Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi gaster
Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal pertama yang berada di intra
abdominal, terletak di antara esophagus dan duodenum. Terletak pada daerah
epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri, berbentuk melengkung seperti huruf
“J” dengan mempunyai paries anterior (superior) dan paries posterior (inferior).
Seluruh organ lambung terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh
omentum. Gaster terbagi atas 5 daerah secara anatomik yaitu : pars cardiaca, bagian
gaster yang berhubungan dengan esofagus dimana didalamnya terdapat ostium
cardiacum. Fundus gaster, bagian yang berbentuk seperti kubah yang berlokasi pada
bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi pada bagian
gastroesofageal junction. Korpus gaster, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan
berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah yang melengkung ke kanan
membentuk huruf J‟. Pars pilori, terdiri dari dua bangunan yaitu anthrum pyloricum
dan pylorus. Didalam antrum pyloricum terdapat canalis pyloricus dan didalam
pylorus terdapat ostium pyloricum yang dikelilingi M. sphincter pyloricus. Dari luar
M. sphincter pylorus ini ditandai adanya V. prepylorica (Mayo).3
1. Kardiak – Kardiak adalah tempat pertama dari lambung, letaknya berada di bawah
setelah kerongkongan. Tempat ini adalah tempat pertama masuknya makanan setelah
dari kerongkongan. Kardiak merupakan bagian atas dari lambung.
2. Fundus – Fundus merupakan bagian tengah dari lambung. Pada bagian ini
makanan akan tersimpan selama kurang lebih 1 jam. Di dalam fundus, gas-gas akan
terakumulasi ketika proses pencernaan kimia terjadi di dalam lambung.
3. Korpus – Korpus merupakan wilayah pusat dari organ lambung. Di bagian
korpuslah proses pencernaan kimia akan terjadi.
4. Pilorus – Pilorus merupakan bagian lambung yang berhubungan dengan usus dua
belas jari. Pada bagian ini makanan akan terkumpul dan mengalami proses
pencernaan sebelum masuk ke bagian usus dua belas jari. Pilorus akan bekerja
dengan dipengaruhi pH dari makanan. Jika makanan yang masuk ke pilorus bersifat
3
asam maka otot-otot pada pilorus akan mengendur sehingga pintu-pintu pilorus akan
terbuka. Lain halnya jika makanan yang masuk ke pilorus bersifat basa. Otot-otot
pada pilorus akan berkontraksi akibatnya pintu-pintu pilorus akan tertutup sehingga
makanan tidak dapat dikeluarkan.3
Lapisan Lambung
4 bagian yang telah disebutkan di atas merupakan struktur utama pada lambung
manusia. Lambung juga memiliki 4 lapisan pada dindingnya yaitu mucosa,
submucosa, muscularis, dan serosa.
1. Lapisan Mucosa – Mucosa adalah lapisan pada dinding lambung yang akan
mengeluarkan berbagai jenis cairan. Cairan yang dimaksud seperti enzim, asam
lambung, dan juga hormon. Lapisan mucosa berbentuk seperti palung. Bentuk
tersebut bermanfaat untuk memperbesar perbandingan antara luas dan volume,
sehingga volume getah lambung yang dikeluarkan menjadi lebih banyak. Pada
lapisan mucosa terdapat 3 jenis sel yang bermanfaat dalam proses pencernaan, yaitu
sel goblet, sel parietal, dan sel chief.
Sel goblet bermanfaat untuk memproduksi mucus. Mucus adalah lendir yang berguna
untuk menjaga lapisan terluar dari sel lambung agar tidak terluka dan mengalami
kerusakan bila terkena dari beberapa jenis jenis enzim seperti enzim pepsin dan juga
asam lambung.
Sel parietal bermanfaat untuk menghasilkan asam lambung atau yang sering disebut
getah lambung. Asam lambung tersebut berguna untuk mengaktifkan enzim pepsin.
Sel parietal dapat menghasilkan asam lambung dan membuat lambung memiliki
tingkat keasaman mencapai pH 2.
Sel chief bermanfaat untuk menghasilkan pepsinogen. Pepsinogen adalah bentuk
enzim pepsin yang tidak aktif. Enzim pepsin yang aktif tersebut berfungsi agar enzim
tidak mencerna protein di dalam lambung. Dengan kata lain, enzim pepsin yang tidak
aktif akan mencegah kematian pada sel tersebut.
4
2. 3. Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa
lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya sebukan sel radang
pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah)5. Gastritis merupakan peradangan
lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi dengan
6
bakteri .
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut,kronik difus, atau local. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah
gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronik6
b. Pathogenesis
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres
akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang
berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat
kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,
yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan
mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna.
Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya
asodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi
HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa
nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel
mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga
berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu
24-48 jam setelah perdarahan.5
Patogenesis gastritis akut akibat NSAID
Obat NSAID mengandung zat analgesic anti-inflamasi dan anti piretik.
Golongan obat ini mengandung zat yang dapat menekan sekresi prostaglandin
dengan cara menghambat aktivitas siklooksigenase yang menyebabkan penurunan
sintesis prostaglandin dan precursor trombosan dari asam arakhidonat, bersifat
korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Prostaglandin ini berperan
penting dalam peryahanan dan perbaikan sel epitel lambung, menghasilkan mucus-
bikarbonat (yang berperan dalam menetralkan asam lambung), mepertahankan
sirkulasi mukosa, restitusi sel epitel dan menghambat sekresi sel parietal dalam
memproduksi HCl. Pengkonsumsian obat NSAID yang menekan sekresi
8
c. Gambaran klinis
Gambaran klinisnya bervariasi mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai
sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala
yang sangat mencolok adalah hematemesis dan melena yang dapat berlangsung
sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. Pada sebagian besar
kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-keluhan itu misalnya
nyeri timbul pada ulu hati, biasanya ringan dan tidak dapt ditunjuk dengan tepat
lokasinya. Kadang-kadang disertai dengan mual-mual dan muntah. Perdarahan
saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala5
9
a. Etiologi
infeksi Helicobacter pylori. Atrofi dapat terbatas pada antrum, pada korpus
atau mengenai keduanya. Dalam stadium ini pemeriksaan serologi terhadap
Helicobacter pylori lebih sering member hasil negatif.
Selain mikroba dengan proses imunologis, factor lain yang juga berpengaruh
terhadap pathogenesis gastritis kronik adalah refluks kronik cairan pankreatobilier,
asam empedu, dan lisolesitin5
b. Patogenesis
Helicobacter pylori berbentuk seperti sosis dengan posisi agak melengkung,
tampak dua kutub, salah satunya berflagella untuk pergerakan bakteri. Sifat
Helicobacter pylori sangat kompleks, dan boleh dikatakan mempunyai berbagai
senjata, sehingga bisa ‟survive‟ didalam lingkungan yang sangat asam dari lambung/
gaster/ maag.
Pertama, Helicobacter pylori dapat merubah lingkungan mikro disekitarnya
menjadi bersifat agak basa, sehingga dia bisa tinggal dan berkoloni dilapisan lendir
mukosa lambung. Kedua, dia mempunyai alat flagella, untuk membor mukosa
lambung, sehingga bisa lebih mudah masuk kedalam dasar kripta/ cekungan mukosa
dan menetap ditempat itu. Ketiga, Helicobacter pylori mempengaruhi sistem imunitas
tubuh kita untuk tidak mengenali dirinya sebagai benda asing/non-self, melainkan
sebagai bagian organ jaringan lambung/self sehingga tidak dapat dikenali sebagai
„invader‟ atau penyusup yang harus diberantas oleh sel limfosit-T. Maka luputlah
bakteri Helicobacter pylori dari penyisiran sistem imun kita, karena Helicobacter
pylori tidak terdeteksi sebagai benda asing/non- self. Ke-empat, Helicobacter pylori
bisa resisten terhadap terapi yang diberikan, dengan cara bakteri tersebut membuat
zat anti terhadap bahan aktif anti-mikroba yang diberikan.
Dan banyak lagi senjata yang dimiliki Helicobacter pylori, sehingga dampak
yang ditimbulkanoleh peradangan lambung oleh Helicobacter pylori menjadi semakin
kompleks. Terutama bila Helicobacter pylori tidak terdeteksi, maka bakteri akan terus
berkembang-biak meluas membentuk tukak lambung, displasia, adenoma dan
akhirnya kanker lambung yang sangat ditakuti. 5
12
c. Gejala klinis
1. Biasanya tidak atau sedikit menimbulkan gejala
2. Dapat timbul rasa tidak enak di abdomen atas serta mual dan muntah
3. Apabila terjadi pada gastritis autoimun terjadi banyak kerusakan sel parietal,
biasanya
terdapat hipoklorhidria atau aklorhidria
4. Nyeri ulu hati, pasien anoreksia, nausea, anemia, nyeri tekan ulu hati,
kembung.
5. Dapat berkembang menjadi ulkus peptikum, karsinoma
6. Pada gastritis kronis tipe A terjadi kegagalan absorbsi vitamin B12, dimana
faktor
intrinsic diperlukan untuk menghasilkan glikoprotein yang
mempermudah absorbsi vitamin B12 untuk pembentukan eritrosit.
Berdasarkan mekanisme singkat di atas, maka penderita penyakit ini
dicirikan dengan terjadinya anemia pernisiosa5
2.HPA
Perubahan histopatologi selain menggambarkan perubahan morfologi, sering juga
dapat menggambarkan proses yang mendasari, misalnya otoimun atau respon adaptif
mukosa lambung. Perubahan-perubahan yang terjadi berupa degenerasi epitel,
hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel mononuklear, folikel limpoid,
atropi, intestinal metaplasia, hyperplasia sel endokrin, kerusakan sel parietal.
Pemeriksaan HPA sebaiknya juga menyertakan Helicobacterium pylori.
3.Pemeriksaan radiologi
Menngunakan cairan barium, cairan ini berwarna putih yang dimasukkan kekolon
sehingga dapat melihat dinding kolon.
4.Sitology eksfoliatif
Atau pengumpulan sel-sel dengan cara bilas lambung menggunakan larutan garam
normal merupakan teknik untuk mengetahui keganasan yang tidak dapat langsung
dilihat melalui gastroskop. Sel-sel ganas eksfoliatif lebih mudah terlepas
dibandingkan dengan sel-sel normal. Larutan yang terkumpul sebaiknya disimpan
dalam es dan segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Apabila proses ini
terlambat akan menyebabkan kerusakan sel oleh enzim pencernaan. Bilasan sitologik
memiliki keakuratan sekitar 90% untuk menegakkan diagnosis kaker lambung.
5.Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum
acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam, seperti histamine,
betazol hidroklorida (histalog); atau pentagastrin (peptide sintetik mirip gastrin).
6. Serologi
Pemeiksaan serologi banyak digunakan dalam penelitian epidemologi
karena relative murah dan dapat diterima oleh kelompok pasien asimtomatis ayau
anak-anak yang tidak mau diperiksa dengan cara invasive seperti gastrokopi. Pada
umumnya yang diperiksa adalah antibody IgG terhadap kuman H Pilory. Cara ini
sering digunakan untuk penelitian epidemologi atau untuk evaluasi sebelum
pemberian terapi eradikasi. Teknik yang dipakai adalah dengan menggunakan
ELISA, Wasternblot, fiksasi komplemen, dan imunofluoresen.
7. Urea Breath test ( UBT)
15
Pemeriksaan ini pertama kali ditemukan oleh Graham dan Bell pada tahun 1987. Cara
kerjanya adalah dengan menyuruh pasien menelan urea yang mengandung isotop
13 14
carbon, baik C ataupun C. Bila ada aktivitas urease oleh kuman H pillory akan
dihasilkan isotop karbon dioksida yang diserap dan dikeluarkan melalui pernafasan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut,kronik difus, atau local.
Manifestasi di rongga mulut yaitu . Halitosis, Xerostomia dan Karies
,
Hipersalivasi, Rongga mulut asam dikeranakan pada penderita gastritis sering
muntah, Bibir menjadi pucat karena pengaruh dari penyakit anemia pernisiosa.
Diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang. Untuk penatalaksanaan dental dapat dilakukan dengan mngurangi stress,
selektif memilih analgesic.
17
DAFTAR PUSTAKA