Вы находитесь на странице: 1из 6

1. Nn.

Afriani, umur 28 tahun datang ke dokter layanan primer dengan keluhan utama mulut
mengot. Disadari ketika penderita bangun pagi ingin menggosok gigi sambil melihat ke cermin.
a. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin terhadap kasus?

Resiko terkena Bell Palsy baik pria dan wanita sama besarnya. Walaupun, wanita muda
berumur 10-19 tahun cenderung lebih banyak yang terkena dibanding pria dengan rentan
umur yang sama. Wanita hamil memiliki resiko tiga kali lebih tinggi dari wanita yang
tidak hamil, Bell palsy lebih sering muncul pada trimester ketiga.
Secara umum, Bell palsy lebih sering muncul pada orang dewasa. Penderita dominan
berumur lebih muda dari 65 tahun (59 kasus dari 100.000 orang). Insiden terendah
ditemukan pada anak dibawah umur 10 tahun, dan insiden tertinggi pada dewasa berumur
60 tahun atau lebih. Penyakit ini pula dapat muncul pada lansia berumur 70-80 tahun.

b. Apa penyebab dan mekanisme mulut mengot? (faktor resiko)


Faktor Penyebab

1. terjadinya tekanan berat pada bagian otot, terutama otot area leher, mata, pundak dan
punggung.

2. Terjadinya inveksi kelenjar tiroid yag mempengaruhi pada jalur saraf ke 7

3. Berada dalam ruangan atau tempat dengan suhu rendah antara 15 derajad, seringnya terkena
angin yang mengarah pada wajah/ubun-ubun langsung yang berlangsung secara terus
menerus dan dalam waktu lama.

4. Benturan secara tiba-tiba yang mempengaruhi salah satu jalur otot dan saraf yang terhubung
pada saraf ke 7, sehingga menyebabkan pergeseran saraf menimbulkan pembengkakan dan
berlanjut menjadi bells palsy.

5. Cara dan pola tidur yang kurang dan tidak sehat, diantaranya tidur telungkup yang membuat
otot leher menjadi melintang, kebiasaan menempelkan muka pada lantai.

2. Mata tidak bisa dipejamkan, dahi tidak bisa diangkat dan sudut mulut tertinggal pada sisi kiri.
Makanan sulit dikunyah pada sisi kiri mulut.
a. Apa penyebab dan mekanisme sulit mengunyah pada sisi kiri?
b. Bagimana hubungan antar gejala pada kasus?
Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya kelumpuhan pada salah
satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gig/berkumur atau
diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya lebih rendah. Bell’s
palsy hampir selalu unilateral. Gambaran klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan
volunter pada kelumpuhan total. Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang
sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau
berkumur air menetes dari sudut ini, kelopak mata tidak dapat dipejamkan sehingga
fisura papebra melebar serta kerut dahi menghilang. Bila penderita disuruh untuk
memejamkan matanya maka kelopak mata pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka
(disebut lagoftalmus) dan bola mata berputar ke atas. Keadaan ini dikenal dengan tanda
dari Bell (lagoftalmus disertai dorsorotasi bola mata). Karena kedipan mata yang
berkurang maka akan terjadi iritasi oleh debu dan angin, sehingga menimbulkan
epifora.1,6 Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak
mengembung.6 Disamping itu makanan cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi sisi
yang lumpuh.1 Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, tidak didapati gangguan lain
yang mengiringnya, bila paresisnya benar-benar bersifat “Bell’s palsy
c. Mengapa gejala hanya terjadi pada sisi kiri?
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : GCS 15
Tanda vital : TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Temp 37,0 C
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
b. Bagaimana mekanisme abnormal?
c. Bagaimana cara pemeriksaan GCS?
PEMERIKSAAN GCS (Glasgow Coma Scale)

Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk menentukan/menilai tingkat
kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya sampai keadaan koma. Teknik penilaian
dengan ini terdiri dari tiga penilaian terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah
diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata, respon motorik terbaik, dan respon
verbal. Setiap penilaian mencakup poin-poin, di mana total poin tertinggi bernilai 15.

Jenis Pemeriksaan Nilai


Respon buka mata (Eye Opening, E)
· Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang) 4
· Respon terhadap suara (suruh buka mata) 3
· Respon terhadap nyeri (dicubit) 2
· Tida ada respon (meski dicubit) 1
Respon verbal (V)
· Berorientasi baik 5
· Berbicara mengacau (bingung) 4
· Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan substansi tidak jelas dan non- 3
kalimat, misalnya, “aduh… bapak..”)
· Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang) 2
· Tidak ada suara 1
Respon motorik terbaik (M)
· Ikut perintah 6
· Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang 5
nyeri) 4
· Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 3
· Fleksi abnormal (dekortikasi: tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri) 2
· Ekstensi abnormal (deserebrasi: tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri) 1
· Tidak ada (flasid)

Interpretasi atau hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam
simbol
E…V…M…

Selanutnya nilai tiap-tiap pemeriksaan dijumlahkan, nilai GCS yang tertinggi adalah 15
yaitu E4 V5 M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1 V1 M1. Biasanya, pasien dengan nilai
GCS dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit dipertahankan keselamatannya.

INTERPRETASI
masing-masing pemeriksaan E,V,M dijumlahkan, dan di masukan dalam kriteria cidera otak
berikut:
1. berat, dengan GCS ≤8
2. sedang, GCS 9-12
3. ringan ≥ 13

. template
a. Etiologi
b. Etiologi
Hingga saat ini Bell’s palsy masih belum diketahui penyebabnya.
Diperkirakan, penyebab Bell’s palsy adalah edema dan iskemia akibat penekanan
(kompresi) pada nervus fasialis. Penyebab edema dan iskemia ini sampai saat ini
masih diperdebatkan. Penyebab yang saat ini dipercaya sebagai penyebab antara
lain.(3-5)
1. Suhu. Dahulu, paparan suasana/suhu dingin (misalnya hawa dingin, AC, atau
menyetir mobil dengan jendela yang terbuka) dianggap sebagai satu-satunya
pemicu Bell’s palsy. Akan tetapi, sekarang mulai diyakini bahwa terdapat
penyebab lain yang dapat menyebabkan Bell’s palsy.
2. Infeksi. HSV dianggap sebagai virus utama penyebab Bell’s palsy, karena telah
diidentifikasi HSV pada ganglion geniculata pada beberapa penelitian otopsi.
Murakami et all juga melakukan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) pada
cairan endoneural N.VII penderita Bell’s palsy berat yang menjalani pembedahan
dan menemukan HSV dalam cairan endoneural. Virus ini diperkirakan dapat
berpindah secara axonal dari saraf sensorik dan menempati sel ganglion, pada
saat adanya stress, akan terjadi reaktivasi virus yang akan menyebabkan
kerusakan lokal pada myelin. Infeksi lain seperti infeksi herpes zoster, Borrelia
burgdorferi, syphilis, Epstein-Barr, cytomegalovirus, human immunodeficiency
virus (HIV), dan mycoplasma juga dipercaya dapat menyebabkan Bell’s palsy.
3. Autoimun. Dikatakan bahwa Bell’s palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap
infeksi virus yang timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi.
Kelainan autoimun menyebabkan demyelinisasi dari nervus fasialis dan
menghasilkan paralisis nervus fasialis unilateral.
4. Herediter. Riwayat keluarga pada Bell's palsy telah dilaporkan pada sekitar 4%
kasus. Kelainan genetik dalam kasus ini mungkin autosomal dominan dengan
tingkat penetrasi yang rendah. Namun, faktor-faktor predisposisi terjadinya
penurunan secara genetik belum jelas. Sejarah keluarga mungkin juga positif bagi
saraf lainnya, gangguan radix atau pleksus (misalnya, trigeminal neuralgia) pada
saudara kandung. Selain itu, ada laporan tersendiri dari familial Bell's palsy yang
disertai dengan defisit neurologis, termasuk oftalmoplegia dan tremor esensial.
Familial Bell's palsy merupakan manifestasi Bell's palsy yang langka dan
memiliki kecenderungan mengenai perempuan remaja.
c. Epidemiologi
Insidensi Bell’s palsy di Amerika Serikat adalah sekitar 23 kasus per 100.000 orang,
dimana setiap tahunnya terdapat 40.000 orang di Amerika Serikat yang menderita
penyakit ini. Insiden Bell’s palsy rata-rata 15-30 kasus per 100.000 populasi. Insiden
Bell’s palsy tampak cukup tinggi pada orang-orang keturunan Jepang, dan tidak ada
perbedaan distribusi jenis kelamin pada pasien-pasien dengan Bell’s palsy. Di dunia,
insiden tertinggi ditemukan di Seckori, Jepang tahun 1986 dan insiden terendah
ditemukan di Swedia pada tahun 1997. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, namun
lebih sering terjadi pada umur 20-40 tahun.
.
d. Faktor resiko
Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bell’s palsy adalah:

a. Usia di atas 60 tahun.


b. Paralisis komplit.
c. Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh.
d. Nyeri pada bagian belakang telinga.
e. Berkurangnya air mata.

e. Prognosis dan evaluasi


f. SKDI (sesuai penyakit dan tatalaksana)
4A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

Otot-Otot Wajah Beserta Fungsinya


No Nama Otot Fungsi Persarafan
1 M.Frontalis Mengangkat alis N. Temporalis
2 M.Corrugator Mendekatkan kedua N. Zigomatikum
supercili pangkal alis dan
N.Temporalis
3 M.Procerus Mengerutkan kulit antara N. Zigomatikum,
kedua alis N.Temporalis,
N. Buccal
4 M. Orbicularis Oculli Menutup kelopak mata N.Fasialis,
N.Temporalis, N.
Zigomatikus

5 M. Nasalis Mengembang N. Fasialis


Kan cuping hidung
6 M. Depresor anguli Menarik ujung mulut ke N. Fasialis
oris bawah

7 M. Zigomaticum N. Fasialis
mayor dan M. Tersenyum
Zigomatikum minor
8 M. Orbicularis oris N. Fasialis
Bersiul N. Zigomatikum

9 M. Buccinator Meniup sambil menutup N. Fasialis,


mulut N. Zigomatikum,
N. Mandibular,
N. Buccal
10 M. Mentalis Mengangkat dagu N. Fasialis dan
N. Buccal
11 M. Platysma Meregangkan kulit leher N. Fasialis
https://www.scribd.com/doc/242131318/Pemeriksaan-Gcs

Вам также может понравиться