Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT

A. Pengertian

Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupaka pelayanan


keperawatan yang konprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit
yang mengancam kehidupan.

kegiatan pelayanan keperawatan menunjukan keahlian dalam pengkajian pasien, setting


prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan kesehatan masyarakat ( Burrel et al, 1997, hal.
2060). Sebagai seorang spesialis, perawat gawat darurat menghubungkan pengetahuan
dan ketarampilan untuk menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma,
ketidakstabilan multisystem, keracunan, dan kegawatan yangt mengancam jiwa lainya.

B. Tujuan Penanggulangan Gawat Darurat

Tujuan Penanggulangan Gawat Darurat adalah:

1. mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat.
2. merujuk pasien gawat darurat melalui sistem tujukan uantuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
3. penanggulangan korban bencana.

Untuk dapat mencegah kematian petugas harus tahu penyebab kematian yaitu:

1. mati dalam waktu singkat ( 4-6) menit

a. kegagalan sistem otak


b. kegagalan sistem pernafasan
c. kegagalan sistem kardiovaskuler

2. mati dalam waktu lebih lama ( perlahan-lahan)

a. kegagalan sistem hati


b. kegagalan sistem ginjal
c. kegagalan sistem pankreas (endokrin).

1
C. Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan

Korban

melihat skema diatas maka nasib korban tergantung pada :

1. kecepatan di temukanya korban


2. kecepatan minta tolong.
3. kecepatan dan kualitas pertolongan.

D. sistem pengelolaan/penanggulangan gawat darurat terpadu (spgdt)

 Pengertian

suatu metode yang di gunakan untuk penangganan korban yang mengalami kegawatan
dengan melewatkan semua unsur yang ada.

1. Fase pra Rs

pada fase ini keberhasilan penanggulangan gawat darurat tergantung pada beberapa
komponen:

a. komunikasi

1) dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah:


 pusat komunikasi ambulan gawat darurat ( contoh 118,pro-emergency,dll)
 pusat komunikasi ke rumah sakit.
 pusat komunikasi polisi(contoh:110)
 pusat komunikasi pemadam kebakaran(contoh:113)
2) untuk komunikasi fasilitas pager,radio,telepon,telepon genggam.
3) tugas pusat komunikasi adalah:
 menerima permintaan tolong
 mengirim ambulan terdekat
 mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat
 memonitor kesiapan rumah sakit yaitu terutama unit gawat darurat dan
ICU.

2
b. Pendidikan

1) pada orang awam


pada orang awamadalah orang pertama yang menemukan korban atau pasien
yang mendapat musibah atau trauma. mereka adalah anggota pramuka,
PMR,guru,ibu rumah tangga, pengemudi, hansip, dan petugas hotel atau restoran.
kemampuan yang harus dimiliki orang awam adalah:
 mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi melalui telepon ke
118.
 mengetahui cara resusitasi jantung paru.
 mengetahui cara menghentikan perdarahan,
 mengetahui cara memasang pembalut atau bidai.
 mengetahui cara transportasi yang baik.
2) Pada orang awam khusus
yang termasuk disini adalah orang awam yang telah mendaatkan pengetahuan
cara-cara penanggulangan kasus gawat darurat sebelum korban dibawa kerumah
sakit atau ambulan datang. mereka datang polisi, hansip,DLLAJR, search and
rescue (SAR).
kemampuan yang harus dimiliki orang awam khusus adalah:
paling sedikit seperti kemampuan orang awam dan di tambah dengan:
 mengetahui tanda-tanda persalinan
 mengetahui penyakit pernafasan
 mengetahui penyakit jantung
 mengetahui penyakit persarafan.
 mengetahui penyakit anak, dan lain-lain.
3) Pada perawat
perawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat dengan ganguan:
a) sistem pernafasan
 mengatasi obstruksi jalan nafas.
 membuka jalan nafas.
 memberi nafas buatan.
 melakukan resusitasi jantung paru (RJP) dengan didahului
penilaian ABC.
b) sistem sirkulasi
 mengenal aritmia dan infrak jantung.

3
 pertolongan pertama pada henti jantung.
 melakukan EKG.
 mengenal syok dan memberi pertolongan pertama.
c) sistem vaskuler
 menghentikan perdarahan.
 memasang infus atau transfusi.
 merawat infus.
d) sistem saraf
 mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama.
 memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala.
e) sistem pencernaan
 pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan
tanda perdarahan intrabdomen.
 persiapan operasi segara (cito).
 kumbah lambung pada pasien keracunan.
f) Sistem perkemihan
 pertolongan pertama pada payah ginjal akut.
 pemasangan kateter.
g) sistem integumen atau toksikologi.
 pertolongan pertama pada luka bakar
 pertolongan pertama pada gigitan binatang.
h) sistem endokrin
 pertolongan pertama pasien hipo/hiperglikemia.
 pertolongan pertama pasien krisis tiroid.
i) sistem muskuloskeletal
 mengenal patah tulang dan dislokasi.
 memasang bidai.
 mentransportasikan pasien kerumah sakit.
j) sistem pengindraan
 pertolongan pertama pasien trauma mata atau telinga.
 melakukan irigasi mata dan telinga.
k) pada anak
 pertolongan pertama anak dengan kejang.
 pertolongan pertama anak dengan astma.
 pertolongan pertama anak dengan diare atau konstipasi.

4
c. Transportasi

1) syarat transportasi penderita

a) penderita gawat darurat siap ditransportasi bila:

 gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi.


 pendarahan harus di hentikan
 luka harus ditutup.
 patah tulanh apakah memerlukan fiksasi.

b) selama transportasi harus dimonitor :

 kesadaran
 pernafasan
 tekanan darah dan denyut nadi
 daerah perlukaan

c) syarat kendaraan

 penderita dapat telentang


 cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan petugas dapat bergerak
 cukup tinngi sehingga petugas dapat berdiri dan infus lancar
 dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah
sakit
 identitas yang jelas sehingga mudah di bedakan dari ambulan lain.

d) syarat alat yang harus ada yaitu resusitasi, oksigen, alat hisap, obat-obatan, dan
infus, balut dan bidai, tandu , EKG transmitter, inkubator (untuk bayi), dan alat-alat
persalinan.

e) syarat personal

 dua orang perawat yang dapat mengemudi


 telah mendapatkan pendidikan tambahan gawat darurat.
 sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi.

2) Cara Transportasi

 Tujuan memindahkan penderita dengan cepat tetapi selamat.

5
 kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan berhati-hati dan menaati
peraturan lalu linta.

2. Fase Rumah Sakit

a. Puskesmas
ada puskesmas yang buka selama 24 jam dengan kemampuan :
1) resusitasi
2) menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun pembedahan minor
3) dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang diagnostik seperti pemeriksaan
Hb, leukosit, gula darah
4) personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan sampai tiga perawat dalam satu
shift
b. instalasi gawat darurat (IGD) atau unit gawat darurat (UGD).
berhasil atau gagalnya suatu IGD atau UGD tergantung pada :
1) keadaan penderita waktu tiba di IGD
 tergantung pada mutu penanggulangan pra rumah sakit
 IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra rumah
sakit
2) keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga :
 masyarakat mudah mencapainya
 kegiatan mudah dikontrol
 jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh
 tidak ada infeksi silang
 dapat menanggulangi keadaan bencana
3) kualitas dan kuantitas alat-alat serta obat-obatan

a) alat-alat atau obat-obatan yang diperlukan untuk resusitasi

 suction manual atau otomatis


 oksigen
 respirator manual atau otomatis
 laringoskop
 pipa endotracheal
 pipa nasotracheal
 gudel
 spuit dan jarum

6
 cuff set
 EKG- monitor jantung( portable) dan defibilator.
 infus atau transfusi set serta cairan dan darah
 cairan dextrose 50% ampul.
 morphin-pethidin-adrenalin
 tandu dapat posisi tredelenburg atau anti tredelenburg, erdapat gantungan
infus dan pengikat.
 cricthyrotomy dan trachoestomyy sset
 gunting
 jarum intra cardiac, dan lain-lain.

b) alat-alat atau obat-obatan untuk menstabilisasi penderita:

 WSD set atau jarum fungsi.


 bidai segala ukuran
 perban segala ukuran
 sonde lambung
 foley kateter segala ukuran
 venaseksi set
 X-ray
 perban untuk luka bakar
 perikardiosentesis set, dan lain-lain.

c) Alat-alat tambahan untuk diagnose dan terapi

 alat-alat periksa pengobatan mata


 slit lamp.
 THT set
 traction kit
 gips
 obstetri gine kologi set
 laboratorium mini
 bone set
 pembedahan minor set
 thoracotomy set
 benang-benang atau jarum segala ukuran.

d) kemampuan dan keterampilan petugasnya

7
 golongan pertama, yang tidak langsung menangani penderita yaitu
cleaning service, keamanan, penerangan, kasir.
 Golongan kedua, yang langsung menangani penderita yaitu perawat,
dokter, dan koasisten, perawat- tulang punggung IGD; kualitas perawat
turut menentukan kualitas pelayanan IGD; perawat yang harus memahami
perawatan gawat darurat untuk melakukan resusitasi kardiopulmoner dan
life support; dan bagi perawat yang memilih kerja di IGD maka perlu
pendidikan lanjtan misalnya DIII,S1,S2 agar dasar ilmiahnya kuat.

3. pembiayaan

pembiayaan perawatan pasien gawat darurat antara lain berasal dari:

 asuransi jasa raharja


 askes pegawai negri
 astek/jamsostek.
 dana sehat
 subsidi pemerintah (misalnya Gakin).

E. Prinsip-prinsip penanggulangan korban Gawat darurat

Prinsip utama adalah memberikan pertolongan pertama pada korban. pertolongan


pertama adalah pertolongan yang di berikan saat kejadian atau bencana terjadi di tempat kejadian.

Tujuan pertolongan pertama

1. menyelamatkan kehidupan

2. mencegah kesakitan makin parah

3. meningkatkan pemulihan

Tindakan prioritas penolong

1. Ambil alih situasi

2. minta bantuan pada orang sekitar

3. kaji bahaya lingkungan

4. yakinkan area aman bagi penolong dan korban.

8
5. kaji korban secara korban untuk masalah yang mengancam kehidupan.

6. berikan pertolongan pertama untuk kondisi yang mengancam kehidupan.

7. kirim seseorang untuk memanggil polisi atau ambulan.

mengontrol area

1. kecelakaan kendaraan bermotor, yang harus dilakukan: perangan merokok, cegah


kerumunan, minta pertolongan orang lain.

2. kecelakaan listrik, yang harus dilakukan putuskan hubungan listrik dengan kayu atau
lainya, jaga jarak dengan korban sampai korban berada di area yang aman.

3. gas, asap dan gas beracun maka pindahkan pasien.

4. kebakaran, yang harus di lakukan adalah menjauhkan pasien dari api.

sikap penolong

1. jangan panik
2. bersikap tenang
3. cekatan dalam melakukan tindakan
4. jangan terburu-buru memindahkan korban dari tempatnya sebelum dipastikan sarana
angkutan yang memadai.
5. hal-hal penting yang harus diperhatikan terhadap korban atau pasien adalah:
a. pernafasan dan denyut jantung
1) Bila nafas berhenti maka segera kerjakan pernafasan buatan.
2) bila jantung berhenti berdenyut maka lakukan kompresi jantung luar (KJL).
3) usaha-usaha mengembalikan fungsi pernafasan dan sirkulasi, akan dijelaskan
lebih lanjut pada BAB II.

b. Perdarahan

Bila terjadi perdarahan maka lakukan usaha-usaha menghentikan perdarahan.


Terutama perdarahan dari pembuluh darah besar.

c. Syok

bila terjadi syok maka perhatikan tanda-tandanya serta lakukan penanggulangan,


akan dijelaskan lebih lanjut pada BAB XI.

9
d. Cegah aspirasi terhadap muntahan dengan mengatur posisi pasien miring pada salah
satu sisi tubuh atau ditelungkupkan.

e. bila terjadi fraktur, maka lakukan pembidaian.

F. Aspek legal keperawatan gawat darurat

 Doktrin gawat darurat


kebanyakan pasien di unit gawat darurat dapat memberikan experessed consent
mereka, secara oral atau tertulis untuk pengobatan. consent ini berdasarkan
informasi informasi yang diberikan pada pasien sehubungan dengan pengobatan.
pada kejadian dimana seorang pasien dimana seorang pasien tidak dapat
memberikan experessed consent ( seperti pada pasien tidak sadar), pengadilan
menanggani consent pasien akan pengobatan pada situasi gawat darurat (burrel
et al, 1997, hal 2046) implied consent diasumsikan pada kejadian yang :
 seoraang individu tidak dapat memberikan expressed consent
untuk penanganan kedaruratan yang mengancam jiwa,
 dan tanpa penangganan, gangguan serius dapat terjadi. akan
tetapi, pasien yang sadar juga memiliki hak legal untuk menolak
pengobatan.
 Protokol penanganan
banyak institusi rumah sakit mengijinkan perawat dan personil kesehatan terkait
lainya, seperti paramedis, untuk menangganai situasi yang mengancam jiwa(
seperti aritmia yang mengancam jiwa atau henti jantung) dalam keadaan tidak
adanya dokter, berdasarkan pedoman atau protokol penanggananyang telah
disepakati. ini terjadi karena keadaan disini dimana yang terbaik untuk pasien
menerima penangganan yang cepat. protokol-protokol penangganan ini adalah
tiap-tiap langkah (step-by-step)

G. Scope of Emergency Nursing

mencakup management klien melintasi batas umur dari lahir sampai meninggal dan semua kondisi
kesehatan yang mendorong seseorang dengan umur berapa saja mencari perawatan gawat
darurat.

10
 kompetensi Inti
praktek keperawatan gawat darurat membutuhkan perawatan-perawatan yang
terampil dalam pengkajian,setting prioritas dan critical thinking, multitasking, dan
komunikasi. fleksibilitas dan adaptabilitas adalah ciri-ciri esensial seorang perawat
karena situasi dalam ruangan emergensi, sama seperti klien-klien yang berubah
secara cepat.
 keterampilan teknikal
perawtan gadar juga harus cakap dalam bekerja dengan aneka keterampilan
tehnikal (multitasking), kadang dalam situasi stress, lingkungan dengan tekanan
tinggi seperti resusitasi jantung atau trauma. pengetahuan dan keterampilan
berhubungan dengan penanganan prosedur, persiapan klien,teaching, dan
perawatan post prosedur adalah hal yang esensial dalam praktek keperawatan
gawat darurat.

H. Prinsip-prinsip Keperawatan Gawat Darurat

triage di ambil dari bahasa prancis ” trier” atrinya “pengelompokan” atau “memili” (gilboy,
2003, dalam ignatavicius, 2006). Konsep trige unit gawat darurat adalah berdasarkan
pengelompokan atau pengklasifikasikan klien ke dalam tingkatan prioritas tergantung
pada keparahan penyakit atau injuri.

 Gawat Darurat (emergent triage)


klien tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badanya (menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
kategori yang termasuk didalamnya yaitu kondisi yang timbul berhadapan
dengan keadaan yang dapat segera mengancam kehidupan atau beresiko
kecacatan.
 Gawat tidak darurat (urgent triage)
klien berada di dalam keadaan gawat tetapi memerlukan tindakan darurat,
misalnya kanker stadium lanjut. kategori yang mengindikasikan bahwa
klien harus di lakukan tindakan segera, tetapi keadaan yang mengancam
kehidupan tidak muncul saat itu.
 darurat tidak gawat (non urgent triage)
klien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badanya, misalnya luka sayat dangkal.

11
I. primary survey, secondary survey, dan intervensi resusitasi.

1. primary survey dan intervensi resusitasi

primary survey mengatur pendekatan keklien sehingga ancaman


kehidupan segera dapat secara cepat diidentifikasi dan tertanggulangi dengan
efektif. primary survey berdasarkan standar “ABC” mnemonic”D” & “E”

A: airway(jalan nafas)/spinal servikal

prioritas intervensi tertinggi dalam primary survey adalah mempertahankan


kepatenan jalan napas. dalam hitungan menit tanpa adekuatnya suplei oksigen
dapat menebabkan trauma serebral yang akan berkembang menjadi kematian
otak.

B:Breathing(pernapasan)

setelah jalan napas aman, breathing menjadi prioritas berikutnya dalam


primary survey.pengkajian ini untuk mengetahui apakah usaha ventilasi efektif
atau tidak hanya pada saat klien bernafas. fokusnya adalah pada auskultasi bunyi
nafas dan evaluasi eksvansi dada, usaha resfirasi , dan adanya bukti trauma
dinding dada atau abnormalitas fisik.

C: circulation

intervensi ditargetkan untuk memperbaiki sirkulasi yang efektip melalui


resusitasi kardiopulmoner, kontrol pendarahan, akses intravena engan
penatalaksanaan cairan dan darah jika di perlukan , dan obat-obatan.

D: Disability (ketidakmampuan)

Pengkajian disability memberikan pengkajian dasar cepat status neurologis.


Metode mudah untuk mengepaluasi tingkat kesadaran adalah dengan “AVPU”
mnemoni:

A: alret(waspada)

V: responsive to voice( berespon terhadap suara)

P: responsive to pain (berespon terhadap nyeri)

U: Unresponsive( tidak ada respon)

12
J.penerapan asuhan keperawatan gawat darurat

1. dasar-dasar keperawatan diruang gawat darurat

a. pasien atau keluarga

pasien gawat darurat umumnya dalam kondisi akut atau berat, sehingga
perawatan harus dapat memahami reaksi yang ditimbulkan, adalah antara lain:

1) ketakutan

Banyak hal yang dapat menimbulkan rasa takut pada pasien dan keluarga,
misalnya takut akan kematian,pengobatan yang di berikan, akan
penyakitnya, lingkungan ruang gawat darurat yang sibuk, banyak pasien
gawat dan lain-lain.

2) tidak sabar atau marah

Datang keintalasi gawat darurat, pasien atau keluarga mengangap kondisi


harus segerah ditolong dan membutuhkan perhatian yang penuh.

3) kesedian

Kesedian di sebabkan oleh kehilangan anggota tubuh, kehilangan orang


di cintai, aanya pembatasan pengunjung, rasa tidak di perhatikan keluarga.

b. perawat

bekerja di ruang gawat darurat membutuhkan penangganan cepat dan tepat, kerja
yang terusmenerus, jumlah pasien yang relatif banyak, mobilitas tinggi, alat-alat moderen
dan kondisi keluarga dapat menimbulkan:

1) stres yang tinggi akibat kerja perawat dan tim kesehatan lainya tidak lancar.

2) rasa empati terhadap pasien menurun, sehingga asuhan keperawatan yang


diberikan sebagian di tujukan kepada masalah pisik.

13
2. prinsip proses keperawatan pasien gawat darurat

1. livesupport, perlu di prioritaskan kondisi yang memerlukan tindakan segera. Terkadang


tindakan di lakukan bersaman dengan pengkajian penulisan dapat di lakukan setelah
keselamatan terjamin atau sudah teratasi

2. ringkas dan mudah dimengerti oleh karnaya harus dibuat singkat dan jelas

3. mayor kondisi dan holistik. Diprioritaskan pada kondisi – kondisi utama yang mengganggu
kehidupan atau kebtuhan dasar pasien dan keluarga dari segi fisik, psiko,sosial.

4. aktual atau benar. Keakuratan dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperwatan dan
tindakan keperawatan merupakan hal utama yang harus diingat.

3. pengkajian

Pengkajian berdasarkan pada sistem triage. Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai,
perawat harus mengkaji riwayat pasien.riwayat di berikan oleh pasien adalah faktor krirtikal dalam
penentuan perawatan yang sesuai.

4. analisan dan perencanaan

Analisa yang tepat akan menunjang perumusan diagnosa keperawatan yang tepat serta intervensi
sesuai prortokol triage.

Manajemen kasus

Selama 10 tahun terakhir suatu pendekatan baru diidentifikasi sebagai manajemen kasus telah di
adopsi oleh banyak rumah sakit dan pusat perawatan gawat darurat. Konsep ini melibatkan
menolong pasien sesuia kemajuan kondisi mereka melalui sistem pelayanan kesehatan untuk
memberikan tujuan perawatan terbaik dan juga memastikan penggunaan sumber-sumber terbaik.

5. evaluasi

Evaluasi yang di lakukan diruang gawat darurat meliputi evaluasi tentang pelaksanaan
triage, keadan dan status kesehatan pasien, dokumentasi dilakukan setiap tindakan selesai atau
selama perawatan di unit gawat darurat, dan evaluasi dengan cara subyektif,obyektif analisa dan
planning (SOAP)

K. keperawatan bencana

1. disaster plan untuk rumah sakit

14
Rencana penaggulangan bencana bagi tiap-tiap rumah sakit tidak sama karena tiap- tiap rumah
sakit mempunyai sifat-sifat tersendiri juga harus dipikirkan kemungkinan rumah sakitnya sendiri
terkena bencana seperti api, gempa bumi, banjir dll sehingga rumah sakit tersebut rusak.

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

a. fasilitas gedung

1. sistem tempat parkir, supaya setiap waktu kendaraan atau ambulns yang
membawa korban dapat dengan leluasa keluar masuk.

2. daerah triage itu tempat atau ruangan di mana di lakukan seleksi dari korban-
korban tersebut.

3. ruangan untuk pembedahan minor dimana ruangan itu harus cukup luas karena
terbanyak adalah kasus bedah.

4. ruangan untuk pembedahan mayor di mana biasanya kamar operasi dan tim
didalamnya pada setiap rumah sakit mampu menanggulangi korban-korban

5. ruangan untuk prabedah atau observasi dan paska bedah.

6. ruangan untuk para keluarga dan wartawan menunggu dan mendaptkan


keterangan dari humas rumah sakit

7. ruangan untuk menampung korban-korbn yang meninggal

b. penyimpanan obat-obat dan instrumen serta kemana harus mencari kalau persedian
tersebut habis

C. komunikasi, bukan saja penting antara rumah sakit pihak luar tetapi juga internal didalam
rumah sakit harus lancar.

2. triage

Suatu sistem seleksi korban yang menjamin supaya tidak ada korban yang tidak mendapatkan
perawatan medis. Untuk bencana masal dikenal istilah “triage officer (petugas triage)” yaitu orang
yang melakukan seleksi triage, biasnya memiliki pengalaman keahlian bedah sehingga mampu
melakukan diagnosa dan penaggulangnya dengan cepat.

15

Вам также может понравиться