Вы находитесь на странице: 1из 16

SITUASI TERKINI PERKEMBANGAN PROGRAM

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2016


1. Pencapaian Status Endemisitas Malaria dan Tahap Pengendaliannya
Pencapaian status endemisitas yang telah dicapai sampai akhir tahun 2016, antara lain :
a. Sejumlah 247 kabupaten/kota telah menerima sertifikat eliminasi malaria dan dalam dalam tahap
pemeliharaan/ bebas penularan malaria. Sesuai dengan RPJMN 2015-2019, tahun 2016 ditargetkan
sejumlah 245 kabupaten/kota menerima sertifikat eliminasi malaria. Target kabupaten/kota yang eliminasi
pada RPJMN 2015-2019 telah tercapai.
b. Total kabupaten/kota dengan API < 1 per 1000 penduduk meningkat dari 379 menjadi 413 kabupaten/kota
(termasuk kabupaten/kota bebas malaria)
c. Jumlah kabupaten/Kota dalam tahap akselerasi (endemis tinggi) menurun dari 45 menjadi 41 kabupaten/
kota.
Kabupaten dengan endemisitas rendah sampai bebas mengalami kenaikan dari 379 pada tahun 2015 kab/
kota menjadi 413 kab/kota pada 2016. Demikian pula terjadi perubahan penurunan jumlah kabupaten dengan
endemisitas sedang dan tinggi. Secara visual dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Tabel 1. Status Endemisitas per Kabupaten/Kota Tahun 2016


PENCAPAIAN MENURUT JUMLAH
NO STATUS ENDEMISITAS KAB/KOTA
2015 2016
1 Eliminasi. Bebas penularan setempat, tidak ada kasus endigenous. 232 247
2 Rendah (API < 1 per 1000 penduduk) *) 379 413
3 Sedang (API 1-5 per 1000 penduduk) 90 60
4 Tinggi (API > 5 per 1000 penduduk) 45 41

Berdasarkan peta endemisitas dibawah ini, terlihat bahwa sebaran kabupaten dengan endemisitas tinggi lebih
banyak di wilayah timur dibandingkan wilayah lainnya, terdapat 3 kabupaten/kota endemis tinggi di luar KTI
antara lain Kabupaten Mentawai di Sumatera Barat, Kabupaten Lingga di Kepulauan Riau, dan Kabupaten
Kepulauan Sangihe di Sulawesi Selatan. Beberapa kabupaten/kota di wilayah timur Indonesia terlihat telah
mencapai endemisitas rendah dan sedang.

Bebas Malaria
Endemis Rendah (API < 1)
Endemis Sedang (API 1-5)
Endemis Tinggi (API > 5)

Gambar 1. Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2016


Peta endemisitas per desa bahkan per dusun/kampung sebaiknya dibuat pada tingkat kabupaten/kota, sehingga
dalam proses perencanaan dapat menggunakan data yang lebih tajam dan sumber daya yang dikeluarkan dapat
lebih efisien.

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 1
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
2. Persentasi Kabupaten/Kota yang Mencapai Eliminasi Malaria
Terjadi peningkatan jumlah dan persentasi kabupaten/kota pada tingkat nasional. Sebanyak 247 kabupaten/kota
atau sekitar 48% telah mencapai eliminasi malaria, meningkat dari tahun 2015 sebanyak 232 kabupaten atau
45%. Persentasi sangat variatif diantara provinsi. Provinsi yang kabupaten/kotanya belum satupun mencapai
eliminasi ada di wilayah Indonesia timur, yaitu Papua, Papua barat, NTT, Maluku dan Maluku Utara.
Provinsi yang memiliki presentasi kabupaten/kota mencapai eliminasi diatas 80% yaitu DKI Jakarta, Bali, Jawa
Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat Jawa Tengah, dan DI Jogyakarta. Dua provinsi yang seluruh kabupaten/
kotanya bebas penularan malaria adalah DKI Jakarta dan Bali. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah dan Persentasi Kabupaten/Kota yang mendapatkan sertifikat eliminasi
per provinsi sampai tahun 2016

NO PROVINSI KAB/KOTA ELIMINASI %


1 Aceh 23 18 78%
2 Sumatera Utara 33 18 55%
3 Sumatera Barat 19 16 84%
4 Riau 12 7 58%
5 Jambi 11 3 27%
6 Sumatera Selatan 17 7 41%
7 Bengkulu 10 3 30%
8 Lampung 15 5 33%
9 Kep Bangka Belitung 7 5 71%
10 Kep Riau 7 3 43%
11 DKI Jakarta 6 6 100%
12 Jawa Barat 27 23 85%
13 Jawa Tengah 35 28 80%
14 DI Yogyakarta 5 4 80%
15 Jawa Timur 38 37 97%
16 Banten 8 6 75%
17 Bali 9 9 100%
18 Nusa Tenggara Barat 10 3 30%
19 Nusa Tenggara Timur 22 0 0%
20 Kalimantan Barat 14 2 14%
21 Kalimantan Tengah 14 5 36%
22 Kalimantan Selatan 13 4 31%
23 Kalimantan Timur 10 3 30%
24 Kalimantan Utara 5 1 20%
25 Sulawesi Utara 15 3 20%
26 Sulawesi Tengah 13 3 23%
27 Sulawesi Selatan 24 14 58%
28 Sulawesi Tenggara 17 8 47%
29 Gorontalo 6 2 33%
30 Sulawesi Barat 6 1 17% Keterangan:
31 Maluku 11 0 0%
≥ 80%
32 Maluku Utara 10 0 0%
80%-50%
33 Papua Barat 13 0 0%
34 Papua 29 0 0% ≤ 50%
NASIONAL 514 247 48% 0%

3. Penduduk Berisiko Tertular Malaria


Penduduk berisiko tertular malaria adalah penduduk yang tinggal di kabupaten/kota yang masih terjadi penularan
setempat. Dari total 258,9 juta penduduk Indonesia pada tahun 2016 sejumlah 178,7 juta penduduk (69%)
telah hidup di daerah bebas penularan malaria sejumlah 63,6 juta penduduk (25%) hidup didaerah risiko rendah
penularan malaria, sisanya adalah yang hidup didaerah risiko sedang dan tinggi. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya terjadi peningkatan persentasi, seiring dengan jumlah daerah kabupaten/kota yang telah mencapai
eliminasi.

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
2 Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
Tabel 3. Penduduk Berisiko Tertular Malaria dan Jumlah Kab/Kota Berdasarkan Tingkat Endemisitas Tahun 2016

Jumlah
Kategori Risiko penularan Jumlah Penduduk Persentasi Persentasi
Kab/Kota
Bebas / tidak ada risiko 178.715.165 69% 247 48%
Risiko rendah 63.653.328 25% 413 32%
Risiko sedang 11.681.806 5% 60 12%
Risiko tinggi 4.874.589 2% 41 8%
Total 258.924.888 100% 514 100%

4. Tren Kasus Positif dan Annual Parasite Incidence (API)


API adalah jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk pada satu tahun. API ini digunakan untuk menentukan
Tren morbiditas malaria dan menentukan endemisitas suatu daerah (masih terjadi penularan malaria). API juga
merupakan salah satu syarat suatu daerah masuk dalam fase eliminasi yaitu jika API kurang dari 1 per 100
penduduk.
Pada tahun 2016 dengan kelengkapan laporan kabupaten/kota 88%, API Nasional adalah 0,84 per 1000
penduduk.

Gambar 2. Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Indonesia Tahun 2011 – 2016

Berdasarkan grafik diatas jumlah kejadian kasus malaria pada skala nasional, selama tahun 2011 – 2016
cenderung menurun yaitu pada tahun 2011 angka API sebesar 1,75 per 1000, tahun 2016 menjadi 0,84 per
1000 penduduk pada tahun 2016 dengan jumlah kasus malaria sebesar 218.450.

Gambar 3. Annual Parasite Incidence (API) Malaria Menurut Provinsi di IndonesiaTahun 2016

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 3
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
Gambar 4 Jumlah Kasus Positif Malaria Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2016

Berdasarkan grafik API per provinsi diatas terlihat beberapa provinsi di KTI (Kawasan Timur Indonesia) telah
menurun tingkat endemisitasnya dari endemis tinggi menjadi endemis sedang seperti maluku dan maluku utara.
Angka API tertinggi yaitu Provinsi Papua (45.85) disusul dengan Papua Barat (6.79) dan Nusa Tenggara Timur
(5.41). Kasus positif tertinggi yaitu Provinsi Papua (147.066), Nusa Tenggara Timur (28.129) dan Maluku
(6.780), sebanyak 83% kasus berasal dari tiga provinsi tersebut.

5. Pencapaian Indikator Utama


Program malaria menjadi program prioritas global dan nasional, hal tersebut ditunjukkan dengan masuknya
program malaria dalam indikator-indikator global dan nasional, indikator tersebut antara lain:

a. Sustainable Development Goals (SDGs)


Program malaria telah mencapai indikator Millenium Development Goals (MDGs) selanjutnya malaria
masuk dalam indikator Sustainable Development Goals (SDGs) dalam target 3.3 mengakhiri epidemi AIDS,
tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan serta memerangi hepatitis, penyakit bersumber
air, dan penyakit menular lainnya.

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019


Berbeda dengan Indikator RPJMN 2010-2014 yang berupa pencapaian API dibawah 1 per 1000 penduduk.
Pada RPJMN 2015-2019, indikator berupa jumlah kumulatif kabupaten/kota mencapai eliminasi, saat ini
terdapat 247 kabupaten/kota yang telah mencapai eliminasi dari 245 kabupaten/kota yang ditargetkan.

Tabel 4. Pencapaian Indikator RPJMN sampai Tahun 2016

Indikator Kinerja Program (RPJMN) 2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah kumulatif kabupaten/kota mencapai


225 245 265 285 300
status eliminasi

Pencapaian 232 247 - - -

% Pencapaian 103% 101%

c. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019


Indikator berupa: Jumlah kumulatif kabupaten/kota dengan API < 1 per 1000 penduduk. Saat ini terdapat
413 kabupaten/kota yang telah mencapai API dibawah 1 per 1000 penduduk dari 360 kabupaten/kota
yang ditargetkan.

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
4 Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
Tabel 5. Pencapaian Indikator Renstra sampai Tahun 2016

Indikator Kinerja Kegiatan (Renstra Kemenkes) 2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah kumulatif kabupaten/kota dengan API < 1 per


340 360 375 390 400
1000 penduduk
Pencapaian 379 413 - - -

d. Indikator Program Prioritas Janji Presiden


Malaria menjadi salah satu dari 100 Program dan kegiatan prioritas nasional yang menjadi bagian dari
rencana Aksi Janji Presiden tahun 2016. Program dan Kegiatan prioritas ini dilakukan pemantauan secara
berkala setiap triwulan oleh Kantor Staf Presiden.
Indikator Pemantauan Program Prioritas Janji Presiden tahun 2016 oleh KSP (Kantor Staf Presiden) berupa:
• Indikator persentasi kasus suspek malaria yang dikonfirmasi (dengan mikroskop/RDT) dengan target 95%
• Indikator persentasi kasus malaria positif yang diobati sesuai standar (ACT) dengan target 85 %.
Secara lengkap, capaian program tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 6. Capaian Indikator Janji Presiden Program Malaria Tahun 2016

Ukuran Keberhasilan B04 B06 B09 B012

Tercapainya > 95% kasus suspek malaria yang


100% 97% 97% 97%
dikonfirmasi (dengan Mikroskop atau RDT)

Tercapainya > 85% kasus Malaria positif yang


80% 92% 92% 94%
diobati sesuai standard (ACT)

6. Penemuan dan Pengobatan Malaria


a. Persentasi Pemeriksaan Sediaan Darah
Persentasi pemeriksaan sediaan darah adalah persentasi suspek malaria yang dilakukan konfirmasi
laboratorium baik menggunakan mikroskop maupun Rapid Diagnostik Test (RDT) dari semua suspek yang
ditemukan. Target yang diharapkan adalah di atas 95 %. Tahun 2016 jumlah suspek sebanyak 1.520.179
dan dilakukan konfirmasi pemeriksaan darah 1.457.858 Dari tahun 2010 – 2015 persentase pemeriksaan
darah (konfirmasi laboratorium) terhadap suspek malaria terus meningkat yaitu pada tahun 2010 sebesar
81% sedangkan pada tahun 2016 meningkat menjadi 96 %.

Gambar 5. Tren Pemeriksaan Konfirmasi Laboratorium Tahun 2010-2016

Secara nasional persentasi pemeriksaan konfirmasi laboratorium telah mencapai target, namun jika dilihat
per provinsi, beberapa provinsi masih perlu meningkatkan persentasi pemeriksaan laboratorium. Persentasi
pemeriksaan konfirmasi laboratorium per provinsi dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 5
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
Gambar 6. Persentasi Pemeriksaan Konfirmasi Laboratorium Per Provinsi Tahun 2016

b. Persentasi Pasien Malaria positif yang Diobati ACT


Persentasi Pasien Malaria positif yang Diobati ACT (Artemisinin based Combination Therapy) adalah proporsi
pasien malaria yang diobati dengan menggunakan ACT. Artemisinin based Combination Therapy (ACT) saat
ini merupakan obat yang paling efektif untuk membunuh parasit malaria. Pemberian ACT harus berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium. Pada tahun 2015 jumlah pasien yang diobati sesuai standar sebanyak
210.000 dan jumlah pasien yang positif malaria adalah 218.450. Persentasi pasien malaria positif yang
diobati ACT pada tahun 2016 adalah sebesar 92%, angka ini diatas dari yang ditargetkan sebesar 85%.

Gambar 7. Persentasi Pengobatan ACT Tahun 2010-2016

Beberapa provinsi perlu meningkatkan persentasi pengobatan ACT, secara rinci dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.

Gambar 8. Persentase Kasus Positif Malaria yang Diobati dengan ACT per Provinsi Tahun 2016

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
6 Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
7. Kelengkapan Laporan Kabupaten/Kota
Kelengkapan laporan kabupaten/kota dihitung pada Januari tahun berikutnya. Kelengkapan laporan dihitung
dari jumlah kabupaten kota per provinsi yang melaporkan kasus malaria per bulan. Pada tahun 2012 sebesar
87 %, meningkat menjadi 90 % pada 2013 dan 2014. Pada tahun 2016 kelengkapan masih sebesar 88%
(Laporan Januari-Desember 2016). Kelengkapan laporan tersebut diharapkan tidak mempengaruhi keakuratan
data sehubungan kekurangan kelengkapan data banyak berasal dari daerah yang sudah eliminasi.

Gambar 9. Kelengkapan Laporan Kasus Malaria Kab/Kota di Indonesia Tahun 2010 – 2016

8. Perlindungan Menggunakan Kelambu


a. Cakupan Distribusi
Pemakaian kelambu berinsektisida merupakan salah satu strategi untuk mengurangi faktor resiko penularan
malaria. Kelambu dibagikan kepada penduduk yang tinggal di daerah endemis tinggi malaria (API > 5 per
1000), dengan target minimal 80% penduduk di daerah tersebut mendapatkan perlindungan kelambu
berinsektisida. Setiap keluarga mendapatkan kelambu berdasarkan jumlah kelompok tidur. Di daerah endemis
sedang (API 1-5 per 1000) kelambu dibagikan kepada populasi di daerah fokus melalui kampanye Pembagian
Kelambu Massal Fokus (PKMF) dan kepada kelompok risiko tinggi yaitu ibu hamil dan bayi, sedangkan di
daerah endemis rendah dan eliminasi kelambu dibagikan pada situasi tertentu seperti KLB.
Efektifitas kelambu adalah selama 3 tahun sehingga setiap 3 tahun, ada penggantian kelambu. Sampai
dengan 2016, cakupan penduduk beresiko tinggi yang mendapat perlindungan kelambu berinsektisida di
daerah endemis tinggi sebesar 90%, sedangkan cakupan distribusi di daerah endemis di Kawasan Timur
Indonesia dapat mencapai 100%.

Gambar 10. Cakupan Distribusi Kelambu di Daerah Endemis di Indonesia Tahun 2010 – 2016

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 7
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
Secara nasional, jumlah total yang didistribusikan untuk seluruh Indonesia sejak tahun 2004-2016 sebanyak
23,2 juta kelambu. sejumlah 3.497.468 kelambu telah didistribusikan dalam pekan kelambu massal yang
dimulai sejak September 2014 di 54 Kabupaten/Kota di Kawasan Timur Indonesia. Jumlah kelambu ini sudah
dapat melindungi seluruh penduduk yang tinggal didaerah yang berisiko tinggi tertular malaria. Tahun 2016
dilakukan Pembagian Kelambu Massal Fokus (PKMF) sebanyak 1.451.194 buah kelambu yang dibagikan
di 7 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Maluku,
Maluku Utara).

b. Cakupan Penggunaan
Kelambu akan efektif melindungi jika cakupan penggunaan kelambu tinggi, cakupan penggunaan kelambu
diketahui melalui survai. Beberapa survai yang dilakukan untuk mengetahui cakupan penggunaan kelambu,
antara lain:
1) Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan PKMF Tahun 2016
hasil kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan oleh Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P) bersama dengan Technical Working Group (TWG) GF Komponen Malaria di 12 Lokasi, antara lain:
• 80% Kelambu yang dibagikan digunakan
• 91% penerima kelambu dapat memasang kelambu dengan benar
• 72% penerima kelambu paham cara merawat kelambu
• 84% penerima kelambu tidak memiliki keluhan terhadap kelambu yang dibagikan
2) Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Pekan Kelambu Massal di KTI Tahun 2014
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada tahun 2015 oleh Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P) bersama dengan Technical Working Group (TWG) GF Komponen Malaria, evaluasi dilaksanakan
di 15 Kabupaten/kota. Hasilnya diketahui bahwa sebanyak 81% tidur menggunakan kelambu.

9. Pos Malaria Desa (Posmaldes) dan Malaria Center


Posmaldes adalah wadah kemandirian masyarakat yang dibentuk oleh dan dari masyarakt khususnya di desa
terpencil untuk membantu program dalam penemuan suspek malaria dan promosi kesehatan. Posmaldes dikelola
oleh kader yang direkrut dari masyarakat setempat. Pembentukan posmaldes dari 2003 sampai dengan 2013
sebanyak 2440 unit, (tahun 2013 sebanyak 80 di Kalimantan dan Sulawesi). Kader terlatih malaria sampai
tahun 2013 sebanyak 3769 orang. Dengan adanya pelaksanaan program Indonesia Sehat dengan pendekatan
keluarga, maka Posmaldes bersama posbindu, posyandu, dll menjadi jembatan pembinaan Puskesmas kepada
unit keluarga.
Malaria Center adalah wadah yang dibentuk atas inisiatif pemerintah daerah sebagai pusat koordinasi kegiatan
pengendalian malaria dari berbagai aspek menuju eliminasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
yang terkait di bawah koordinasi kepala daerah. Secara umum malaria center didirikan didaerah dengan endemis
malaria, sebagimana pada table dibawah ini.

Tabel 7. Jumlah dan tempat Malaria Center

Letak Malaria Center Provinsi/ Kabupaten/Kota


Provinsi Maluku Utara, Kab. Ternate, Tidore Kepulauan, Halmahera Barat,
Maluku Utara (10 Malaria Center) Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Sula Kepulauan,
Morotai, Halmahera Selatan
Papua (3 Malaria Center) Provinsi (ATM Center), Timika dan Biak
Papua Barat (2 Malaria Center) Kab. Teluk Bintuni, Kab. Fakfak
Kep. Bangka Belitung (1 malaria Center) Provinsi Kep. Bangka Belitung (Kota Pangkal Pinang)
Sumetera Utara (1 Malaria Center) Kab. Mandailing Natal
Aceh (1 Malaria Center) Provinsi Aceh (ATM Center)
Kalimantan Tengah (1 Malaria Center) Provinsi Kalimantan Tengah
TNI AD Malaria Center dan Insektarium Malaria di DKI Jakarta (Lakesmil TNI AD)

Sampai tahun 2014 telah terbentuk 20 malaria center di provinsi Maluku Utara, Sumatera Utara, Papua, Aceh,
Bangka Belitung, Papua Barat, Kalimantan Tengah dan TNI AD. Fungsi Malaria Center didaerah sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhannya, cukup bervariasi antara lain meliputi : tempat pelatihan petugas malaria,
rujukan mikroskopis, pusat informasi malaria, pusat koordinasi pengendalian malaria, dll.

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
8 Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
10. Kebijakan Program Malaria
Kebijakan Program Malaria di Indonesia, antara lain:
a. Pengendalian malaria dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi
b. Memperhatikan komitmen nasional, regional dan internasional.
c. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah dan meningkatkan
tatakelola program yang baik serta peningkatan efektifitas, efisiensi dan mutu program.
d. Promosi program dilakukan dengan memanfaatkan Forum Kemitraan Nasional Gebrak Malaria dan Memperkuat
inisiatif Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat. (Posmaldes, JMD).
e. Pencegahan penularan malaria melalui manajemen vektor terpadu dan upaya lain yang terbukti efektif, efisien,
praktis dan aman.
f. Layanan tatalaksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh fasilitas Pelayanan Kesehatan
g. Diagnosis Malaria harus konfirmasi Laboratorium mikroskop atau tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT)
h. Pengobatan menggunakan Terapi kombinasi berbasis Artemisin (Artemisinin Based Combination Therapy /
ACT) sesudah konfirmasi laboratorium.

11. Strategi Menuju Indonesia Bebas Malaria


Sesuai dengan endemisitas dan permasalahannya strategi pengendalian dibagi sebagai berikut :
a. Akselerasi
Pengendalian dengan Cakupan Seluruh Wilayah (Universal Coverage) Dengan Endemisitas Tinggi (Papua,
Papua Barat, Maluku dan NTT)
¾¾ Kegiatan utama yang dilakukan, antara lain :
¾¾ Kampanye kelambu berinsektisida secara massal
¾¾ IRS di desa dengan API > 20 ‰.
¾¾ Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit  perluasan layanan
b. Intensifikasi
Pengendalian di daerah dengan fokus penularan diluar KTI.
Kegiatan utama yang dilakukan, antara lain :
¾¾ Kelambu berinsektisida untuk focus/kelompok berisiko tinggi
¾¾ Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit
¾¾ IRS pada KLB
¾¾ Penemuan kasus aktif
c. Eliminasi dan Pemeliharaan
Strategi pada daerah dengan endemisitas rendah dan bebas.
Kegiatan utama yang dilakukan, antara lain :
¾¾ Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit serta jejaringnya
¾¾ Penguatan surveilans migrasi
¾¾ Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
¾¾ Penemuan kasus aktif – MBS
¾¾ Penyelidikan epidemiologi setiap kasus positif

12. Pokok Penilaian Eliminasi Malaria


Kabupaten/Kota yang tidak memiliki kasus malaria dengan penularan setempat atau kasus indigenous selama
tiga tahun berturut-turut dapat mengajukan permintaan penilaian eliminasi malaria, selanjutnya Tim penilai
akan melakukan penilaian eliminasi malaria, berikut pokok penilaian eliminasi malaria adalah sebagai berikut:
a. Surveilans dilaksanakan dengan baik termasuk surveilans migrasi dan dapat menjangkau seluruh wilayah.
b. Adanya register kasus malaria yang mencakup seluruh wilayah secara lengkap
c. Unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta mampu mendeteksi kasus secara dini dan
mengobati secara tepat
d. Puskesmas dan Dinas Kesehatan mampu menindaklanjuti kasus impor
e. Tersedia mikroskopis dengan kualitas pemeriksaan yang baik
f. Setiap kasus positif dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk menentukan asal penularan
g. Adanya Perda atau Per Undang-undangan lain yang mendukung dan menjamin tersedianya dana secara
berkesinambungan
h. Adanya sosialisasi/penyuluhan secara berkesinambungan tentang pencegahan malaria kepada wisatawan/
pendatang untuk menghindari penularan malaria.
i. Di wilayah reseptif tinggi dilakukan surveilans vektor

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 9
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
j. Berfungsinya SKD-KLB dan mampu melakukan penanggulangan secara cepat bila terjadi KLB
k. Bila diperlukan adanya koordinasi lintas batas kabupaten/kota dan provinsi

13. Milestone Eliminasi Malaria


Tujuan program pencegahan dan pengendalian malaria di Indonesia adalah mencapai eliminasi malaria di
Indonesia pada tahun 2030. Target menuju eliminasi dilakukan secara bertahap, target tersebut dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini:

Tabel 8. Target Pencapaian Eliminasi

Target Jumlah Tahun


RPJMN 2019 300 kab/kota 2019
Strategi Nasional Eliminasi 2020 337 kab/kota 2020
Semua kabupaten/kota mencapai eliminasi 514 kab/kota 2025
Semua Provinsi mencapai eliminasi 34 provinsi 2027
Mengajukan sertifikasi eliminasi kepada WHO Nasional 2028
Indonesia menerima sertifikat eliminasi malaria Nasional 2030

14. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 11. Peringatan Hari Malaria Sedunia Tahun 2016 di Bengkulu

Gambar 12. Pembagian Kelambu Massal Fokus (PKMF)

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
10 Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
Gambar 13. Kegiatan Pelatihan Manajemen Kasus Malaria dalam MTBS

Gambar 14.
Kegiatan Penyemperotan Dinding
Rumah

Gambar 15.
Survai Darah Massal
Malaria

Gambar 16.
Pengamatan Faktor
Risiko Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 11
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
Lampiran 1. Daftar Kabupaten/Kota Penerima Sertifikat Eliminasi sampai 2016
No Provinsi No Nama Kabupaten / Kota Tahun Eliminasi
1 Kota Sabang 2014
2 Kota Banda Aceh 2014
3 Kabupaten Aceh Tengah 2014
4 Kabupaten Bener Meriah 2014
5 Kota Lhokseumawe 2014
6 Kota Langsa 2014
7 Kabupaten Aceh Tenggara 2014
8 Kabupaten Gayo Lues 2014
9 Kabupaten Aceh Selatan 2014
1 ACEH
10 Kabupaten Aceh Tamiang 2014
11 Kabupaten Aceh Utara 2014
12 Kota Subulussalam 2014
13 Kabupaten Pidie Jaya 2015
14 Kabupaten Bireun 2015
15 Kabupaten Simeuleu 2015
16 Kabupaten Aceh Barat Daya 2016
17 Kabupaten Pidie 2016
18 Kabupaten Aceh Timur 2016
1 KabupatenDeli Serdang 2014
2 Kabupaten Samosir 2014
3 Kabupaten Toba Samosir 2014
4 Kabupaten Serdang Bedagai 2014
5 Kabupaten Simalungun 2014
6 Kabupaten Pakpak Bharat 2014
7 Kabupaten Humbang Hasundutan 2014
8 Kota Medan 2014
9 Kota Binjai 2014
2 SUMATERA UTARA
10 Kota Tebing Tinggi 2014
11 Kota Pematang Siantar 2014
12 Kota Tanjung Balai 2014
13 Kota Sibolga 2014
14 Kota Padangsidimpuan 2014
15 Kabupaten Labuhan Batu Selatan 2014
16 Kabupaten Tapanuli Selatan 2015
17 Kabupaten Dairi 2016
18 Kabupaten Karo 2016
1 Kabupaten Solok 2014
2 Kabupaten Tanah Datar 2014
3 KabupatenPadang Pariaman 2014
4 Kabupaten Agam 2014
5 Kabupaten Lima PuluhKota 2014
6 Kabupaten Pasaman 2014
7 Kabupaten Solok Selatan 2014
8 Kabupaten Dharmasraya 2014
3 SUMATERA BARAT
9 Kabupaten Pasaman Barat 2014
10 Kota Solok 2014
11 Kota Padang Panjang 2014
12 Kota Bukittinggi 2014
13 Kota Padang 2014
14 Kota Pariaman 2014
15 Kabupaten Sijunjung 2014
16 Kota Payakumbuh 2015

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
12 Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
1 Kabupaten Kepulauan Meranti 2014
2 Kabupaten Bengkalis 2014
3 Kabupaten Rokan Hulu 2014
4 RIAU 4 Kabupaten Kuantan Singingi 2014
5 Kota Dumai 2014
6 Kota Pekanbaru 2014
7 Kabupaten Siak 2016
1 Kota Tanjung Pinang 2014
5 KEPULAUAN RIAU 2 Kota Batam 2014
3 Kabupaten Karimun 2016
1 Kota Jambi 2014
6 JAMBI 2 Kabupaten Kerinci 2014
3 Kota Sungai Penuh 2014
1 Kabupaten Rejang Lebong 2014
7 BENGKULU 2 Kabupaten Lebong 2014
3 Kabupaten Kepahiang 2014
1 Kabupaten Banyuasin 2014
2 Kabupaten Ogan Komering ilir 2014
3 Kabupaten Ogan Ilir 2014
8 SUMATERA SELATAN 4 Kota Palembang 2014
5 Kota Prabumulih 2014
6 Kota Pagar Alam 2014
7 Kabupaten Empat Lawang 2014
1 Kota Pangkal Pinang 2014
2 Kabupaten Bangka 2014
9 BANGKA BELITUNG 3 Kabupaten Belitung 2014
4 Kabupaten Belitung Timur 2015
5 Kabupaten Bangka Selatan 2015
1 Kabupaten Way Kanan 2014
2 KabupatenTulang Bawang 2014
10 LAMPUNG 3 Kabupaten Tulang Bawang Barat 2014
4 Kabupaten Pringsewu 2014
5 Kota Metro 2014
1 Kota Administratif Jakarta Pusat 2014
2 Kota Administratif Jakarta Selatan 2014
3 Kota Administratif Jakarta Utara 2014
11 DKI JAKARTA
4 Kota Administratif Jakarta Barat 2014
5 Kota Administratif Jakarta Timur 2014
6 Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu 2013
1 Kabupaten Subang 2014
2 Kabupaten Purwakarta 2014
3 Kabupaten Bandung 2014
4 Kabupaten Sumedang 2014
5 Kabupaten Majalengka 2014
6 Kabupaten Cirebon 2014
7 Kabupaten Kuningan 2014
12 JAWA BARAT
8 Kota Bogor 2014
9 Kota Sukabumi 2014
10 Kota Bandung 2014
11 Kota Cirebon 2014
12 Kota Cimahi 2014
13 KabupatenBogor 2014
14 Kabupaten Bekasi 2014

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 13
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
15 Kota Bekasi 2014
16 Kota Depok 2014
17 Kota Banjar 2014
18 Kota Tasikmalaya 2014
19 Kabupaten Indramayu 2014
20 Kabupaten Karawang 2014
21 Kabupaten Ciamis 2015
22 Kabupaten Cianjur 2015
23 Kabupaten Bandung Barat 2015
1 Kota Serang 2014
2 Kota Tangerang 2014
3 Kota Tangerang Selatan 2014
13 BANTEN
4 Kota Cilegon 2014
5 Kabupaten Serang 2014
6 Kabupaten Tangerang 2014
1 Kabupaten Boyolali 2014
2 Kabupaten Klaten 2014
3 Kabupaten Sukoharjo 2014
4 Kabupaten Wonogiri 2014
5 Kabupaten Karanganyar 2014
6 Kabupaten Sragen 2014
7 Kabupaten Grobogan 2014
8 Kabupaten Blora 2014
9 Kabupaten Rembang 2014
10 Kabupaten Pati 2014
11 Kabupaten Kudus 2014
12 Kabupaten Demak 2014
13 Kabupaten Semarang 2014
14 Kabupaten Temanggung 2014
14 JAWA TENGAH
15 Kabupaten Kendal 2014
16 Kabupaten Batang 2014
17 Kabupaten Pemalang 2014
18 Kabupaten Tegal 2014
19 Kabupaten Brebes 2014
20 Kota Magelang 2014
21 Kota Surakarta 2014
22 Kota Salatiga 2014
23 Kota Semarang 2014
24 Kota Pekalongan 2014
25 Kota Tegal 2014
26 Kabupaten Pekalongan 2014
27 Kabupaten Magelang 2014
28 Kabupaten Wonosobo 2015
1 Kota Yogyakarta 2014
2 Kabupaten Bantul 2014
15 DI YOGYAKARTA
3 Kabupaten Gunung Kidul 2014
4 Kabupaten Sleman 2014

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
14 Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
1 Kabupaten Mojokerto 2014
2 Kabupaten Bangkalan 2014
3 Kota Blitar 2014
4 Kabupaten Bojonegoro 2014
5 Kabupaten Bondowoso 2014
6 Kabupaten Gresik 2014
7 Kabupaten Jember 2014
8 Kabupaten Jombang 2014
9 Kabupaten Kediri 2014
10 Kota Kediri 2014
11 Kabupaten Lamongan 2014
12 Kabupaten Lumajang 2014
13 Kota Madiun 2014
14 Kabupaten Magetan 2014
15 Kota Malang 2014
16 Kota Mojokerto 2014
17 Kabupaten Nganjuk 2014
18 Kabupaten Ngawi 2014
16 JAWA TIMUR 19 Kabupaten Pamekasan 2014
20 Kabupaten Pasuruan 2014
21 Kota Pasuruan 2014
22 Kabupaten Ponorogo 2014
23 Kabupaten Probolinggo 2014
24 Kota Probolinggo 2014
25 Kabupaten Sampang 2014
26 Kabupaten Sidoarjo 2014
27 Kabupaten Situbondo 2014
28 Kota Surabaya 2014
29 Kabupaten Tuban 2014
30 Kota Batu 2014
31 Kabupaten Blitar 2014
32 Kota Malang 2014
33 Kabupaten Sumenep 2014
34 Kabupaten Tulungagung 2014
35 Kabupaten Banyuwangi 2015
36 Kabupaten Madiun 2016
37 Kabupaten Pacitan 2016
1 Kabupaten Buleleng 2014
2 Kabupaten Jembrana 2014
3 Kabupaten Tabanan 2014
4 Kabupaten Badung 2014
17 BALI 5 Kota Denpasar 2014
6 Kabupaten Gianyar 2014
7 Kabupaten Klungkung 2014
8 Kabupaten Bangli 2014
9 Kabupaten Karangasem 2014
1 Kota Mataram 2014
18 NUSA TENGGARA BARAT 2 Kabupaten Lombok Tengah 2014
3 Kota Bima 2014
1 Kota Banjarmasin 2014
2 Kabupaten Hulu Sungai Utara 2014
19 KALIMANTAN SELATAN
3 Kabupaten Barito Kuala 2014
4 Kota Banjarbaru 2015

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 15
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
1 Kabupaten Kotawaringin Barat 2014
2 Kabupaten Barito Timur 2014
20 KALIMANTAN TENGAH 3 Kabupaten Barito Utara 2014
4 Kabupaten Sukamara 2015
5 Kabupaten Lamandau 2016
1 Kota Pontianak 2014
21 KALIMANTAN BARAT
2 Kabupaten Mempawah 2015
1 Kota Samarinda 2014
22 KALIMANTAN TIMUR 2 Kota Bontang 2014
3 Kota Balikpapan 2014
23 KALIMANTAN UTARA 1 Kota Tarakan 2014
1 Kota Kotamobagu 2014
24 SULAWESI UTARA 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur 2014
3 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2014
1 KabupatenKolaka 2014
2 Kabupaten Kolaka Utara 2014
3 Kota Kendari 2014
4 Kabupaten Konawe Selatan 2014
25 SULAWESI TENGGARA
5 Kabupaten Konawe Utara 2014
6 Kabupaten Konawe 2015
7 Kabupaten Buton Utara 2016
8 Kota Bau-Bau 2016
1 Kota Palu 2014
26 SULAWESI TENGAH 2 Kabupaten Buol 2016
3 Kabupaten Sigi 2016
1 Kabupaten Bantaeng 2014
2 Kabupaten Barru 2014
3 Kabupaten Bone 2014
4 Kabupaten Gowa 2014
5 Kabupaten Jeneponto 2014
6 Kota Makassar 2014
7 Kabupaten Maros 2014
27 SULAWESI SELATAN
8 Kota Palopo 2014
9 Kota Pare Pare 2014
10 Kabupaten Sidenreng Rappang 2014
11 Kabupaten Soppeng 2014
12 Kabupaten Wajo 2014
13 Kabupaten Pinrang 2015
14 Kabupaten Takalar 2015
1 Kota Gorontalo 2014
28 GORONTALO
2 Kabupaten Gorontalo Utara 2016
29 SULAWESI BARAT 1 Kabupaten Polewali Mandar 2015

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Subdit Malaria Gd. C Lantai 2
16 Jl Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Telepon: (6221) 4247608 ext. 150-154, Fax (6221) 42871369, email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id

Вам также может понравиться