Вы находитесь на странице: 1из 21

MAKALAH BIOFARMASI “INTRAOKULAR”

Dosen : Ibu Rahmi Hutabarat, S.Si, M.Si. Apt.

Disusun oleh :

Amalia Eka Saputri (15330013)


Gita Rahmalia (15330014)
Vivid Rose fitriani (15330017)

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

2.1 Tekanan Intraokular ................................................................................ 5

2.1.1Pembentukan Humor Aquous ........................................................ 5

2.1.2Aliran Humor Aquous ..................................................................... 6

2.1.3Tekanan Vena Episklera ................................................................. 7

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Intraokular ............................. 7

2.3 Pengukuran TIO ..................................................................................... 12

2.4 Daftar Gejala Peningkatan Tekanan Intraokular ............................... 14

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................ 16

3.1 Pengobatan Tekanan Intraokular......................................................... 16

3.2 Contoh Obat Yang Digunakan .............................................................. 17

BAB 1V KESIMPULAN .............................................................................................. 20

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20

4.2 Saran ........................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan salah satu indera manusia yang berfungsi untuk memberikan
informasi visual ke otak. Apabila terjadi glaukoma pada mata, maka informasi visual
ke otak pasti akan terganggu sehingga dapat mengakibatkan kebutaan. Glaukoma
merupakan salah satu penyebab kebutaan baik di dunia maupun di Indonesia.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2002, penyebab kebutaan
paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), kemudian glaukoma (12,3%), uveitis
(10,2%), age-macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal
opacity (5,1%), diabetic retinopathy (4,8%). Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2010, diperkirakan 39 juta orang di dunia
menderita kebutaan dan glaukoma menyumbang 3,2 juta orang diantaranya. Sehingga
glaukoma dapat dikatakan penyebab kebutaan kedua setelah katarak dengan buta 2
mata di dunia.
Glaukoma merupakan sekumpulan gejala kerusakan saraf optic (neuropati optik)
dimana faktor risiko utamanya adalah peningkatan tekanan intraokuler. Tekanan
intraokuler tergantung pada keseimbangan antara produksi dan ekskresi humor aquos
yang dihasilkan oleh prosesus siliaris. Penyebeb kerusakan saraf pada glaukoma
terdapat 2 teori yaitu oleh karena faktor mekanis (peningkatan tekanan
intraokuler) dan teori vaskuler yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
menuju papil nervus II.
Tekanan intraocular adalah tekanan cairan di dalam bola mata yang nilainya
ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan tahanan terhadap aliran
keluarnya dari mata.Peningkatan tekanan intraokular dapat terjadi akibat peningkatan
produksi ataupun gangguan aliran keluar dari aqueous humor tersebut (Salmon,
2009).Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan intraokular adalah faktor
genetik, ras, jenis kelamin, tekanan darah, dan penggunaan kortikosteroid (Maxwell,
2014).

3
Tekanan intraokuler normal pada manusia dari data penelitian Becker dengan
menggunakan tonometer Shiotz pada 909 populasi adalah 16,1 mmHg dengan SD 2,8
mmHg dan dari penelitian Leydecker dkk (1958) pada 10.000 populasi mendapatkan
nilai tekanan intraokuler 15,8 mmHg dengan SD 2,6 mmHg serta dari penelitian
Goldmann pada 400 populasi dengan menggunakan tonometer aplanasi mendapatkan
nilai tekanan intraokuler rata-rata 15,4 mmHg dengan SD 2,5 mmHg.
Tekanan intraokular sangat bervariasi pada orang normal demikian juga pada
penderita myopia. Myopia merupakan suatu kelainan refraksi yang relatif banyak
menyebabkan gangguan penglihatan, myopia merupakan salah satu dari lima besar
penyebab kebutaan. Dikatakan bahwa pada penderita myopia, tekanan intraokular
mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi pada tingkat keparahan myopia.
Nilai tekanan intraokuler pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain: usia, jenis kelamin, musim, variasi diurnal, ras, kelainan refraksi, latihan,
obat-obat anastesi, alkohol . Pada beberapa penelitian dijumpai korelasi antara tekanan
intraokuler dengan usia, dimana dengan bertambahnya usia cenderung terjadi
peningkatan tekanan intraokuler, yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor
kardiovaskular, demikian juga yang berhubungan dengan jenis kelamin dimana dari
penelitian Armalys (1965) dengan menggunakan tonometer applanasi mendapatkan
tekanan intraokuler pada wanita berusia lebih dari 40 tahun lebih tinggi dari pria yang
mungkin disebabkan oleh faktor-faktor hormonal (menstruasi).

1.2 Tujuan

1. Mengetahui system kerja dari intraocular


2. Mengetahi tentang tekanan intraocular
3. Mengetahui contoh obat untuk mengobati penyakit glucoma

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Intraokular

Tekanan intraokular adalah tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata terhadap
dinding bola mata. Tekanan ini dipengaruhi oleh lapisan dinding bola mata dan volume
bola mata yang terdiri dari : aquos humor, korpus vitreus, pembuluh darah intraokular
dan isinya. Tekanan intraokular diharapkan berada dalam angka yang normal di dalam
dinamika cairan aquos humor, karena aquos humor sendiri mempunyai fungsi sebagai
media refraksi, pemberi nutrisi dan mempengaruhi tekanan hidrostatik untuk stabilitas
bola mata. Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular, antara lain : umur,
jenis kelamin, ras, genetik, waktu dan gangguan refraksi.
Tekanan Intraokular atau TIO merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
penyakit glaukoma saat ini dan merupakan satu-satunya faktor risiko yang dapat
diterapi.
Tekanan intraokular di tentukan oleh kecepatan pembentukan aquos humor dan
tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular diatur oleh dinamika
cairan aquos humor termasuk diantaranya : produksi cairan aquos, aliran cairan dan
tekanan vena episklera. Fungsi dari aquos humor adalah sebagai media refraksi,
pemberi nutrisi dan juga mempengaruhi tekanan hiodrostatik untuk stabilitas bola mata.
Tekanan bola mata pada manusia normal yang diukur dengan pemeriksaan
Tonometer Aplanasi rata-rata berkisar 15,4 ± 2,5 mmHg pada posisi duduk dan
pemeriksaan Tonometer Schiotz rata-rata berkisar 16,1 ± 2,8 mmHg pada posisi
berbaring. Distribusi tekanan intraokular rata-rata dari populasi umum berkisar antara
10-20 mmHg.

2.1.1 Pembentukan Humor Aquous

Humor aquous diproduksi oleh prosesus siliaris di corpus


siliaris.Cairan ini dikeluarkan melalui epitel ke dalam kamera okuli posterior.
Selanjutnya akan mengalir dari kamera okuli posterior ke kamera okuli
anterior melalui pupil. Hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan

5
tekanan dari kedua ruangan tersebut. Produksi humor aquous dapat menurun
oleh karena umur, variasi diurnal, dan olahraga. Faktor sistemik seperti
hipotensi, menurunnya aliran darah ke badan siliaris, hipothermia, dan
asidosis juga dapat menyebabkan penurunan produksi humor aquous.

2.1.2 Aliran Humor Aquous

Humor aquous keluar dari mata melalui dua jalur. Jalur yang pertama
yaitu melalui anyaman trabekula.Sekitar 80% humor aquous keluar dari mata
lewat anyaman trabekula ke dalam kanalis Schlemm dan akhirnya menuju ke
sirkulasi vena. Anyaman trabekular terdiri atas berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular, membentuk suatu
saringan dengan ukuran pori-pori yang semakin mengecil sewaktu mendekati
kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam anyaman
trabekular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman tersebut sehingga
kecepatan drainase humor aquous juga meningkat. Aliran humor aquous ke
dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran
transelular siklik di lapisan endotel.Saluran eferen dari kanalis Schlemm
(sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aquous) menyalurkan cairan ke
dalam system vena.Sekitar 20% humor aquous keluar lewat jalur yang kedua
yaitu jalur uveosklera. Humor aquous mengalir melewati korpus siliaris
menuju ke ruang suprakhoroid untuk kemudian akan ditarik keluar oleh
sirkulasi vena yang ada di korpus siliaris, khoroid dan sklera. Tahanan utama
aliran keluar humor aquous dari bilik mata depan adalah jaringan
jukstakanalisikular yang berbatasan dengan lapisan endotel kanalis Schlemm,
dan bukan sistem vena. Tekanan di jaringan vena episklera menentukan nilai
minimum tekanan intraokuler yang dapat dicapai oleh terapi medis. Faktor
yang mempengaruhi aliran humor aquous adalah usia, hormon kortikosteroid,
faktor genetik, miopia, diabetes mellitus, otot siliaris, dan obat- obatan.

6
Gambar 1. Aliran keluar humor aquous

2.1.3 Tekanan Vena Episklera

Tekanan vena epikslera merupakan tekanan dari vena-vena yang


mengalirkan humor aquous melewati anyaman trabekula.Tekanan vena
episklera merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi TIO.
Tekanan vena episklera normal berkisar antara 8-11,5 mmHg. Perubahan
posisi tubuh (duduk, berdiri, atau berbaring), kehamilan, terpapar air dingin,
inhalasi oksigen, hipotermi, dan α-adrenergic agonis merupakan faktor-faktor
yang menaikkan atau menurunkan TIO.
Tekanan vena episklera relatif stabil, hal yang mempengaruhi tekanan
vena episklera adalah posisi tubuh dan penyakit bola mata. Kenaikan yang
abnormal dari tekanan vena episklera dapat menyebabkan kanalisis Schlemm
kolaps dan meningkatnya hambatan aliran humor aquous.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Intraokular

Beberapa faktor yang mempengaruhi TIO antara lain :


1) Usia
Masih banyak pertentangan mengenai pengaruh usia terhadap
perubahan TIO. Umumnya usia muda mempunyai tekanan yang lebih rendah
dibanding populasi umum, sedangkan pada orang tua peningkatan TIO
mempunyai hubungan dengan tekanan darah yang meninggi, frekuensi nadi
dan obesitas.

7
Aliran keluar humor aquous menurun seiring dengan bertambahnya
usia, hal tersebut dipengaruhi oleh operasi, trauma, pengobatan, dan faktor
hormonal. Studi histologi menghubungkannya dengan perubahan pada
jaringan trabekula, termasuk penebalan dan penggabungan lapisan trabekula,
degenerasi kolagen dan elastisitas fibril, hilangnya sel-sel endotel,
hiperpigmentasi sel-sel endotel, akumulasi organel intraseluler, perubahan
matriks ekstraseluler dan berkurangnya jumlah vakuola raksasa.
2) Jenis kelamin
Tidak banyak ditemui perbedaan TIO antara pria dan wanita.
Umumnya wanita usia menopause mempunyai TIO yang relatif lebih tinggi
dibandingkan pria dengan umur yang sama, dalam hal ini mungkin
disebabkan oleh faktor-faktor hormonal. Wanita dilaporkan sebagai faktor
risiko independen dari glaukoma sudut tertutup oleh beberapa penelitian.Hal
tersebut dikarenakan perbedaan biometri antara wanita dan pria.Wanita
memiliki mata yg lebih pendek dan kamera okuli anterior dangkal dibanding
pria.
3) Variasi diurnal
Pada individu normal, TIO bervariasi antara 2-6 mmHg selama 24 jam
sebagai hasil dari produksi humor aquous dan pergantian alirannya.Tekanan
intraokuler yang tinggi berkaitan dengan fluktuasi yang tinggi dan fluktuasi
variasi diurnal yang lebih besar dari 10 mmHg dapat menimbulkan
glaukoma.Puncak TIO tertinggi pada masing-masing individu sangat
beragam, namun sebagian besar individu mengalami puncak TIO tertinggi
pada saat pagi hari.
Hubungan antara tekanan darah dan TIO sangat penting pada
terjadinya kerusakan saraf mata. Hipotensi sistemik, terutama selama tidur
dapat menyebabkan penurunan perfusi saraf mata yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf mata.
4) Ras
Keterkaitan antara ras tertentu dengan TIO telah diperkuat dengan
adanya laporan yang menyatakan bahwa orang kulit hitam mempunyai TIO
lebih tinggi dibandingkan kulit putih.

8
5) Genetik
TIO pada populasi umum ada kaitannya dengan keturunan, keadaan
ini dibuktikan dengan terdapatnya kecenderungan TIO yang lebih tinggi pada
sejumlah keluarga penderita glaukoma.
6) Penyakit Sistemik
Penyakit yang terkait dengan glaukoma adalah miopia, diabetes
mellitus, hipertensi sistemik, dan oklusi vena retina sentral.Beaver Dam
EyeStudy dan Rotterdam follow up study mengatakan bahwa miopia
merupakanfaktor risiko signifikan untuk glaukoma.
Diabetes mellitus hingga saat ini masih diperdebatkan sebagai faktor
risiko glaukoma sudut terbuka primer.Beaver Dam Eye Study, Blue
MountainsEye Study, Los Angeles Latino Eye Study mengatakan bahwa
terdapathubungan antara diabetes mellitus dan glaukoma sudut terbuka
primer. Akan tetapi, Framingham Study, Baltimore Eye Survey, Barbados Eye
Study, dan Rotterdam Study mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikanantara diabetes mellitus dan glaukoma sudut terbuka primer.
Baltimore Eye Study mengatakan bahwa hipertensi sistemik
berhubungan dengan penurunan risiko adanya glaukoma pada pasien yang
berusia <65 tahun dan peningkatan risiko glaukoma pada pasien yang berusia
lebih tua. Hipotesis dari penelitian ini adalah pada pasien yang lebih muda,
tekanan darah yang lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan perfusi
pada nervus optikus, tetapi dengan usia tua, terdapat efek negatif dari
hipertensi kronik pada mikrosirkulasi nerus optikus sehingga meningkatkan
kerentanan nervus terhadap perkembangan neuropati optik glaukomatosa.
Sebaliknya, Barbados Eye Studies menunjukan bahwa risiko relatif terjadinya
glaucomapada pasien yang menderita hipertensi sistemik <1,0 pada seluruh
kelompok umur, termasuk yang berusia 70 tahun ke atas.
Pasien dengan oklusi vena retina sentral dapat disertai peningkatan TIO
dan glaukoma. Pasien tersebut dapat memiliki glaukoma sudut terbuka primer
atau tipe glaukoma lain sebelumnya. Setelah terjadinya oklusi vena retina
sentral, dapat terjadi glaukoma sudut tertutup atau pada tahap lanjut terjadi
glaukoma neovaskuler. Glaukoma dan hipertensi okuler merupakan faktor
risiko terjadinya oklusi vena retina sentral.

9
7) Obat-obatan
Pilokarpin dan obat kolinergik meningkatkan aliran humor aquous.
Epinefrin/dipivefrin/agonis β-adrenergik meningkatkan aliran humor
aquous.Beta blockers, carbonic anhydrase inhibitors dan α-agonist
menurunkan produksi humor aquous. Prostaglandin meningkatkan aliran
keluar humor aquous.
8) Latihan/ Olahraga
Latihan yang berat dapat menghasilkan penurunan TIO sementara. Hal
ini disebabkan oleh asidosis dan perubahan osmolalitas serum. Secara umum
individu yang sehat mempunyai TIO rendah. Pada olahraga berat dan ekstrim
yang menyebabkan mengejan seperti angkat beban dapat meningkatkan TIO.
Kemungkinan hal ini disebabkan adanya valsava atau kenaikan tekanan
intrakranial yang dihubungkan dengan sistem vena periokuler. Menahan nafas
pada saat mengangkat beban dapat menaikkan TIO. Tipe olahraga yang
berbeda memiliki pengaruh yang berbeda pula pada TIO. Olahraga yang
dinamik seperti jogging menyebabkan peningkatan aktivitas isotonik otot
secara predominan sehingga metabolismenya berupa metabolism aerobik.
Selama olahraga dinamik TIO turun dan setelah istirahat 1 jam TIO akan
kembali ke tekanan awal. Hal tersebut telah dicobakan pada dewasa muda
yang sehat, orang tua, orang yang aktivitasnya minimal atau tidak
beraktivitas, atlet terlatih, dan pada subjek dengan peningkatan TIO atau
glaukoma.
Penurunan TIO lebih besar pada individu yang terlatih dibandingkan
individu yang tidak melakukan aktivitas apapun. Penurunan TIO lebih
berhubungan dengan intensitas olahraga dibandingkan dengan durasi
olahraga. Olahraga dinamik meningkatkan tekanan koloid dimana hal tersebut
berhubungan erat dengan penurunan TIO dan merupakan faktor determinan
yang penting dalam penurunan TIO.
Olahraga yang statis seperti handgripping menyebabkan aktivitas
isometrik otot yang lebih dominan dan metabolism selnya berupa metabolism
anaerobik. Selama kontraksi otot berlangsung maka selama itu pula
peningkatan TIO dapat terjadi dan pada saat relaksasi TIO akan turun secara
perlahan-lahan kembali ke TIO awal dalam waktu beberapa menit. Jika

10
dibandingkan secara langsung penurunan TIO pada olahraga statis lebih
sedikit dibandingkan dengan olahraga dinamik, hal ini berhubungan dengan
intensitas olahraga atau energi yang dikeluarkan (expenditure
energy).Mekanisme penurunan TIO setelah olahraga statis tidak diketahui
secara pasti dan hubungan antara TIO dengan tekanan osmotik koloid tidak
berhubungan secara bermakna pada olahraga statis.
Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa dengan program
pelatihan yang intensif dapat menurunkan TIO istirahat akan tetapi kejadian
tersebut ditemukan pada sebagian kecil subjek dan juga ditemukan pada
subjek yang tidak menjalankan pelatihan secara lengkap. Pada penelitian
lainnya menyebutkan dengan menjalankan olahraga rutin selama 6 bulan,
didapatkan TIO menurun pada kelompok yang mendapatkan dan tidak
mendapatkan pelatihan.Suatu penelitian melakukan pemeriksaan TIO
terhadap subjek setelah penghentian pelatihan, dimana ditemukan bahwa TIO
istirahat kembali menjadi TIO sebelum melakukan pelatihan dalam kurun
waktu 3 minggu. Tidak terdapat adanya bukti yang kuat bahwa dengan
melakukan pelatihan akan memberikan pengaruh terhadap nilai TIO istirahat.
Terkadang dengan berolahraga dapat meningkatkan TIO saat
beraktivitas. Tekanan intraokuler akan meningkat pada saat melakukan
olahraga angkat beban. Aktivitas lain yang dapat meningkatkan tekanan
intravena telah dilaporkan dapat meningkatkan TIO, seperti memainkan alat
musik pukul atau yoga pada saat headstand. Aktivitas ini tidak
direkomendasikan pada pasien glaukoma karena terkadang hal ini dapat
menyebabkan ekskavasasi glaukomatosa.
9) Perubahan postur
Ketika individu normal melakukan gerakan dari duduk kemudian
posisi supinasi (tidur) TIO naik sebanyak 6 mmHg. Tekanan intraokuler naik
lebih tinggi pada penderita glaukoma sudut terbuka. Pada sebuah penelitian
individu normal yang ditempatkan pada posisi terbalik (kepala berada di
bawah) terdapat kenaikan TIO secara tajam, dari rata-rata 16.8 mmHg
menjadi 32.9 mmHg. Kenaikan bisa lebih tinggi pada penderita glaukoma.
Kenaikan TIO terjadi sangat cepat mungkin disebabkan karena perubahan
tekanan arteri dan vena.

11
Kenaikan TIO yang singkat bukan merupakan hal yang berbahaya
pada individu normal, namun dapat berbahaya apabila hal tersebut terjadi
pada penderita glaukoma.

2.3 Pengukuran TIO

1. Tonometri
Tonometri adalah teknik yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan
intraokular. Pemeriksaan ini sangat penting untuk menegakkan diagnosis
penyakit yang berhubungan dengan peningkatan TIO, seperti glaukoma.TIO
normal sendiri berkisar antara 10-24 mmHg.
Ada 4 bentuk pemeriksaan tonometri, yaitu :
1. Digital/palpasi
Pemeriksaan sederhana dengan menggunakan kedua telunjuk
tangan dengan menekan bola mata pada bagian belakang kornea.
Pemeriksaan ini untuk memeriksa fluktuasi bola mata. Didapat kesan
berapa ringannya bola mata dapat ditekan. Penilaian dilakukan dengan
pengalaman sebelumnya, yaitu :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan lebih tinggi
N+3 : untuk tekanan yang sangat tinggi
N-1 : tekanan lebih rendah dari normal
N-2 : lebih rendah lagi dan seterusnya.
Sangat baik bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai,
seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Tetapi
pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat
faktor subjektif.

12
2. Tonometri Schiotz
Pemeriksaan dengan tonometer Schiotz, menekan permukaan
kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda
yang ditaruh pada kornea akan menekan bola mata kedalam dan
mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Pembacaan
skala dikonfersi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam mmHg.
Pemeriksaan kurang akurat, karena dipengaruhi oleh ketegangan sklera
seperti pada myopia dan penyakit tiroid.

3. Tonometri Aplanasi
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intra okuler dengan
menghilangkan pengaruh kekakuan sklera dengan mendatarkan
permukaan kornea. Dengan tonometer aplanasi tekanan bola mata lebih
dari 20 mmHg dianggap menderita glaukoma.

13
4. Tonometri Non Kontak
Tonometri non kontak tidak setelit tonometer aplanasi.
Dihembuskan sedikit udara pada kornea. Udara terpantul dari permukaan
kornea mengenai membrane penerima tekanan pada alat ini. Metode ini
tidak memerlukan anastesi, karena tidak ada bagian alat yang mengenai
mata. Sehingga dengan mudah dipakai oleh teknisi dan berguna dalam
program penyaringan.

2.4 Daftar Gejala Peningkatan Tekanan Intraokular

1. Kebutaan malam.
2. Bidang pandang sangat berkurang.mata
3. Lelah terlalu cepat.
4. Ada mata merah.
5. Sakit kepala intens di lengkungan nadlobnyh, mata dan daerah temporal.

14
6. Melintas midge atau lingkaran warna-warni di depan mata ketika Anda
melihat cahaya.
7. Ketidaknyamanan saat membaca, menonton TV atau menggunakan
komputer.

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengobatan Tekanan Intraokular

Pilihan strategi pengobatan tergantung pada penyebabnya, memicu penurunan


atau peningkatan tekanan intraokular pada orang dewasa.Ketikameningkat tekanan
intraokular sebagai pengobatan mungkin untuk menggunakan tindakan konservatif
berikut:

1. Drops meningkatkan jaringan mata nutrisi dan keluar cairan.


2. Pengobatan penyakit yang mendasari, jika peningkatan tekanan intraokular
merupakan gejala.Ketika kegagalan,
3. Metode medis untuk perawatan laser diterapkan.

Secara umum, pengobatan tekanan intraokular menurun adalah untuk mengobati


penyakit yang mendasari, yang menyebabkan gangguan.

Metode yang paling radikal pengobatan tekanan intraokular - teknik bedah


mikro: goniotomiya dengan atau tanpa goniopuncture dan trabekulotomiya.Ketika
goniotomii membedah sudut iridokornea dari ruang anterior mata.Trabekulotomiya,
pada gilirannya, merupakan diseksi trabkulyarnoy jala mata - jaringan yang
menghubungkan iris tepi ciliary dengan pesawat kornea belakang.

Tekanan bola mata kadang-kadang perlu diturunkan walaupun berada dalam


batas normal. Pertimbangnnya adalah sebagai berikut:
· Tekanan di atas 21, 100% mengalami gangguan lapang pandang progresif
· Tekanan 17-21, hanya 50 %
· Tekanan di bawah 17, 10 % mengalami gangguan lapang pandangan
· Tekanan di bawah 16 mmHg sebaiknya dirujuk

16
3.2 Contoh Obat Yang Digunakan

Pilocarpine adalah obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit


glaukoma, khusunya glaukoma akut sudut tertutup. Selain glaukoma, pilocarpine juga
bisa digunakan untuk mengatasi gejala mata dan mulut kering (xerostomia) pada
penyakit sindrom Sjogren akibat menurunnya produksi sekresi di dalam kelenjar, serta
mulut kering akibat efek samping pengobatan radioterapi untuk kanker kepala dan leher
dengan cara merangsang kelenjar untuk meningkatkan produksi air liur dan air mata.

 Tentang Pilocarpine

Golongan Agen kolinergik

Kategori Obat resep

Mengobati glaukoma, mengobati gejala mata dan mulut kering pada


sindrom Sjogren, serta mengatasi mulut kering akibat efek samping
Manfaat radioterapi

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk obat Tetes dan Tablet

 Dosis Pilocarpine
Untuk pasien anak-anak, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter. Sedangkan untuk
pasien dewasa, berikut ini dosis yang disarankan:

Kondisi Dosis
Untuk mengatasi glaukoma sudut terbuka Dosis yang biasanya direkomendasikan adalah 1
hingga 2 tetes sebanyak 4 kali sehari.
Untuk mengatasi kasus darurat glaukoma Dosis yang biasanya direkomendasikan adalah 1
akut sudut tertutup tetes setiap 5 menit sekali.
Untuk mengatasi gejala sindrom Sjogren Dosis yang direkomendasikan adalah 5 mg
sebanyak 4 kali sehari. Jika belum merespons
pengobatan, dosis bisa ditingkatkan menjadi

17
30 mg per hari.
Untuk mengatasi efek samping Dosis yang direkomendasikan adalah 5 mg
radioterapipada pasien kanker kepala dan sebanyak 3 kali sehari. Jika belum merespons
leher pengobatan, dosis bisa ditingkatkan menjadi
30 mg per hari.
Hentikan pengobatan dengan pilocarpine tablet apabila dalam jangka waktu 2-3 bulan,
kondisi pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan.

 Mekanisme Kerja Obat

Meningkatkan aliran keluar akuos karena adanya kontraksi badan siliar. Hal itu
mengakibatkan penarikan tapis sklera dan penguatan clamp trabekula. Pada glaukoma
sudut tertutup, efek miotik dari obat melepaskan blok pupil dan juga menarik iris
menjauh dari sudut bilik mata depan. obat ini meningkatkan aliran keluar akuos melalui
trabekula. Dan mula kerja obatnya cepat, efek puncak terjadi antara 30-60 menit dan
berlangsung selama 4-8 jam.

 Menggunakan Pilocarpine Dengan Benar


Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan pilocarpine
sebelum mulai mengonsumsinya. Pilocarpine dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah
makan.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Usahakan untuk mengonsumsi pilocarpine pada jam yang sama tiap hari untuk
memaksimalisasi efeknya.

Bagi pasien yang lupa mengonsumsi pilocarpine, disarankan segera


meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan
menggandakan dosis pilocarpine pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang
terlewat.

Jika Anda ingin mengombinasikan pilocarpine tetes dengan obat tetes mata lain,
berikan masing-masing jeda waktu 10 menit.

18
Selama menjalani pengobatan dengan pilocarpine, rutinlah menemui dokter
apabila dijadwalkan. Hal ini penting agar perkembangan kondisi Anda dapat diketahui.
Jangan menghentikan pengobatan apabila tidak ada instruksi dari dokter.

19
BAB 1V

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Tekanan intraocular adalah tekanan cairan di dalam bola mata yang nilainya
ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan tahanan terhadap aliran
keluarnya dari mata.Peningkatan tekanan intraokular dapat terjadi akibat peningkatan
produksi ataupun gangguan aliran keluar dari aqueous humor tersebut.Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi tekanan intraokular adalah faktor genetik, ras, jenis kelamin,
tekanan darah, dan penggunaan kortikosteroid.
Pengukuran tekanan intraokular merupakanpemeriksaan rutin yang penting
pada mata dan merupakan salah satu tanda untuk mengetahui kondisi mata seseorang
dalam menilai dinamika humor aquos. Tekanan intarokular terutama diatur oleh
dinamika cairan humor aquos termasuk diantaranya, produksi cairan aquos, aliran
cairan, dan pembuangan humor aquos.

4.2 Saran

Untuk menghindari ketidaknyamanan pada tubuh mata harus menghindari stres


dan terlalu banyak pekerjaan.Jika Anda ingin menghabiskan banyak waktu di depan
layar monitor, Anda harus membuat setiap jam istirahat lima menit.Menutup matanya,
Anda perlu untuk memijat kelopak mata dan berjalan di sekitar ruangan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. PERDAMI. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-2, cet.I, Sagung Seto, Jakarta, 2002,
239–245.
2. Sidarta Ilyas. Dasar Tekhnik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, FKUI,
Jakarta, 2000, hal. 3, 117-119.
3. Sidarta Ilyas. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi), Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Balai Penerbit FKUI Jakarta, 1997, hal. 7.
4. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Balai Penerbit FKUI Jakarta, 1997; hal 72–73.
5. Sidarta Ilyas : Ilmu Penyakit Mata edisi 2 , Sagung Seto, Jakarta, 2002
6. Vaughan Daniel G : Oftalmogi Umum edisi 14 , Widya Medika, Jakarta, 2002
7. Sidarta Ilyas : Ilmu Penyakit Mata edisi 3 , Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006

21

Вам также может понравиться