Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap tahap dalam siklus kehidupan manusia memiliki ciri dan

permasalahan yang khas, mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa

remaja, masa dewasa muda, masa usia pertengahan dan lanjut usia. Proses

menua atau lanjut usia merupakan suatu hal yang wajar yang akan dialami

semua orang yang dikaruniai umur panjang.

Dengan meningkatnya taraf kesehatan dan kesejahteraan, maka jumlah

mereka yang mencapai usia lanjut makin bertambah. Dinegara berkembang

angka harapan hidup masih lebih rendah dibandingkan dengan Negara-negara

maju, walaupun dengan pola yang tetap sama yaitu meningkat dari tahun

ketahun.

Dengan semakin meningkatnya jumlah manusia usia lanjut di Indonesia,

maka perhatian yang harus diberikan kepada kelompok ini juga akan semakin

besar, baik dari pemerintah, swasta atau berbagai disiplin ilmu termasuk

keperawatan, agar pada lansia dapat mempertahankan kesehatannya,

berperan aktif dimasyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut.

Pada makalah ini akan diuraikan lebih lanjut tentang Asuhan

Keperawatan Sistem Pernapasan pada Usia Lanjut.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR

1. Perubahan Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi pada Lansia.

 Otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

 Menurunnya aktivitas dari sillia.

 Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik

nafas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan

kedalaman bernapas menurun.

 Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

 O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

 CO2 pada arteri tidak berganti.

 Kemampuan untuk batuk berkurang.

 Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan akan

menurun seiring dengan pertambahan usia.

2. Faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru.

Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat

beberapa faktor yang memperburuk fungsi paru (Silverman dan Speizer

1996; Tim Pneumobil Indonesia 1994). Faktor-faktor yang dapat

memperburuk fungsi paru antara lain :

 Merokok

 Obesitas

 Immobilitas

 Operasi

2
3. Patogenesis penyakit paru pada usia lanjut.

Mekanisme timbulnya penyakit yang menyertai usia lanjut dapat dijelaskan

atau dapat dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan-perubahan tersebut adalah :

a. Perubahan anatomik fisiologik

Dengan adanya perubahan anatomi fisiologik sistem pernapasan

ditambah adanya factor lain dapat memudahkan timbulnya beberapa

macam penyakit paru : Bronkhitis kronis, Empisema paru, PPOM, TBC

Paru, Kanker Paru, dsb. (Mangunegoro, 1992; Davies, 1985; Widjaya

Kusumah, 1992; Rahmatullah, 1994; Suwondo, 1990; Yusuf, 1990).

b. Perubahan daya tahan tubuh

Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh antara lain,

karena melemahnya fungsi limfosit B dan T, sehingga penderita

rentan terhadap kuman pathogen, virus, protozoa, bakteri dan jamur.

c. Perubahan metabolic tubuh

Pada usia lanjut sering terjadi perubahan metabolic tubuh dan paru

akan ikut mengalami perubahan. Penyebab tersering adalah penyakit-

penyakit metabolic yang bersifat sistemik : Diabetes Melitus,

Uremia, Arthritis Reumatoid, dsb. Faktor usia perannya tidak jelas,

tetapi lamanya menderita penyakit sistemik mempunyai andil untuk

timbulnya penyakit paru.

d. Perubahan respon terhadap obat

Pada orang usia lanjut, bisa terjadi bahwa penggunaan obat tertentu

akan memberikan respon atau perubahan paru dan saluran napas dan

mungkin perubahan tadi tidak terjadi pada usia muda. Contoh

penyakit paru akibat idiosinkrosis akibat penggunaan obat dalam

3
pengobatan penyakit yang sedang digunakan dalam pengobatan

penyakit yang sedang dideritanya, yang mana proses ini jarang

terjadi pada usia muda.

e. Perubahan degeneratif

Perubahan degeneratif merupakan perubahan yang tidak dapat

dielakkan yang terjadi pada individu-individu yang mengalami proses

penuaan. Penyakit paru yang timbul akibat penyakit degeneratif

misalnya terjadi PPOM, Karsinoma Paru, Bronchitis Kronis, dsb.

f. Perubahan atau kejadian lainnya

Ada pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama usia lanjut yang

dapat mempengaruhi dirinya sehingga dapat memudahkan timbulnya

penyakit paru tertentu pada usia lanjut, misalnya :

 Kebiasaan merokok dimasa lalu dan sekarang

Merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan

pada saluran napas, juga menurunkan fungsi pertahanan tubuh

yang diperankan paru dan saluran napas sehingga memudahkan

timbulnya infeksi pada saluran napas dan paru.

 Pengaruh atau akibat kekurangan gizi

Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh terutama

respon imunoseluler. Proses involusi kelenjar timus

menyebabkan jumlah hormon timus yang beredar dalam darah

menurun berakibat proses pemasakan limfosit T berkurang

sehingga limfosit T yang beredar didalam darah juga

berkurang. Imunitas humoral pada usia lanjut juga terjadi

perubahan yang berarti, bahkan terdapat peninggian kadar

4
autobodi Ig A dan Ig G terdapat peningkatan sedangkan Ig M

mengalami penurunan.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Meliputi aspek :

a. Fisik

Wawancara

 Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya.

 Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia.

 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.

 Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan

pendengaran.

 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil.

 Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam lanjut usia.

 Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna

dirasakan.

 Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan

dalam minum obat.

 Masalah-masalah seksual yang dirasakan.

 Kebiasaan/gaya hidup (merokok, alcohol).

Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.

 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu :

5
- Head to too.

- Sistem tubuh.

b. Psikologis

 Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.

 Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.

 Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak.

 Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.

 Bagaimana mengatasi stress yang dialami.

 Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.

 Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.

 Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.

 Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif : daya ingat, proses

pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam

penyelesaian masalah.

c. Sosial ekonomi

 Darimana sumber keuangan lanjut usia.

 Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.

 Dengan siapa dia tinggal.

 Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia.

 Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.

 Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar

rumah.

 Siapa saja yang biasa mengunjungi.

 Seberapa besar ketergantungannya.

 Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan

fasilitas yang ada.

6
d. Spiritual

 Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinan agamanya.

 Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam

kegiatan keagamaan, misalnya pengajian, dan penyantunan anak

yatim atau fakir miskin.

 Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah

dengan berdoa.

 Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.

Pengkajian Dasar

a. Temperature

 Mungkin serendah 95 F (hipotermi) + 35 C

 Lebih teliti diperiksa di sublingual

b. Pulse (denyut nadi)

 Kecepatan, irama, volume.

 Apical, radial, pedal.

c. Respirasi (pernapasan)

 Kecepatan, irama, dan kedalaman.

 Tidak teraturnya pernapasan.

d. Tekanan darah

 Saat baring, duduk, berdiri.

 Hipotensi akibat posisi tubuh.

e. Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.

f. Tingkat orientasi.

g. Memory (ingatan).

7
h. Pola tidur.

i. Penyesuaian psikososial.

Sistem pernapasan

 Kaji frekwensi dan irama pernapasan.

 Inspeksi warna kulit dan warna membrane mukosa.

 Auskultasi bunyi napas.

 Penggunaan otot aksesori pernapasan :

- mengangkat bahu

- retraksi otot abdomen

- pernapasan cuping hidung

 Kaji bila ekspansi dada simetris atau asimetris.

 Kaji bila nyeri dada pada saat pernapasan.

 Kaji batuk (produktif/non produktif) dan warna sputum.

 Dispnea/ortopnea.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penyempitan jalan napas

atau adanya secret pada jalan napas.

2) Resiko infeksi b/d degenerasi anatomi dan fisiologi sistem

pernapasan.

3. Intervensi Keperawatan

a) Pencegahan penyakit paru pada usia lanjut :

 Usaha pencegahan infeksi paru/saluran napas dilakukan

dengan menghambat, mengurangi atau meniadakan factor-

8
faktor yang mempengaruhi timbulnya infeksi. Hal yang dapat

dilakukan yaitu melakukan vaksinasi dengan vaksin pneumococ

untuk menghindari timbulnya pneumoni tetapi pada usia lanjut

vaksinasi ini kurang berefek.

 Usaha pencegahan timbulnya TB Paru dilakukan dengan

menghindari kontak person dengan penderita TB Paru atau

menghindari cara penularan lainnya.

 Usaha pencegahan PPOM atau Karsinoma Paru ; pada usia

muda bagi orang yang berisiko tinggi terhadap kelainan paru

perlu dilakukan pemantauan secara berkala : pemeriksaan

foto roentgen thoraks, pemeriksaan faal paru paling tidak

setahun sekali.

b) Berikan perawatan pernapasan :

 Bersihkan nostril atau kotoran hidung.

 Lindungi dari angin.

c) Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan :

 Bernapas dalam.

 Latihan batuk.

 Latihan menghembus napas menggunakan mainan.

d) Hati-hati dengan therapy O2, cek terjadinya CO2 narkosis yang

biasanya ditandai dengan :

 Gelisah

 Keringat berlebih

 Gangguan penglihatan

 Kejang otot

 Hipotensi

9
 Kerja otot menurun

e) Tindakan rehabilitatif terhadap penderita meliputi

aktivitas berikut :

 Fisiotherapi

 Latihan pernapasan

 Latihan dengan beban olahraga tertentu

 Vocational guidance

 Pengelolaan psikososial

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Boedhi Darmojo, Hadi Martono, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1999.

2. Jan Takasihaeng, DGS, Hidup Sehat di Usia Lanjut, harian Kompas

(Kumpulan Artikel Kesehatan Kompas), Jakarta, Juli 2000.

3. Wahjudi Nugroho SKM, Keperawatan Gerontik, Edisi 2, EGC, Jakarta,

2000.

11

Вам также может понравиться