Вы находитесь на странице: 1из 11

PERILAKU LEGISLATOR DALAM PERENCANAAN KESEHATAN DI

KABUPATEN TAKALAR TAHUN 2018

LEGISLATOR BEHAVIOR IN HEALTH PLANNING IN TAKALAR


REGENCY 2018

Westy Tenriawi1, Indar 2, Najib Bustan3

1
DepartemenAdministrasi dan KebijakanKesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin
westytenriawie@ymail.com
2
DepartemenAdministrasi dan KebijakanKesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin
indar.sh@gmail.com
3
DepartemenEpidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
mnbustan@unm.ac.id

Alamat Korespondensi:
Westy Tenriawi, SKM
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
HP: 082348457375
Email: westytenriawie@ymail.com

Abstrak
Perencanaan Kesehatan merupakan bagian krusial dari pembangunan bidang
kesehatan.masalahkesehatandapatterpecahkandenganperencanaan kesehatan yang baik dan menyeluruh serta
KomitmenPolitik oleh pengambil kebijakan di daerah dalam hal ini salah satu pembuat kebijakan adalah
legislator.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku legislator dalam perencanaan kesehatan. Desain
penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik,dan metode snowball sampling,dengan
jumlah Informan 10 orang. Pengumpulan data dengan Wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen,
Analisis data menggunakan triangulasi dengan analisis isi (content analisys). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengetahuan informan masih pada level standar, Sikap Informan masih kurang merespon, persepsi
informan masih rendah dilihat dari reaksi dan tanggapannya mengenai perencanaan kesehatan yang biasa saja,
Tindakan Informan masih kurang aktif dalam perencanaan kesehatan terlihat dari keterlibatannya dalam proses
perencanaan kesehatan dan informan masih mengedepankan kepentingan/interst Individu dan kelompok dalam
perencanaan dan anggran kesehatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku dalam hal pengetahuan,
sikap,persepsi,tindakan dan kepentingan legislator masih standar,Saran untuk kedepannya dapat diberikan,
pelatihan,pendidikan, mengedepankan keberpihakan terhadap sektor kesehatan di daerah, adanya penelitian
selanjutnya tentang perilaku legislator dalam perencanaan kesehatan.
Kata Kunci : Perencanaan Kesehatan, Pengetahuan, Sikap,Tindakan,Persepsi dan Kepentingan

Abstract
Health Planning is a crucial part of health development. health problems can be solved with a good overall
health planning and Political Commitment by policy makers in the region in this case one of the policy makers is
the legislators.This study aims to determine the behavior of legislators in health planning. The design of this
research is qualitative with analytic descriptive approach, and snowball sampling method, with the number of
informants 10 people.Data collection with in-depth interviews, observation and document review, Data analysis
using triangulation with content analysis (content analisys).The results of this study indicate that knowledge of
informants is still at the standard level, the attitude of informants is still less respond, informant perception is
still low seen from reaction and response about normal health planning, Informant Action still less active in
health planning seen from its involvement in health planning process and informants still prioritize the interests /
interst Individuals and groups in planning and health budget.The conclusions of this study are the behavior in
terms of knowledge, attitudes, perceptions, actions and interests of legislators is still standard, Advice for the
future can be given, training, education, promoting the sustainability of the health sector in the region, the
further research on the behavior of legislators in health planning.
Keywords: Health Planning, Knowledge, Attitude, Action, Perception and Interests

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan investasi untukmendukung Pembangunan
sertamemilikiperanpentingdalamupayapenanggulangankemiskinan. Pembangunan
kesehatanharusdipandangsebagaisuatuinvestasiuntukmeningkatkankualitassumberdayamanusi
a. DalampengukuranIndeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatanadalah salah
satukomponenutamaselainpendidikan dan pendapatansesuaidengan yang diamanatkan oleh
Undang-
UndangNomor36tahun2009tentangkesehatanditetapkanbahwakesehatanadalahkeadaansejahte
radari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkansetiap orang hidupproduktifsecarasosial dan
ekonomi(Kemenkes RI, 2009)
Pembangunan kesehatandiselenggarakandenganberdasarkan pada
perikemanusiaan,pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,
Sistemkesehatandaerahmengamanahkanbahwapembangunankesehatanakanberlangsungjikadi
dukung oleh perencanaan yang baik.
Perencanaankesehataneratkaitannyadenganpembiayaan dan
analisissituasikesehatan.ImplementasiUndang-undang No 19 tahun 1999 Menjadi Undang-
Undang No.23 Tahun 2014
tentangpemerintahdaerahsecarakongkritberdampakterhadapkewenanganpemerintahdaerahter
masukdalamperencanaanpembangunankesehatan, Desentralisasimerupakansuatu proses
politik dan administratif yang
dapatmemberikanberbagaikeuntungandengancaramenstimulasipeningkatanefisiensi dan
efektivitaspelayanankesehatankepadamasyarakatmelaluiperencanaankesehatan yang baik dan
terarahsertamengacu pada analisissituasikesehatan(Parmedy , 2011)
KesehatanadalahPolitikkarenadeterminansosialnya(Social
Determinats)adalahmudahditerimadalamIntervensiPolitik dan Oleh karenabergantung pada
tindakanpolitik(health determinants) dan
karenaKegiatannyabertujuanuntukmeningkatkankebutuhanKesehatanmelaluiUpayamasyaraka
t yang terorganisir(Pallutturi, 2015)
Pelaksanaandesentralisasi, dalamhaliniBupati dan DPRD sangatmenentukanarah dan
kebijakanpembangunan di wilayahnyatermasuksektorkesehatan. Penyusunanperencanaan dan
penganggarankesehatandilakukanuntukmemperjuangkanbagaimanasektorkesehatandiusulkans
ehinggamenjadikomitmenpemerintahdaerahterhadap program-program
kesehatansertamenjaminhak-hakmasyarakatuntukmencapaiderajatkesehatan yang sebaik-
baiknya
Salah Satu yang paling
BerperandalammerumusakanarahkebijakanPembanguandalamsuatudaerahkhususnyadalamPer
encanaanKesehatanadalah Para pemangkuJabatandalamLingkupLegislatif yang
dikenalsebagai Wakil-Wakil Rakyat yang terpilih Duduk di Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah ataudisebut juga Legislator. Penguatanperanlembagalegislatif di era
reformasiiniadalahsuatukeharusan yang tidakdapatdibantahkanlagi. DPRD berfungsi dan
berperandalammelaksanakanfungsi-fungsi, antara lain budgeting, legislation, dan controlling.
Secaraumum yang
dimaksudkandenganfungsilegislasiadalahfungsiuntukmembuatperaturandaerah. Penelitian
yang dilakukan oleh Bambang (2014) Dalam analisis Perilaku legislatif dan eksekutif
terhadap perencanaan kesehatan di kota langsa menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan
dan sikap serta besarnya kepentingan setiap anggota komisi dalam DPRD membuat alokasi
anggran kesehatan dibawah 10 % atau sekitar 5,8 % .
Kesemuanyadapatdilihatdaribagaimanakeberpihakan para Legislator baik yang
adadipusatkhusunya yang adadidaerahberdasarkanpada Perilaku yang
merupakanrepresentatifdarikeputusan-keputusankebijakandalamperencanaankesehatan dan
realisasiamanahundang-undangsebagaiaturan yang wajib untuk menjadi tanggung jawab,
Perilaku, Menurut Benyamin Bloom, Dapat dilihat dari tiga Unsur Penting yang dimiliki Oleh
Individu dalam interaksinya terhadap suatu Objek yang sedang atau dilakukan yaitu,
Tingkatan Pengetahuan Individu, Sikap yang dimiliki oleh Individu dan Tindakan yang
dilakukan dalam menangani Respon, Tindakan dapat dilihat dari Aspek Persepsi sebagai
bentuk Pemahaman terhadap suatu Objek tertentu. Hal inilah yang melatarbelakangi Peneliti,
untuk menganalisis perilaku legislator dalam perencanaan kesehatan di kabupaten Takalar.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian


Penelitianinidilakukan di di DPRD Kabupaten TakalardenganpertimbanganKabupaten
Takalar merupakan salah satu Daerah di Provinsi Sulawei Selatan yang
mempunyaialokasianggaranbidangkesehatantermasukrendahbiladibandingkandenganindiaktor
Indonesia Sehat 2010 yaituhanya6,7% dari total APBD , dan masihtingginya
misalokasianggarandalamperencanaankesehatan. Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian
Kualitatif denga pendekatan Deskriptif analitik Metode Penelitian dalam proses pengambilan
Informan sebagai sampel adalah dengan Snow ball sampling.

Populasi dan Sampel

Informan dalam penelitian ini adalah Legislator yang terlibat langsung dalam proses
perencanaan kesehatan, yaitu wakil ketua DPRD Kabupaten Takalar, Komisi I bagian
Pemerintahan, Komisi II bagian Ekonomi daerah, Komisi III bagian Kesehatan dan Badan
anggaran bidang Kesehatan, sebanyak 10 legislator menjadi Informan
Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan metode
wawancara mendalam, dokumentasi, rekaman arsip, observasi dan metode dokumentasi.
Melalui penelitian ini pemecahan masalah penelitian dilakukan dengan cara mendeskripsikan
keadaan objek penelitian dengan institusi yang terkait berdasarkan fakta atau data.Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kusioner yang dibuat dengan mengacu pada konsep
teori
Metode Analisis Data

Teknik analisis data Dengan analisisisi (Content


Analysis).dimulaidengancaramengatururutan data dengancaramengorganisir data yang
telahterkumpul, baikdarihasilwawancaramendalam, telaahdokumen, catatanlapangan,
sertafoto yangdiambilsebagaibahandokumentasi. Data yang
terkumpulkemudiandikategorikan dan dipilah-pilah, Pemilihan dan pengkategorisasian data
tersebutbertujuanmenguraikanjawaban-jawabanberdasarkanfakta-fakta yang adadan diperoleh
dilapangan kemudiandibuatmatrik-matrik yang menjelaskanpengkategorisasianterhadaphasil
yang ditemukan di lapangan dan dibandingkandenganteori yang ada.Teknik analisa data
dalampenelitianinimengikutipetunjuk Miles dan Huberman yangmelaluitigaaluryaitureduksi
data, penyajian data dan penarikankesimpulan.

HASIL

Penelitian ini, mengkaji tentang perilaku legislator dalam hal perencanaan kesehatan
di kabupaten Takalar tahun 2018. Dengan beberapa indikator yang dilihat yaitu Pengetahuan,
sikap,persepsi, tindakan dan kepentingan, Karakteristik Informan sebanyak 10 orang legilator
dengan Latar belakang Pendidikan S1 sebanyak, 7 orang, S2 sebanyak 2 orang dan S3
sebanyak 1 orang , dengan wawancara mendalam dimuali dari Informan kunci, Variabel
Penelitian dalam hal ini Pengetahuan Informan yang ditinjau dari aspek Pendidikan, Masa
kerja, Pengalaman Organisasi, dan Informasi Media, berada pada level normatif dan
ceenderung tidak paham dan tidak mengetahui dengan jelas tahapan perencanaan kesehatan,
mulai dari tahap analisis situasi/ data, rumusan masalah kesehatan, penetapan prioritas
masalah,penetapan tujuan,penyusunan rencana operasional dan tahap penilaian atau evaluasi.
Dari hasil wawancara dari beberapa informan yang menyatakan bahwa :
“...ee...biasanya data awal saya dapat dari diskusi dan musrenbang desa dari
situlah dalam rapat dengan dinas kesehatan daerah saya usulkan tambahan
kebutuhan di desa untuk kesehatannya” ( HMT, 42 thn)
“....Perencanaan kesehatan biasanya kita lihat dari kebutuhan yang ada di
masyarakat dan berdasarkan data dari dinas kesehatan kemudian di realisasi
pada rapat dengan eksekutif untuk memutuskan apa saja yang bisa di acc
dalam rapat untuk masalah kesehatan di takalar” ( ID, 42 thn)
“....dalamhalini.e..e..kita...pemerintah kabupaten Takalar
telahmemberiwewenangkepadadinaskesehatanuntukmembuatperencanaankese
hatansetiaptahunnya....,nah
mungkinteknispelaksanaannya..........atau..e...langkah- langkahnya...itumereka
yang lebih tau.....ya” ( IJT,38 thn)

PengetahuanInformanterhadaptahap dan proses perencanaankesehatan di


kabupatenTakalarsebatas pada data awal yang di dapatdarimusrenbang dan reses yang
dilaksanakanpertigabulan, pada tahapanperencanaanterlihattidakbegitumemahami dan dapat
di interpretasikanbahwapengetahuaninformanmasih pada level standar,
secaranoramtifmengetahuisecaraumumkebutuhanperencanaankesehatansangatpenting
Terhadap Sikap dalam hal ini responyang diperlihatkan Informan, dalam perencanaan
kesehatan berdasrkan hasil wawancara menyatakan bahwa :
“.....Saya merasa bahwa persoalan kesehatan adalah utama dan penting oleh
sebab itu respon cepat selalu saya lakukan dalam penetapan ataupun usulan
anggran di rapat banggar dan orang-orang dari Dinas kesehatan dan
Puskesmas”..(IJ, 44 thn,)

Berdasarkan wawancara mengenai sikap dalam hal respon terhadap perencanaan kesehatan di
Kabupaten Takalar, bahwa pandangan tentang penyediaan data dan analisa situasi sebelum
menentukan tujuan dan program semua dari pihak pemerintah yang menyedikan dan
menyiapkan kebutuhan menyangkut perencanaan di bidang kesehatan. Penelitian.Persepsi
yang dilihat dari tanggapan informan mengenai perencanaan kesehatan di Takalar dari hasil
wawancara dalam penelitian ini,
“.....Pada umumnya kita legislator, anggota dewan di daerah kabupaten
Takalar hanya berada pada tahap menilai untuk emm...keterlibatan dalam
pengambilan data dan penetapnnya semua biasanya di dinkes saja”(SJK,40
thn)

Tanggapan informan sangat rendah terhadap proses perencanaan kesehatan dalam penetapan
program dan realisasi anggaran dalam bidang kesehatan, Tindakan yang menjadi bagian dari
Indikator perilaku legislator dalam penelitian ini dari hasi wawancara mendalam di peroleh
pernyataan antara lain :
“...ee,,kami biasanya turun langsung ke desa-desa guna melihat apakah ada
masalah yang memang harus dijadikan program ,kemudian soal anggarannya
jika itu logis dan jelas maka tidak ada masalah.”....(HSB,50 thn)

Tindakan dalam hal ini oleh informan dipahami sebagai tugas dan wilayah eksekutif semata,
tidak pada pemahaman mengenai tindakan langsung yang dilkukan dalam rangka
wewenangnya sebagai legislator dengan tugas-tugas dan fungsinya
Kepentingan menyangkut bagaimana kepentingan Individu dan kelompok dalam perencanaan
kesehatan menjadi bagian yang diteliti dimana hasilnya ada persoalan kepentingan baik
individu maupun kelompok dalam hal perencanaan kesehatan di kabupaten Takalar, terlihat
dari pernyataan Informan tentang perencanaan kesehatan :
“....begini, dek,,,Kami ini duduk dan bisa berada sebagai wakil rakyat karena
mereka konstituen kami yang memilih sehingga kami juga harus
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka...”(CHA, 35 thn)
“....biasanya kan ada dana yang kami dapat dari Proyek-Proyek, jika dalam
bidang kesehatan biasanya tidak begitu banyak sehingga kepentingan yang
kami peroleh adalah kepentingan yang sama dengan dari pemerintah, saya
kira semua sama ya...”( SJK. 40 thn ).

Kepentingan atau interst dalam hal ini adalah bagaiamana keberpihakan informan pada
masyarakat sebagai tujuan utama dalam hal perencanaan kesehatan, dalam menetukan
besarnya anggaran yang di usulkan oleh pihak pemerintah dan merealisasikannya sebagai
sebuah kebijakan yang berpihak pada masyarakat.

PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini terlihat bahwa ada beberapa aspek yang mempengaruhi perilaku
legislator dalam perencanaan kesehatan, yaitu pengetahuan, sikap, persepsi, tindakan dan
kepentingannya dalam proses dan tahapan perencanaan kesehatan.
Pengetahuan berdasarkan aspek Pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam
melihat bagaimana perilakuya dalam proses dan tahapan terhadap perencanaan kesehatan,
Informasi baik berupa data ataupun informasi lainnya dapat diterima dengan baik jika di
dukung oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, hal lain
dalam penelitian ini menyangkut pengetahuan legislator adalah masa kerja, atau periode
jabatan menjadi penting karena menjadi bekal ilmu dan pengalaman selama berproses dalam
menjabat sebagai legislator dalam menetapkan kebijakan atau pun realisasi anggran program
yang di ajukan terlihat dari hasil wawancara, observasi langsung dan telaah dokumen bahwa
pendidikan, masa kerja, pengalaman organisasi dan dukungan media adalah dasar dari
pengetahuan tentang perencanaan kesehatan di daerah.
Pengalaman Organisasi menjadi bagian dari pengetahuannya dengan adanya
pengalaman berorganisasi baik organisasi ormas maupun organisasi lainnya menjdi pondasi
dalam hal berfikir dan bertindak secara struktural mengingat fungsi dan tugas legislator
adalah terstruktur. Dan pengalaman Organisasi merupakan temaan dan lahan ilmu dan
pengalaman yang tidak diperoleh dari pendidikan Formal, selain hal tersebut dukungan Media
dalam prosesnya beraktivitas dan bertugas sebagai wakil rakyat yang harus mendengar dan
menyerap aspirasi dari bawah dukungan media menjadi salah satu bantuan fasilitas untuk
kemajuan.
Sejalan dengan (Elsi, 2017) mengatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan
hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif serta
menempatkan kedudukannya secara proposional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan
yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan publik
Pengetahuan yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah salah satunya
adalah pengetahuan tentang anggaran. Dengan mengetahui tentang anggaran diharapkan
anggota dewan dapat mendeteksi adanya pemborosan anggaran
Persepsi Legislator dalam hal Perencanaan Kesehatan di Kabupeten Takalar dalam
Penelitian ini Yang menjadi aspek kajian dan Indikatornya adalah Reaksi dan Tanggapan
terhadap Proses Perencanaan kesehatan di daerah yang dilihat dari bagaimana
keberpihakannya kepada masyarakat dalam merealisasikan program dan anggaran
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari total Informan sebanyak 10 orang 3 orang
Informan dalam wawancara yang dilakukan menyatakan tentang Reaksi yang muncul dalam
halPerencanaan kesehatan yaitu menelaah terlebih dahulu ususlan Program yang di bawah
oleh pemerintah di rapat-rapat baik rapat bulanan ataupun rapat anggaran baru kemudian
memutuskan, demikian pula dengan tanggapan yang sering muncul adalah melihat terlebih
dahulu hal apa yang melatarbelakangi kemudian dijadikan sebuah perencanaan kesehatan baik
dari anggaran maupun Programsedangkan 7 orang lainnya memiliki Persepsi berupa reaksi
dan tanggapan yang berjalan sesuai dengan prosedur yang ada saja.
Hal ini merupakan pandangan legislator yang tidak semestinya, karena reaksi dan
tanggapannya sebagai salah satu pengambil kebijakan khususnya di daerah adalah sangat
krusial dan meiliki peran penting baik dari realisasi ususlan program maupun anggran. Hal ini
sejalan dengan penelitin yang dilakukan oleh (Parmedy, 2011)bahwa Persepsi Legilatif
terkadang sangat standar pada prosedur yang ada saja, tidak melakukan inovasi atau
pengembangan sehingga cenderung tidak berkembang.
Kepentingan menjadi salah satu indikator dalam melihat perilaku legislator dalam hal
perencanaan kesehatan kepentingan yang dimaksud dalam hal ini adalah Interst atau
kepentingan Pribadi dan kepentingan kelompok dalam proses perencanaaan kesehatan di
daerah, dan menjadi sangat penting mengingat legislator adalah bagian dari politik.
Hal tersebut secara de jure menunjukkan bahwa kepentingan legislator secara normatif
menyebutkan untuk kepentingan masyarakat yaitu kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Namun secara de facto kondisi ini cenderung tidak normatif, artinya ada
kepentingan terselubung terhadap perencanaan kesehatan khususnya berkaitan dengan
kepentingan pribadi atau golongan.
Dalam Variabel Kepentingan atau Interst, ditemukan beberapa penelitian yang sejalan
antara lain menurut (Rozidateno, 2016) Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget
holder eksekutif kepada pemberi wewenang legislatif yang juga digunakan untuk
memutuskan prioritas prioritas dan kebutuhan keuangan Pada sektor publik anggaran
merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen semata tetapi lebih dari itu dokumen
penganggaran disusun berdasarkan sebuah kesepakatan dan merupakan sebuah terjemahan
dari visi dan misi kepala daerah terpilih.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku legislator yang dilihat dari
indikator Pengetahuan, Persepsi dan Kepentingan masih rendah dan berada pada tatarn
normatif semata, dan masih mengedepankan kepentingan dalam hal pengambilan keputusan
tidak terkeculi dalam bidang kesehatan, Saran dalam Penlitian ini diharapkan legisltor agar
berperan aktif terhadap perencanaan kesehatan di daerah, keberpihakannya terhadap persoalan
kesehatan menjadi tanggung jawab moral sebagai wakil rakyat, agar dilakukan penelitian
selanjutnya terhadap perilaku legislator dalam perencanaan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah (2014). "Fungsi Menejemen Perencanaan Kesehatan "Jurnal Menejemen Pelayanan
Kesehatan
Alvian (2012). "Interaksi Kepentingan Eksekutif dan Legislatif ( Study Tentang Proses
Penyusunan dan Penetapan APBD bidang Pembangunan Tahun 2012 di Kabupaten
Malang."
Anna Dameria, T. (2016). "Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Partai Politik Dalam
Pemilihan Kepala Daerah di Desa Branti Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2015."
Arianti (2017). "Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan
Keuangan Daerah (APBD) dengan Political Background, akuntabilitas Public dan
Transparansi Kebijakan Public Sebagai Variabel Pemoderasi (Study Empiris Pada
DPRD Kab.Pelalawan) ".
Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan .Jakarta, Binarupa aksara.
Bambang, I. (2014). "Analisis Perilaku Legislatif dan Eksekutif Dalam Perencanaan
Kesehatan Di Kota Langsa Sumatra Utara."
Faraz, A. (2015). "Analisis Tentang Pengetahuan dan Perilaku Stakeholder dalam Pelayanan
Kesehatan Universitas Airlangga."
Handoko, S. (2016). "Analisis Pengetahuan dan Komitmen Politik Legislatif dan Eksekutif
Terhadap Perencanaan Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta."
Haryanto (2009). "Pengaruh Perilaku Opurtunistik Legislatif dan Transparansi Kebijakan
Publik Terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan mengenai Anggaran dan
Pengawasan Keuangan Daerah ".
Ilham, A. (2013). "Hubungan Legilslatif dalam Proses Pembuatan Perda APBD Tahun 2013
Provinsi Sulsel."
Kemenkes RI (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Jakarta.
Marhaeni (2008). "Intervensi Politik dalam Pengawasan dan Penganggaran Departemen
Kesehatan 2006-2007."
Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rieneka Cipta.
Pallutturi, S. (2015). Politik Kesehatan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Parmedy (2011). "Analisis Penyusunan Dan Penetapan Anggaran APBD Dinas Kesehatan
Kabupaten Nunukan Tahun 2011 ".
Rozidateno .P ( 2016).Dinamika Penyusunan anggaran Daerah. " Kasus Proses Penetapan
Program dan alokasi anggaran belanja di Kabupaten Sleman, 2016.
Yudoyono (2014). "Pengaruh Perilaku Opurtunistik Legislatif dan Transparansi Kebijakan
Public Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Dewan Mengenai Anggaran dan
Pengawasan Keuangan Daerah ( Survey DPRD Se- Eks Karisidenan Surakarta )."

Вам также может понравиться