Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
GRAFT (CABG)?
Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke jantung.
CABG adalah prosedur bedah untuk membuat pembuluh darah baru yang melintasi
pembuluh darah jantung yang menyempit dengan menggunakan pembuluh darah dari bagian
tubuh lain.
Dalam bedah pintas koroner, dokter spesialis bedah jantung melakukan pemasangan
pembuluh darah pintas (Bypass Grafting) pada pembuluh darah koroner yang menyempit
atau tersumbat. Bahan atau sumber graft dapat diambil dari pembuluh darah balik kaki,
pembuluh darah arteri di belakang dinding dada atau dari pembuluh darah arteri di lengan.
Tindakan CABG ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin jantung paru, atau tanpa
menggunakan mesin (Off Pump).
BAGAIMANA PROSES SELAMA ANDA DIRAWAT?
Operasi pintas koroner dilakukan oleh tim dokter spesialis bedah jantung Siloam
Heart Institute.
Pada saat operasi, fungsi jantung dan paru sementara digantikan oleh HLM (Heart
Lung Machine). Pembuluh darah (material graft) diambil, dan dijahitkan pada arteri
koroner jantung. Tindakan ini membutuhkan waktu 2 – 4 jam, tergantung
dari banyaknya arteri yang harus di-bypass.
Setelah operasi selesai, pasien akan dirawat di Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)
selama 2 hari dengan peralatan monitor yang lengkap, di bawah pengawasan tim
Dokter ICCU.
Anda akan mendapatkan terapi pernapasan. Ahli fisioterapi akan membantu Anda
untuk melakukan latihan pernapasan setiap beberapa jam.
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik akan memberikan edukasi, membantu proses
pemulihan, dan menyarankan kegiatan-kegiatan, termasuk jenis olahraga yang boleh
anda lakukan setelah operasi.
Ahli gizi akan menganjurkan bagaimana gaya hidup yang sehat, seperti memilih
makanan rendah lemak, kolesterol, dan garam.
Risiko/komplikasi dari operasi bedah pintas koroner adalah 2-3%. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah perdarahan, gangguan neurologis, gangguan fungsi ginjal sementara, dan
infeksi luka operasi. Prosedur CABG dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita
penyakit jantung koroner. Perlu diingat bahwa pasien harus tetap mengatur pola hidup
yang sehat setelah operasi.
Lebih dari 90% prosedur CABG menunjukkan hasil yang sangat baik setelah 1 0-20 tahun.
Sehingga operasi tetap menjadi pilihan utama (gold standard} untuk penyakit ini. Kami siap
melayani anda apabila anda memerlukan informasi lebih lanjut.
MRV
Praktek Essentials
Regurgitasi mitral (MR) didefinisikan sebagai pembalikan abnormal aliran darah dari ventrikel kiri
(LV) ke atrium kiri (LA). Hal ini disebabkan oleh gangguan pada bagian manapun dari peralatan katup
mitral (MV). Etiologi MR yang paling umum termasuk MV prolapse (MVP), penyakit jantung rematik,
endokarditis infektif, kalsifikasi annular, kardiomiopati, dan penyakit jantung iskemik. Lihat video di
bawah ini.
Ekokardiogram transthoracic menunjukkan regurgitasi mitral parah dengan katup mitral yang sangat
kalsifikasi dan prolaps selebaran posterior ke atrium kiri.
Bila dikaitkan dengan penyakit arteri koroner (CAD) dan infark miokard akut (MI), MR akut akut
disertai gejala berikut:
Dispnea
Kelelahan
Orthopnea
Pasien mungkin memiliki toleransi latihan normal sampai disfungsi LV sistolik berkembang, pada
saat mana mereka mungkin mengalami gejala penurunan curah jantung ke depan.
Pasien mungkin merasakan palpitasi dada jika AF berkembang sebagai akibat dilatasi atrium kronis
Pasien dengan pembesaran LV dan penyakit yang lebih parah akhirnya berkembang menjadi gejala
gagal jantung kongestif (CHF) dengan kongesti paru dan edema.
Rusak S 1 pada MR akut dan MR berat kronik dengan selebaran katup yang tidak benar
Murid khas
1. Pemeriksaan Fisioterapi
A. Anamnesis
a. Anamnesis umum
Nama : Tn.ADM
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
b. Anamnesis khusus
RPP : 3 hari yang lalu pada saat pasien bermain futsal tiba-tiba pasien
merasakan nyeri pada lututnya. Hal ini terjadi ketika pasien
menendang bola, pada saat itu juga lutut pasien seakan-akan
terkunci dan sulit untuk digerakkan. Karena pasien merasakan
sangat nyeri pada lututnya serta terjadi pembengkakan pada
lututnya pasien langsung di bawa temannya ke dokter . Setelah
itu pasien memeriksakannya ke dokter. Dan oleh dokter, pasien
dirujuk ke fisioterapi.
c. Anamnesis Sistem
a. Pemeriksaan
a) Vital Sign
Pernafasan : 22 x/menit
Temperatur : 370 C
b) Inspeksi
1) Statis
Terdapat oedema
2) Dinamis
Orientasi tes
Aktif
Tujuan : untuk mengetahui adanya nyeri, ROM, Aktif dan koordinasi gerakan
Pasif
Tujuan : untuk mengetahui ROM pasif, stabilitas sendi dan end feel
TIMT
B. Pemeriksaan Spesifik
1. Vas Test
Hasil :
0 8,7 10
Hasil :
Interpretasi : Ada keterbatasan pada gerakan aktif fleksi dextra 200 dan gerakan
pasif fleksi dextra 150
3. Palpasi
Adanya nyeri tekan pada bagian medial lutut, serta suhu di sekitarnya
hangat.
4.Ballotement Test
Hasilnya : terdapat nyeri berarti ada gangguan pada ligamen dan meniscus
6. McMurray
Tujuan : untuk mengetahui adanya gangguan pada meniscus medial dan lateral
Caranya : Pemeriksa memfeleksikan lutut pasien secara penuh, minta pasien untuk rileks
lalu Genggam tumit pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain , Satu tangan yang lain
menjepit dengan thumb pada satu garis sendi dan jari tengah pada sisi yang lainnya
Selanjutnya, rotasikan tibia terhadap femur dan secara bertahap lutut pasien diekstensikan ke
arah medial ato ke arah lateral
Hasil : terdapat nyeri pada ekstensi ke arah medial berari terjadi kelainan pada meniscus
medial.
7. Laci sorong
Tujuan : untuk mengetahui stabilitas pada knee joint, khususnya hipermobilitas pada
knee joint ruptur ligament cruciantum anterior dan posterior
Teknik : pasien dalam posisi tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi 70
derajat. kemudian fisioterapis mendorong dan menarik tibia
8. Gravity sign
Hasil : lutut kanan dan kiri sama berarti tdk ada ruptur pada ligamen crusiatum
posterior
9.MMT
Hasil :
Nilai Otot
Nama Otot
dextra Sinistra
m. rectus femoris 4 5
m.vastus medial 4 5
m.vastus lateralis 4 5
m.tensor facialatae 5 5
m. bicep femoris 4 5
m.adductor magnus 5 5
m.gracilis 5 5
B. Diagnosa Fisioterapi
C. Problematik FT
Nyeri,
Kelemahan otot
Keterbatasan ROM
Menurunkan nyeri
menambah ROM
E. Penatalaksanaan Fisioterapi
a. IRR
Teknik : pasien dalam posisi tidur terlentang, fisioterapi memberikan pemanasan IRR
pada bagian lutut
b. TENS
Dosis :F :6 x seminggu
I :65 mA
T : 4 pad
T :10 menit
c. Static Kontraksi
Teknik : Pasien dalam keadaan tidur terlentang kemudian tangan fisioterapi yang
kanan diletakkan dibawah lutut pasien dan bersamaan dengan itu kaki
didorso fleksikan kemudian pasien disuruh menekan tangan fisioterapi.
Dosis : F : 6 x seminggu
I : 8x hitungan/30x repetisi
T : 10 menit
e. SLR exercises
tujuan : untuk meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kontraktu otot dan atropi
Caranya : pasien bisa dalam posisi duduk atau baring, kemudian tungkai di luruskan
sambil menggerakkan ankle dilakukan selama 5 menit
Caranya : pasien duduk di bed kemudian kakinya terjuntai ke bawah, pasien di suruh
menggerakkan ke arah depan dan belakang
Catatan : pada hari 1-7 pasien belum bisa diberikan latihan yang berat karena ada
menimbulkan kerusakan fatal atau ruptur kembali pada meniscus, namun apabila
sudah masuk pada hari ke 7-14 sudah mulai bisa di berikan latihan sedang-agak berat
agar kekuatan otot bertambah dan tidak terjadi atropi
F. Edukasi
– Pasien diminta untuk mengompres kedua tungkainya dengan air hangat ±10 menit
G. Home Program
H. Prognosis
I. Evaluasi
Sesaat
Setelah diterapi, pasien merasakan nyerinya agak sedikit berkurang, ROM masih
tetap, masih terdapat kelemahan otot, dan pasien masih merasakan sakit apabila
melakukan gerakan jongkok berdiri.
Berkala
0 5 10