Вы находитесь на странице: 1из 11

STUDI KOMPONEN KIMIA PELEPAH SAWIT VARIETAS TENERA DAN

PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MODUL PEMBELAJARAN KIMIA

(Study of Chemical Components of Pelepah Sawit the Variety of Tenera and the
Development as a Chemical Learning Module)

Arpinaini1*, Sumpono2, Ridwan Yahya2


1
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPA, Universitas Bengkulu, 38371
2
Dosen Pascasarjana Pendidikan IPA, Universitas Bengkulu, 38371
*Email : arpinaini80@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to (1) determine the levels of the components of the Tenera variety of palm
oil compounds including extractives, holocellulose, α - cellulose, and lignin. (2) Analyze the
utilization of the pulp of Tenera varieties as pulp raw materials based on their chemical
components; (3) application of chemistry learning module to improving student learning
outcomes. Determination of extractive substance content with TAPPI test methods Q: 204;
lignin content T: 222; holocellulose Q: 9 levels and α-cellulose content with TAPPI test
methods T: 204. then lignin, holocellulose and α-cellulose produced from the procedure were
characterized by an IR spectrophotometer. The results of the study were module and
implemented in ICHO students in SMAN 2 Kota Bengkulu. The data of the research results
were analyzed by ANOVA test at 5% level. The results of the characterization of lignin,
holocellulose and α-cellulose with FTIR obtained a distinctive peak of the respective
functional groups of the macromolecules. From the research also obtained the average value
of chemical component content on the palm velvet varieties of tenera according to their part
of base, middle, ends with mean for extractive substance 8.49%, 7,87%, 6,74%, lignin 20,7
%, 18.95%, 16.69%. holocellulose 81.57%, 80.33%, 79.24% and α- cellulose 44.57%,
43.56%, 43.26%. Based on the results of the variance analysis, the difference in position
(base, center, tip) on the palm oil of the tenera varieties on extractive, lignin, holocellulose
and α-cellulose substances has significant differences. Based on the chemical component
classification of Indonesian wide wood leaf, sheep betera varieties of tenera in all three
positions are used as pulp raw materials because they have moderate lignin content, high
levels of Holocellulose and moderate levels of α-cellulose. The result of module
implementation in students there is a significant difference between pretest and posttest
value. The use of modules in learning in science groups can improve student learning
outcomes.
Keywords: Density, Chemical component, Varietal Varietal of Tenera, module

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menentukan kadar komponen kimia pelepah sawit varietas
Tenera yang meliputi zat ekstraktif, holoselulosa, α – selulosa, dan lignin (2)Menganalisis
pemanfaatan pelepah sawit varietas Tenera sebagai bahan baku pulp berdasarkan
komponen kimianya, (3) Mengetahui pengaruh penerapan modul pembelajaran kimia
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.Penentuan kadar zat ekstraktif dengan TAPPI test
methods T:204; kadar lignin T:222 ; kadar holoselulosa T:9 dan kadar α-selulosa dengan
TAPPI tes methods T:204. kemudian lignin, holoselulosa dan α-selulosa yang dihasilkan
dari prosedur tersebut dikarakterisasi dengan Spektrofotometer IR. Hasil penelitian dibuat
modul dan diimplementasikan pada siswa ICHO di SMAN 2 Kota Bengkulu. Data hasil
penelitian di analisis dengan uji ANOVA pada taraf 5%. Hasil penelitian dari karakterisasi
lignin, holoselulosa dan α-selulosa dengan FTIR diperoleh puncak yang khas dari gugus

1
fungsi penyusun masing-masing makromolekul tersebut. Dari penelitian juga diperoleh nilai
rerata kadar komponen kimia pada pelepah sawit varietas tenera menurut bagiannya dari
pangkal, tengah, ujung berturut-turut dengan rerata untuk kadar zat ekstraktif 8,49%, 7,87%,
6,74%, lignin 20,7%, 18,95%, 16,69%. holoselulosa 81,57%, 80,33 %, 79,24% dan α-
selulosa 44,57 %, 43,56%, 43,26%. Berdasarkan hasil analisis variannya, perbedaan posisi
(pangkal, tengah, ujung) pada pelepah sawit varietas tenera pada zat ekstraktif, lignin,
holoselulosa dan α- selulosa memiliki perbedaan yang nyata. Berdasarkan klasifikasi
komponen kimia kayu daun lebar indonesia, pelepah sawit varietas tenera pada ketiga
posisinya baik dijadikan sebagai bahan baku pulp karena memiliki kadar lignin yang sedang,
kadar Holoselulosa yang tinggi dan kadar α- selulosa yang sedang. Hasil implementasi
modul pada siswa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest.
Penggunaan modul dalam pembelajaran pada kelompok sains dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Kata kunci: Kerapatan, komponen Kimia, Pelepah sawit Varietas Tenera, modul

PENDAHULUAN
Perkembangan industri pulp dan kertas dimanfaatkan daging buahnya untuk
sekarang mengalami kemajuan yang sangat pembuatan Crude Palm Oil (CPO) dan
pesat khususnya di Indonesia. Hal ini cangkangnya sebagai sumber energi. Sangat
disebabkan semakin meningkatnya terbuka peluang untuk memanfaatkan limbah
kebutuhan manusia akan pulp dan kertas. pelepahnya.
Kurun waktu tahun 2004 – 2008, kapasitas Pelepah kelapa sawit merupakan
produksi pulp nasional mengalami limbah yang dihasilkan dari tanaman kelapa
peningkatan rata-rata 0,6% per tahun, yaitu sawit mulai dari pra panen hingga proses
2,5 juta ton per tahun menjadi 6,4 juta ton per pemanenan. Limbah pelepah kelapa sawit
tahun. Sedangkan, konsumsi kertas dunia dihasilkan dari proses pruning kelapa sawit di
naik 2,5 – 3% per tahun (Cahya, 2011). mana untuk satu pohon kelapa sawit dapat
Kekurangan bahan baku pulp dan dihasilkan 22 – 26 pelepah setiap tahunnya
kertas dari bahan kayu memaksa pihak (Ambarita dkk. 2015), Zulfansyah dkk (2011)
industri harus mencari alternatif bahan baku menambahkan bahwa 1 ha kebun sawit
yang lain, misalnya bahan baku bukan kayu diperkirakan menghasilkan ± 10,5 ton pelepah
dan limbah. Penggunaan limbah sebagai pertahun. Limbah pelepah kelapa sawit hasil
bahan baku pulp dan kertas akan pruning biasanya dibuang begitu saja atau
memberikan dampak yang positif yaitu dibiarkan membusuk di bawah pohon kelapa
memberikan penghasilan tambahan bagi sawit (Ambarita, dkk. 2015). Pemanfaatan
penghasil limbah serta dapat mengurangi limbah pelepah kelapa sawit mulai
dampak pencemaran dari limbah tersebut. dikembangkan misalnya sebagai pakan
Syarat limbah yang dapat dijadikan bahan ternak dan pupuk kompos, namun ditinjau dari
baku pulp dan kertas yaitu mengandung komposisi kimianya limbah pelepah kelapa
lignoselulosa. sawit mempunyai potensi yang cukup besar
Di Provinsi Bengkulu jenis sawit yang untuk diolah lebih lanjut menjadi produk yang
banyak ditanam para petani maupun bermanfaat dan lebih bernilai ekonomis,
perusahaan perkebunan adalah jenis sawit salah satunya dengan memanfaatkan limbah
dari varietas Tenera. Hal ini karena varietas pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku
tersebut dapat tumbuh dengan baik di daerah industri pulp
dataran rendah seperti di Kabupaten Analisa kimia yang dilakukan Wardani
Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Muko- (2015) menunjukkan bahwa pelepah sawit
Muko, Seluma dan Bengkulu Selatan. Selain mengandung komponen selulosa,
itu varietas ini memiliki kelebihan daging buah hemiselulosa, dan lignin. Lebih lanjut dalam
yang tebal dan kulit cangkang yang tipis. Hasil penelitian tersebut Wardani melaporkan
dari perkebunan sawit tersebut baru bahwa Kandungan lignin pelepah sawit

2
bagian pangkal lebih tinggi dan menurun pada gelas beaker, timbangan analitik, gelas
bagian tengah dan ujung. Namun sayangnya erlenmeyer , termometer, gelas filter
di dalam penelitian tersebut tidak disebutkan P.100(IG3), gelas filter P16(IG4), lemari
secara jelas varietas yang diteliti. Yahya asam, soklet, oven, saringan 40 mesh, lemari
(2013) melaporkan bahwa ditemukan asam, volumetrik flash 10 mL, pengaduk
perbedaan komponen antara tandan kosong kaca, stirer, botol semprot, water bath,
kelapa sawit varietas dura dan tenera dimana autoclave, botol kecil berpenutup, desikator,
kadar holoselulosa varietas tenera secara penjepit, vacum, batu pemanas dan
signifikan lebih tinggi daripada varietas dura. thermolyne. kertas perkamen, kertas saring
Berdasarkan hal ini dan fenomena bahwa tipe 42, kertas tissue dan kertas label dan
tenera mendominasi varietas kelapa sawit seperangkat alat FTIR. Sedangkan Bahan
yang ditanam di Provinsi Bengkulu yang digunakan dalam penelitian eksperimen
sebagaimana uraian diatas, maka dianggap laboratorium adalah pelepah sawit varietas
perlu untuk meneliti komponen kimia pelepah tenera, zat-zat kimia berupa natrium klorit
sawit varietas tenera bagian pangkal, tengah (NaClO2) 90,49%, asam asetat (CH3COOH)
dan ujungnya. 99,7% dan 5%, aseton (C3H6O) 99,5%,
Selama ini, penyampaian materi ajar Natrium Hidroksida (NaOH) 17,5%, etanol
tentang makromolekul yang merupakan (C2H5OH) 99,8%, petroleum benzene dan
materi lanjut pada kelompok sains kimia yaitu Kalium Bikromat (K2Cr2O7)
International Olympiade Chemistry
organization (ICHO) di SMAN 2 Kota Rancangan Penelitian
Bengkulu hanya disampaikan secara umum Penelitian ini menggunakan metode
tanpa menggunakan media ajar karena penelitian sampling, dengan teknik penentuan
keterbatasan sarana dan prasarana, media pohon kelapa sawit yang akan disampling
pembelajaran karena pelaksanaan yaitu terlebih dahulu dipilih pohon secara
pembelajarannya dilakukan pada sore hari. purposive dengan kriteria sehat, seumur, dan
Guru hanya mengajarkan dengan metode memiliki buah yang siap panen. Tiga pohon
ceramah, sehingga perlu adanya perbaikan yang terpilih secara acak, kemudian diambil
dalam kegiatan pembelajaran dengan pelepahnya yang dijatuhkan oleh pendodos
menggunakan bantuan media, sehingga pada saat panen buah dilaksanakan.
dapat meningkatkan pemahaman konsep, Bagian pelepah yang diamati adalah
hasil belajar, dan keaktifan peserta didik,. bagian pangkal, tengah dan ujung. Dalam
Dalam penelitian pembelajaran ini penelitian ini pohon sawit dianggap sebagai
menggunakan sumber belajar berupa modul. ulangan dengan jumlah masing-masing 3
Setiap modul harus memberikan informasi pohon. Data hasil penelitian ini dianalisis
dan petunjuk pelaksanaan yang jelas, dengan menggunakan analisis varian
Sehingga diharapkan dengan sumber belajar (ANOVA) yang mengikuti model rancangan
modul ini dapat mengarahkan pembelajaran acak lengkap (RAL) uji F dan taraf 5%.
menjadi lebih mudah, tepat dan mandiri.
Modul merupakan salah satu bentuk bahan Prosedur Kerja
ajar yang dikemas secara utuh dan Penelitian penentuan komponen kimia
sistematis, didalamnya memuat seperangkat pelepah sawit varietas tenera dilakukan di
pengalaman belajar yang terencana dan Laboratorium Kehutanan Divisi Teknologi
didesain untuk membantu peserta didik Hasil Hutan Universitas Bengkulu dan
menguasai tujuan belajar yang spesifik. karakterisasi seyawa lignin dan α-selulosa
dengan FTIR dilakukan di laboratorium kimia
METODE PENELITIAN Institut Teknologi Bandung sedangkan
penerapan pembelajaran dengan modul
Alat dan Bahan dilaksanakan di SMAN 2 Kota Bengkulu.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini Adapun secara garis besar prosedur kerja
adalah parang, pisau, alat pasa, grinder,

3
kegiatan analisis komponen kimia pelepah (RAL) uji F pada taraf 5%. Jika nilai
sawit varietas tenera adalah sebagai berikut: significance ≤ 0,05 maka dikatakan ada
1. Sampel Pelepah sawit varietas tenera pengaruh bagian pelepah (sebagai perlakuan)
yang diambil pada kebun milik warga di terhadap parameter komponen kimia yang
Desa Pondok Kelapa, Kabupaten diukur sesuai dengan pendapat Hanafiah
Bengkulu Tengah. Kelapa sawit yang (2003) Apabila hasil analisis uji F
dijadikan Sampel berumur 7 - 8 tahun menunjukkan ada pengaruh maka dilakukan
dengan berdiameter dan tinggi yang sama. Uji Beda Nyata (BNT) taraf 1% .
Pelepah sawit yang dijadikan bahan Sedangkan untuk penerapan modul
penelitian adalah pelepah bagian pangkal, dalam pembelajaran kimia dilakukan teknik
tengah dan ujung yang sudah dipisahkan analisis data menggunakan teknik analisis
dari daunnya. statistik (teknik analisis kuantitatif). Bila data
berdistribusi normal maka digunakan uji
2. Sampel pelepah sawit yang akan dianalisis statistic parametrik. Bila data tidak
komponen kimia dilaksanakan mengacu berdistribusi normal maka digunakan uji
pada Tappi Test sampel pelepah sawit statistik non parametrik
dipotong sebesar lidi korek api yang
berukuran ± 10 mm dikeringkan kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
digerinda menjadi serbuk berukuran 40 Hasil pengukuran komponen kimia pada
mesh. Pengujian komponen kimia untuk pelepah sawit varietas tenera meliputi kadar
kadar ekstraktif larut dalam etanol toluene zat ekstraktif yang larut dalam etanol-
mengacu Tappi Test Methode T:204), benzena, lignin, holoselulosa dan α-selulosa.
Kadar Lignin mengacu pada Tappi Test
Methods : T222, Kadar Holoselulosa Kadar Zat Ekstraktif
mengacu pada Tappi Test Methods : T 9
dan kadar dan kadar α – Selulosa Rerata zat ekstraktif pelepah sawit
mengacu pada Tappi Test Methods : T 203 varietas tenera pada bagian pangkal, tengah
dan ujung disajikan pada Tabel 1. Tabel
3. Dalam Penelitian penerapan modul tersebut menunjukkan bahwa nilai rerata
dalam pembelalajaran menggunakan kadar zat ekstraktif pelepah sawit varietas
teknik tes dan non tes. Tes hasil belajar tenera pada bagian pangkal, tengah dan
kimia yang dilakukan sebanyak dua kali ujung berturut – turut adalah 8,49%, 7,87%
yaitu pretest yang diberikan pada awal dan 6,74%
pembelajaran dan sesudah materi
diajarkan (post test) menggunakan Tabel 2. Nilai kadar zat ekstraktif rerata dari
bahan ajar modul pembelajaran kimia pelepah sawit varietas Tenera
sedangkan penilaian non tes menurut bagiannya(%)
menggunakan angket penilaian sikap dan Bagian Pelepah Kadar zat ekstraktif (%)
angket respon siswa terhadap modul.
Sebelum digunakan sebagai alat
Pangkal 8.49a
pengumpul data, tes telah diuji reliabilitas,
taraf kesukaran dan daya beda. Tengah 7.87b
Ujung 6.74c
Analisa Data Rerata 7.71
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabulasi rerata, grafik dan deskripsi. Untuk Uji Anova mengindikasikan bahwa
mengetahui pengaruh bagian pelepah sawit ditemukan pengaruh bagian pelepah terhadap
varietas Tenera terhadap nilai kerapatan dan kadar zat ekstraktif. Hasil uji lanjut dengan
komponen kimia, maka data dianalisis dengan BNT pada Tabel 1, menunjukkan bahwa
menggunakan analisis varian (Anova) yang bagian pangkal dari pelepah sawit memiliki
mengikuti model Rancangan Acak Lengkap

4
kadar zat ekstraktif yang signifikan lebih besar Lignin merupakan polimer rantai
dari kadar zat ekstraktif bagian tengah dan panjang bercabang yang terdapat bersama
ujung. Tabel tersebut juga menunjukkan sama dengan selulosa di dalam dinding sel
bahwa rerata kadar zat ekstraktif bagian kayu. Lignin berfungsi sebagai penyusun sel
pangkal pelepah lebih besar daripada bagian kayu. Lignin merupakan bagian terbesar dari
tengah dan ujungnya begitu juga secara selulosa dan merupakan senyawa aromatik..
statistik kadar zat ekstraktif bagian pangkal Lignin akan mengikat serat selulosa yang
lebih besar daripada bagian lainnya kecil menjadi serat-serat panjang. Lignin tidak
Perbedaan kadar zat ekstraktif pada larut dalam larutan asam tetapi mudah larut
bagian pelepah sawit diduga semakin menuju dalam alkali encer dan mudah diserang oleh
ke pangkal, zat ekstraktif berupa lemak, lilin, zat-zat oksida lainnya.
resin, minyak dan tanin telah banyak Lignin yang diperoleh dari hasil
dibentuk. Pada bagian pangkal diduga telah penelitian dikarakterisasi dengan
didominasi oleh sel-sel yang telah mengalami spektrofotometer Inframerah (FTIR).
fase perubahan yang sempurna. Fase itu Karakterisasi dengan FTIR bertujuan untuk
dimulai dari terbentuknya sel dengan satu mengetahui gugus fungsional khususnya
dinding yang tipis (dinding primer). Setelah itu lignin yang terdapat dalam serbuk pelepah
dinding mengalami penebalan dengan sawit varietas Tenera .Spektrofotometri
penambahan holoselulosa dan lignin yang inframerah merupakan suatu metode yang
disebut dengan penebalan sekunder. mengamati interaksi molekul dengan radiasi
Tahapan selanjutnya adalah pengendapan elektromagnetik yang berada pada daerah
zat ekstraktif yang umumnya terjadi pada pada bilangan gelombang 12.800 cm-1
-1
bagian dalam rongga sel. hingga 10 cm . Karakterisasi dengan
Pada kayu, sel-sel yang telah spekstroskopi IR yaitu suatu bahan diradiasi
mengalami fase perubahan yang sempurna dengan cahaya infra merah, maka molekul
tersebut berada lebih banyak ditemukan pada pada bahan menjadi bergetar yang
bagian kayu teras dibandingkan pada kayu menimbulkan pita penyerapan pada ikatan-
gubal. Haygreen dan Bowyer (1996) ikatan molekul gugus fungsi C-O, O-H, C-H
menegaskan bahwa kayu teras mempunyai dan N-H
konsentrasi zat ekstraktif yang tinggi daripada
kayu gubal
Nilai rerata kadar zat ekstraktif yang 90

848.68

617.22
%T

769.60
terdapat pelepah sawit varietas tenera secara 75

umum adalah 7,71 %. Jika nilai tersebut 60

dibandingkan dengan klasifikasi komponen


2843.07

45

kimia kayu daun lebar Indonesia maka


2937.59

30
1695.43

pelepah sawit varietas Tenera tergolong


1502.55
1458.18

1220.94
1273.02

1114.86

15
1606.70
3408.22

biomaterial yang berkadar ekstraktif tinggi, 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500

karena kadar zat ekstraktif > 4 % lignpte 1/cm

Gambar 1. Spektrum FT-IR dari Lignin


Casey (1960) dalam Pari dan Saepulloh
Pelepah Sawit Varietas
(2000) menyatakan bahwa besarnya
Tenera
kandungan ekstraktif pada biomaterial dapat
mempengaruhi bahan kimia dalam
Analisis IR pada Gambar 1
pembuatan pulp dan kertas karena dapat
menyatakan bahwa pada spektrum 3408,22
bereaksi dengan alkali yang digunakan
cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur O-H ,
sebagai konsumsi alkalinya menjadi tinggi
dan menunjukkan vibrasi ulur C-H alifatik
pada daerah 2937,59 cm dan 2843.07 cm-1.
Kadar Lignin dan Hasil karakterisasi FTIR
Daerah 1695.43 cm-1 menunjukkan C=O
Lignin Pelepah Sawit Varietas Tenera nonkonjugasi, selanjutnya didukung puncak
pada 1606.70 cm-1 dan 1502,55 cm-1

5
mengindikasikan adanya vibrasi cincin bagian pangkal pelepah lebih besar daripada
aromatik dan deformasi C-H dikombinasikan bagian tengahnya namun secara statistik
dengan puncak pada 1458,18 cm-1 sangat tidak berbeda nyata
umum untuk lignin meskipun intensitasnya Struktur penyusun bagian pelepah
berbeda-beda. Spektra daerah dibawah 1400 tersebut diduga menjadi penyebab adanya
cm-1 sulit untuk dianalisis, karena terdapat perbedaan antar bagian itu. Pada bagian
spektrum yang kompleks dengan distribusi pangkal didominasi oleh sel-sel yang telah
vibrasi yang bervariasi. Namun daerah ini mengalami penebalan sekunder sehingga
mengandung vibrasi yang sangat spesifik dinding selnya cenderung lebih tebal seperti
untuk unit-unit monolignol dan karakteristik yang kemukakan oleh Tsoumis(1991) bahwa
untuk lignin (Boeriu et al, 2004). Sampel lignin di dalam kayu, sebagai jenis biomaterial lain,
menunjukkan karakteristik unit guaiasil lignin banyak terdapat dalam dinding primer
dengan vibrasi CO (1220,94 cm-1, cincin dan lamella tengah. Akiyama, et.al (2005)
guaiasil dan 1114,96 cm-1 menunjukkan kadar lignin tertinggi dijumpai dalam lamela
adanya deformasi inplane C-H). Pada 848,68 tengah dan sedikit pada dinding
cm-1 menunjukkan adanya out of-plane (OOP) sekunder,namun demikian kadar lignin yang
aromatik yang merupakan ciri khas aromatik terdapat dalam kayu bervariasi menurut jenis
terkonjugasi. kayu, lokasi tempat tumbuh, bahkan dalam
Rerata kadar lignin pelepah sawit satu pohon yang sama
varietas tenera pada bagian pangkal, tengah Apabila diklasifikasikan berdasarkan
dan ujung disajikan pada Tabel 2 komponen kimia kayu daun lebar Indonesia
Tabel 2. Nilai kadar lignin rerata dari pelepah sebagai bahan baku industri pulp maka kadar
sawit varietas Tenera menurut lignin pada masing-masing bagian pelepah
bagiannya(%) sawit varietas tenera masuk dalam kategori
Kadar Lignin Rerata sedang karena berada diantara 18%-33%.
Bagian Pelepah Dalam industri pulp dan kertas, lignin
(%)
adalah komponen kayu yang harus
Pangkal 20.7a dihilangkan agar sel-sel kayu dapat terurai,
Tengah 18.95ab maka dari itu kayu atau biomaterial
Ujung 16.69c berlignoselulosa yang mempunyai kadar lignin
Rerata 18.78 yang tinggi kurang baik untuk industri pulp
Keterangan: nilai rata-rata yang diikuti dan kertas (Sutopo, 2005). Menurut Siagian
dengan huruf yang sama dkk. (1999), bahwa dalam proses pembuatan
berarti tidak berbeda nyata pulp kimia, lignin harus dihilangkan, karena
material dengan lignin tinggi akan
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rerata membutukan bahan kimia yang lebih banyak.
kadar lignin pelepah sawit varietas tenera
pada bagian pangkal, tengah dan ujung Kadar Holoselulosa dan Hasil
berturut – turut adalah 20,7%; 18,95% dan Karakterisasi FTIR Holoselulosa Pelepah
16,69%. Kadar lignin pelepah sawit ini tidak Sawit Varietas Tenera
berbeda jauh dengan kadar lignin kayu
Mangium yang dilaporkan oleh Fetriana Kadar holoselulosa dalam kayu
(2005) mengatakan bahwa rerata kadar lignin menyatakan jumlah dari senyawa karbohidrat
pada berbagai cabang kayu Mangium (Acacia atau polisakarida (jumlah selulosa dan
mangium wild) adalah 19,30 – 23,72 %. hemiselulosa). Untuk mengetahui kadar
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa holoselulosa digunakan natrium klorit yang
bagian pangkal dari pelepah sawit memiliki berperan dalam reaksi delignifikasi. Selama
kadar lignin yang signifikan lebih besar dari reaksi delignifikasi bagian lignin kayu menjadi
bagian tengah dan ujungnya. Tabel tersebut terlarut dengan reaksi subtitusi yang
juga menunjukkan bahwa rerata kadar lignin mengubah, merusak dan mengoksidasi lignin.

6
Persentase kecil sisa lignin mungkin masih rerata kadar holoselulosa pelepah sawit
tetap tertinggal dalam holoselulosa. varietas tenera pada bagian pangkal, tengah
Hasil karakterisasi dengan FTIR pada dan ujung berturut – turut adalah 81,57%;
sampel holoselulosa pelepah sawit varietas 80,33% dan 79,24%.
tenera di tampilkan pada Gambar 2 dibawah
ini Tabel 3 Nilai kadar holoselulosa rerata dari
100 pelepah sawit varietas Tenera
%T
menurut bagiannya(%)

898.83
90

Kadar Holoselulosa
Bagian Pelepah

1508.33

667.37
80

611.43
Rerata (%)
2926.01

1325.10
1730.15

70

1429.25
81.57a
1377.17
Pangkal
1249.87
1629.85

1159.22
80.33b
60

Tengah
1109.07 79.24c
50

1053.13
Ujung
40

Rerata 80.38
3414.00

30
4500
holoselpt
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
1/cm Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa
Gambar 2. Spektrum FT-IR dari Holoselulosa bagian pangkal dari pelepah sawit memiliki
Pelepah Sawit Varietas Tenera kadar holoselulosa yang signifikan lebih
besar dari kadar holoselulosa bagian tengah
Berdasarkan Gambar 2 diatas dan ujung.
menunjukkan bahwa pada bilangan Perbedaan kadar holoselulosa pada
gelombang 3414 cm-1 dan 2926,01 cm-1 pelepah sawit varietas tenera diduga karena
merupakan serapan gugus fungsi O-H dan C- bagian pangkal mempunyai dinding sekunder
H. Pada 1730,15 cm-1 dan 1377,17 cm-1 yang lebih tebal dibandingkan bagian tengah
diduga serapan C-H dari hemiselulosa. dan ujung. Holoselulosa banyak terdapat
Hemiselulosa memiliki gugus fungsi yang pada dinding sel seperti yang dikemukakan
hampir sama dengan selulosa, dan dibedakan oleh Fengel dan Wegener (1995) bahwa di
dengan serapan IR asam uronat (1593 cm-1) dalam kayu senyawa polisakarida banyak
dan xilan (1150 cm-1) pada hemiselulosa terdapat pada bagian dinding sel sekunder
(Fang et al. 2000). Pada 1730.15 cm-1 juga yang berfungsi untuk memperkuat struktur
merupakan serapan gugus karbonil (C=O). yang di dalamnya mengandung senyawa
Gugus –O- yang merangkai –CH2- pada glukomanan, arabinosa, galaktosa,
selulosa yang merupakan polimer glukosa glukoronoxylan, glukosa, asam uronat, dan
terlihat pada bilangan gelombang 1300-1400 xylosa.
cm-1 yaitu pada 1377,17 cm-1. Sedangkan Dari hasil penelitian ini diduga bahwa
pada 1629,85 cm-1 dan 1508,33 cm-1 diduga kadar holoselulosa pelepah sawit varietas
merupakan serapan C=C aromatis atau tenera pada bagian pangkal, tengah dan
serapan IR dari asam uronat. Untuk serapan ujung layak untuk dijadikan bahan baku pulp
C-O ulur ditunjukkan pada bilangan karena kadar holoselulosanya diatas 65%.
gelombang 1249,87 cm-1. Pada bilangan Dugaan tersebut didasarkan pada pernyataan
gelombang 1159,22 cm-1 diduga serapan FAO dalam Pari dan Saepuloh (2000) bahwa
Xilan dari hemiselulosa dan serapan C-C kayu dengan kadar holoselulosa yang lebih
cincin piranosa pada bilangan gelombang dari 65 % akan dapat dijadikan sebagai bahan
1109,07 cm-1 dan 1053,13 cm-1 serta ikatan baku pulp dan kertas
glikosida antar glukosa ditunjukkan pada Pada pembuatan pulp dan kertas
bilangan gelombang 898,83 cm-1. diperlukan kadar holoselulosa yang tinggi
Kadar holoselulosa rerata dari pelepah karena memberikan kekuatan yang baik
sawit varietas tenera pada bagian pangkal, terhadap kertas yang dihasilkan (Siagian
tengah dan ujung disajikan pada Tabel 3. dkk,,2003). Razal (1999) dalam Yahya dan
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai Meshitsuka (2004) menambahkan bahwa

7
kandungan holoselulosa yang tinggi sangat 1267,23 cm-1 dan 1230,58 cm-1 menunjukkan
diperlukan oleh industri pulp karena serapan C-O. Cincin C=C piranosa
berhubungan dengan tingginya rendemen ditunjukkan pada bilangan gelombang
pulp yang dihasilkan. Kayu dengan kadar 1159,22 cm-1 dan 1062,78 cm-1. Pada
holoselulosa yang tinggi akan dapat digiling. bilangan gelombang 896,90 menunjukkan
ikatan glikosida antar glukosa.
Kadar α-selulosa dan Hasil Karakterisasi Kadar α-selulosa rerata dari pelepah
FTIR α-selulosa Pelepah Sawit Varietas sawit varietas tenera pada bagian pangkal,
Tenera tengah dan ujung disajikan pada Tabel 4,
Rerata kadar α-selulosa pelepah sawit
α-selulosa adalah selulosa berantai varietas tenera pada bagian pangkal, tengah
panjang, tidak larut dalam larutan NaOH dan ujung berturut – turut adalah 44,7%;
17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat 43,56% dan 43,26% .
polimerisasi 600-1500. Tarmansya (2007)
menyatakan bahwa α-selulosa digunakan Tabel 4. Nilai kadar α-selulosa rerata dari
untuk menduga atau menentukan tingkat pelepah sawit varietas Tenera
kemurnian selulosa dan merupakan kualitas menurut bagiannya(%)
selulosa yang paling tinggi. Bagian Kadar α-selulosa Rerata
Spektroskopi FTIR menjadi metode Pelepah (%)
yang sederhana dan cepat untuk menentukan Pangkal 44.7a
jenis senyawa berdasarkan vibrasi khasnya
(Silverstein et al. 2005). Serapan pada Tengah 43.56b
bilangan gelombang 3340 cm-1 (ulur O-H), Ujung 43.26bc
2899 cm-1 (ulur C-H), 1639 (tekuk O-H), 1427 Rerata 43.84
cm-1 (tekuk C-H), 1100 – 1000 cm-1 (ulur C-O- Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti
C dan C-O), dan 896 cm-1 (ikatan ß-glikosida) dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda
yang khas untuk selulosa (Abidi et al. 2013) nyata
Hasil karakterisasi dengan FTIR pada
sampel α-selulosa pelepah sawit varietas Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa
tenera di tampilkan pada Gambar 3 dibawah bagian pangkal dari pelepah sawit memiliki
ini kadar α-selulosa yang signifikan lebih besar
100 dari kadar α-selulosa bagian tengah dan
%T

90 ujung
80 Perbedaan kadar α-selulosa pada
611.43
669.30

pelepah sawit ini diduga terkait dengan variasi


896.90

70

60 komposisi dinding sel kayu dalam tiap pohon


1600.92

karenakan selulosa merupakan pembentuk


1635.64

1267.23
2899.01

1328.95

1230.58

50
1458.18
1423.47
1377.17

40
komponen serat dari dinding sel tumbuhan.
1159.22

Menurut Syafii dan Siregar (2006), kandungan


1062.78

30
3444.87

20
α-selulosa dalam kayu dapat digunakan untuk
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
selptene 1/cm
memperkirakan besarnya rendemen pulp
Gambar 3. Spektrum FT-IR α-selulosa dari yang dihasilkan dalam proses pulping, dimana
Pelepah Sawit Varietas Tenera semakin besar kadar α-selulosa dalam kayu
maka semakin besar pula rendemen pulp
Berdasarkan Gambar 3 diatas yang dihasilkan
menunjukan bahwa pada bilangan gelombang Apabila dibandingkan dengan klasifikasi
3444,87 cm-1 dan 2889,01 cm-1 merupakan komponen kimia kayu Indonesia (Tabel4)
serapan gugus O-H dan C-H, pada bilangan bahwa ketiga bagian dari pelepah sawit
gelombang 1635.64 cm-1 dan 1600,92 cm-1 varietas tenera tersebut memiliki kadar α-
merupakan serapan dari C=C aromatis, selulosa yang sedang yaitu 40 – 45%.
sedangkan pada bilangan gelombang

8
Kandungan α-selulosa pelepah sawit tersebut pretest sebesar 0,287. Signifikansi hasil
cukup tinggi dan memenuhi persyaratan untuk postes sebesar 0,244. Karena signifikansi
bahan baku pulp dan kertas. Kandungan untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05,
selulosa yang tinggi akan menghasilkan maka dapat disimpulkan bahwa hasil pretest
rendemen pulp yang tinggi juga. dan postest berdistribusi normal
Berdasarkan hasil analisis dari angket
respon siswa terhadap modul diperoleh skor
Penerapan Modul dalam Pembelajaran rata-rata untuk aspek ketertarikan adalah
Kimia 23,64, untuk aspek materi adalah 24,48 dan
14,48 untuk aspek bahasa dalam modul
Dua kali test yang dilakukan dalam yang digunakan dalam pembelajaran kimia.
penelitian ini yaitu pretest dan post test. Tes Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa
ini diberikan untuk mengetahui seberapa ketiga komponen penilaian termasuk dalam
besar pengaruh pemberian modul terhadap kategori sangat baik menurut penilaian siswa.
hasil belajar pada aspek kognitif dari kelas Dari data tersebut di atas menunjukkan
tersebut. Dari hasil pretest dan post test yang bahwa siswa memberikan respon positif
diperoleh terlihat bahwa nilai rata-rata pretest setelah penggunaan modul dalam
adalah 56,32 dan rata-rata post test 85,12 pembelajaran. Siswa lebih memahami ketika
(Gambar 4 ) mempelajari materi makromolekul karena
tampilan modul yang menarik dan sajian
100
materi dalam modul yang menggunakan
inkuiri proses dimana isi modul tidak langsung
85,12 pada materi inti tetapi diberikan ilustrasi ,
50
56,32 gambar dan pertanyaan terbuka yang
mendorong rasa ingin tahu dan membuat
0 siswa dapat menemukan konsep. selain itu
pretest Posttest juga modul dilengkapi gambar dan bahasa
Gambar 4. Rata-rata Hasil pretest dan Post yang sederhana sehingga mudah dipahami
test oleh siswa

Dari Gambar 4. menunjukkan bahwa KESIMPULAN


nilai posttest yang dicapai oleh siswa lebih
tinggi dibandingkan nilai pretest. Kenaikan 1. Berdasarkan analisis variannya,
nilai post test setelah pembelajaran perbedaan bagian pelepah (pangkal,
menggunakan modul makromolekul pelepah tengah dan ujung) dari pelepah sawit
sawit varietas tenera diduga karena isi modul varietas tenera berpengaruh nyata
bersifat interaktif yang membangun pola pikir terhadap kerapatan dan komponen
siswa untuk mengembangkan keiingintahuan kimianya dengan kerapatan menurut
terhadap materi yang dipelajari. Pembelajaran bagiannya dari pangkal, tengah dan ujung
menggunakan modul ini disertai dengan adalah 0,42 g/cm3, 0,38 g/cm3, dan 0,36
metode diskusi kelompok, membuat siswa g/cm3 sedangkan kadar komponen kimia
lebih aktif sehingga terjadi komunikasi dua menurut bagiannya dari pangkal, tengah,
arah antara guru dengan siswa dan sesama ujung berturut-turut dengan rerata untuk
siswa baik dalam kelompoknya maupun kadar zat ekstraktif 8,49%, 7,87%, 6,74%,
secara klasikal. Lignin 20,7%, 18,95%, 16,69%.
Berdasarkan hasil uji normalitas Holoselulosa 81,57%, 80,33 %, 79,24%
Kolmogorov-Smirnov digunakan hasil pretes dan α- selulosa 44,57 %, 43,56%, 43,26%
dan posttest untuk kelas eksperiment ini, jika 2. Berdasarkan klasifikasi komponen kimia
signifikansi > 0,05 maka populasi data kayu daun lebar Indonesia, pelepah sawit
berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas varietas tenera pada ketiga posisinya baik
Kolmogorov-Smirnov bahwa signifikansi dijadikan sebagai bahan baku pulp karena

9
memiliki kadar lignin yang sedang, kadar Cahya. 2011. Strategi PT. Kertas Nusantara.
Holoselulosa yang tinggi dan kadar α- Institut Pertanian Bogor
selulosa yang sedang Fang JM, Sun RC, Tomkinson J. 2000.
3. Pembelajaran Kimia pada kelompok Sains Isolation and characterization of
(ICHO) di SMA Negeri 2 Kota Bengkulu hemicellulose and cellulose from rye
dengan menggunakan modul memberikan straw by alkaline peroxide extraction
peningkatan yang signifikan terhadap Cellulose. 7:87-107
hasil belajar siswa, dimana terdapat
perbedaan secara signifikan antara nilai Fengel, D & Wegener, G. 1995. Kayu kimia
rata-rata posttest (85,12) dengan rata-rata Ultrastruktur dan Reaksi – reaksi.
nilai pretest (56,32) dan KKM (75) Penerjemah H. Sastrohamdjojo. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
Gusmailina dan D. Setiawan, 1996. Analisis
Abidi N, Cabrales L, Haigler CH. 2013. Kimia Kayu Kasievera (Cinnamomumj
Changes in the cell wall and cellulose burmanii Ness ex.BL) dan Prospek
content of developing cotton fiber Pemanfaatannya. Info Hasil Hutan.
investigated by FTIR Badan Penelitian dan Pengembangan
spectroscopy.Carbohydr Polym.xxx:8-16. Kehutanan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial
Achmadi, S.S. 1990. Kimia Kayu. Departemen Ekonomi Kehutanan. Bogor. Vol. III No1
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan
Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Teori dan Aplikasi. Edisi ketiga. PT.
Bogor. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Akiyama, T., Goto, H., Nawawi, D. S., Syafii, Haygreen JG dan Bowyer JL. 1996. Hasil
W.,Matsumoto, Y., & Meshitsuka, G. Hutan dan Ilmu Kayu. Yogyakarta (ID):
(2005). Erythro/threo Ratio of ß-O-4, Terjemahan Gadjah Mada University.
Structures as an important structural
characteristic of lignin. Part 4: Variation in KemenPerin. 2011. Kapasitas Produk Pulp
the erythro/threo ratio in softwood and Nasional dan Besarnya Peningkatan
hardwood lignis and its relation to Produksi. Kementerian Perindustrian
syringyl/guaiacyl ratio. Holzforschung, Republik Indonesia. Jakarta
59,276-281
Pari, G dan Saepuloh.2000. Analisis
Ambarita, Y.P., I. Pandang, Maulina S. 2015. Komponen Kayu Mangium Pada
Pembuatan Asam Oksalat dari Pelepah Beberapa Macam Umur Asal Riau.
Sawit (Elaeis guineensis) melalui Reaksi Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol 17.
Oksidasi Asam Nitrat. Jurnal Teknik No. 3. Hal 140 – 148
Kimia. Universitas Sumatera Utara. Vol. 4
No 4 Pasaribu,R.A. 1990. Sifat Kimia Kayu. Bogor:
Balai Penelitian Hasil Hutan
Boeriu. et al. 2004. “Characterization of Siagian, R.M., . Roliadi., S. Suprapti., dan
structuredependent functional properties s.Komaryati. 2003. Studi Peranan Fungi
of lignin withinfrared spectroscopy”. Pelapuk Putih dalam Proses
Industrial Crops and Products 20:205-218 Biodelignifikasi Kayu Sengon
(Paraserinthes falcataria L.Nielson).
Bowyer, J., Shmulsky, R. & Haygreen, J.G. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
2003. Forest Products and Wood Vol. 1. No. 1
Science-an Introduction. Fourth edition.
Iowa: Iowa State Press.

10
Silverstein RM, Bassler GC, Morrill TC. 2005.
Spectrometric Identification of Organic Wardani, L. 2015. Pemanfaatan Pelepah
Compound. Ed ke-7. New York (US): J Sawit Sebagai Bahan Baku Papan
Wiley Zephyr. [Desertasi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Sugiyono.2008.Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta Yahya,R.2013. Comparison of Density and
Chemical Components of Oil Palm
Sutopo, R. S. (2005). Karakteristik Industri Empty Fruits Bunches Between
Pulp dan Kertas. Bandung: Balai Besar Varieties Dura and Tenera. Makalah
Pulp dan Kertas dipresentasikan pada The 3th
International Symposium for
Tappi Test Methods. Penentuan Kadar Sustanaible Humanosphere, Bengkulu
Ekstraktif T 204, Penentuan Kadar 17 – 18 September 2013.
Holoselulosa T 9, Penentuan Lignin T
222, Penentua Kadar α – selulosa T Zulfansyah, Fermi M.I., Amraini S.Z., Rionaldo
203. TAPPI Press. Atlanta. H., Utami M.S. 2011. Pengaruh Kondisi
Proses Terhadap Yield dan Kadar
Tarmansya, U.S. 2008. Pemanfaatan Serat Lignin Pulp dari Pelepah Sawit dengan
Rami Untuk Pembuatan Selulosa. Proses Asam Formiat. Jurnal Rekayasa
Buletin Balitbang Deptan. Litbang Kimia dan Lingkungan vol 9. Hal 12 –
Pertanian Indonesia 19

11

Вам также может понравиться