Вы находитесь на странице: 1из 12

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT

NOMOR :

TENTANG

PEDOMAN TERAPI GIZI RUMAH SAKIT

DIREKTUR RUMAH SAKIT

MENIMBANG :

a. Bahwa terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun
kronis, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang telah
diberikan, agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.

b. Bahwa terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu perilaku yang
memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang bermakna pada kehidupan pasien.

c. Bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan pasien. Pengaturan dan pemberian makanan
yang memenuhi kecukupan zat gizi pasien

MENGINGAT :

1. UU nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

3. UU nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045/MENKES/PER/XI/ 2006 tentang Pedoman Organisasi


Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi.

6. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. HK.00.06.3.4.1819 tanggal 24 maret
2007 tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di RS.
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

KESATU:Pedoman tentang Pedoman Terapi Gizi Rumah Sakit sebagaimana terlampir dalam surat
keputusan ini

KEDUA: Surat Keputusan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal 1 tahun sekali.

KETIGA: Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukan perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :

Tanggal :

RUMAH SAKIT

Direktur Utama

TEMBUSAN Yth :

1. Kepala Instalasi Gizi

2. Manajer Penunjang Medis

3. Manajer Pelayanan Medis

4. Manajer Keperawatan

5. Arsip
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit

Nomor :

Tanggal :

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan dan gizi merupakan factor yang sangat penting untuk menjaga kualitas hidup yang optimal.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai
bila tubuh memperoleh cukup zatzat gizi. Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan. Kedua kondisi di atas dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah

banyak dilakukan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa Rumah

Sakit Umum di Jakarta tahun 1995-1999 menunjukkan 20-60% pasien menderita

kurang gizi pada saat sebelum dan dirawat di rumah Sakit. Untuk itu perlu adanya

terapi gizi medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal, mempercepat

penyembuhan dan membantu mencegah memburujnya kondisi kesehatan pasien.

Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan bagian dari pelayanan medis
untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan secara tepadu dengan upaya pelayanan gizi promotif,
preventif dan rehabilitatif.
Terapi gizi medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga kesehatan di rumah sakit yang disebut
dengan Tim Terapi Gizi. Tim ini terdiri dari dokter spesialis, dokter, dietisien, perawat ruangan, seta ahli
farmasi yang mempunyai komitmen terhadap pelayanan gizi klinik.

Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi dan memberikan manfaat
lainnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian seperti penelitian oleh Weinsier dkk dan Hassel
dkk, menunjukkan bahwa intervensi gizi oleh Tim Terapi Gizi

BAB II

PENGERTIAN, TUJUAN, PRINSIP DASAR DAN LANDASAN HUKUM

A. PENGERTIAN

Terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis, serta
merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar
pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun. Terapi gizi medis
merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan
membuat perubahan yang bermakna pada kehidupan pasien.

B. TUJUAN

Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan pasien. Pengaturan dan
pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat gizi pasien, diharapkan akan:

1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai status gizi optimal.

2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.

3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.

4. Mempercepat proses penyembuhan.

5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian.


C. PRINSIP DASAR

Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara mendalam dan komprehensif
sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara individual dan tepat. Pasien harus dilibatkan dalam
menentukan tujuan terapi. Hasil dari terapi gizi medis dievaluasi dengan baik sampai mencapai tujuan
terapi. Prinsip dasar terapi gizi medis antara lain:

1. Makan beraneka ragam dan gizi seimbang.

2. Memberikan pelayanan gizi khusus untuk tujuan menyembuhkan pasien.

3. Mengatur diet dan pola makan yang disesuaikan dengan penyakit dan kondisi pasien.

4. mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar mampu mengatur dietnya sendiri.

Terapi gizi medis harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan proses pengobatan meliputi
jenis, komposisi dan jenis zat gizi yang dibutuhkan. Selain itu konsistensi dan jenis makanan disesuaikan
dengan penerimaan pasien.

Pelaksanaan terapi gizi medis harus menyeluruh dan dinamis mengikuti perkembangan klinis pasien.
Diperlukan kerjasama yang baik antara dokter, dietisien, perawat dan petugas lain yang terkait sejalan
dengan pelaksanaan Tim Asuhan Gizi di rumah sakit.

D. LANDASAN HUKUM

1. UU 23/1992 tentang Kesehatan.

2. UU 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. UU 29/2004 tentang Praktek Kedokteran.

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah


Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.

5. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. HK.00.06.3.4.1819 tanggal 24 maret
2007 tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di RS.

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi.


BAB III

ORGANISASI TIM TERAPI GIZI

Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu organisasi yang dapat
melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku.

A. VISI

Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu berorientasi kepada kualitas
pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan kepuasan pasien.

B. MISI

Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh berdasarkan bukti klinis, teknologi
dan ilmu pengetahuan terkini melalui:

1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya.

2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi.

3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal.

4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal efisiensi biaya dan
dampaknya.

C. PENGORGANISASIAN

Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Direktur Utama Rumah Sakit dan diketuai oleh dokter spesialis
yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi klinik serta menyediakan waktu penuh untuk pelayanan
gizi klinik. Anggota Tim Terapi Gizi terdiri dari tenaga kesehatan di RS yang berkaitan dengan
penyelenggaraan terapi gizi meliputi dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi.

Agar Tim Terapi Gizi dapat berfungsi secara optimal maka dibuat pengorganisasian dan jalur koordinasi
pelayanan gizi klinik sebagai berikut:
D. PERAN DAN FUNGSI

1. Pelayanan Pasien Rawat Inap

Kajian status gizi dan metabolik serta pengelolaan pasien yang membutuhkan terapi gizi oral, enteral
maupun parenteral, serta pengawasannya melalui visite tim.

2. Pencatatan dan Pelaporan

Dilakukan oleh seluruh anggota tim sesuai dengan fungsi masing-masing anggota.

3. Program Kemitraan

- Menyusun program terapi terpadu bersama dokter-dokter yang merawat atau Dokter Penanggung
Jawab Pasien (DPJP).

- Menyusun pertemuan berkala

- Menyusun program kerjasama di bidang penelitian dan pendidikan bersama unit-unit terkait di dalam
maupun di luar rumah sakit.

BAB IV

PELAYANAN TIM TERAPI GIZI

A. PROSES TERAPI GIZI

Tahapan langkah proses terapi gizi terdiri dari skrining/penapisan, kajian, diagnosis medis dan diagnosis
gizi (penentuan masalah gizi), formulasi terapi (intervensi gizi), pelaksanaan terapi, pemantauan dan
evaluasi terapi, penyusunan rencana ulang terapi atau penghentian terapi. Rangkaian langkah tersebut
bertujuan untuk memberi dampak terapi yang optimal bagi pasien dan mempunyai keefektifan biaya.
1) Skrining Gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat ruangan dan
penetapan diit awal oleh dokter. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko,
tidak berisiko malnutrusi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan
kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatrik, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien
dengan imunitas menurun, sakit kritis dan sebagainya.

Idealnya skrining awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk RS. Metoda skrining
sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Contoh metoda skrining antara
lain Malnutrition Universal Screening Tools (MUST), Malnutrition Screening Tools (MST), Nutrition Risk
Screening (NRS), dan sebagainya.

Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesmen gizi
dan dilakukan dengan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan
status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dikakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika
hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar.

2) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi, mengalami kurang gizi
atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang
berulang (siklus) sebagai berikut.

a. Assesmen/Pengkajian gizi

Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu:

1) Anamnesis riwayat gizi

Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola makan, diit saat
ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan pula data kepedulian pasien terhadap gizi dan
kesehatan, aktifitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien. Gambaran asupan
makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
2) Biokimia

Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik
dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.

3) Antropometri

Merupakan pengukuran fisik pada individu yang dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pengukutan
tinggi badan (TB), berat badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan
Panjang Badan, Tinggi Lutut (TL), Rentang Lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti
Lingkar Lengan Atas (LiLA), Tebal lipatan kulit, Lingkar kepala, dan lain sebagainya dapat dilakukan.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut misalnya Indeks
Massa Tubuh (IMT). Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada pasien rawat
inap adalah BB. BB pasien sebaiknya dicatat saat pasien masuk dirawat dan lakukan pengukuran BB
secara periodik selama pasien dirawat minimal setiap 7 hari.

4) Pemeriksaan Fisik/Klinis

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi
atau dapat menimbulkan masalah gizi. Cotoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain
edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk.

5) Riwayat Personal

Data riwayat personal meliputi:

a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.

b) Sosial budaya, meliputi status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan
pelayanan kesehatan dan sosial.

c) Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait masalah gizi, riwayat penyakit dahulu dan sekarang,
riwayat pembedahan penyakit kronik atau risiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan
mental serta kemampuan kognitif

d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
b. Diagnosis Gizi

Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya.
Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau
Problem-Etiologi dan Signs/Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain, yaitu:

1. Domain Asupan

Adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari
makanan baik yang melalui oral maupun perenteral dan enteral.

2. Domain Klinis

Adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi organ.

3. Domain Perilaku/Lingkungan

Adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan
akses keamanan makanan

c. Intervensi Gizi

Terdapat dua komponen intervensi gizi, yaitu:

1) Perencanaan Intervensi

Disusun dengan merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Output dari intervensi ini adalah tujuan
yang terukur, preskripsi diit dan strategi pelaksanaan (implementasi) Perencanaan intervensi meliputi:

a) Penetapan tujuan intervensi

b) Preskripsi diit
c) Menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diit, bentuk
makanan, komposisi zat gizi, frekuensi makan/jadwal pemberian diit, jalur makanan.

2) Implementasi intervensi

Diitisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan
atau tenaga lain yang terkait. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data
tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.

d. Monitoring dan Evaluasi Gizi

Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses dan keberhasilan implementasi
terapi gizi serta rencana tindak lanjut terapi. Empat langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu:

1) Monitor perkembangan, antara lain: mengecek pemahaman dan ketaatan diit pasien, mengecek
asupan makan, menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana, menentukan status
gizi pasien tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan status hemodinamik serta kondisi metabolik
pasien, dan mengidentifikasi hasil pemeriksaan lain.

2) Mengukur hasil.

3) Evaluasi hasil.

4) Pencatatan pelaporan. Terdapat beberapa cara dokumentasi antara lain Subjective Objective
Assessment Planning (SOAP) dan Asessment Diagnosis Intervensi Monitoring & Evaluasi (ADIME).
Format ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.

e. Konseling

Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan mampu mengubah perilaku diet
pasien sesuai dengan yang dianjurkan. Konseling diberikan kepada pasien dan atau keluarganya yang
membutuhkan untuk mendapatkan penjelasan tentang diet yang harus dilaksanakan oleh pasien sesuai
dengan penyakit dan kondisinya. Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan kompetensinya.
BAB V

PENUTUP

Terapi gizi merupakan bagian dari pelayanan medis yang memberi kontribusi penyembuhan pasien dan
menurunkan angka malnutrisi RS, lama hari rawat dan biaya perawatan.

Manajemen rumah sakit wajib memberikan dukungan terhadap Tim Terapi Gizi dalam bentuk kebijakan
dan operasional dengan membentuk Tim Terapi Gizi, meningkatkan profesionalisme tenaga dan
penetapan biaya makan pasien dipisahkan dari biaya perawatan, sehingga biaya gizi merupakan bagian
dari biaya makan pasien.

Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah satu kriteria standar pelayanan rumah sakit
dan dijadikan kriteria penilaian akreditasi. Sehingga mutu pelayanan gizi RS dapat ditingkatkan secara
berkesinambungan.

Вам также может понравиться