Вы находитесь на странице: 1из 5

Hasil outreach Bulan Juli 2017

Tujuan:

1. Mensosialisasikan kegiatan dan rencana kegiatan pengelolaan perikanan BSC


2. Meningkatkan pemahaman dan keterlibatan pemerintah provinsi dan kabupaten dalam
perencanaan perikanan BSC
3. Inventarisasi isu-isu strategis
4. Update data BSC
5. Dukungan terhadap emplementasi program rencana aksi kedepan (dalam bentuk program
dan sinergi anggaran)

Bahan yang disampaikan:

Status Program IPPRB:

- Kegiatan IPPRB yang telah dilakukan saat ini : latar belakang kegiatan, manfaat kegiatan,
proses kegiatan, hasil kegiatan (visi, tujuan, sasaran) serta capaian yg diharapkan dari
program IPPRB
- Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya : target capaian (tersusunnya rencana
aksi dan strategi pencapaiannya), rencana pengelolaan dan kelembagaan ke depan

A. Pertemuan dengan DKP Provinsi (11 Juli 2017):


Pertemuan di hadiri oleh kepala dinas, seluruh kabid dan UPTD dinas perikanan Provinsi
Lampung
Isu Strategis :
1. Diperlukan informasi daur hidup rajungan sehingga dapat dipetakan habitat secara
spasial dan temporal
2. Perlindungan terhadap habitat yang paling penting melalui sistem pengawasan
3. Adakah keterkaitan stok rajungan di wilayah lampung dengan provinsi lainnya
4. Bagaimana keterkaitan habitat rajungan dengan hutan mangrove
5. Bagaimana status hutan mangrove pesisir timur
6. Diperlukan koordinasi lintas sektoral (kehutanan) untuk menjaga dan mengelola hutan
mangrove
7. Untuk menjaga kesehatan populasi BSC, perlu dibangun komitmen pada seluruh
stakeholder terhadap aturan minimum size dan berried female
8. Pengawasan masih lemah karena kurangnya fasilitas dan SDM
9. Untuk pengawasan alat tangkap terlarang, tim IPPRB agar berkoordinasi dengan PSDKP
pusat untuk turun ke daerah karena sering terjadinya kompromi hukum oleh petugas
daerah.
10. Jika stok menurun perlu dilakukan restocking
11. Fasilitas perbenihan provinsi lampung belum mampu untuk mendukung restocking BSC
12. Perlu penegakan aturan penangkapan dan kepatuhan
13. Kepatuhan aturan minimum size perlu dibangun dari UPI
14. Ada potensi bekas galian pasir yang dapat digunakan untuk budidaya BSC
15. Stok BSC di Lampung timur menurun sehingga nelayan menangkap di daerah tulang
bawang dan mesuji
16. Aktivitas trawl di lampung timur menyebabkan kerusahan habitat dan penurunan
populasi BSC
17. Perlu pemulihan ekosistem
18. Penegakan hukum sangat penting bagi kelestarian BSC
19. Penggunaan jaring memungkinkan tertangkapnya rajungan kecil
20. Pada bulan tertentu (desember) rajungan banyak ditengah hal ini menjadi kendala bagi
kapal-kapal yg tidak mampu ke tengah
21. Di kuala seputih, pada saat musim produksi rajungan mencapai 30 ton/ hr
22. Ilegal fishing harus ditindak tegas
23. Program perlu dukungan semua fihak
24. Status kelembagaan IPPRB perlu ditingkatkan
25. Perlu dibentuk kelembagaan atau KUB sebagai tempat bernaung nelayan rajungan agar
nelayan yg terlibat dalam perikanan rajungan jelas
26. Kelembagaan seperti KUB sangat penting mengingat segala bentuk bantuan dari KKP
melalui lembaga ini
27. Perlu dilakukan pengaturan waktu penangkapan, untuk recovery stok ada masa
penutupan daerah penangkapan
28. Perlu zonasi penangkapan
29. Pada alat tangkap jaring, rajungan kecil tetap tertangkap dan akan mati. Meskipun UPI
tidak menerima tetapi dapat dijual ke pasar lokal
30. Nelayan andon menggunakan bubu dan tangkapan rajungan umumnya berukuran besar
sedangkan nelayan lokal umumnya menggunakan jaring dsn ukuran tangkapan lebih
kecil
31. Ukuran besar lebih menguntungkan
32. Revitalisasi kapal perikanan, agar bisa mengakomodir alat tangkap bubu
33. Perlu pengendalian alat tangkap, untuk menjaga kelestarian sumberdaya rajungan dan
kesehatan stok, kondisi habitat
34. Pengendalian alat tangkapnya mungkin ini di propinsi atau kabupaten terkait SIUP SIPI.
35. Peningkatan kapasitas nelayan, perlu sosialisasi atau pelatihan agar kualitas tetap terjaga
36. Perlu juga sosialisasi dan bantuan untuk peralihan alat tangkap dari jaring ke bubu atau
memastikan bubunya sesuai dengan size yg ditetapkan
37. Perlu peningkatan rantai dingin.
38. Mini plant juga harus menuruti standar dari UPI.
39. Isu perompakan di laut. Ada kapal yg membajak kapal rajungan di laut. Di jual ke luar
lampung.
40. kelembagaan rajungan ini bisa menjamin, agar proses ekspor lebih mudah.
41. Perlu dilakukan perubahan renstra terkait masukan dalam pertemuan
42. Tim sekretariat perlu melibatkan semua bidang di dkp
43. Kelembagaan seperti apa yg akan dibangun ke depan
44. Kelembagaan pengelolaan rajungan ini tidak bisa dibebankan kepada satu bidang saja,
tetapi menyangkut bidang lain. Ini menjadi model bahwa pengelolaan ini melibatkan
seluruh bidang mulai penangkapan, tata ruang, pengolahan dan pengawasan.
45. Laju penangkapan rajungan cenderung tidak terkendali, jika tidak cepat dikelola akan
terancam punah.
46. Karenanya di tim ini keterlibatan nelayan, miniplant dan upi sangat kuat karena itu mereka
berkomitmen untuk ikut melestarikan.
47. Kolaborasi untuk menjagai habitat dan ekosistem.
48. Untuk menjaga kelangsungan BSC, benih alam lebih baik, namun nelayan perlu mata
pencaharian alternative ketika musim paceklik. Ini yg mungkin peluang untuk kegiatan
budidaya.
49. Perlu mensinergikan program antar bidang untuk pengelolaan rajungan
50. Pola penangkapan yg lebih ramah lebih dilakukan oleh nelayan andon dari jawa. Tapi
belum dikelola dengan baik.
51. Bagaimana peran kawasan pulau dua (batang-segama)yg sudah dicadangkan sebagai
kawasan konservasi dalam perikanan rajungan. Perlu kajian lebih lanjut untuk
pengembangan kawsan tersebut.
52. Komunikasi yang lebih intensif, update informasi ke semua bidang, sehingga
tersingkronisasi.
53. Ada pertemuan rutin, evaluasi rutin baik di tingkat provinsi atau kabupaten. Supaya tidak
miss informasi satu dengan yang lainnya
54. Masalah adalah tempat penyimpanan, kurang pembinaan dari DKP dari daerah dan Tuba,
jarang datang ke lokasi
55. Pembinaan dari segi penangkapan.
56. Pendataan rajungan di lampung
57. Pangkalan PSDKP fokus ke 12 mil ke atas. Jika turun ke bawah 12 mil perlu ada pihak
propinsi yg ikut

B. Pertemuan dengan Bappeda Provinsi


Pertemuan dilakukan dengan kepala bidang ekonomi dan sumberdaya manusia (bpk. Boby
irawan)
- Pernyataan dukungan dari Bappeda untuk mendukung IPPRB dan implementasi rencana
aksi
- Ada pembagian kewenangan yang jelas pada setiap program
- Bappeda akan turut serta dalam konsultasi publik di tingkat nelayan dan akan share dana
konsumsi
- Secepatnya diperoleh dokumen rencana aksi untuk mengejar anggaran 2018
- Bappeda akan mendukung program kegiatan terkait pengelolaan rajungan untuk
anggaran tahun 2018

Hasil outreach ke Dinas Perikanan Kabupaten dan KSOP Panjang

1. Dinas Perikanan Lampung Tengah tanggal 24 Juli bertempat di ruang Kepala Dinas.
Peserta pertemuan:
a. Kepala Dinas
b. Kabid PDSPKP
c. Kasi Kenelayanan
d. Kasi Sumberdaya dan Pengendalian Penangkapan Ikan.
e. Tim Outreach

Point-point penting:
a. Diperlukan kebijakan tentang kestabilan dan kesesuaian harga di masing-masing
rantai pasokan barang.
b. Perlu kajian pemanfaatan limbah sebagai tambahan penghasilan.
c. Perlu upaya agar pendapatan nelayan stabil baik saat musim maupun di luar musim
d. Mengidentifikasi mata pencaharian nelayan saat di luar musim.
e. Program akan kelihatan hasilnya pada waktu yang lama sehingga diperlukan
pendampingan yg kontinyu dan terus menerus
f. Perlu pendekatan antropogis
g. Perlu pembinaan manajemen keuangan
h. Mengidentifikasi dan mendampingi program peningkatan ekonomi ibu-ibu rumah
tangga sebagai peran pendukung untuk kesejahteraan nelayan.
i. Memaksimalkan peran perusahaan dan mini plant untuk berkontribusi terhadap
pendapatan daerah.
j. Kadis meminta Kabid dan para Kasi untuk mengidentifikasi kegiatan apa yang bisa
didukung oleh dinas pada anggaran 2018.
k. Kadis akan membantu untuk mempertemukan Tim IPPRB dengan Bupati, jadwal
tentative pada minggu ketiga Agustus.

2. Dinas Perikanan Tulang Bawang, tanggal 25 Juli bertempat di ruang Kepala Dinas.
Peserta pertemuan:
a. Kabid Tangkap
b. Kabid PDSPKP
c. Kasi Pengembangan Usaha, Kenelayanan, Pengelolaan dan Pengendalia Sumber
Daya Ikan
d. Staf P2HP
e. Staf Pegawasan
f. Staf Budidaya
g. Tim Outreach

Point-point penting:
a. Diharapkan Pemerintah Pusat dapat memberikan bantuan sarana dan prasarana.
b. Dinas Perikanan tidak mendapatkan DAK tahun 2017.
c. Tim IPPRB harus mensupport pembentukan mini plant percontohan.
d. Dukungan kepala daerah masih lemah.
e. Perlu sosialisasi ke bupati, bappeda dan DPRD agar mendukung program kegiatan
f. Diharapkan Kementerian menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan
dukungan program IPPRB kepada Bupati.
g. Akses jalan ke daerah produksi masih numpang perusahaan, perlu akses jalan umum
dengan kualitas yang baik.

3. Dinas Perikanan dan Peternakan Lampung Timur, tanggal 26 Juli bertempat di ruang Kepala
Dinas.
Peserta pertemuan:
a. Kepala Dinas
b. Kabid Tangkap
c. Kabid PDSPKP
d. Kasi perencanaan
e. Kasi Pengembangan Kelembagaan Perikanan Tangkap.
f. Tim Outreach

Point-point penting:
a. Kondisi ekonomi nelayan diharapkan bisa meningkat.
b. Umumnya pada setiap bisnis pemodal/perusahaan yang selalu diuntungkan
c. Bantuan jaring 50 dari 321 nelayan yang ada, dikhawatirkan timbul polemik
d. Bagaimana peran pemerintah untuk menjaga kestabilan harga.
e. Tim diharapkan dapat mempersiapkan kelembagaan yang kuat dan memiliki
kapasitas pengelola yang baik.
f. Dinas sangat mendukung program IPPRB dan akan memasukkan dalam perencanaan
program pada tahun anggaran 2018.
g. Kepala Dinas akan menfasilitasi Tim IPPRB untuk bertemu dengan Bupati.

4. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Panjang, tanggal 27 Juli di
ruang kerja Kepala Seksi Sertifikasi Kapal.

Bertemu dengan Kasi Sertifikasi Kapal dan staf.


Poin-poin diskusi:
a. KSOP bersedia ikut dalam kegiatan terkait peran dan tanggung jawab KSOP.
b. Akan mendukung dan membantu untuk kegiatan pengukuran kapal.
c. Kewenangan pengukuran kapal sepenuhnya berada di KSOP baik untuk kapal di
bawah 5GT ataupun di atas 5GT, pengeluaran pas kecil oleh Dinas Perhubungan
Kabupaten setelah mendapatkan surat pengukuran kapal dari KSOP.
d. Tidak memiliki anggaran yang cukup untuk menjangkau semua kebupaten.

5. Isu-isu umum:
a. Pertemuan dengan bupati dirasa sangat penting untuk mendapatkan dukungan dari
kepala daerah dan akan membantu dinas untuk menguatkan pengajuan program
dan kegiatan.
b. Masih lemahnya dukungan dinas dalam bentuk pelaksanaan kegiatan disebabkan
keterbatasan anggaran.
c. Surat kementerian ditujukan ke Bupati Lampung Timur, Lampung Tengah dan Tulang
Bawang.
d. Jadwal pertemuan dengan bupati diharapkan bisa dilakukan sebelum konsultasi
publik lintas SKPD di kabupaten.
e. DJPT-SDI juga diharapkan ikut dalam pertemuam dengan bupati.
f. Permintaan data sebagaimana yang terdapat dalam acuan outreach sudah kami
sampaikan ke dinas dan akan mereka kirimkan minggu depan
g. Konflik nelayan cantrang/dogol dan bagan/jaring terkait perpanjangan izin operasi
h. Permasalahan ukur ulang kapal yg di rasa nelayan sangat rumit

Catatan :

Saat ini kita punya momentum yang baik dengan adanya dukungan yang kuat dari
pemerintah baik provinsi maupun kabupaten. Tim IPPRB perlu jaga ini dengan terus
mengkampanyekan kegiatan ini ke seluruh stakeholder dan masyarakat. Perlu
secepatnya diperoleh rencana aksi untuk mengejar anggaran 2018 sehingga proses
implementasi pada tahun 2018 dapat berjalan. Selain itu perlu dorongan dan semangat
dari pemerintah pusat terutama ke kepala daerah untuk menguatkan dukungan.

Вам также может понравиться