Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem nilai yang berbeda dan karena hal tersebut menentukan tujuan hidup yang berbeda serta menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya. Selain konsistensi warisan budaya, terdapat enam fenomena budaya yang diidentifikasi oleh Giger & Davidhizar (1995) dalam Potter dan Perry ( 2005 ) yang bervariasi diantara kelompok budaya. Keenam fenomena ini adalah kontrol lingkungan, variasi, biologis, organisasi sosial, komunikasi, ruang/jarak, dan waktu. Model Konsistensi Warisan Budaya Keterangan Gambar: 1. I. Sosialisasi : Keluarga Besar Tempat Dibesarkan Pulang Kampung Dibesarkan Dengan Keluarga Besar Nama 1. II. Kultural : Keluarga Besar Partisipasi Dalam Cara Budaya Bahasa 1. III. Agama : Keluarga Besar Anggota Atau Partisipasi Di Rumah Ibadah Keyakinan Historik 1. IV. Etnik : Keluarga Besar Bertempat Tinggal Di Lingkungan Komnitas “Etnik” Keikutsertaan Dalam Cara Budaya Asal Bersosialisasi Dengan Anggota Dari Kelompok Etnik Yang Sama Mengidentifikasi Diri Sebagai “Etnik – Amerika” Contoh Lintas Budaya dari Fenomena yang Mempengaruhi Asuhan Keperawatan Kebangsa Control Variasi an Lingkungan Biologis Organisasi Sosial Kom Asia Keyakinan Kanker Keluarga ; struktur hirarki, Acua Cina tradisional hepar kesetiaan ketaatan terhadap baha Hawaii tentang Kanker tradisi banyak agama, termasuk nasio Filipina kesehatan lambung taoisme,shintoisme,budhisme,isla diale dan penyakit Korea Penggunaan kter Jepang obat-obat tertu Asia tradisional Peng tenggara Praktisi Hipertens tutup (laos, tradisional : i Isyar kamboja dokter cina Intoleran m,kristen organisasi sosial konte vietnam) dan herbalis si laktosa komunitas. nonv Afrika West Keyainan coast tradisional Penyakit Banyak tentang sel sabit Negara kesehatan Hipertens afrika dan i Baha Pulau penyakit Kanker nasio Indian Obat-obat esophagu Keluarga; banyak wanita, orang Diale barat tradisinal s tua tunggal pidge Republik Penyembuh Kanker Jaringan keluarga besar creol domnika an lambung Ketaatan terhadap gejala sangat span Haiti tradisional : Intoleran kuat dalam komunitas dan Jamaika dukun si laktosa Organisasi sosial komunitas. peran Eropa Terutama Kanker Keluarga kecil Baha Jerman mengandal payudara Keluarga besar nasio Inggris kan pada Penyakit Agama jodeo-kristen Bany Itali system jantung Organisasi sosial komunitas yang perawatan Diabetes baha Irlandia kesehatan Negara mellitus inggr modern eropa Talasemi deng Keyakinan lainnya a sege tradisional tentang kesehatan dan penyakit Beberapa tetap yakin terhadap obat-obatan tradisional. Keyakinan tradisional tentang kesehatan Amerika dan Kecelaka asli penyakit an 170 suku Obat-obat Penyakit Baha asli tradisinal jantung Sangat berorientasi pada keluarga kesu Keturunan Penyembuh Sirosis Keluarga biologis dan besar Peng amerika an hepatis Anak-anak diajarkan untuk tutup Aleuts tradisional : Diabetes menghargai tradisi dan b Eskimo dukun mellitus Organisasi sosial komunitas tubuh Keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit Negara Obat-obat Hispanik tradisional Spanyol Penyembuh Kuba an Meksiko tradisional Diabetes Keluarga kecil Amerika Curandero, mellitus Keluarga besar Baha tengah Espiritista, Parasit Compadrazzororang tua yang adala dan Partera, Intoleran menjadi panutan span selatan Senora si laktosa Organisasi sosial komunitas portu
Adapun penjelasan lebih lanjut dari fenomena lintas budaya menurut
Giger & Davidhizar (1995) dalam Potter dan Perry ( 2005 ) adalah sebagai berikut: 1. 1. Organisasi Fenomena Lintas Budaya : Kontrol Lingkungan Kontrol lingkungan mengacu pada kemampuan dari anggota kelompok cultural tertentu untuk merencanakan aktivitas yamg mengontrol sifat dan factor lingkungan langsung (Giger & Davidhizar, 1995). Termasuk di dalamnya adalah sistem keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit, praktik pengobatan tradisional, dan penggunaan penyembuh tradisional. Fenomena kultural tertentu ini memainkan peran yang sangat penting daam cara klien berespons terhadap pengalaman yang berkaitan dengan kesehatan, termasuk cara dimana menerka mendefinisikan kesehatan dan penyakit dan mencari serta menggunakan sumber kesehatan dan asuhan keperawatan serta dukungan sosial. Contoh: Kepercayaan masyarakat tentang pengobat tradisional ( dukun ) menjadi pilihan utama pengobatan bagi klien. Klien merasa hubungan dengan dukun lebih erat dibandingkan dengan tenaga perawatan kesehatan profesional. Klien menganggap dukun sebagai seseorang yang memahami masalah dalam konteks kultural, berbicara dengan bahasa yang sama, dan mempunyai pandangan yang sama tentang dunia. 1. 2. Organisasi Fenomena Lintas Budaya: Variasi Biologis Terdapat beberapa cara di mana seseorang dari satu kelompok cultural berbeda secara biologis ( misalnya: secara fisik dan genetik ) dari anggota kelompok kultural lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh signifikan untuk dipertimbangkan : Struktur dan Bentuk Tubuh Terdapat perbedaan tulang dan structural di antara kelompok, seperti bentuk tubuh. yang lebih kecil dari kebangsaan Asia. Warna Kulit Terdapat variasi dala tonus, tekstur, kemampuan penyembuhan, dan folikel rambut. Variasi Enzimatik dan Genetic Variasi ini mencakup cara klien berespons terhadap obat dan terapi diet. Kerentanan Terhadap Penyakit Banyak penyakit mempunyai angka morbiditas yang lebih tinggi dalam kelompok tertentu. Penyakit ini termasuk tuberculosis, yang angka kesakitannya lebih tinggi pada suku Indian-Amerika; diabetes mellitus, yang angka kesakitannya lebih tinggi pada suku yang berasal dari Spanyol dan Indian-Amerika; hipertensi, yang angka kesakitannya lebih tinggi pada bangsa Kulit Hitam dari Afrika. Variasi Nutrisi Ada banyak contoh dari kesukaan nutrisi, berkisar antara kesukaan panas dan dingin yang ditemukan diantara orang Amerika keturunan Spanyol, kesukaan yindan yang yang ditemukan di antara keturunan Asia-Amerika, dan peran diet halal yang ditemukan di antara orang Yahudi dan Islam-Amerika. Kelainan nutrisi umum adalah intoleransi laktosa, yang ditemukan di antara orang Meksiko, Kulit Hitam dari Afrika, Asia, dan Yahudi Eropa Timur (Giger & Davidhizar, 1995). Contoh: Seorang klien yang di rawat di suatu rumah sakit berasal dari China. Klien mengalami dehidrasi dan perawat menyarankan klien untuk minum air yang banyak agar kondisinya membaik. Perawat memberikan air dingin. Klien menolak untuk meminum air tersebut karena klien mempunyai kepercayaan jika sakit tidak boleh minum air dingin ( yin dan yang ). Perawat harus memahami kepercayaan klien tersebut dan memberikan air yang hangat. 1. 3. Organisasi Fenomena Lintas Budaya : Organisasi Sosial Lingkungan sosial di mana seseorang dibesarkan dan bertempat tinggal memainkan peran penting dalam perkembangan dan identitas kultural mereka. Anak-anak belajar tentang respons terhadap peristiwa kehidupan dari keluarga mereka dan dari kelompok etnoreligi. Proses sosialisasi ini adalah suatu bagian warisan yang diturunkan(cultural, agama, dan latar belakang etnik). Organisasi social mengacu pada unit keluarga ( keluarga kecil, orang tua tunggal, atau keluarga besar ) dan organisasi kelompok social ( keagamaan atau etnik ) yang dapat diidentifikasi oleh klien atau keluarga. Hambatan Sosial Pada Perawatan Kesehatan Beberapa rintangan sosial seperti : pengangguran, kekurangan pekerjaan, tunawisma, tidak memiliki asuransi kesehatan, dan kemiskinan menghambat seseorang untuk memasuki system perawatan kesehatan. Kemiskinan sejauh ini merupakan factor yang paling kritis. Kemiskinan adalah istilah relative dan selalu berubah sesuai waktu dan tempat. Di Amerika Serikat, kemiskinan adalah pervasive dan ditemukan secara luas diantara orang-orang di area geografis tertentu ( mis. Appalachia, area pedesaan lain, dan area perkotaan ) dan kelompok tertentu ( mis. Kulit hitam dari Afrika, Spanyol, dan Indian-Amerika, Eskimo, atau Aletus; kelompok lansia; pekerja migran; dan pendatang illegal ). Kesehatan yang buruk, penyakit yang melumpuhkan kehidupan, penyalahgunaan obat dan alcohol, dan tingkat pendidikan yang minimimal adalah penyebab social yang menyebabkan kemiskinan. Contoh: Seorang klien yang menderita DM, di rawat di rumah sakit pemerintah. Klien tersebut berasal dari suku Batak yang memiliki karakter yang keras. Perawat harus memahami perbedaan budaya yang dimiliki klien. 1. 4. Organisasi Fenomena Lintas Budaya : Komunikasi Pengertian Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi lintas budaya / KLB (cross-cultural communication) secara tradisional membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda. Contoh bagaimana gaya komunikasi pria dalam budaya Amerika dan budaya Indonesia. Komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Perbedaan komunikasi ditunjukan dalam banyak cara, termasuk perbedaan bahasa, perilaku, verbal, dan non-verbal, dan diam. Perbedaan bahasa kemungkinan merupakan factor terpenting dalam memberikan asuhan keperawatan transkultural karena perbedaan ini memberi dampak pada semua tahap proses keperawatan. Komunikasi yang jelas dan efektif adalah aspek penting ketika berhubungan dengan klien, terutama jika perbedaan bahasa menciptakan rintangan cultural antara perawat dan klien. Ketidakberhasilan untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien tidak hanya menyebabkan penundaan dalam diagnosis dan tindakan tetapi juga dapat mengarah pada hasil yang tragis. Perawat harusnya tidak berasumsi bahwa klien memahami apa yang sudah diucapkan. Intervensi keperawatan yang lebih tepat harus menunjukan bagaimana membersihkan area yang akan dioperasi dengan povidon-iodin, kemudian meminta klien untuk mengulangi tindakan tersebut. Tidak ada kata-kata yang harus diucapkan; namun dengan melakukan prosedur ini atau prosedur lainnya dengan gerakan pantomime, klien menangkap apa yang perawat ajarkan dan kemudian mampu untuk mengikuti petunjuk yang diberikan perawat. Ketika kehilangan media interaksi yang paling umum dengan klien, yaitu bahasa sehari-hari, perawat sering menjadi prustasi dan tidak efektif. Perawat harus berkomunikasi dengan klien terbatas dalam bahasa yang mereka gunakan. Beberapa perawat cenderung untuk menghindari klien dengan siapa mereka tidak dapat berkomunikasi. Hal ini menciptakan lingkungan erat kesalahpahaman cultural. Menurut Muecke ( 1970 ), perawat dapat berperilaku terhadap klien dalam cara berikut yang dapat disalah mengerti : Perawat meneriakkan kata-kata yang sama lebih keras. Dengan mengeraskan suara , tidak akan membuat kata-kata tersebut dapat dipahami, dan tindakan seperti ini dapat juga menunjukan permusuhan dengan klien. Perawat berfokus pada tugas ketimbang pada klien. Hal ini menujukkan bahwa perawat lebih tertarik pada tugasnya ketimbang pada klien. Perawat berhenti berbicara dengan klien dan mulai melakukan sesuatu bagi klien ketimbang bersama klien, sikap ini menyatakan secara tidak langsung tentang inferioritas klien. Contoh : Misalnya, pada seorang klien, perawat yang berbahasa inggris tidak berhasil menentukan bahwa klien benar-benar memahami instruksi preoperative tentang membersihkan bagian yang hendak dioperasi menggunakan povidon-iodin ( Betadin ). Klien yang tidak bisa berbahasa Indonesia, sepanjang penjelasan tentang instruksi, mengangguk dan tersenyum ketika perawat menanyakan, “ Anda mengerti apa yang Saya katakan ?” Perawat menilai bahwa klien memahami instruksi yang ia berikan. Yang lebuh mencengangkan perawat, klien meminum seluruh isi botol povidon-iodin dan bukan menggunakan cairan tersebut untuk membersihkan bagian yang akan dioperasi. Jika klien tidak berbicara dengan bahasa perawat, maka diperlukan pengalih bahasa. Namun demikian sering terjadi di mana klien dapat berbicara dengan bahasa perawat dengan kemampuan terbatas atau menggunakan bahasa dengat makna denotative atau konotatif yang berbeda dari makna yang dimiliki perawat. Misalnya, klien dengan keterbatasan bahasa mungkin mengetahui ucapan salam yang umum seperti “ Apa kabar ?” atau “Halo” tetapi tidak mengetahui istilah kesehatan seperti “nyeri” atau “suhu tubuh” yang biasa dipahami oleh orang kebanyakan dalam kelompok cultural perawat.
v Tujuan Komunikasi Lintas Budaya
Tujuan mempelajari komunikasi lintas budaya menurut Litvin (1977) yaitu menguraikan bahwa tujuan komunikasi lintas budaya bersifat kognitif dan afektif. Adapun tujuan komunikasi lintas budaya adalah sebagai berikut: Menyadari bias terhadap budaya sendiri. Lebih peka secara budaya. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri:asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antar budaya. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.
1. 5. Fenomena Lintas Budaya : Jarak/ Ruang
Ruang personal mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan pada ruang disekitar mereka. Teritorialitas adalah suatu sikap yang ditujukan pada suatu area seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau bereaksi secara emosional ketika orang lain memasuki area tersebut. Keduanya dipengaruhi oleh kultur, dan karenanya kelompok etnik yang berbeda mempunyai berbagai norma yang berhubungan dengan penggunaan ruang tersebut. Cara Kita menggunakan ruang jarak sering menyatakan kepada orang lain sesuatu mengenai diri kita secara pribadi maupun kebudayaan. Aturan – aturan yang menentukan ruang jarak dipelajari sebagai bagian dari masing – masing kebudayaan. Anggota staf dank klien lain sering memasuki territorial klien di rumah sakit, termasuk ruangan mereka, tempat tidur, kamar kecil, dan benda milik klien. Perawat harus mencoba untuk menghargai territorial klien sebanyak yang dapat dilakukan perawat, terutama keika melakukan prosedur keperawatan. Perawat juga harus menyambut anggota keluarga dan keluarga besar klien yang mengunjungi klien. Hal ini akan tetap mengingatkan klien seperti dirumahnya, menurunkan efek isolasi dan syok akibat perawatan di rumah sakit. Ruang personal tercakup dalam banyak aktivitas keperawatan, dan perawat harus sensitive terhadap sikap klien yang ditujukan kepada ruang personal. Misalnya, dalam memberikan asuhan keperawatan sering mengaharuskan perawat menyentuh tubuh klien, suatu tindakan yang mempunyai makna berbeda pada kultur yang berbeda dan bagi individu yang berbeda pula. Tindakan menenangkan bagi seorang klien mungkin dianggap sebagai tindakan yang mengancam bagi klien lain. Standar perilaku juga beragam dalam kaitannya dengan siapa, pria atau wanita, dapat menyentuh klien dan di bagian mana. Penyamarataan tentang penggunaan ruang personal didasarkan pada studi mengenai perilaku dari European North Americans. Penggunaan ruang personal beragam diantara individu dan kelompok etnik. Kerendahan hati yang sangat eksterm yang dipraktik oleh beberapa kelompok kultur tertentu, seperti Hipanik-Amerika, dapat menghambat anggota etnik tersebut untuk mencari perawatan kesehatan preventif. Lebih banyak riset yang harus dilakukan tentang kelompok cultural lain untuk mampu memahami secara menyeluruh sifat ruang personal dari perspektif multicultural. Contoh : Dalam pemberian keperawatan atau asuhan keperawatan perawat biasanya memberikan jarak yang nyaman untuk pasien tehdapa dunia luar yang belum dikenalnya, atau mungkin pasien sendiri yang memberikan batasan jarak kepada perawat atau lingkungan sekitar untuk dirinya sendiri. Misalnya pasien hanya memperbolehkan perawat melakukan beberapa tindakan keperawatan saja seperti injeksi, TTV dll. Sedangkan hal – hal yang bersifat pribadi seperti memandikan pasien biasanya enggan karena belum terbiasa oleh karena itu pasien memberikan jarak terhadap perawat. 1. 6. Fenomena Lintas Budaya : Orientasi/ Waktu Orientasi yaitu merefleksikan tujuan dan pendekatan pada hidup dimana anggota individu dari masyarakat menemukan apa yang diinginkan. Disini termasuk aktif/pasif, kepuasan sensual/pantangan, material/non material, kerja keras/santai, penundaan kepuasan/kesegeraan kepuasan, dan keberagamaan/keduniawian. Langkah – langkah untuk bisa berkomunikasi lintas budaya adalah berorientasi pada masing – masing budaya seseorang atau kelompok masyarakat tersebut. Pengenalan budaya menjadi hal yang sangat penting dalam hal ini. Contoh : Banyak budaya atau kultur di Amerika Serikat atau Kanada cenderung berorientasi pada masa mendatang. Masyarakat dari budaya ini cenderung memikirkan tujuan jangka panjang. Mereka menyukai perencanaan jauh ke depan dengan membuat jadwal, perjanjian atau mengorganisasikan aktivitas. Selain itu orientasi waktu juga memiliki peranan yang sangat penting. Contohnya dalam memberikan asuhan keperawatan karena kecenderungan dari masyarakat yang berorientasi pada situasi saat ini dibandingkan situasi yang akan datang. Misalnya klien mungkin enggan melaksanakan sesuatu untuk kesehatannya sendiri hal ini bukan disebabkan karena klien tidak menghargai perawat tapi karena mereka tidak terlalu memikirkan perencanaan ke depan. http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2011/05/12/fenomena-lintas- budaya/