Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH
14.420.4100.834
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH
HARDI MAIFRA KURNIADI (14.420.4100.834)
Telah disetujui dan disahkan sebagai laporan akhir Kerja Praktek yang
dilaksanakan di PT Pertamina EP Asset 1 field lirik
pada tanggal 1 maret sampai 1 april 2017
........................... .................................
ARDIANSYAH .................................
.................................
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur bagi ALLAH SWT atas rahmat dan Kasih-Nya yang tiada
batas dan telah memberikan nikmat berupa pikiran, kesehatan lahirian dan
jasmaniah sehingga penulisan laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan di
PT. PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD LIRIK pada tanggal 1 Maret 2017
sampai dengan 1 April 2017. Adapun kerja praktek ini berjudul “Peninjauan
Lapangan Minyak dan Gas PT Pertamina Ep Asset 1 Field Lirik dalam Aspek
Optimasi Produksi Sumur, Permasalahan Sumur & Perawatan Sumur” dibuat
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai kerja praktek di Program Studi
Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Tidak ada
kata yang dapat penulis ungkapkan selain rasa syukur.
1. Bapak dan Ibu tercinta di rumah terima kasih atas bantuan, dukungan
Proklamasi 45 Yogyakarta
Proklamasi 45 Yogyakarta.
1 Lirik
8. Rekan–rekan angkatan 2013 (yang telah membantu serta memberikan
Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya jika dalam
penulisan laporan kerja praktek ini masih banyak kekurangan dan kesalahannya.
Penulis sadar laporan kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
penyelesaian laporan kerja praktek ini bukan semata-mata hanya sebagai
persyaratan mendapatkan nilai kerja praktek, tetapi dapat mempunyai arti dan
manfaat di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam memproduksi minyak dari suatu sumur dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu, dengan Metode Sembur Alam (Natural Flow) dan Metode
Pengangkatan Buatan (Artificial Lift). Metode Pengakatan Buatan (Artificial lift)
digunakan apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi untuk memproduksi
secara sembur alam. Salah satu metode pengangkatan adalah Electric Submersible
Pump (ESP).
Persamaan (1) ini dipakai untuk membuat grafik kinerja aliran fuida dari
formasi ke lubang sumur berdasarkan dari data uji produksi dan tekanan. Prosedur
perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan data uji tekanan (sonolog test) dan produksi, menentukan harga
dari Pwf/Ps .
2. Mensubstitusikan harga Pwf/Ps dari Langkah pertama dan harga laju produksi
(Q) dari data produksi ke dalam Persamaan (2), dan menghitung harga Qmax.
5. Memplotkan harga Qo terhadap nilai Pwf pada grafik. Kurva yang diperoleh
adalah kurva kinerja aliran minyak dari formasi ke lubang sumur (Kurva IPR).
SN = HSP/TDH
TDH = HD + HF + HT
Dimana :
HD = Vertical Lift, ft
Pemilihan ukuran motor yaitu dengan menentukan horse power (HP) yang
dibutuhkan setiap tingkat pompa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Dimana :
HP/stage dapat dicari dari pembacaan pump performance curve daripada pompa
yang dipilih.
Metode optimasi yang rencananya akan dilakukan adalah optimasi injeksi air,
injeksi polimer, dan optimasi pompa angguk.
Optimasi injeksi air dilakukan dengan studi sensitivitas lama waktu injeksi air dan
besarnya laju injeksi air terhadap laju produksi minyak. Selain itu, dicoba juga
optimasi dengan injeksi polimer. Alat yang digunakan untuk melakukan studi ini
adalah simulator reservoir yang dihubungkan langsung dengan simulator fasilitas
permukaan. Pompa angguk pada lapangan ini cenderung tidak bekerja
sebagaimana-mestinya, karena laju produksi yang kecil dan tidak sesuai dengan
data untuk setiap parameter pompa angguk yang ada. Oleh karena itu, perlu
diidentifikasi masalah yang terjadi pada pompa angguk dan dilakukan desain yang
benar untuk meningkatkan produksinya.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa laju produksi akan meningkat secara
signifikan bila dilakukan optimasi pompa angguk. Sehingga, optimasi ini
merupakan metode yang paling tepat untuk meningkatkan produksi di stasiun
pengumpul pada lapangan X.
Permasalahan yang biasa terjadi pada sumur berupa emulsi, korosif, scale,
kepasiran.
3.2.1. Scale
3.2.2. Emulsi
Emulsi adalah campuran dua macam cairan yang dalam keadaan biasa
tidak dapat bercampur (immiscible). Problem emulsi umumnya timbul pada saat
air mulai terproduksi bersama minyak. Air yang tidak dapat bercampur dengan
minyak dinamakan air bebas dan dengan mudah dipisahkan dengan cara
pengendapan. Namun disegi lain ada emulsi yang sulit berpisah, sehingga
diperlukan suatu usaha untuk pemecahannya. Terdapat tiga faktor penting yang
membentuk emulsi stabil, yaitu :
Ditinjau dari kestabilannya, emulsi juga dapat dibagi 2 (dua) macam, yaitu :
a) Emulsifying agent
Pada emulsi minyak bumi yang stabil. Hal ini terdiri dari : asphalt,
resin, oil soluble organic acid dan material-material halus yang lebih larut
atau dapat berpencar dalam minyak daripada dalam air.
b) Viskositas
Jika viskositas minyak tinggi maka kecendrungan untuk mengikat
butiran air lebih besar dibanding minyak yang viskositasnya lebih rendah.
Minyak yang viskositasnya besar memerlukan waktu lebih lama untuk
memecahkan emulsinya.
c) Specific grafity
Bila perbedaannya besar maka akan mempercepat settling. Minyak
yang berat berkecendrungan untuk menahan butiran-butiran air dalam
bentuk suspensi lebih lama.
d) Prosentase air
Prosentase air yang tinggi akan membentuk emulsi yang kurang
stabil, sehingga mudah dipisahkan dari minyaknya.
e) Umur emulsi
Minyak yang mengandung emulsi bila dimasukkan ke dalam
tangki dan air yang tersisa terpisahkan serta tidak segera dilakukan
treatmen, maka emulsi tersebut menjadi sangat sulit untuk dipisahkan.
Terdapat beberapa macam cara untuk pemecahan emulsi, antara lain dengan :
3.2.3. Parafin
Maksimum sand free flow rate atau laju produksi maksimum tanpa menimbulkan
kepasiran dapat ditentukan dnegan suatu anggapan bahwa gradien tekanan
maksimum di permukaan kelengkungan pasir, yaitu suatu laju produksi
maksimum tanpa kepasiran berbanding langsung dengan keuatan formasi. Dengan
kata lain jika produksi menyebabkan tekanan kelengkungan pasir lebih besar dari
kekuatan formasi, maka butiran pasir formasi akan mulai ikut bergerak.
3.2.5. Korosi
Penyebab korosi yang sering dijumpai di lapangan adalah CO2, H2S, asam-
asam organik, HCl dan oksigen yang terlarutkan di dalam air.
3.2.6. Coning
Water dan Gas coning merupakan permasalahan yang serius pada banyak
aplikasi dilapangan. Gejala ini ditandai oleh breakthtrough air atau gas yang
terlalu dini. Penyebab timbulnya gejala coning pada sumur-sumur minyak pada
dasarnya disebabkan oleh laju produksi yang berlebihan.
Water coning bisa terjadi bersama-sama dengan gas coning atau trjadi
sendiri-sendiri, tergantung pada reservoarnya. Jika reservoarnya memiliki lapisan
ga diatas lapisan minyak dan atau lapisan air dibawahnya, maka kemungkinan
terjadi gejala coning ada.
Berbeda dengan fingering, coning terjadi akibat aliran air dan atau gas yang
melintasi bidang batas dari arah vertikal. Sedangkan pada fingering air dan atau
gas mengalir melewati atau sepanjang bidang batas. Bidang batas yang dimaksud
adalah oil water contac atau gas oil contact yang berbeda dalam kondisi statis,
yaitu ketika belum terjadi aliran didalam reservoar.