Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Aktivitas – aktivitas tersebut menciptakan pola dari arus kas masuk dan arus kas keluar
yang tidak sinkron sekaligus tidak pasti. Aktivitas tersebut tidak sinkron karena misalnya,
pembayaran tunai atas pembelian bahan baku tidak terjadi bersamaan dengan penerimaan kas
dari penjualan produk. Aktivitas tersebut juga tidak pasti karena biaya dan penjualan yang terjadi
di masa depan tidak dapat diperkirakan secara tepat.
1. Mendefenisikan Siklus Operasi dan Kas
a. Siklus Operasi.
Siklus operasi adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk memperoleh persediaan,
menjualnya dan menagihnya atau periode perolehan persediaan sampai dengan penagihan
piutang. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk memperoleh dan menjual persediaan disebut
dengan periode persediaan. Dan waktu yag dibutuhkan untuk menagih penjualan atau waktu
antara penjualan persediaan dan penagihan piutang usaha disebut dengan periode piutang usaha.
Berdasarkan definisinya, siklus operasi adalah penjumlahan dari periode persediaan dan
periode piutang usaha :
Siklus operasi = Periode persediaan + Periode piutang usaha
Siklus operasi menjelaskan kepada kita bagaimana sebuah produk berjalan melalui akun
aset lancar. Produk dimulai sebagai persediaan, yang kemudian diubah menjadi piutang ketika
terjual, dan kemudian pada akhirnya berubah menjadi kas saat kita menagih kepada pelanggan.
b. Siklus Kas.
Siklus kas adalah periode dari saat kas dibayarkan sampai dengan kas diterima atau
waktu antara pengeluaran kas dan penerimaan kas. Sedangkan waktu antara pembelian
persediaan dan pembayarannya disebut dengan periode utang dagang. Siklus kas merupakan
jumlah hari dari saat kita membayar pembelian persediaan sampai dengan saat kita benar benar
memperoleh kas dari penjualan. Berdasarkan definisi tersebut, siklus kas adalah selisih antara
siklus operasi dan periode utang dagang :
Siklus Kas = Siklus operasi – Periode utang dagang
2. Siklus Operasi dan Bagan Organisasi Perusahaan
Manajemen keuangan jangka pendek diperusahaan besar melibatkan sejumlah manajer
keuangan dan nonkeuangan yang berbeda. Kita melihat bahwa penjualan secara kredit
melibatkan setidaknya tiga entitas yang berbeda yaitu manajer kredit, manajer pemasaran dan
controller. Dari tiga entitas tersebut hanya dua entitas yang bertanggung jawab kepada wakil
bagian keuangan (fungsi pemasaran biasanya terkait dengan wakil presiden bagian pemasaran).
Hal ini kemudian dapat berpotensi menimbulkan konflik, terutama jika manajer manajer yang
berbeda hanya berkonsentrasi pada bagiannya saja. Misalnya, jika bagian pemasaran mencoba
untuk memperoleh pelanggan baru, bagian pemasaran mungkin menginginkan syarat syarat
penjualan kredit yang longgar untuk membujuk pelanggan baru tersebut. hal tersebut akan
meningkatkan investasi perusahaan pada piutang perusahaan dan perusahaan juga
berkemungkinan akan terpapar dengan resiko piutang tidak tertagih, sehingga dapat
meninmbulkan konflik.
Jabatan Manajer Tugas Terkait dengan Manajemen Aset / Liabilitas yang
Keuangan Jangka Pendek Dipengaruhi
Manajer kas Penagihan, pemusatan, pengeluaran : investasi Kas, efek yang
jangka pendek: pinjaman jangka pendek: diperdagangkan,
hubungan dengan perbankan pinjaman jangka
pendek
Manajer Kredit Mengawasi dan mengendalikan piutang usaha: Piutang usaha
keputusan kebijakan kredit
Manajer Pemasaran Keputusan kebijakan kredit Piutang usaha
Manajer Pembelian Keputusan tentang pembelian, pemasok : dapat Persediaan, utang
bernegosiasi tentang syarat syarat pembayaran dagang
Manajer Produksi Menetapkan jadual produksi dan kebutuhan Persediaan, utang
bahan baku dagang
Manajer utang Keputusan tentang kebijakan pembayaran dan Utang dagang
tentang pengambilan potongan harga
Controller Informasi akuntansi tentang arus kas: Piutang usaha dan
rekonsiliasi utang dagang: applikasi utang dagang
pembayaran piutang usaha
Kita juga memperoleh angka angka berikut ini dari laporan laba rugi terkini (dalam ribuan):
Penjualan Bersih $ 11.500
Beban Pokok Penjualan $ 8.200
Siklus Operasi. Pertama kali, kita memerlukan periode persediaan. Beban pokok penjualan
adalah $ 8,2 juta. Persediaan rata-rata adalah $ 2,5 juta, sehingga kita memutar persediaan kita
sebanyak $ 8,2/2,5 kali selama tahun tersebut:
Beban pokok penjualan
Perputaran Persediaan =
Rata−rata persediaan
$ 8,2 𝑗𝑢𝑡𝑎
= = 3,28 𝑘𝑎𝑙𝑖
2,5 𝑗𝑢𝑡𝑎
Rasio perputaran persediaan tersebut menjelaskan bahwa kita membeli dan menjual persediaan
sebanyak 3,8 kali selama tahun tersebut. Hal tersebut berarti secara rata-rata, kita menyimpan
persediaan kita selama :
365 𝐻𝑎𝑟𝑖
Periode persediaan =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
= = 111,3 ℎ𝑎𝑟𝑖
3,28
Periode persediaan sekitar 111 hari. Dengan kata lain, persediaan berada digudang selama sekitar
111 haru sebelum terjual.
Hal yang sama, rata rata piutang sebesar $ 1,8 juta dan penjualan sebesar $ 11,5 juta.
Dengan asumsi bahwa seluruh penjualan dilakukan secara kredit, perputaran piutang adalah :
Penjualan Kredit
Perputaran piutang =
Rata−rata piutang usaha
$ 11,5 𝐽𝑢𝑡𝑎
= = 6,4 𝑘𝑎𝑙𝑖
1,8 𝑗𝑢𝑡𝑎
Jika kita memutar piutang kita sebanyak 6,4 kali, periode piutangnya adalah
365 hari
Periode piutang =
Perputaran piutang
365
= = 57 ℎ𝑎𝑟𝑖
6,4
Periode piutang disebut juga dengan jumlah hari piutang atau periode penagihan rata rata.
Apapun sebutannya, rasio tersebut menjelaskan kepada kita bahwa secara rata rata pelanggan
kita membutuhkan 57 hari untuk melunasi hutangnya.
Siklus operasi adalah penjumlahan dari periode persediaan dan periode piutang usaha :
Siklus Operasi = Periode Persediaan + Periode Piutang Usaha
= 111 hari + 57 hari = 168 hari.
Angka siklus operasi tersebut menjelaskan kepada kita bahwa seara rata rata, 168 hari
adalah waktu yang dibutuhkan sejak kita memperoleh persediaan, mejualnya dan menagih
penjualan.
Siklus Kas. Kita sekarang membutuhkan periode utang dagang. Dari informasi yang diberikan
sebelumya, kita mengetahui bahwa utang dagang rata rata adalah $875.000 dan beban pokok
penjualan sebesar $ 8,2 juta. Perputaran utang dagang adalah sebagai berikut :
Beban pokok penjualan
Perputaran utang dagang =
Rata rata utang dagang
$ 8,2 juta
= = 9,4 kali
$ 0,875 juta
Kita membutuhkan 39 hari secara rata rata untuk membayar pemasok kita. Terakhir, siklus kas
adalah selisih antara siklus operasi dan periode utang dagang :
Siklus Kas = Siklus Operasi – Periode utang dagang
= 168 hari – 39 hari = 129 hari
Secara rata rata, terdapat keterlambatan selama 129 hari antara saat kita membayar persediaan
dan saat kita menagih penjualan.
D. Anggaran Kas
Anggaran kas jangka pendek umumnya disusun dengan cara menulusuri jejak berbagai
kegiatan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya arus fisik masuk dan arus fisik keluar.
Arus balik dari jejak arus fisik yang masuk akan mengakibatkan terjadinya arus kas keluar.
Demikian pula sebaliknya arus balik dari jejak berbagai arus fisik keluar akan
mengakibatkan terjadinya arus kas masuk.
Skema berikut ini akan memberikan gambaran yang jelas adanya berbagai keluar dan
masuknya arus kas dan arus fisik.
Dalam skema tersebut terlihat adanya empat pihak yang sekaligus menjadi penyalur dana
dan penerima dana. Mereka itu adalah:
1. Perusahaan yang melaksanakan proses produksi barang/jasa sebagai pihak pertama dan
pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan
sistem itu
2. Para rekanan/pemilik faktor produksi; yang bergerak dalam pasaran faktor produksi dan
pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan
sistem itu
3. Konsumen/pembeli produk perusahaan merupakan pihak yang membutuhkan produk
perusahaan untuk dikonsumsikan sendiri atau dijual kembali
4. Pemilik dana/pemerintah adalah sebagai pihak yang mempercayakan modalnya untuk
digunakan oleh perusahaan
Di antara keempat pihak yang membentuk sistem itu terjadilah arus fisik maupun arus
kas yang merupakan arus masuk maupun arus keluar di antara mereka satu sama lain. Arus
fisik masuk terjadi pada saat perusahaan membeli berbagai faktor produksi yang dibutuhkannya,
dan sebagai gantinya terjadi arus kas keluar pada saat perusahaan membayar faktor produksi
yang digunakannya dalam proses produksi. Arus fisik keluar terjadi pada saat perusahaan
berhasil menjual produknya pada pembeli/konsumen, sebagai gantinya terjadi arus kas masuk
pada saat pembeli membayar harga pokok yang dibelinya. Arus kas masuk dan arus kas keluar
yang terjadi diantara rekanan, perusahaan, dan konsumen membentuk transaksi rutin atau
transaksi operasional yang sifatnya kontinu.
Di antara perusahaan, Pemilik Modal dan Pemerintah hanya terjadi arus kas masuk dan arus
kas keluar. Arus kas masuk terjadi pada saat pemilik dan kreditur menyerahkan modalnya pada
perusahaan sebagai penyertaan atau sebagai kredit, sedangkan arus kas keluar terjadi pada saat
perusahaan membayar kewajiban dalam bentuk pajak,restitusi, bea meterai dan sebagainya pada
Pemerintah. Transaksi ini disebut transaksi keuangan yang sifatnya terputus-putus (internittent).
Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi diantara empat pihak inilah perusahaan
akan mampu memperkirakan baik jumlah maupun waktu terjadinya arus kas masuk dan arus kas
keluar, baik yang bersifat operasional maupun yang berupa transaksi keuangan. Hasil perekaman
arus kas masuk dan arus kas keluar ini kita sebut anggaran kas.
Contoh Kasus Anggaran Kas Jangka Pendek
Berikut ini adalah data yang dimiliki PT LARA yang dikumpulkan untuk melakukan
penyusunan anggaran kas tahunan, pada semester 1 Tahun 20XX:
Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX
Sejak beroperasi, perusahaan selain menjual secara tunai, juga menjual secara kredit.
Adapun komposisi penjualannya adalah:
1. Sebesar 60% dari total penjualan adalah penjualan tunai dan sisanya adalah
penjualan kredit. Untuk penjualan tunai manajemen menetapkan akan memberikan
potongan harga sebesar 10%.
2. Untuk penjualan kredit; manajemen memberlakukan term of payment 5/10, n/60.
Dari penjualan kredit diperkirakan sebesar 60% akan memanfaatkan periode
potongan, sedangkan sisanya tidak memanfaatkan periode potongan. Dari pembeli
yang tidak memanfaatkan potongan, 50%-nya kaan membayar pada bulan transaksi
dan sisanya akan membayar pada bulan berikutnya.
3. Diperkirakan besarnya piutang tak tertagih (bad debt) adalah 5% dari penjualan
kredit.
Besarnya Cash Opname awal Tahun 20XX adalah Rp 10.000.000,-
Perusahaan melakukan pembelian bahan baku yang merencanakan akan dibayar 30%
secara tunai dan 70% dibayar bulan berikutnya. Adapun pembelian yang dilakukan
adalah:
Hutang jatuh tempo yang harus dibayarkan adalah januari Rp 2.500.000,- , Maret Rp
1.000.000,- ,dan Juni Rp 3.000.000,-
Dari data tersebut, diminta:
1. Menyusun skedul pengumpulan piutang untuk triwulan 1 tahun 20XX. Sertakan
persiapan perhitungannya.
2. Menyusun skedul penerimaan kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
3. Menyusun skedul pengeluaran kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
4. Menyusun skedul kas sementara untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
Penyelesaian Kasus : Anggaran Kas Tahunan (Jangka Pendek)
a) Penjualan Menurut Bentuk Pembayaran & Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
PT LARA
Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Triwulan 1 Tahun 20XX
Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai :
1. Total penjualan : dari data Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX
2. Penjualan Tunai (60%): Total Penjualan x 0,6 (penjualan tunai 60%). Misal, pada
bulan Januari (Rp 15.000.000 x 0.6= Rp 9.000.000).
3. Potongan Penjualan Tunai (10%): Hasil dari penjualan Tunai x 0.1 (Pot. Penj.
Tunai ). Misal, pada bulan Januari (Rp 9.000.000 x 0.1= Rp 900.000).
4. Penjualan Tunai Neto: Hasil dari penjualan tunai ˗ hasil dari pot.penjualan
tunai.Misal, pada bulan Januari (Rp 9.000.000 – Rp 9.00.000= Rp 8.100.000).
5. Penjualan Kredit (40%): Total penjualan x 0.4 (penjualan kredit 40%). Misal,
pada bulan Januari (Rp 15.000.000 x 0.4 = Rp 6.000.000).
6. Bad Debt (5%): Hasil dari penjualan kredit x 0.05 (bad debt 5%). Misal, pada
bulan Januari (Rp 6.000.000 x 0.05= Rp 300.000).
7. Piutang Neto: Hasil dari penjualan kredit – bad debt. Misal, pada bulan Januari
(Rp 6.000.000 – Rp 300.000= Rp 5.700.000) .
e) Anggaran Kas
PT LARA
Anggaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX
Pinjaman Persediaan
Pinjaman persediaan (inventory loan) adalah pinjaman jangka pendek untuk membeli persediaan
yang memiliki tiga bentuk: blanket inventory lien, trust receipt, dan field warehouse financing.
1. Blanket inventory lien: memberikan jaminan kepada pemberi pinjaman terhadap seluruh
persediaan yang dimiliki oleh peminjam (blanket "menutupi" seluruh hal). Peminjam bebas
untuk menjual persediaannya. Bentuk pinjaman yang aman ini digunakan saat persediaan
kemungkinan akan digantikan saat digunakan.
2. Trust receipt: sebuah dokumen yang menyatakan bahwa peminjam memiliki persediaan
tertentu dalam "trust'" untuk pemberi pinjaman. Sebagai contoh, pendanaan diler otomotif
dilakukan dengan menggunakan trust receipt. Tipe pendanaan dengan jaminan ini juga disebut
dengan floor planning. terkait dengan persediaan yang ada diruang pamer. Bentuk pendanaan
dengan jaminan ini digunakan saat persediaan mudah untuk dilakukan penelusuran, misalnya,
dengan nomor lisensi.
3. Field warehouse financing dalam field warehouse financing, perusahaan pergudangan publik
(perusahaan independen yang memiliki keahlian dalam manajemen persediaan bertindak sebagai
agen pengendali yang mengawasi persediaan untuk pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman akan
terus diberikan informasi tentang mutasi persediaan. Bentuk pinjaman yang aman ini digunakan
saat persediaan kecil kemungkinan akan diganti saat digunakan.
Kita akan mengasumsikan bahwa Growing Tree memulai tahun tanpa utang jangka pendek.
Pinjaman jangka pendek akhir adalah $15.500.
K1 K2 K3 K4
Saldo awal kas $10.000 $19.000
Arus kas bersih masuk (keluar) 9.000 -29.500
Pinjaman jangka pendek 15.500
Bunga atas pinjaman jangka pendek
Pembayaran pinjaman jangka pendek
Saldo akhir kas $19.000 $5.000
Saldo kas minimum -5.000 -5.000
Kelebihan (kekurangan) kumulatif $14.000 $0
Pinjaman jangka pendek awal
Perubahan dalam pinjaman jangka $15.500
pendek
Pinjaman jangka pendek akhir $15.500
Dari analisis kami sebelumnya atas total penerimaan dan pengeluaran kas, kita mengetahui
bahwa arus kas masuk bersih di kuartal ketiga adalah $1.750.
K1 K2 K3 K4
Saldo awal kas $10.000 $19.000 $5.000
Arus kas bersih masuk (keluar) 9.000 -29.500 1.750
Pinjaman jangka pendek 15.500
Bunga atas pinjaman jangka pendek
Pembayaran pinjaman jangka pendek
Saldo akhir kas $19.000 $5.000
Saldo kas minimum -5.000 -5.000
Kelebihan (kekurangan) kumulatif $14.000 $0
Pinjaman jangka pendek awal
Perubahan dalam pinjaman jangka $15.500
pendek
Pinjaman jangka pendek akhir $15.500
Pembayaran bunga sebesar $15.500 X 0,05 (5%) = $775, sehingga utang pokok jangka pendek
yang dibayarkan adalah $975.
K1 K2 K3 K4
Saldo awal kas $10.000 $19.000 $5.000
Arus kas bersih masuk (keluar) 9.000 -29.500 1.750
Pinjaman jangka pendek 15.500
Bunga atas pinjaman jangka pendek -775
Pembayaran pinjaman jangka pendek -975
Saldo akhir kas $19.000 $5.000 $5.000
Saldo kas minimum -5.000 -5.000 -5.000
Kelebihan (kekurangan) kumulatif $14.000 $0 $0
Pinjaman jangka pendek awal 15.500
Perubahan dalam pinjaman jangka $15.500 -975
pendek
Pinjaman jangka pendek akhir $15.500 $14.525
Growing Tree masih berutang sebesar $15.500 – 975 = $14.525 pada akhir kuartal ketiga.
Bunga pada kuartal terakhir menjadi $14.525 X 0,05 (5%) = $ 726,25. Arus kas masuk bersih
pada kuartal keempat sebesar $12.250, sehingga perusahaan membayar bunga sebesar$726,25,
menyisakan kas sebesar $11.523,75 yang digunakan untuk membayar pinjaman jangka pendek.
Saldo pinjaman jangka pendek di akhir kuartal keempat sebesar $3.001,25. Tabel 18.6
memperluas Tabel 18.5 dengan memasukkan perhitungan-perhitungan tersebut.
K1 K2 K3 K4
Saldo awal kas $10.000 $19.000 $5.000 $5.000
Arus kas bersih masuk (keluar) 9.000 -29.500 1.750 12.250
Pinjaman jangka pendek 15.500
Bunga atas pinjaman jangka pendek -775 -726,25
Pembayaran pinjaman jangka pendek -975 -11.523,75
Saldo akhir kas $19.000 $5.000 $5.000 $5.000
Saldo kas minimum -5.000 -5.000 -5.000 -5.000
Kelebihan (kekurangan) kumulatif $14.000 $0 $0 $0
Pinjaman jangka pendek awal 15.500 14.525
Perubahan dalam pinjaman jangka $15.500 -975 -11.523,75
pendek
Pinjaman jangka pendek akhir $15.500 $14.525 $3.001,25
Rencana kami sangat sederhana. Sebagai contoh, kami mengabaikan sebuah kenyataan
bahwa bunga yang dibayarkan atas utang jangka pendek sesungguhnya mengurangi pajak. Kami
juga mengabaikan fakta bahwa kelebihan kas sebesar $14.000 pada kuartal pertama akan
memperoleh bunga (yang akan dikenakan pajak). Kami dapat saja menambahkan angka- angka
untuk memperbaiki rencana tersebut. Namun, hal penting yang kami ingin perlihatkan adalah
terdapatnya suatu kenyataan bahwa dalam waktu 60 hari, yaitu di akhir kuartal kedua, Growing
Tree menjadi harus meminjam dana sebesar $15.500 dalam jangka pendek. Inilah waktunya
untuk menentukan sumber pendanaan.
Rencana kami juga mengilustrasikan bahwa pendanaan kebutuhan jangka pendek
perusahaan akan membebankan perusahaan sebesar $775 + $726,25 = $1.501,25 dalam bentuk
beban bunga (sebelum pajak) untuk pinjaman jangka pendek pada tahun tersebut. Ini merupakan
titik awal bagi Growing Tree untuk memulai evaluasi berbagai alternatif yang dapat mengurangi
beban bunga tersebut. Misalnya, dapatkah belanja modal sebesar $30.000 ditunda atau dibagi ke
beberapa kuartal? Pinjaman jangka pendek dengan tingkat bunga sebesar 5 persen per kuartal
tidaklah murah.
Selanjutnya, jika penjualan Growing Tree diharapkan terus bertumbuh, pinjaman jangka
pendek dapat dilunasi lebih cepat. Jika kebutuhan Growing Tree untuk tambahan pendanaan
bersifat permanen, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk memperoleh pendanaan dalam
jangka panjang.
Pelanggan yang masuk kelompok 1 bisa mendapat pembelian kredit secara otomatis, dan status
kredit mereka cukup ditinjau sekali dalam setahun saja. Pelanggan pada kelompok 2 bisa
mendapat kredit hingga jumlah tertentu, tetapi analisis rasio atas kondisi keuangannya harus
lebih sering dilakukan, dan dapat diturunkan ke kelompok 3 jika posisinya melemah. Untuk
kelompok 3 dan 4 diperlukan persetujuan khusus agar bisa membeli secara kredit. Sementara
untuk kelompok 5 pembelian hanya dimungkinkan secara tunai (Cash on Delivery/COD) saja.
5. Kebijakan mengenai penagihan
Kebijakan penagihan merujuk pada prosedur yang digunakan untuk menagih piutang.
Misalnya, surat tagihan bisa dikirimkan pada pelanggan yang menunggak 10 hari. Jika
pembayaran belum diterima dalam 30 hari, pelanggan dapat diberikan surat teguran dan
pembicaraan via telepon. Jika hingga 90 hari pelanggan belum membayar, piutang bisa dialihkan
pada perusahaan penagih (collection agency). Proses penagihan memang memakan biaya cukup
besar dan memperburuk hubungan usaha, namun perusahaan perlu mengambil sikap tegas untuk
mencegah terjadinya piutang tak tertagih. Oleh karenanya, perubahan kebijakan penagihan
mempengaruhi jumlah penjualan, periode penagihan, persentase piutang tak tertagih, serta
persentase pelanggan yang mengambil diskon.
Total
Costs in costs Carrying Costs
dollars
C* Level of credit extended
Jika sebuah perusahaan menjalankan kebijakan kredit dengan ketat, maka jumlah
penjualan kredit akan kecil dan semua biaya terkait kredit akan rendah tetapi akan muncul biaya
kesempatan (opportunity cost). biaya kesempatan ini adalah potensi laba ekstra dari penjualan
kredit yang hilang akibat kredit di tolak.
Jumlah dari biaya untuk menangani kredit dan biaya kesempatan bagi kebijakan kredit
tertentu disebut kurva biaya kredit (credit cost curve). Jika perusahaan memberikan kredit
melampaui titik - titik, maka tambahan arus kas bersih dari pelanggan baru tidak dapat menutup
biaya investasi dalam piutang. Jika jumlah piutang berada di bawah titik ini, maka perusahaan
melepaskan peluang untuk mendapatkan keuntungan.
Perusahaan - perusahaan yang memberikan kredit akan mengeluarkan biaya untuk
menjalankan departemen kredit. Biasanya perusahaan akan bekerja sama dengan perusahaan
asuransi, atau dikelola perusahaan jasa keuangan yang merupakan anak perusahaan ( perusahaan
jasa keuangan captive). mengapa sebuah perusahaan memilih untuk mendirikan perusahana
terpisah untuk menangani fungsi kredit ? alasannya yakni :
Untuk meningkatkan manajemen
Pembiayaan
Pelaporan
K. Analisi Kredit
Analisis kredit mengacu pada proses untuk memutuskan apakah pelanggan tertentu akan
diberi atau tidak diberikan kredit. Keputusan kredit ini biasanya dalam 2 langkah yakni
pengumpulan informasi yang relevan dan menentukankelayakan kredit.
Kapan seharusnya diberikan kredit ??
1. Penjualan satu kali
Kita asumsikan ada seorang pelanggan baru ingin membeli satu unit dengan harga P per
unit secara kredit. Jika kredit ditolak, pelanggan akan membatalkan pembelian. Selain itu, kita
asumsikan juga jika kredit diberikan, maka dalam satu bulan pelanggan akan membayar atau
gagal membayar. Probabilitas gagal membayar adalah л. Dalam hal ini, probitabilitas (л) dapat
juga diartikan sebagai persentase pelanggan baru yang tidak akan membayar. Bisnis kita tidak
memiliki pelanggan tetap, sehingga penjualan ini merupakan penjualan satu kali. Hasil yang
diharapkan atas piutang adalah R per bulan, dan biaya variabel adalah v per unit.
Analisi yang dilakukan adalah analisi langsung. Jika perusahaan menolak kredit maka
tambahan arus kas adalah nol. Jika perusahaan memberikan kredit maka bulan ini akan
mengeluarkan biaya sebesar v dan memperkirakan penagihan (1-л)P bulan berikutnya. NPV
pemberian kredit adalah :
NPV = -v+(1-л)P/(1+R)
Contohnya :
NPV = -$20 + (1-л) x 49/1,02
Dengan 20% tingkat kegagalan, maka :
NPV = -$20 + 0,80 x 49/1,02=$18.43
Dengan demikian kredit harus di berikan.
Menghitung profitabilitas kegagalan :
NPV = 0 = -$20 + (1-л) x 49/1,02
1-л = $20/49x1.02
Л = 58.4%
Locust seharusnya memberikan kredit sepanjang terdapat 1- 0.584 = 41.6% kesempatan atau
penagihan yang lebih baik. Persentasi ini merupakan probabilitas kegagalan maksimum yang
dapat diterima untuk pelanggan baru. Jika pelanggan melakukan pembelian kembali dan beralih
dari pembeli tunai menjadi pembeli kredit, maka analisis yang dilakukan akan berbeda, dan
profabilitas maksimum yang dapat diterima akan jauh lebih rendah.
2. Bisnis Berulang
Jika perusahaan memberikan kredit, ia akan menegluarkan biaya bulan ini sebesar v, bulan depan,
perusahaan tidak mendapatkan apa - apa jika pelanggan gagal membayar atau ia akan
mendapatkan p jika pelanggan membayar. Jika pelanggan membayar maka pelanggan akan
memberi lagi secara kredit dan perusahaan akan mengeluarkan biaya sebesar v kembali. Arus kas
masuk bersih untuk bulan berikutnya p-v. setiap bulan berikutnya, arus kas bersih sebesar p-v
akan terus terjadi karenapelanggan membayar untuk pesanan bulan sebelumnya dan melakukan
pembelian baru.
PV = (P-v)/R
NPV = -v+(1-л)(P-v)/R
Untuk kasus locust :
NPV = -$20 + (1-л) x (49-20)/0,02
= -$20 + (1-л) x 1.450
Bahkan dengan probabilitas gagal bayar 90 persen, npv adalah :
NPV = -$20 + 0,10 x 1.450 = $125
Locust seharusnya memberikan kredit, kecuali gagal bayar sangat nyata. Alasannay, locust hanya
menegluarkan biaya $20 untuk mengetahui pelanggan yang baik dan tidak. Pelanggan yang baik
bernilai $1.450, sehingga locust mampu menutup beberapa yang gagal bayar.
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaian tetap sama. Biasanya kriteria
penilaian yang umum harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar
layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.
1. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari seseorang yang akan
diberikan kredit benar-benar harus dipercaya. Dalam hal ini bank meyakini benar bahwa calon
debiturnya memiliki reputasi baik, artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang
berkaitan dengan kriminalitas, misalnya penjudi, pemabuk, atau penipu. Untuk dapat membaca
sifat atau watak dari calon debitur dapat dilihat sari latar belakang nasabah, baik yang bersifat
latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang
dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.
2. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Bank
harus mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan melakukan analisis
usahanya dari waktu ke waktu. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu
melakukan pembayaran kembali atas kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak mampu, bank
dapat menolak permohonan dari calon debitur. Capacity sering juga disebut dengan
nama Capability.
3. Capital
Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelola calon debitur.
Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya. Untuk melihat
penggunaan modal apakah efektif, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi
laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan
solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.
4. Condition
Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan
dengan prospek usaha calon nasabah. Penilaian kondisi dan bidang usaha yang dibiayai
hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relatif kecil.
5. Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun
yang nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus
diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu, maka jaminan yang dititipkan akan dapat
dipergunakan secepat mungkin.
Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsur
penilaian sebagai berikut:
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun
kepribadiaannya di masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku
dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan
tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
3. Perpose
Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan
nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh
apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak
dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu
fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi
juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari
sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur
maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh
usaha lainnya.
6. Profitabillity
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur
dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan
tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan
perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan
oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
L. Kebijakan Penagihan
1. Pemantauan Piutang
Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit yang telah dijalankan,
khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola pembayaran pada pelanggan. Misalnya,
pelanggan yang semula tergolong patuh dalam membayar kini mulai terlambat membayar
kewajibannya. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan pemantauan
piutang usaha:
DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP) yang mengungkapkan
berapa lama piutang tertagih. DSO merupakan ukuran termudah untuk mengamati
arus penagihan piutang dari pelanggan. Meningkatnya DSO menunjukkan
pelanggan makin lambat membayar kewajibannya yang dapat dijadikan indikator
awal kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih atau kredit macet.
Skedul umur piutang merupakan tabel yang memuat informasi tentang umur,
jumlah, proporsi, dan periode penagihan piutang. Berikut contoh tabel skedul umur
piutang:
0-30 Rp 405.000.000 45 % 20
31-60 Rp 450.000.000 50 % 51
61-90 Rp 27.000.000 3% 80
Rp 900.000.000
Contoh analisis pemantauan piutang. Misalnya, suatu perusahaan menetapkan
batas waktu pembayaran piutang 30 hari. DSO rata-rata = 45% (20) + 50 % (51) +
3% (80) + 2% (96) = 52 Hari. Hal itu berarti bahwa secara rata-rata pelanggan
membayar kewajibannya pada bulan kedua dari batas waktu penagihan yang
ditentukan. Pelanggan yang membayarnya hingga batas akhir penagihan hanya
mencapai 45%. Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang membayar melebihi
batas waktu penagihan. Analisis sederahana ini menunjukan bahwa pola
penerimaan penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih
dari separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk
memperbaiki kondisi tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan
kreditnya secara menyeluruh.
M. MANAJEMEN PERSEDIAAN
Manajemen persediaan adalah bagian dari perusahaan yang berfungsi untuk mengatur
persediaan barang yang dimiliki, mulai dari cara memperoleh persediaan, penyimpanannya,
sampai persediaan tersebut dimanfaatkan atau dikeluarkan. Persediaan adalah aset perusahaan
yang menganggur atau merupakan aset yang masih disimpan atau aset yang menunggu untuk
digunakan (dijual). Contoh persediaan pada perusahaan dagang adalah persediaan barang dagang,
sedangkan contoh persediaan pada perusahaan manufaktur seperti persediaan bahan baku, barang
setengah jadi dan barang jadi.
Selain itu juga terdapat ketidakpastian mengenai waktu pemesanan, pasokan dari supplier
dan ketidakpastian permintaan. Oleh sebab itulah diperlukan manajemen persediaan agar
perusahaan bisa menentukan jumlah persediaan yang optimal dengan mengeluarkan biaya yang
sangat rendah namun masih bisa memenuhi kebutuhan atau permintaan.
Kedua adalah persediaan barang setengah jadi. Barang setelah jadi adalah produk yang
sedang dalam proses. Seberapa besar persediaan jenis ini tergantung pada panjangnya proses
produksi. Biasanya barang ini digunakan untuk didisribusikan ke pabrik lain untuk dilanjutkan
menjadi barang jadi. Manajemen persediaan akan menentukan seberapa banyak barang yang
diperlukan untuk di distribusi agar bisa memenuhi permintaan.
Jenis persediaan ketiga dan terakhir adalah barang jadi. Barang jadi adalah produk yang
sudah siap untuk di kirim atau di jual. Manajemen persediaan akan mengatur jumlah yang
tersedia, kemana akan didistribusikan, dan berapa jumlahnya. Tidak lain tidak bukan agar
mampu mendapatkan jumlah produk optimal agar keuntungan maksimal.
c. Biaya Persediaan
Terdapat dua jenis biaya yang terkait dengan aset lancar pada umumnya dan dengan
persediaan pada umumnya. Jenis biaya yang pertama adalah biaya pengelolaan persediaan. Biaya
ini mencakup semua biaya lansung dan biaya kesempatan untuk menjaga jumlah persediaan.
Biaya ini termasuk :
Jenis biaya lainnya terkait dengan persediaan adalah biaya kelangkaan. Biaya kelangkaan
adalah biaya yang terjadi akibat perusahaan tidak memiliki persediaan yang cukup. Dua
komponen biaya kelangkaan adalah biaya pengadaan kembali dan biaya yang terkait dengan
cadangan. Tergantung pada jenis bisnis perusahaan, biaya pengadaan kembali atau biaya
pemesanan bisa merupakan biaya memesan kepada pemasok atau biaya untuk menyiapkan
proses produksi.
Biaya yang berkaitan dengan cadangan adalah kerugian akibat hilangnya kesempatan
untuk menjual atau hilangnya pelanggan akibat perusahaan tidak memiliki persediaan yang
cukup. Tujuan dasar dari manajemen persediaan adalah untuk meminimalkan jumlah dari kedua
biaya ini.
Pendekatan ABC
Pendekatan ABC adalah pendekatan sederhana dari manajemen persediaan, dimana ide
dasarnya adalah membagi persediaan menjadi tiga kelompok atau lebih. Alasan yang mendasari
adalah bahwa kuantitas persediaan yang sedikit mungkin mewakili sebagian besar persediaan
dalam hal nilai persediaan. Misalnya seperti pabrik furniture/mebel, persediaan bahan bakunya
bisa berupa kayu, cat (coating), paku dan mur. Persediaan kayu walaupun secara kuantitas tidak
sebanyak cat dan paku, namun memiliki nilai nominal yang paling besar sehingga perusahaan
bisa menggolongkannya dalam kelas A.
Dimana perawatan kayu berbeda dengan perawatan cat dan paku. Kayu yang berkualitas
tinggi tidak boleh ditempatkan ditempat yang lembab, tidak boleh terkena air serta tidak boleh
ditumpuk rapat sehingga memakan banyak tempat digudang. Selain itu kayu juga harus dijaga
agar tidak di makan rayap. Dapat di simpulkan bahwa terdapat biaya tambahan agar kualitas
kayu terjaga.
Cat atau jenis coating lainnya seperti thinner, melamine dan sejenisnya memiliki nilai
yang mungkin di bawah kayu namun lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan paku yang
kuantitas per unitnya sangat banyak, sehingga cat atau coating bisa dimasukkan ke kelas B.
walaupun terdapat teknik khusus agar kualitas cat masih tetap terjaga, namun secara umum
perlakukan penyimpanan cat digudang lebih mudah dari pada kayu.
Yang terakhir adalah paku dan mur. Paku secara kuantitas paling banyak jumlahnya,
namun secara nilai paling sedikit dibandingkan dengan kayu dan cat. Paku bisa di masukan ke
kelas C. Selain hanya membutuhkan sudut ruangan yang kecil, penyimpanan paku juga sangat
mudah. Bisa diletakkan dimana saja dan tidak memerlukan banyak perlakukan khusus.
Walaupun ada yang hilang maupun rusak, nilai nominalnya tidak terlalu material.
Setiap awal periode Merry Shoes memiliki persediaan 100 pasang sepatu hiking.
Persediaan sepatu ini habis setiap periode dan Merry Shoes akan melakukan pesanan kembali.
Jika biaya penanganan setiap pasang sepatu pertahun adalah $3, berapakah total biaya
penangangan untuk sepatu hiking tersebut ?
Persediaan awal selalu berjumlah 100 pasang dan persediaan akhir slalu nol, sehingga
rata rata persediaan adalah 50 pasang. Dengan biaya $3 per pasang pertahun, maka total biaya
penanganan persediaan adalah $150.
Dalam contoh di atas misalkan Merry menjual 600 pasang sepatu dalam setahun. Berapa
kali pertahun merry harus melakukan pembelian kembali ? Misalkan biaya pembelian kembali
adalah $20 perpesanan, berapakah total biaya pembelian kembali ?
Setiap kali melakukan pemesanan, merry memesan 100 pasang sepatu. Total penjualan
600 pasang per tahun, sehingga merry melakukan pembelian kembali sebanyak 6 kali pertahun,
atau setiap 2 bulan sekali. Biaya pembelian kembali adalah 6 kali pesanan x $20 per pesanan =
$120.
Contoh : EOQ
Berdasarkan dua contoh sebelumnya, berapa jumlah setiap kali melakukan pesanan untuk
meminimalkan biaya ? Berapa kali merry harus melakukan pembelian kembali ? Berapa total
penanganan persediaan dan biaya pembelian kembali ? Berapa total biaya ?
Jumlah sepatu yang di pesan selama setahun (T) adalah 600. Biaya pembelian kembali (F)
adalah $20 per pesanan, dan biaya pengelolaan persediaan (CC) adalah $3. EOQ dapat dihitung
sebagai berikut :
Oleh karena Merry menjual 600 pasang sepatu pertahun, ia akan melakukan pembelian
kembali sebanyak 600/89,44 = 6,71 kali. Total biaya pembelian kembali adalah $20 x 6,71 =
$134,16. Rata rata persediaan 89,44/2 = 44,72. Biaya penanganan persediaan $3 x 44,72 =
$134,16 sama dengan biaya pembelian kembali. Dengan demikian total biaya adalah $268,33.
Perencanaan kebutuhan bahan baku atau MRP adalah seperangkat prosedur yang
digunakan untuk menentukan tingkat persediaan bagi persediaan yang permintaannya tergantung
pada persediaan lainnya, misalnya barang setengah jadi dan bahan baku. Dengan kata lain, MRP
adalah perencanaan dan pengendalian persediaan untuk menjamin material atau bahan baku
selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu MRP juga bertujuan untuk menjaga
persediaan dalam jumlah yang sedikit.
Perencanaan pada metode ini bisa meliputi rencana penjadwalan pembelian, jadual
produksi dan pengiriman material. Metode MRP akan menentukan jumlah kebutuhan material
yang dibutuhkan, jadual produksi dan bahkan berjaga-jaga terhadap hal hal buruk yang
kemungkinan terjadi. Berikut ini terdapat beberapa keunggulan dari metode MRP ini, yaitu
sebagai berikut :
Persediaan Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan
kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus
seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu
menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen secara tepat
waktu. Dengan kata lain JIT merupakan metode yang mengusahakan perusahaan untuk tidak
menyetok atau memiliki persediaan, karena apabila perusahaan tidak memiliki persediaan maka
perusahaan tidak akan menanggung biaya persediaan salah satu contohnya seperti biaya gudang.
Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksi hanya sebanyak
jumlah yang dibutuhkan/diminta konsumen dan pada saat dibutuhkan sehingga dapat
mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat
menimbun barang. Kelebihan dari metode JIT ini adalah metode ini berusaha mendatangkan
persediaan bahan baku hanya pada saat yang dibutuhkan, pada saat yang tepat dan dalam jumlah
yang tepat sehingga tidak ada sisa. Jadi perusahaan tidak perlu menyimpan persediaan karena
persediaan bahan baku hanya datang disaat dibutuhkan dan tidak menimbun/bersisa.