Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ca. Mammae
DI RUANG 21 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Oleh :
PSIK BRAWIJAYA
Ca. Mammae
di Ruang 21 RSUD dr. SAIFUL ANWAR - MALANG
Oleh :
Moh. Hendra Setia Lesmana
Kadek Lina Kurnia Dewi
Kadek Sela Septiana Dewi
Durroh Yatimah
Pembimbing Lahan
_________________________
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker payudara disebut juga dengan ca mammae adalah sebuah tumor ganas
yang tumbuh dalam jaringan mammae. Merupakan masalah global dan isu kesehatan
internasional yang penting, termasuk dalam keganasan paling sering pada wanita di
Negara maju dan nomor 2 setelah ca cervix di Negara berkembang dan merupakan 29%
dari seluruh carcinoma yang di diagnosis tiap tahun. Menurut World Health Organization
(WHO), 8-9% wanita akan mengalami ca mammae dalam hidupnya. Di Amerika Serikat,
keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di Amerika Serikat
175.000 wanita didiagnosis menderita ca mammae (Masdalina Pane, 2002).
Ca mammae merupakan salah satu masalah kesehatan wanita di Indonesia. Di
Indonesia jumlah penderita ca mammae menduduki tingkat kedua setelah ca cervix,
didapatkan estimasi insidensi ca mammae di Indonesia sebesar 26 per 100.000 wanita
dan ca cervix sebesar 16 per 100.000 wanita. Berdasarkan data yang dimiliki Yayasan
Kanker Payudara Jawa Barat, pasien pengidap ca mammae di Jabar mencapai 56 per
100.000 dalam satu tahun atau sama dengan 0,5%. Menurut YKP Jakarta, 10 dari
10.000 penduduk Indonesia terkena ca mammae, 70% penderita datang ke dokter atau
rumah sakit pada keadaan stadium lanjut. Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah
menyebabkan tingginya tingkat stadium penderita ca mammae di Indonesia (YKPJ,
2005).
Melihat data diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian Ca mammae di RS Syaiful
Anwar cukup tinggi, sehingga penulis menganggap perlu dilakukan tindak lanjut berupa
penyuluhan mengenai ca mammae pada masyarakat RS Syaiful Anwar khususnya
pasien dan keluarga pasien untuk menambah pemahaman dan pengetahuan berupa
definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan, hingga penatalaksanaan ca
mammae.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien,
memahami dan mengetahui tentang Ca. Mammae
C. MATERI (terlampir)
D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya jawab
E. MEDIA
1. PPT
2. Leaflet tentang Ca. Mammae
F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. Menjawab salam
Memperkenalkan diri. Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. Memperhatikan
Menyebutkan materi yang akan diberikan. Memperhatikan
30 menit Pelaksanaan :
1. Definisi Ca. Mammae Memperhatikan
2. Etiologi Ca. Mammae
3. Klasifikasi Ca. Mammae
4. Manifestasi klinis Ca. Mammae
5. Pemeriksaan Ca. Mammae
6. Penatalaksanaan Ca. Mammae
8 menit Evaluasi :
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk Menjawab pertanyaan
bertanya.
Menanyakan kepada peserta tentang materi yang
telah diberikan.
Memberikan reinforcement positif kepada peserta
yang dapat menjawab pertanyaan.
2 menit Terminasi :
Mengucapkan terimakasih atas peran serta Mendengarkan
peserta.
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
G. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria Evaluasi Struktur
a. Penyuluh mencari literatur mengenai Ca. Mammae
b. Penyuluh membuat SAP mengenai Ca. Mammae, diharapkan telah
mempersiapkan terkait materi, media, alat bantu, serta sarana-prasarana yang
digunakan untuk penyuluhan kesehatan dengan matang
c. Penyuluhan dilakukan dengan sesuai pengorganisasian
Moderator : Moh. Hendra Setia Lesmana
Fasilitator : Kadek Lina Kurnia Dewi
Pemateri : Kadek Sela Septiana Dewi
Observer : Durroh Yatimah
Stadium I T1 N0 M0
T0 N1 M0
Stadium IIA
T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
Stadium IIB
T3 N0 M0
T0 N2 M0
Stadium IIIA
T1 N2 M0
T2 N1 M0
T3 N2 M0
T4 N0 M0
Stadium IIIB T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIC Setiap T N3 M0
3. Merokok
Merokok juga menjadi salah satu faktor yang berkaitan dengan terjadinya Ca
Mammae. Zat nikotin dalam rokok dapat memicu terjadinya hyperplasia sel-sel
kearah abnormal jika terpapar secara terus-menerus.
4. Stress
stress juga dilaporkan berhubungan dengan proses peningkatan hormone
pertumbuhan sel dalam tubuh karena adanya stimulus dari hormon kortisol yang
menigkat saat stress sehingga dalam jangka waktu yang lama, sel dapat
berkembang secara tidak terkontrol (cancerreasearchuk.org, 2015).
5. PEMERIKSAAN CA MAMMAE
a. Anamanesa
Pada saat dilakukan anamnesa pada penderita Ca mammae, hal yang dapat ditemukan
meliputi (KPKN, 2015):
Keluhan utama
- Penderita menemukan benjolan di payudara
- Benjolan tumbuh cepat dengan/tanpa rasa sakit
- Putting susu tertarik kedalam dan bengkak
- Kelain pada kulit payudara seperti adanya kulit kemerahan dan keriput (peau
d’orange)
- Benjolan pada ketiak dan pembengkakan di lengan
Keluhan tambahan
- Nyeri tulang
- Sesak
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tes darah diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes yang dilakukan
antara lain :
Uji CEA (Carcinoembryonic antigen)
Carcinoembryonic antigen adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran
cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa.
Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar,
khususnya adenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang
tidak spesifik. Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan
oesophagus, lambung, usus halus, kanker payudara, kanker serviks dan trauma
pasca operasi (KPKN, 2015).
2) Pemeriksaan Radiologi
Photo Thorax
Untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru
USG
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan
frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara.
Gelombang bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu masa yang padat, yang
kemungkinan kanker, dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan
kanker.
Computed Tomography ( CT atau CAT ) Scan
CT torak jika ada kecurigaan infiltrasi tumor ke dinding dada atau
metastasis paru
CT abdomen jika klinis ada kecurigaan metastasis ke organ intraabdomen
namun tidak terdeteksi dengan USG abdomen.
3) Pemeriksaan Patologi
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu
diperiksa mikroskopis. Jika tumor dapat terpalpasi dengan mudah, FNAB dapat
dilakukan dengan mempalpasi tumor. Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang
secara radiologic dicurigai ganas. Spesimen FNAB kadang tidak dapat
menentukan grade tumor dan kadang tidak memberi diagnosis yang jelas
sehingga membutuhkan biopsi lain (KPKN, 2015).
Biopsi insisi
Dilakukan dengan mengangkat sebagian jaringan tumor, dilakukan untuk tumor
yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui jenis tumor (KPKN, 2015)
6. PENATALAKSANAAN MEDIS CA MAMMAE
a. Pembedahan
Pembedahan salah satunya dilakukan dengan mastektomi yaitu operasi
pengangkatan payudara. Adapun pertimbangan dilakukan mastektomi yaitu
(American Cancer Society, 2014):
- Menghilangkan sel kanker yang terdapat pada dua atau lebih area di payudara yang
sama dengan jarak yang tidak saling berdekatan pertumbuhannya satu sama lain.
- Kanker payudara stadium dini (I dan II)
- Ukuran tumor di payudara > 5 cm, atau tumor cukup besar dibandingkan ukuran
payudara penderita dan tidak ada penyebaran yang jauh.
- Penderita yang sudah pernah melakukan pembedahan sebelumnya namun perlu
dilakukan pembedahan kembali karena sel kanker belum sepenuhnya dihilangkan.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi menggunakan obat-obatan pembunuh sel kanker yang
diberikan melalui injeksi vena. Obat yang diberikan akan mengalir ke seluruh tubuh
melalui aliran darah untuk membunuh sel kanker di organ tubuh. Sehingga
kemoterapi ini dapat digunakan pada kanker yang telah menyebar ke bagian organ
tubuh lainnya. Adapun indikasi lainnya penggunaan kemoterapi yaitu (American
Cancer Society, 2014):
- Setelah dilakukan pembedahan untuk mengurangi adanya pertumbuhan kembali sel
kanker di payudara. Selain itu, kemoterapi juga dapat membunuh sel kanker yang
tersisa dari pembedahan ataupun yang sudah menyebar tapi tidak diketahui.
- Sebelum dilakukan pembedahan diberikan kemoterapi pada tumor dengan ukuran
besar yang cukup sulit untuk dilakukan pembedahan dalam satu kali waktu. Dengan
pemberian kemoterapi sebelum pembedahan diharapkan ukuran tumor dapat
mengecil sehingga pembedahan dilakukan dalam skala kecil
- Kemoterapi dapat dilakukan pada penderita Ca mammae yang sudah terjadi
metastase ke luar area payudara dan ketiak, sekalipun saat terdiagnosa maupun
pasca terapi lainnya. Lama kemoterapi bergantung dari apakah tumor dapat
mengecil ukurannya, seberapa banyak terjadi perubahan ukuran tumor tersebut dan
toleransi penderita terhadap kemoterapi.
c. Radiasi
Radiasi adalah jenis terapi dengan menggunakan sinar x-ray untuk menghancurkan
sel kanker. Adapun pertimbangan dilakukan radiasi yaitu (American Cancer Society,
2014):
- Setelah dilakukan pembedahan untuk mengurangi resiko kekambuhan dari kanker
payudara ataupun penyebaran ke kelenjar limfe
- Setelah pembedahan selesai dilakukan jika ukuran tumor > 5, atau saat sel kanker
ditemukan di kelenjar limfe
- Jika kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain seperti tulang atau otak
7. PENCEGAHAN
a. Deteksi Dini Lakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran
antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik
ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada
puting susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala
dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih
mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan
bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin,
tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur
payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran
kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah
dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan
atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan
dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting
susu.Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan
kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan
kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan
pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan
meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan
penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri. Pemeriksaan no. 4 dan 5
akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan basah tangan
lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Asti, dkk. 2010. Penyakit Genetika Kanker Payudara. Purwokerto: Universitas Jendral
Sudirman
Indriati, Rini. 2005. Faktor-faktor risi-ko yang berpengaruh terha-dap kanker payudara di
RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Komalasari, Renata. 2009. Buku saku kebidanan. Jakarta . EGC
Manuaba, Ida Gde Bagus.2008. Kapita Selekta Penatalaksanaan Ru-tin Obstetri, Ginekologi
Dan KB . Jakarta : EGC
Rosma, S. 2008. Menurunkan Risiko kanker Payudara. Jakarta : Kata Hati
Sabiston. 2001. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Tapan, Erik. 2005. Kanker , An-tioksidan, Dan Terapi Komp-lementer. Jakarta : Elex Media
Komputindo
American Cancer Society. 2014. Breast Cancer. Atlanta: American Cancer Society
Dwi, Asti, dkk. 2010. Penyakit Genetika Kanker Payudara. Purwokerto: Universitas Jendral
Sudirman
Komite Nasional Penanggulangan Kanker. 2015. Panduan Nasional Penanganan Kanker
Payudara. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia