Вы находитесь на странице: 1из 9

MENULIS TES INQUIRI SAINS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN

MENULIS INSTRUMEN KECERDASAN GANDA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika

Kelompok 5

Nama :
Nurhikmah Weisdiyanti (4161121018)
Rahmi Habibah Lubis (4161121019)
Sintia (4161121024)

Zahwa Hasanah (4161121027)

Kelas : Fisika dik.B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2018
Keterampilan Proses Sains

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang


menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas siswa dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannnya dalan kehidupan sehari-
hari. Pengertian tersebut, termasuk di antaranya keterlibatan fisik, mental, dan sosial siswa
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Pendekatan keterampilan proses sains
(KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA.
Keterampilan proses sains dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan
tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, prinsip, hukum maupun fakta.
Mengajarkan keterampilan proses pada siswa berarti memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan sesuatu bukan hanya membicarakannya. Keterampilan ini dapat digunakan sebagai
wahana penemuan dan pengembangan konsep, prinsip atau teori. Konsep, prinsip atau teori
yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan memantapkan pemahaman tentang
keterampilan proses tersebut.

Keterampilan proses sains dibangun dari tiga keterampilan yakni manual, intelektual,
dan sosial. Sesuai dengan karakteristiknya sains yang berhubungan dengan mencari tahu
tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, dan prinsip saja namun
menekankan pada penemuan. Kemampuan siswa dalam menemukan konsep perlu dibekalkan
dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi proses (student centered). Dalam hal ini guru
dapat mengembangkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains. Terlatihnya siswa
dalam menggunakan keterampilan proses ini akan memudahkan dalam menerapkan konsep
sains dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Semiawan, dkk, keterampilan proses sains (KPS) perlu diterapkan karena
mempunyai beberapa alasan. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara
cepat sehingga tidak mungkin lagi peran guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada
siswa. Kedua, siswa mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh yang konkret. Ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar
seratus persen, penemuannya bersifat relatif. Keempat, proses belajar mengajar seyogyanya
pengembangan konsep yang tidak lepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri siswa.9

b. Tujuan Melatih Keterampilan Proses Sains

Melatih keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk
memperoleh keberhasilan siswa yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dipelajari,
dipahami, dihayati, dan diingat dalam waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh
pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan atau eksperimen.

Menurut Muhammad, tujuan melatihkan keterampilan proses sains diharapkan sebagai


berikut:10

1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam melatih keterampilan proses
siswa dipacu untuk berpasrtisipasi secara aktif dan efisien dalam belajar.
2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk, proses, maupun
keterampilan kinerjanya.

3. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan secara benar
untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.

4. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajarinya karena dengan
latih keterampilan proses, siswa sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep
tersebut.

5. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan dalam kehidupan


masyarakat.

6. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat,
karena siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir logis dalam memecahkan berbagai
masalah dalam kehidupan.

c. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak
dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan proses
tersebut.11 Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, yaitu:12

1) Melakukan observasi

2) Menafsirkan hasil pengamatan

3) Mengelompokkan

4) Meramalkan

5) Keterampilan berkomunikasi

6) Hipotesis

7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan

8) Menerapkan konsep atau prinsip

9) Mengajukan pertanyaan

10) Keterampilan menyimpulkan

Melakukan observasi merupakan keterampilan yang dilakukan melalui kegiatan dengan


menggunakan seluruh alat indera secara optimal, seperti telinga, mata, hidung, lidah dan kulit.
Pengamatan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan juga dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu ataupun tidak.

Menafsirkan hasil pengamatan merupakan keterampilan mencatat hasil pengamatan


dalam bentuk angka. Pengamatan tersebut siswa dapat menghubung- hubungkan hasil
pengamatan dan menemukan pola dalam suatu pengamatan. Setelah itu, siswa dapat
menemukan kesimpulan sementara terhadap hasil observasi atau pengamatan.

Mengelompokkan merupakan keterampilan mendasar dimana siswa memiliki


kemampuan untuk mengklasifikasikan perbedaan dan persamaan antara berbagai obyek yang
diamati. Termasuk kedalam jenis keterampilan jenis ini adalah menggolong-golongkan,
membandingkan, mengontraskan, dan mengurutkan.

Meramalkan, merupakan kemampuan membuat prediksi atau perkiraan menggunakan


pola-pola tertentu terhadap sesuatu yang mungkin terjadi sebelum dilakukan pengamatan.
Meramalkan dalam sains tentu berbeda dengan meramalkan secara magis, karena meramalkan
dalam sains tidak beradasarkan hal-hal yang sifatnya tahayul, tetapi berdasarkan teori/fakta
yang sudah ada sebelumnya.

Keterampilan berkomunikasi merupakan kemampuan dalam menjelaskan hasil


pengamatan. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram
atau gambar. Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan) atau transformasi
parsial.

Hipotesis merupakan kemampuan yang mendasar dalam kerja ilmiah. Hipotesis sendiri
adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan berdasarkan teori-teori/fakta-fakta
yang ada. Kebenaran suatu hipotesis diuji melalui sebuah eksperimen. Oleh karena itu, suatu
hipotesis ada kalanya benar dan ada kalanya tidak.

Merencanakan percobaan atau penyelidikan merupakan keterampilan menentukan alat


bahan yang diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu, dalam lembar kerja siswa
(LKS) tidak dicantumkan secara khusus alat-alat dan bahan yang diperlukan.

Menerapkan konsep atau prinsip, Keterampilan ini meliputi keterampilan


menggunakan konsep-konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan peristiwa baru,
menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada
pemecahan soal-soal baru.

Mengajukan pertanyaan, Keterampilan ini sebenarnya merupakan keterampilan


mendasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Setiap
berhadapan dengan suatu masalah semestinya siswa mengajukan pertanyaan. Keberanian
siswa untuk bertanya, harus ditumbuhkan guru dalam setiap pembelajaran.

Keterampilan menyimpulkan, Keterampilan-keterampilan proses yang dipaparkan di


atas menjadi kurang begitu bermakna bagi hasil belajar siswa, terutama dalam hal menguasai
konsep, apabila tidak ditunjang dengan keterampilan menarik suatu generalisasi dari
serangkaian hasil kegiatan percobaan atau penyelidikan. Tetapi perlu diingat bahwa untuk
siswa pada pendidikan dasar, kesimpulan yang dibuat harus dibimbing guru secara proposional
sesuai dengan tingkat usia mereka hingga pada akhirnya menyimpulkan secara mandiri.

Menurut Frunk, keterampilan proses sains (KPS) terdiri atas keterampilan proses
tingkat dasar (basic science process skills) dan keterampilan proses terpadu (integrated science
process skills). Keterampilan proses tingkat dasar terdiri atas enam keterampilan yakni
observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan interferensi. Keterampilan
proses tepadu terdiri atas menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun garfik,
memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis,
menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan
eksperimen.14

d. Karakteristik Butir Soal Keterampilan Proses Sains (KPS)

Nuryani Rustaman mengemukakan bahwa karakteristik butir soal KPS dibahas secara
umum dan secara khusus. Secara umum pembahasan butir soal KPS lebih ditujukan untuk
membedakan dengan butir soal biasa yang mengukur penguasaan konsep. Secara khusus
karakteristik jenis KPS tertentu akan dibahas dan dibandingkan satu sama lain, sehingga jelas
perbedaannya.15

1) Karakteristik umum

Secara umum butir soal KPS dapat dibedakan dengan butir soal penguasaan konsep. Butir-
butir soal KPS memiliki beberapa karakteristik. Pertama, butir soal KPS tidak boleh dibebani
konsep (nonkonsep burdan). Hal ini diupayakan agar butir soal tersebut tidak rancu dengan
pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus
diyakini oleh penyusun butir soal sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa (dekat
dengan keadaan sehari-hari siswa). Kedua, butir soal KPS mengandung sejumlah informasi
yang harus diolah oleh responden atau siswa. Informasi dalam butir soal KPS dapat berupa
gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya. Ketiga, seperti butir
soal pada umumnya, aspek yang akan diukur oleh butir soal KPS harus jelas dan hanya
mengandung satu aspek saja, misal interpretasi. Keempat, sebaiknya ditampilkan gambar
untuk membantu menghadirkan objek.16

2) Karakteristik Khusus

Rustaman menyatakan karakteristik khusus butir soal KPS seperti terterapada Tabel

Tabel. Karakteristik Khusus Butir Soal KPS

Aspek KPS Keterangan


Observasi Harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya

Interpretasi Harus menyajikan sejumlah data yang menyajikan pola

Harus ada kesempata mencari/menemukan persamaan dan


Klasifikasi perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk
melakukan pengelompokkan, atau ditentukan jumlah
kelompok yang harus terbentuk
Prediksi Harus jelas pola atau kecenderungan untuk
dapat mengajukan dugaan atau ramalan
Harus ada bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke
Berkomunikasi bentuk penyajian lain, misalnya bentuk uraian ke bentuk
bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik

Dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau


Berhipotesis menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan
dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja
atau menguji atau membuktikan
Harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan
Merencanakan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan
percobaan prosedur yang harus ditempuh, menentukan perubah
(variabel), mengendalikan peubah
Menerapkan Harus membuat konsep atau prinsip yang akan diterapkan
konsep tanpa menyebutkan nama konsepnya

Mengajukan Harus memunculkan sesuatu yang mengherankan,


pertanyaan mustahil, tidak bias, atau kontradiktif agar responden atau
siswa termotivasi untuk bertanya

Instrumen Kecerdasan Ganda

Hakikat Kecerdasan Ganda

Kecerdasan (Intelligence) memiliki pengertian yang sangat luas. Para ahli psikologi
mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh
pengetahuan, menguasainya dan mempraktekkannya dalam pemecahan suatu masalah.
Menurut Safaria (2005), kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
melihat suatu masalah lalu menyelesaikannya atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi
orang lain. Menurut Budiningsih (2008) kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk
memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya
tertentu.

Pembahasan tentang kecerdasan telah banyak dikemukakan oleh pakar seperti yang
telah dijelaskan di atas. Sedang Armstrong menambahkan satu teori lagi yang banyak dikaji,
yaitu dari Guillford dengan teori Structure Intelligence. Menurut Amstrong (2004), kecerdasan
adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari
pengalaman masa lalu seseorang. Pada perkembangan selanjutnya para pakar kecerdasan,
antara lain Goleman dengan teori Emotional Intelligence dan Gardner dengan teori Multiple
Intelligence (Gunawan, 2003) secara singkat mengemukakan defenisi kecerdasan yang
dinyatakan sebagai potensi atau kemampuan seseorang yang perlu dikembangkan. Seiring
dengan perkembangan teori kecerdasaan tersebut, telah terjadi pergeseran dari kecerdasan
sebagai kemampuan umum beralih kepada kecerdasan sebagai kemampuan khusus yang
memiliki beberapa bagian atau bahkan banyak domain. Peralihan tersebut menurut Semiawan
(2004), kelihatan dalam pengembangan individu yang mengacu kepada pendapat yang
menunjukkan bahwa perkembangan manusia diwujudkan melalui ragam aspek yang berbeda.
Hal tersebut merupakan pertanda bahwa teori kecerdasan ganda (multiple intelligence) mulai
mendapat perhatian untuk digunakan sebagai acuan dalam berbagai aktivitas untuk memacu
perkembangan manusia termasuk aktivitas pembelajaran di sekolah-sekolah.

Teori kecerdasan ganda pertama kali dikemukakan oleh Howard Gardner dalam
bukunya Frames of Mind pada tahun 1983. Gardner (1983), mengembangkan teori kecerdasan
ganda berdasarkan kriteria yang terdiri dari delapan faktor, yaitu 1) adanya pembagian wilayah
kecerdasan pada struktur otak, seperti central core, sistem limbik dan hemisfer serebral, 2)
terdapat kecerdasan yang menonjol pada orang tertentu (savant dan genius), 3) kecerdasan
berkaitan dengan kebudayaan dan berkembang mengikuti pola perkembangan tertentu, 4)
memiliki konteks historis, 5) memiliki hubungan dengan temuan psikometrik, 6) memiliki
hubungan dengan hasil penelitian psikologi eksperimental, 7) cara kerja atau rangkaian cara
kerja dasar dapat diidentifikasi, dan 8) memiliki sistem penandaan atau symbol khas sendiri.
Kriteria yang dikemukakan Gardner tersebut sebagai bukti bahwa teori kecerdasan ganda tidak
hanya dikembangkan berdasarkan hasil kajiannya sendiri, tetapi juga menggunakan dasar dan
hasil kerja para pakar teori perkembangan dan kecerdasan yang muncul lebih dahulu.

Gardner (1993), mengemukakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang berkaitan


dengan tiga hal, yaitu kemampuan untuk:

1) memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

2) menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan

3) menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan memberikan penghargaan dalam
budaya setempat.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan Gardner tersebut dapat dinyatakan bahwa


kecerdasan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki individu yang dapat berkembang secara
alami dan dapat pula dikembangkan melalui pembelajaran dan pengalaman. Ini berarti
lingkungan dapat berperan dalam membantu individu untuk mengembangkan kemampuannya.

Pendapat lain tentang kecerdasan dikemukakan oleh Lazear (2000), yang menyatakan
bahwa seseorang yang cerdas adalah:

1) mereka yang dapat memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam hidupnya,

2) mereka yang dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan kreatif, dan

3) mereka yang dapat menghasilkan berbagai hal bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Pendapat ini menunjukkan bahwa kecerdasan berkaitan dengan kemampuan untuk
memecahkan masalah, menghadapi tantangan, dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Lebih lanjut Gardner (1993), berkeyakinan bahwa semua manusia memiliki lebih dari satu
kecerdasan (inteligensi) melainkan group abilities.

Sumber:

Nurhasanah. 2016. Penggunaan Tes Keterampilan Proses Sains (Kps) Siswa Dalam
Pembelajaran Konsep Kalor Dengan Model Inkuiri Terbimbing.Jakarta.

Siregar, Maulina. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Kecerdasan Ganda Terhadap

Hasil Belajar Ips Siswa Kelas Xi Smk Negeri 1 Meranti. Jurnal Tabularasa PPS
UNIMED. Vol.11 No.2.

Вам также может понравиться