah terjadi peradangan.

5. Iritasi dari kulit perianal yang disebabkan lembabnya daerah itu oleh discharge hampir selalu
menyertai hemoroid derajat III yang besar.

6. Gejala-gejala anemi sekunder, dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing bila berdiri, lemah,
 pucat.

DIAGNOSIS

Diagnosis dari hemoroid dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan:

1. Anamnesa

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk 
 berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan
umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain

seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi
apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan
yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta
mengejan

2. Inspeksi

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 8/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu keluhan di region anal yang dapat
ditegakkan dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat benjolan mukosa yang
keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat kelihatan sebagai
  pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama, kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral.

Hemoroid yang kecil terletak diantara ketiga posisi tersebut. Hemoroid derajat III dan IV yang
 besar akan segera dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang
 bagian lainnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan atau
merah.

3. Palpasi

Hemoroid interna pada stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang lunak dan mudah
kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya setelah hemoroid berlangsung

  beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan ikat mukosa mengalami fibrosis, hemoroid
dapat diraba.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN

1. Rectal toucher (RT)

Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri. Hemoroid ini dapat teraba
  bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Thrombosis dan fibrosis bpada perabaan teraba padat dengan dasar lebar. Rectal toucher 
diperlukan

2. Anuskopi

Diperlukan untuk menilai hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai
struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Jika penderita diminta untuk mengedan sedikit,
ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata banyaknya

 benjolan, derajat, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissura ani, dan tumor ganas
harus diperhatikan.

3. Proktosigmoidoskopi

Diperlukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
keganasan.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 9/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

KOMPLIKASI

Komplikasi dari hemoroid yang sering adalah perdarahan, thrombosis, dan strangulasi. Hemoroid
yang mengalami strangulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi
oleh sfingter ani. Keadaan thrombosis dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan
nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya.

DIAGNOSIS BANDING

Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga terjadi pada
karsinoma kolorektal, penyakit divertikel, polip, dan colitis ulserativa.

TERAPI

Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid adalah
normal karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroid, tapi untuk menghilangkan
keluhan.

Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan local
yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi.
Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan

mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.


Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestetik 
dan astringen.

Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan
kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres local untuk mengurangi
  pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada
 penyakit radang usus besar yang mandasarinya, misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan

apabila hemoroid menjadi simptomatik.

Pada dasarnya tujuan terapi hemoroid bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk 
menghiangkan keluhan. Pada prinsipnya, terapi hemoroid terdiri atas 2 macam, yaitu:

1. Non operatif 

a. Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar.


10

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 10/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

Makanan tinggi serat membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.

 b. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang misalnya 5% fenol


dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam jaringn areolar yang
longgar dibawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang
kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi,
rekasi hipersensitifitas terhadap obat yang disuntikkan. Terapi suntikan bahan sklerotik 
  bersama dengan nasihat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid
interna derajat I dan II.

c. Ligasi dengan gelang karet

Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang
karet menurut Barson. Dengan bantuan anuskopi, mukosa diatas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari
ligator dan ditempatkan secara rapat disekeliling muosa pleksus hemoroidalis terseut.
  Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari mukosa bersama karet akan lepas
sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi
hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak 
waktu dua sampai empat minggu.

Penyulit utama dari ligasi ini ialah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokuta. Untuk 
menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauhd ari garis mukokuta. Nyeri

11

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 11/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.

2. Operatif, yaitu hemoroidektomi.

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan
 perdarahan berulang dan anemia yang tida sembuh dengan terapi lainnya yang lebih sederhana.
Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong
segera dengan hemoroidektomi

Ada 2 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi, yaitu:

1. Pengangkatan pleksus dan mukosa

2. Pengangkatan pleksus tanpa mukosa

Teknik pengangkatan dapat dilakukan dengan 5 metode:

1. Metode Langen-beck (eksisi+jahitan primer longitudinal)

Semua sayatan di tempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang dari rektum.
Keuntungannya berapa banyak varisespun dapat diangkat. Bila sayatan ini kemudian dijahit
tidak menimbulkan stenosis. Umumnya dengan metoda ini mukosa turut diangkat bersama
varises. Kelihatannya lebih kasar, tetapi penyembuhannya lebih baik. Waktu untuk 
mengerjakan metode ini kira-kira 15 menit.

2. Metode White-head (eksisi+jahitan primer radier)

12

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 12/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol. Keuntungannya setelah
varises diangkat, mukosa dikembalikan ketempatnya sehingga hasil operasi kelihatan rapi.
Tetapi dengan metode ini bahaya striktur lebih besar, sehingga sebelum menjadi sempit
sekali harus selalu dilakukan dilatasi dengan “boogie”. Cara lain adalah hemoroid dilepaskan

tetapi mukosa tidak dibuang (eksisi dan ligasi). Dengan demikian bahaya striktur dapa
dihindari.

3. Metode Morgan-Milligan

Dengan metode ini semua varises diangkat sehingga tidak timbul residif.

4. Metode Ferguso

Merupakan modifikasi dari metode Morgan-Milligan, dengan jalan insisi tertutup total atau
sebagian dengan jahitan running absorbable. Penarikan kembali digunakan untuk membuka
 jaringan hemoridal. Caranya benjolan hemoroid ditampakkan melalui anuskopi kemudian
dilakukan eksisi dan ligasi pada posisi anatomic hemoroid tersebut. Metode ini sering
digunakan di Amerika Serikat.

5. Bedah beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu sangat rendah. Bedah beku
atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan
luasnya. Bedah beku ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma kolon yang
inoperable.

13

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 13/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani harus benar-benar 
lumpuh. Pada orang-orang tua, penderita tuberculosis, dan penyakit saluran pernafasan lainnya
dapat dipakai anestesi lumbal, dimana penderitanya tetap sadar tetapi relaksasi sfingter baik.

Pada hemoroidektomi selalu terjadi infeksi dan edema pada luka bekas sayatan, yang akhirnya
menimbulkan fibrosis. Ini terjadi karena dalam traktus gastrointestinal banyak kumannya. Tidak 
dibutuhkan imunisasi tetanus, karena meskipun banyak kuman, traktus gastrointestinal bukan port
d’entre kuman tetanus.

Daftar Pustaka
14

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 14/15


 

5/12/2018 re fe ra t he moroid - slide pdf.c om

1. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75.
2. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.
hal 587-90.
3. Sylvia A.price. Gangguan Sistem Gastrointestinal. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
 proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005.
4. Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4.

15

http://slide pdf.c om/re a de r/full/re fe ra t-he moroid 15/15

Вам также может понравиться