Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas / istirahat.
Gejala : Dispnea dengan aktifitas ataupun istirahat
a. Sirkulasi
Tanda :
1) Takikardia
2) Frekuensi tidak teratur/disritmia
3) S3 atau S4 / irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap
effusi)
4) Nadi apical berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal (dengan
tegangan pneumothorak).
5) Tanda Homan (bunyi renyah s/d denyutan jantung, menunjukan udara
dalam mediastinum).
6) Tekanan Darah : Hipertensi / hipotensi
b. Integritas Ego
Tanda : ketakutan, gelisah
c. Makanan / Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
1) Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
2) Timbul tiba-tiba sementara batuk atau regangan (pneumothorak spontan).
3) Tajam dan nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar keleher, bahu abdomen (Effusi Pleural).
Tanda :
1) Berhati-hati pada area yang sakit
2) Perilaku distraksi.
3) Mengkerutkan wajah.
e. Pernapasan
Gejala :
1) kesulitan bernapas, lapar napas
2) Batuk (mungkin gejala yang ada)
3) Riwayat bedah dada/trauma: Penyakit paru kronik, inflamasi/infeksi paru
(Empiema, Efusi) ; penyakit interstisial menyebar (Sarkoidosis) ;
keganasan (mis: Obstruksi tumor).
4) Pneumothorak spontan sebelumnya, ruptur empisematous bula spontan,
PPOM.
Tanda :
1) Pernapasan ; peningkatan frekuensi/tachipnea
2) Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada
dada, leher, retraksi interkosta, ekspirasi abdominal kuat.
3) Bunyi napas menurun atau tidak ada (sisi yang terlibat)
4) Fremitus menurun (sisi yang terlibat).
5) Perkusi dada : Hiperesonan diatas area terisi udara (pneumothorak),
bunyi pekak diatas area yang terisi cairan (hemothorak)
6) Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama bila trauma,
penurunan pengembangan thorak (area yang sakit).
7) Kulit : pucat, sianosis, berkeringat.
8) Mental : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan
f. Keamanan
Gejala :
1) Adanya trauma dada
2) Radiasi / kemoterapi untuk keganasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),
gangguan muskuloskeletal, nyeri ansietas, proses inflamasi.
2. Gangguan pertukaran gas b/d tension pneumothorak sekunder terhadap sumbatan
pada selang dada.
3. Nyeri b/d pemasangan selang dada.
4. Infeksi b/d tindakan invasif pembedahan.
5. Trauma / Apneu b/d penyakit saat ini/proses cedera, system drainase dada, kurang
pendidikan keamanan / pencegahan.
6. Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar (tentang kondisi dan aturan pengobatan)
b/d kurangnya informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),
gangguan muskuloskeletal, nyeri ansietas, proses inflamasi.
Intervensi :
a. Tujuan
b. Kriteria Hasil
c. Intervensi & Rasional
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Identifikasi etiologi /factor pencetus, contoh 1. Pemahaman penyebab kolaps paru perlu
kolaps spontan, trauma, infeksi, komplikasi untuk pemasangan selang dada yang tepat
ventilasi mekanik. dan memilih tindakan terapiutik yang
tepat.
2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat 2. Distres pernapasan dan perubahan pada
kecepatan/pernapasan serak, dispnea, tanda vital dapat terjadi sebagai akibat
terjadinya sianosis, perubahan tanda vital. stress fisiologis dan nyeri menunjukan
terjadinya syok b/d hipoksia/perdarahan.
3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila 3. Kesulitan bernapas dengan ventilator atau
menggunakan ventilasi mekanik dan catat peningkatan tekanan jalan napas diduga
perubahan tekanan udara. memburuknya kondisi/terjadi komplikasi
(ruptur spontan dari bleb, terjadi
pneumotorak).
4. Auskultasi bunyi napas. 4. Bunyi napas dapat menurun atau tidak ada
pada lobus, segmen paru/seluruh area paru
(unilateral). Area Atelektasis tidak ada
bunyi napas dan sebagian area kolaps
menurun bunyinya.
5. Catat pengembangan dada dan posisi trahea. 5. Pengembangan dada sanma dengan
ekspansi paru. Deviasi trahea dari area sisi
yang sakit pada tegangan pneumothoraks.
6. Kaji fremitus. 6. Suara dan taktil fremitus (vibrasi)
menurun pada jaringan yang terisi cairan /
konsolidasi.
7. Kaji adanya area nyeri tekan bila batuk, napas 7. Sokongan terhadap dada dan otot
dalam. abdominal buat batuk lebih
efektif/mengurangi trauma.
8. Pertahankan posisi nyaman (peninggian kepala 8. Meningkatkan inspirasi maksimal,
tempat tidur). meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
pada sisi yang tidak sakit
9. Pertahankan perilaku tenang, Bantu klien untuk 9. Membantu pasien alami efek fisiologis
kontrol diri dengan gunakan pernapasan hipoksia yang dapat dimanifestaikan
lambat/dalam. sebagai ansietas/takut
10. Bila selang dada dipasang :
a. Periksa pengontrol pengisap untuk 1. Mempertahankan tekanan negatif intra
jumlah hisapan yang benar (batas air, pleural sesuai yang diberikan,
pengatur dinding/meja disusun tepat). meningkatkan ekspansi paru optimum atau
drainase cairan.
b. Periksa batas cairan pada botol 2. Air botol penampung bertindak sebagai
pengisap, pertahankan pada batas yang pelindung yang mencegah udara atmosfir
ditentukan. masuk kearea pleural.
f. Klem selang pada bagian bawa unit 6. Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat
drainase bila kebocoran udara system.
berlanjut.
g. Awasi pasang surut air penampung 7. Botol penampung bertindak sebagai
menetap atau sementara. manometer intra pleural (ukuran tekanan
intrapleural), sehingga fluktuasi (pasang
surut) tunjukan perbedaan tekanan antara
inspirasi dan ekspirasi. Pasang surut 2-6
selama inspirasi normal dan sedikit
meningkat saat batuk. Fluktuasi
berlebihan menunjukan abstruksi jalan
napas atau adanya pneumothorak besar.
j. Evaluasi kebutuhan untuk memijat 10. Pemijatan biasanya tidak nyaman bagi
selang (milking). pasien karena perubahan tekanan
intratorakal, dimana dapat menimbulkan
batuk/ketidaknyamanan dada.
k. Pijat selang hati-hati sesuai prosedur, 11. Pemijatan yang keras dapat timbulkan
yang meminimalkan tekanan negatif tekanan hisapan intratorakal yang tinggi
berlebihan. dapat mencederai.
m. Setelah kateter torak dilepas. Tutup sisi 13. Deteksi dini terjadinya komplikasi
lubang masuk dengan kasa steril. penting, contoh berulang pneumothorak,
adanya infeksi.
INTERVENSI KOLABORASI
ii. Kaji seri foto thorak. 1. Mengawasi kemajuan perbaikan
hemothorak/pneumothorak dan ekspansi
paru. Mengidentifikasi posisi selang
endotraheal mempengaruhi inflasi paru.
iii. Awasi GDA dan nadi oksimetri, kaji 2. Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi.
kapasitas vital/pengukuran volume tidal.
iv. Berikan oksigen tambahan melalui 3. Alat dalam menurunkan kerja napas,
kanula/masker sesuai indikasi. meningkatkan penghilangan distress respirasi
dan sianosis b/d hipoksemia.
2. (Resiko tinggi) Trauma / penghentian napas b/d penyakit saat ini/proses
cedera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI Vol.1, EGC,
Jakarta
LAB/UPF ILMU BEDAH (1988), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
Sjasuhidajat. R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta.