Вы находитесь на странице: 1из 37

LAPORAN MINI PROJECT

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA KELAS I (SATU) TERHADAP


CUCI TANGAN DENGAN SABUN PADA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN
BINTARO

Pendamping Dokter Internsip Puskesmas Kelurahan Bintaro:

dr. Setyawati Dewani

Disusun oleh:

dr. Aldo Ferly

dr. Amira Danila

dr. Debora Inda A.

dr. Irvan Darwindra

dr. Rayhan Harimurthi

dr. Sasha Firisha

dr. Vita Alfia S.

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS KELURAHAN BINTARO JAKARTA SELATAN

PERIODE 11 OKTOBER 2016 – 10 FEBRUARI 2017

LAPORAN MINI PROJECT


PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA KELAS I (SATU) TERHADAP
CUCI TANGAN DENGAN SABUN PADA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN
BINTARO

Pendamping Dokter Internsip Puskesmas Kelurahan Bintaro:

dr. Setyawati Dewani

Disusun oleh:

dr. Aldo Ferly

dr. Amira Danila

dr. Debora Inda A.

dr. Irvan Darwindra

dr. Rayhan Harimurthi

dr. Sasha Firisha

dr. Vita Alfia S.

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS KELURAHAN BINTARO JAKARTA SELATAN

PERIODE 11 OKTOBER 2016 – 10 FEBRUARI 2017

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Mini Project:


“Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa Kelas I (Satu) terhadap Cuci Tangan
dengan Sabun pada Sekolah Dasar di Kelurahan Bintaro”

Puskesmas Kelurahan Bintaro

Jakarta, 1 Februari 2017

Pendamping Dokter Internsip

(dr. Setyawati Dewani)

Kepala Puskesmas Kelurahan Bintaro

(dr. Setyawati Dewani)

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian dengan judul,
“Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa Kelas I (Satu) Terhadap Cuci Tangan
Dengan Sabun Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Bintaro”. Penelitian ini adalah satu
syarat untuk memenuhi program Internsip periode 11 Oktober 2016 – 10 Februari 2017
yang dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Bintaro.

Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. dr. Anang Kuncoro Adi, M. Kes, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan


Pesanggrahan.
2. dr. Setyawati Dewani, selaku pembimbing Internsip Puskesmas Kelurahan Bintaro
dan Kepala Puskesmas Kelurahan Bintaro.
3. Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dan
Puskesmas Kelurahan Bintaro.
4. Pihak Sekolah Dasar yang terlibat, baik Kepala Sekolah, Guru, Dokter Kecil,
Siswa/wi, yaitu:
a. SDN 01
b. SDN 02
c. SDN 13
d. SD YPI
e. MI Aljihadiyah
f. MI Manarul Huda
g. MI Nurul Huda
5. Para dokter, paramedik, dan seluruh Staf Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dan
Puskesmas Kelurahan Bintaro.
6. Serta semua pihak yang telah banyak membantu kami selama penyusunan
penelitian ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Atas semua
keterbatasan yang penyusun miliki, maka semua saran dan kritik yang membangun
akan penyusun terima dengan lapang hati. Besar harapan penyusun semoga
penelitian ini dapat memberi manfaat yang besar pula bagi teman-teman klinik,
pembaca dan kami sendiri.

Jakarta, Februari 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebersihan merupakan suatu keadaan yang terbebas dari kotoran, termasuk debu,

sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu menjadi polemik yang

berkembang, dimana kasus yang berkaitan dengan masalah kebersihan setiap


tahunnya selalu meningkat. Kebersihan merupakan kunci dari kesehatan. Manusia

perlu menjaga kebersihan diri agar tubuh menjadi sehat, sehingga tidak

menyebarkan kotoran dan tidak menularkan penyakit, baik bagi diri sendiri ataupun

bagi orang lain. Kebersihan diri merupakan suatu proses pertahanan dan

pemeliharaan kebersihan serta kesehatan tubuh. Langkah-langkah dalam

pemeliharaan kebersihan dan kesehatan antara lain dengan mandi yang teratur,

menjaga kerapian, menggosok dan merawat gigi, berganti pakaian secara teratur

dan mencuci tangan.

Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari

kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan mencuci tangan

adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan

kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme. Mencuci tangan dengan

menggunakan sabun terbukti secara ilmiah efektif untuk mencegah penyebaran

penyakit seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan lain-lain.
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat mencegah penyakit yang

menyebabkan kematian jutaan anak setiap tahunnya, seperti diare dan Infeksi

Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap

tahun di negara-negara berkembang, karena tangan merupakan pembawa utama

kuman penyakit dan praktek mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat

mencegah 1 juta kematian anak.

Perilaku mencuci tangan yang tidak benar masih tinggi ditemukan pada anak,

sehingga dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kesadaran mereka akan

pentingnya mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap

penyakit sebagai akibat perilaku yang tidak sehat. Dengan merebaknya penyebaran

penyakit seperti diare yang mulai menjangkau Indonesia, maka peningkatan

kesadaran tentang mencuci tangan dengan menggunakan sabun ditujukan kepada

mereka yang berisiko tinggi untuk terjangkit antara lain anak-anak di sekolah.

Mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kuman dan untuk

menghindari penularan penyakit. Di sekolah anak tidak hanya belajar, tetapi banyak

kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh anak di sekolah seperti bermain ataupun

bertukar barang-barang dengan teman-teman. Kuman yang ada di alat-alat tulis,

kalkulator, buku-buku dan benda-benda lain akan dengan mudah berpindah dari

tangan satu anak ke anak lainnya, sehingga jika ada anak yang mempunyai penyakit

tertentu akan mudah menular pada anak lainnya. Jadi, mencuci tangan harus dilatih

sejak dini pada anak agar anak memiliki kebiasaan mencuci tangan, sehingga anak

terhindar dari penyakit.


1.2 Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut : “Apa Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar di Kelurahan Bintaro Terhadap Kebiasaan Mencuci

Tangan 6 Langkah dengan Sabun?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa kelas 1 Sekolah Dasar

di Kelurahan Bintaro mengenai kebiasaan mencuci tangan 6 langkah dengan sabun.

1.3.2 Tujuan Khusus

 Mengetahui demografik sampel kelas 1 SD di Bintaro


 Mengetahui pengetahuan, sikap sampel sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan di

SD di Bintaro
 Mengetahui pengetahuan, sikap sampel setelah dilakukan penyuluhan kesehatan di

SD di Bintaro
 Melakukan obsservasi perilaku siwa kelas 1 SD berkaitan dengan cuci tangan, dan

juga hidup sehat

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan

perilaku Siswa kelas 1 Sekolah Dasar di Kelurahan Bintaro mengenai kebiasaan

mencuci tangan 6 langkah dengan sabun.

2. Memberikan informasi tentang pentingnya kebiasaan mencuci tangan 6 langkah

dengan sabun dalam rangka menambah kewaspadaan Siswa kelas 1 Sekolah Dasar

di Kelurahan Bintaro terhadap penyebaran penyakit.

ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar,
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yang disebut AIETA, yaitu:

x
a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah
mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2011).
Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

xi
lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –
formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria
yang ada (Notoatmodjo, 2011).

Cara mengukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner


tentang obyek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap
jawaban yang benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0.

Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : hasil presentasi 76%-100%

2) Cukup : hasil presentasi 56-75%

3) Kurang : hasil presentasi < 56% (A. Wawan dan Dewi M, 2010)

2.2 Sikap

Sikap diartikan sebagai reaksi terhadap suatu ide atau perlakuan. Manifestasi sikap tidak
dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Sikap setiap manusia memiliki kecenderungan
sendiri. Suatu individu akan bertindak dengan pola tertentu terhadap suatu objek akibat
pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut.

Sikap dibagi menjadi sikap positif dan negatif. Sikap positif adalah kecenderungan
melakukan tindakan yang menyetujui, menenangi, dan mendekati objek tertentu yang baik.
Sikap negatif adalah kecenderungan untuk menjauhi, membenci dan menghindari objek
tertentu.

Pada umumnya sikap positif berarti seseorang memilih untuk berperilaku baik sesuai dengan
nilai nilai dan norma norma kehidupan masyarakat yang berlaku. Disisi lain, sikap negatif
bertentangan dengan norma norma setempat yang berlaku. Dengan demikian, terdapat

xii
hubungan erat antara norma norma atau adat suatu masyarakat dengan sikap warga
masyarakat tersebut.

Sikap positif dan negatif hanya dapat terbentuk apabila seseorang berada dalam masyarakat
tersebut. Pembentukan sikap memerlukan waktu yang lama dan biasanya mulai diajarkan
waktu usia dini. Hal ini ditegaskan menurut Allport dalam Notoatmodjo (2010), yang
mengatakan bahwa sikap ada tiga komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan. Hal ini bermaksud bahwa pemikiran seseorang terhadap
suatu objek didasari keyakinan dan kepercayaan individu tersebut. Kepercayaan ini
biasanya didasari agama, nilai nilai keluarga ataupun pengetahuan baru.
2. Sisi emosional. Artinya, bagaimana penilaian seseorang yang didalamnya terkandung
faktor emosi terhadap stimulus tertentu.
3. Kecenderungan untuk bertindak. Sikap merupakan komponen yang mendahului
tindakan atau perilaku terbuka. Dalam hal ini, sikap adalah ancang ancang untuk
bertindak dan perilaku.

Pengukuran sikap dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung. Pengukuran langsung
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang stimulus atau ide yang bersangkutan.
Pertanyaan langsung dapat dijawab dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju”
terhadap pertanyaan yang dilakukan. Positif jika jumlah jawaban benar lebih dari setengah
jumlah soal mengenai sikap terhadap suatu objek, sedangkan negatif jika jawaban benar
kurang dari setengah jumlah soal mengenai sikap terhadap suatu objek.

2.3 Perilaku

2.4 Cuci Tangan 6 Langkah

Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain :


1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik (handrub)
atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash). Rumah sakit akan
menyediakan kedua ini di sekitar ruangan pelayanan pasien secara merata.
2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
3. 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash

6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :


1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut dengan arah memutar.

xiii
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

xiv
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

Kapan seharusnya kita mencuci tangan:


 Sebelum, ketika dan akan mempersiapkan makanan
 Sebelum makan

 Sebelum dan setelah merawat orang yang sakit

 Sebelum dan setelah mengobati luka

 Setelah menggunakan toilet

 Setelah mengganti atau membersihakan popok, atau membersihkan anak yang setelah
menggunakan toilet

 Setelah membuang sekret hidung, batuk atau bersin

 Setelah menyentuh hewan, makanan hewan, atau kotoran hewan

 Setelah membuan sampah

2.5 Apakah Edukasi Akan Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku?

“Hand hygiene” merupakan suatu upaya menghilangkan mikroorganisme pada tangan


dengan menggunakan agen desinfektan seperti alkohol atau sabun dan air. Hand hygiene
yang baik merupakan pengendalian infeksi melalui kontak orang dengan orang lainnya yang

xv
penting, dimana hal ini merupakan transmisi paling sering penyakit infeksi gastrointestinal
dan respirasi. Setengah dari semua jumlah konsultasi pada dokter umum, dan 12% anak usia
0-14 tahun dirawat inap diakibatkan oleh penyakit infeksi. Infeksi saluran pernapasan dan
saluran cerna bertanggung jawab sebanyak 48% dan 29% konsultasi pada layanan primer
pada kelompok usia ini.(1) Hand hygiene penting pada siswa sekolah dasar untuk mencegah
penyebaran penyakit infeksius, dan merupakan kunci pengendalian infeksi yang dianjurkan
selama pandemic influenza. Meningkatkan hand hygiene untuk menurunkan transmisi infeksi
dapat menurunkan absensi siswa sekolah maupun guru, dan juga berpotensi mencegah infeksi
sekunder pada komunitas yang lebih luas, menurunkan biaya pengobatan kesehatan, dan
menurunkan beban keluarga, karena anggota keluarga harus tidak bekerja selama beberapa
hari untuk mengurus anak yang sakit.

Telah dilakukan studi dengan metode uji samar acak klaster untuk menentukan
apakah intervensi dengan edukasi promosi cuci tangan efektif mengurangi angka absensi
antara pelajar dan staf pengajar di sekolah dasar. Studi ini dilakukan di Inggris dengan
menggunakan DVD animasi, stiker, poster, dan pelajaran mengenai kuman dan tangan yang
sehat. Didapatkan penemuan timbulnya sikap perilaku mencuci tangan. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan hal ini adalah faktor struktural (waktu, fasilitas, norma sosial) dan agen
(motivasi dan pengingat, edukasi dan informasi, kesadaran dan pengetahuan).

Beragam teori perilaku kesehatan dan sosial telah di implementasikan pada intervensi
perubahan perilaku yang mempromosikan pengendalian infeksi. Teori tindakan yang
beralasan dan perilaku yang direncanakan, contohnya perilaku seseorang ditentukan oleh
tujuannya untuk melakukan perilaku tersebut. Niat atau tujuan seseorang, bergantung pada
sikap seseorang terhadap perilaku tersebut, kepercayaan pada keuntungan atau kerugian
mengadopsi perilaku, norma subjektif dan kepercayaan, adanya sumberdaya dan
keterampilan untuk melakukan perilaku tersebut. Pada studi potong lintang didapatkan untuk
meyakinkan adopsi perilaku cuci tangan yang baik, perlu diperhatikan rintangan individual
dan kontekstual.(2) Pada tingkat individual, penting untuk menentukan hal-hal berbeda yang
dibutuhkan tiap siswa untuk meningkatkan perilaku dan informasi yang dapat membentuk
sikap positif terhadap perilaku cuci tangan yang benar. Promosi cuci tangan dapat
dimasukkan dalam kurikulum sekolah, atau sponsor seperti produsen sabun cuci tangan dapat
diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan edukasi. Rintangan tingkat kontekstual yang
dihadapi populasi ini yaitu fasilitas yang adekuat untuk cuci tangan. Kurangnya fasilitas
untuk mencuci tangan seperti wastafel, sabun cuci tangan, dan air keran tidak hanya dapat
mencegah anak-anak untuk mengadopsi perilaku cuci tangan namun juga menghambat usaha
edukasi promosi kesehatan.(2)

4.3 Manfaat Cuci Tangan 6 Langkah

Mencuci tangan merupakan suatu teknik yang paling mendasar untuk menghindari masuknya
kuman ke dalam tubuh. Setiap manusia akan mudah untuk kontak dengan kuman dan bakteri
yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mencuci tangan secara teratur dengan
langkah yang benar merupakan factor yang paling penting untuk menjaga kesehatan. Salah

xvi
satu manfaat mencuci tangan yang paling penting adalah mencegah terinfeksi suatu penyakit.
Faktor penting dalam melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu :

 Sederhana dan efektif dalam mencegah infeksi


 Menciptakan suatu lingkungan yang bersih dan sehat
 Mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir

Mencuci tangan 6 langkah yang benar dilakukan dengan tujuan :

 Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan


 Menghilangkan bau yang melekat di tangan
 Mencegah penyebaran infeksi silang
 Menjaga tangan agar tetap steril
 Memberikan perasaan segar dan bersih

Pentingnya melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah menggunakan sabun, antara lain
:

 Mencuci tangan dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare dan
ISPA. Maka pentingnya kegiatan mencuci tangan 6 langkah dijadikan suatu
kebiasaan.
 Perilaku cuci tangan pakai sabun ini merupakan salah satu hal penting untuk
menghalangi terjadinya infeksi.

Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan melakukan kebiasaan mencuci tangan 6


langkah yang benar antara lain adalah diare, infeksi saluran pernapasan, infeksi cacing,
infeksi mata, dan penyakit kulit.

2.6 Teknik dan Metode Promosi Kesehatan

Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau metode
dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan.
Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan dibagi

menjadi 3 yaitu :

a. Metode promosi kesehatan individual

Metode ini digunakan apabila antara promotor kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat
berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui sarana
komunikasi lainnya. Cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan dengan klien
dapat saling berdialog, saling merespons dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan
masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu atau
peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan individual ini
yang terkenal adalah konseling.

xvii
b. Metode promosi kesehatan kelompok

Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini digunakan untuk sasaran kelompok.
Sasaran kelompok ini dibedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil dan kelompok besar.
Disebut kelompok kecil kalau kelompok sasaran terdiri antara 6 – 15 orang, sedang kelompok
besar bila sasaran tersebut di atas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode
promosi kesehatan kelompok juga dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya diskusi kelompok,
metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran (role play),
metode permainan simulasi (simulation game), dan sebagainya. Untuk mengefektifkan
metode ini perlu dibantu dengan alat bantu atau media, misalnya : lembar balik (flip chart),
alat peraga, presentasi, dan sebagainya.

2) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya : metode ceramah
yang diikuti atau tanpa diikuti dengan tanya jawab, seminar, lokakarya, dan sebagainya.
Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat bantu misalnya, overhead
projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.

c. Metode promosi kesehatan massal

Apabila sasaran promosi kesehatan adalah massal atau publik, maka metode-metode dan
teknik promosi kesehatan tersebut tidak akan efektif, karena itu harus digunakan metode
promosi kesehatan massal. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk massa yang sering
digunakan adalah :

1) Ceramah umum (public speaking), misalnya di lapangan terbuka dan tempat-tempat

umum (public places).

2) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televisi. Penyampaian pesan
melalui radio atau TV ini dapat dirancang dengan berbagai bentuk, misalnya: sandiwara
(drama), talk show, dialog interaktif, simulasi, spot, dan sebagainya.

3) Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, selebaran, poster, dan
sebagainya.

4) Penggunaan media di luar ruang, misalnya: billboard, spanduk, umbul-umbul, dan


sebagainya.

xviii
BAB III

METODOLOGI

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang kita lakukan adalah penelitian cross sectional. Penelitian ini termasuk
dalam cross sectional karena kami mengambil sampel dalam satu waktu tertentu yaitu pada
bulan Desember 2016.

3.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di ruang kelas SDN 13, Bintaro, Jakarta Selatan.

3.3. Populasi Target dan Populasi Terjangkau

Populasi Target: Semua siswa SD kelas 1 di daerah Jakarta Selatan

Populasi Terjangkau: Siswa SD kelas 1 yang bersekolah di daerah Bintaro.

3.4. Metode Pengambilan Sampel

xix
Pelajar SD mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berisi tentang
pengetahuan, sikap dari anak-anak SD tersebut terhadap kegiatan cuci tangan menggunakan
sabun. Kuesioner ini berisi 10 pertanyaan sederhana yang ditujukan kepada siswa SD kelas 1.
Kuesioner ini memiliki dua komponen yaitu komponen pengetahuan dan komponen sikap.
Siswa SD tersebut diminta untuk mengisi kuesioner tersebut sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan dan kegiatan edukasi di SD.

Untuk perilaku, kami memiliki kuesioner mengenai penilaian sikap yang dapat dilakukan.
Untuk data baseline, kita meminta guru untuk mengisi penilaian sikap ini. Selanjutnya, untuk
penilaian post-intervensi akan dilakukan oleh tim peneliti dengan pengamatan kegiatan
siswa-siswa SD tersebut selama kurang lebih 1 bulan.

3.5. Kriteria Inklusi, Eksklusi dan Drop Out

Kriteria inklusi dalam penelitian ini termasuk:

 Bersekolah kelas 1 SD dalam tahun ajaran 2016-2017


 Bersekolah di SD yang terletak di daerah Bintaro, Jakarta Selatan
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini termasuk

 TIdak masuk pada salah satu hari (pengambilan data pre-test ataupun post-test)
 Tidak bersedia mengikuti penelitian
Drop out:

 Tidak ada dalam periode follow up penleitian yang dilakukan selama waktu 1 bulan
ini
3.6. Intervensi

Dilakukan intervensi pada sampel berupa edukasi kepada sampel tentang manfaat cuci tangan
dan juga peragaan bagaimana cara melakukan cuci tangan yang baik (enam langkah cuci
tangan) dengan sabun. Dilakukan pemutaran video cuci tangan “cuci tangan dengan sabun”
yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

3.7. Jadwal Penelitian

15-30 November 2016 Pembuatan kuesioner dan pelatihan peneliti


1 Desember-20 Desember 2016 Melakukan pre-test dan intervensi awal pada
populasi terjangkau
20 Desember 2016- 15 Januari 2017 Observasi perilaku sampel dengan
pengamatan perilaku mencuci tangan siswa
SD
15 Januari 201- 10 Februari 2017 Analisa statistik dan juga penulisan laporan
dari
10-20 Ferbuari 2017 Presentasi dari laporan pada pemangku
kebijakan dari penelitian (puskesmas, SD

xx
dan warga sekitar)

3.8 Penyimpanan Data

Setelah data didapatkan, data akan disimpan di cloud berupa dropbox. Data tidak akan
dishare kepada pihak-pihak yang tidak dimaksud untuk membaca data ini tanpa persetujuan
terlebih dahulu. Data direcord tanpa identitas pengenal sehingga bersifat anonim.

3.9 Analisis Data

Analalisis data dilakukan dengan bantuan SPSS versi 16.0. SPSS. Analisis deskriptif data dan
juga mean changes dilakukan untuk melihat perubahan nilai data sebelum dilakukan edukasi
dan setelah dilakukan edukasi pada pasien.

3.10 Presentasi Data

Dilakukan presentasi dan penggambaran data menggunakan pie-chart, grafik dan juga table
untuk mempermudah penyerapan dari hasil pemeriksaan ini. Presentasi data yang baik ini
menggunakan PowerPoint beserta software pembuatan table/pie charts yang otomatis.

3.11 Anggaran Penelitian

Komponen Biaya Jumlah


Fotokopi Form Penelitian (280 x 500) Rp 140.000
Biaya Transportasi Rp 300.000
Pencetakan Makalah dan Persiapan Rp 200.000
Presentasi
Total Biaya Penelitian Rp 640.000
BAB IV

HASIL

4.1 Data dari MI Nurul Huda

Survei Mengenai Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas 1 SD MI Nurul Huda Terhadap Penyuluhan


sebelum Penyuluhan

Pernyataan Setuju Tidak Setuju


Mencuci tangan dapat 14 (70%) 6 (30%)
membunuh kuman penyakit
Harus menggunakan sabun 20 (100%) 0 (0%)
saat mencuci tangan
Cuci tangan perlu dilakukan 15 (75%) 5 (25%)
sebelum dan sesudah makan
Cuci tangan tidak perlu 10 (50%) 10 (50%)
dilakukan tiap selesai buang
air kecil dan buang air besar

xxi
Kita perlu membersihkan 16 (80%) 4 (20%)
tangan dengan
handuk/tisu/lap bersih
sesudah selesai mencuci
tangan

Penelitian ini mencoba melihat lima pernyataan yang menggali tentang pengetahuan
siswa kelas 1 SD sebelum pennyuluhan. Dari 20 siswa-siswi MI Nurul Huda yang telah
mengikuti kuesioner Pre-test tentang pengetahuan terhadap perilaku Cuci Tangan dengan
sabun didapatkan hasil bahwa, 14 anak menyatakan setuju bila mencuci tangan dapat
membunuh kuman penyakit, 6 anak lainnya menyatakan tidak setuju bila mencuci tangan
dapat membunuh penyakit. Terdapat 20 anak menyatakan setuju dengan penyataan harus
menggunakan sabun saat mencuci tangan. Terdapat 15 anak menyatakan setuju bila cuci
tangan perlu dilakukan sebelum dan sesudah makan, 5 anak menyatakan tidak setuju bila cuci
tangan perlu dilakukan sebelum dan sesudah makan. Terdapat juga10 anak menyatakan
setuju bila cuci tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai buang air kecil dan buang air besar,
10 anak lainnya menyatakan tidak setuju bila cuci tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai
buang air kecil dan buang air besar. Terdapat 16 anak menyatakan setuju bila kita perlu
membersihkan tangan dengan handuk/tisu/lap bersih sesudah selesai mencuci tangan, 4 anak
lainnya menyatakan tidak setuju kita perlu membersihkan tangan dengan handuk/tisu/lap
bersih sesudah selesai mencuci tangan.

Survei Mengenai Sikap Siswa-Siswi Kelas 1 SD di MI Nurul Huda Terhadap Penyuluhan


sebelum Penyuluhan

Pernyataan Setuju Tidak Setuju


Cuci tangan bermanfaat bagi 17 (85%) 3 (15%)
saya untuk mencegah
penyakit
Mencuci tangan adalah 19 (95%) 1 (5%)
kegiatan yang
menyenangkan
Jika tidak ada keran air 3 (15%) 17 (85%)
mengalir, sabun, dan lap
bersih, membuat saya
menjadi malas cuci tangan
Saya merasa lebih sehat 20 (100%) 0 (0%)
setelah mencuci tangan
secara rutin

xxii
Mencuci tangan membuang 11 (55%) 9 (45%)
waktu saya

Tabel diatas melihat pendapat sampel-sampel siswa-siswi kelas 1 SD di MI Nurul


Huda bintaro sebelum dilakukan penyuluhan. Dari 20 siswa-siswi MI Nurul Huda yang telah
mengikuti kuesioner Pre-test tentang perilaku Cuci Tangan dengan sabun didapatkan hasil
bahwa, 17 anak menyatakan setuju dengan cuci tangan bermanfaat bagi mereka, 3 anak
menyatakan tidak setuju menyatakan cuci tangan bermanfaat bagi mereka. Terdapat 19 anak
yang setuju bahwa mencuci tangan adalah kegiatan yang menyenangkan, 1 orang tidak setuju
bahwa cuci tangan adalah kegiatan yang menyenangkan. Terdapat 3 orang setuju jika tidak
ada keran air mengalir, sabun, dan lap bersih, membuat mereka menjadi malas cuci tangan,
17 anak lainnya tidak setuju jika tidak ada keran air mengalir, sabun, dan lap bersih, membuat
mereka menjadi malas cuci tangan. Terdapat 20 anak menyatakan setuju bahwa mereka
merasa lebih sehat setelah mencuci tangan secara rutin. Terdapat 11 anak setuju bila mencuci
tangan membuang waktu mereka, sedangkan 9 anak lainnya tidak setuju bila mencuci tangan
membuang waktu mereka.

Survei Mengenai Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas 1 SD di MI Nurul Huda Terhadap Tindakan


Cuci Tangan Sesudah Penyuluhan

Pernyataan Setuju Tidak Setuju


Mencuci tangan dapat 20 (100%) 0 (0%)
membunuh kuman penyakit
Harus menggunakan sabun 20 (100%) 0 (0%)
saat mencuci tangan
Cuci tangan perlu dilakukan 15 (75%) 5 (25%)
sebelum dan sesudah makan
Cuci tangan tidak perlu 4 (20%) 16 (80%)
dilakukan tiap selesai buang
air kecil dan buang air besar
Kita perlu membersihkan 16 (80%) 4 (20%)
tangan dengan
handuk/tisu/lap bersih
sesudah selesai mencuci
tangan

Tabel diatas menunjukan pengetahuan siswa kelas 1 SD setelah melakukan


penyuluhan. Dari 20 siswa-siswi kelas 1 MI Nurul Huda yang telah mengikuti kuesioner
Post-test tentang pengetahuan terhadap perilaku Cuci Tangan dengan sabun didapatkan hasil

xxiii
bahwa, 20 anak menyatakan setuju bila mencuci tangan dapat membunuh kuman penyakit.
Terdapat 20 anak menyatakan setuju dengan penyataan harus menggunakan sabun saat
mencuci tangan. Terdapat 15 anak menyatakan setuju bila cuci tangan perlu dilakukan
sebelum dan sesudah makan, 5 anak menyatakan tidak setuju bila cuci tangan perlu dilakukan
sebelum dan sesudah makan. Terdapat juga 4 anak menyatakan setuju bila cuci tangan tidak
perlu dilakukan tiap selesai buang air kecil dan buang air besar, 16 anak lainnya menyatakan
tidak setuju bila cuci tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai buang air kecil dan buang air
besar. Terdapat 16 anak menyatakan setuju bila kita perlu membersihkan tangan dengan
handuk/tisu/lap bersih sesudah selesai mencuci tangan, 4 anak lainnya menyatakan tidak
setuju kita perlu membersihkan tangan dengan handuk/tisu/lap bersih sesudah selesai
mencuci tangan.

Survei Mengenai Sikap Siswa-Siswi Kelas 1 SD di MI Nurul Huda Terhadap Penyuluhan


sesudah Penyuluhan

Pernyataan Setuju Tidak Setuju


Cuci tangan bermanfaat bagi saya untuk 17 (85%) 3 (15%)
mencegah penyakit
Mencuci tangan adalah kegiatan yang 19 (95%) 1 (5%)
menyenangkan
Jika tidak ada keran air mengalir, sabun, dan lap 5 (25%) 15 (75%)
bersih, membuat saya menjadi malas cuci tangan
Saya merasa lebih sehat setelah mencuci tangan 19 (95%) 1 (5%)
secara rutin
Mencuci tangan membuang waktu saya 8 (40%) 12 (60%)

Tabel diatas memperlihatkan sikap siswa-siswi kelas 1 SD di bintaro setelah


penyuluhan. Dari 20 siswa-siswi MI Nurul Huda yang telah mengikuti kuesioner Post-test
tentang perilaku Cuci Tangan dengan sabun didapatkan hasil bahwa, 17 anak menyatakan
setuju dengan cuci tangan bermanfaat bagi mereka, 3 anak menyatakan tidak setuju
menyatakan cuci tangan bermanfaat bagi mereka. Terdapat 19 anak yang setuju bahwa
mencuci tangan adalah kegiatan yang menyenangkan, 1 orang tidak setuju bahwa cuci tangan
adalah kegiatan yang menyenangkan. Terdapat 5 orang setuju jika tidak ada keran air
mengalir, sabun, dan lap bersih, membuat mereka menjadi malas cuci tangan, sedangkan 15
anak lainnya tidak setuju jika tidak ada keran air mengalir, sabun, dan lap bersih, membuat
mereka menjadi malas cuci tangan. Terdapat 19 anak menyatakan setuju bahwa mereka
merasa lebih sehat setelah mencuci tangan secara rutin, 1 anak menyatakan tidak setuju
bahwa mereka merasa lebih sehat setelah mencuci tangan secara rutin.. Terdapat 8 anak

xxiv
setuju bila mencuci tangan membuang waktu mereka, sedangkan 12 anak lainnya tidak setuju
bila mencuci tangan membuang waktu mereka.

4.2. Data dari 7 SD di Bintaro

PRE PENGETAHUAN

Pernyataan Setuju Tidak Setuju


Mencuci tangan dapat membunuh kuman 121 19
penyakit
Harus menggunakan sabun saat mencuci tangan 135 5

Cuci tangan perlu dilakukan sebelum dan 113 27


sesudah makan
Cuci tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai 57 83
buang air kecil dan buang air besar
Kita perlu membersihkan tangan dengan 113 27
handuk/tisu/lap bersih sesudah selesai mencuci
tangan

Dari 140 siswa-siswi SD Kelurahan Bintaro yang telah mengikuti kuesioner Pre-test
tentang pengetahuan terhadap perilaku Cuci Tangan dengan sabun didapatkan hasil bahwa,
121 anak menyatakan setuju bila mencuci tangan dapat membunuh kuman penyakit, 19 anak
lainnya menyatakan tidak setuju bila mencuci tangan dapat membunuh penyakit. Terdapat
135 anak menyatakan setuju dengan penyataan harus menggunakan sabun saat mencuci
tangan, 5 anak menyatakan tidak setuju dengan pernyataan harus menggunakan sabun saat
mencuci tangan. Terdapat 113 anak menyatakan setuju bila cuci tangan perlu dilakukan
sebelum dan sesudah makan, 27 anak menyatakan tidak setuju bila cuci tangan perlu
dilakukan sebelum dan sesudah makan. Terdapat juga 57 anak menyatakan setuju bila cuci
tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai buang air kecil dan buang air besar, 83 anak lainnya
menyatakan tidak setuju bila cuci tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai buang air kecil dan
buang air besar. Terdapat 113 anak menyatakan setuju bila kita perlu membersihkan tangan
dengan handuk/tisu/lap bersih sesudah selesai mencuci tangan, 27 anak lainnya menyatakan
tidak setuju kita perlu membersihkan tangan dengan handuk/tisu/lap bersih sesudah selesai
mencuci tangan.

POST PENGETAHUAN

Pernyataan Setuju Tidak Setuju


Mencuci tangan dapat membunuh kuman 133 7

xxv
penyakit
Harus menggunakan sabun saat mencuci tangan 137 3

Cuci tangan perlu dilakukan sebelum dan 113 27


sesudah makan
Cuci tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai 37 103
buang air kecil dan buang air besar
Kita perlu membersihkan tangan dengan 127 13
handuk/tisu/lap bersih sesudah selesai mencuci
tangan

Dari 140 siswa-siswi kelas 1 SD Kelurahan Bintaro yang telah mengikuti kuesioner
Post-test tentang pengetahuan terhadap perilaku Cuci Tangan dengan sabun didapatkan hasil
bahwa, 133 anak menyatakan setuju bila mencuci tangan dapat membunuh kuman penyakit, 7
anak lainnya menyatakan tidak setuju. Terdapat 137 anak menyatakan setuju dengan
penyataan harus menggunakan sabun saat mencuci tangan, 3 lainnya tidak setuju. Terdapat
113 anak menyatakan setuju bila cuci tangan perlu dilakukan sebelum dan sesudah makan, 27
anak menyatakan tidak setuju bila cuci tangan perlu dilakukan sebelum dan sesudah makan.
Terdapat juga 37 anak menyatakan setuju bila cuci tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai
buang air kecil dan buang air besar, 103 anak lainnya menyatakan tidak setuju bila cuci
tangan tidak perlu dilakukan tiap selesai buang air kecil dan buang air besar. Terdapat 127
anak menyatakan setuju bila kita perlu membersihkan tangan dengan handuk/tisu/lap bersih
sesudah selesai mencuci tangan, 13 lainnya tidak setuju.

PRE SIKAP

Pernyataan Setuju Tidak Setuju


Cuci tangan bermanfaat bagi saya untuk 130 10
mencegah penyakit
Mencuci tangan adalah kegiatan yang 124 16
menyenangkan
Jika tidak ada keran air mengalir, sabun, dan lap 35 105
bersih, membuat saya menjadi malas cuci tangan
Saya merasa lebih sehat setelah mencuci tangan 128 12
secara rutin
Mencuci tangan membuang waktu saya 56 84

xxvi
Dari 140 siswa-siswi SD Kelurahan Bintaro yang telah mengikuti kuesioner Pre-test
tentang perilaku Cuci Tangan dengan sabun didapatkan hasil bahwa, 130 anak menyatakan
setuju dengan cuci tangan bermanfaat bagi mereka, 10 anak menyatakan tidak setuju
menyatakan cuci tangan bermanfaat bagi mereka. Terdapat 124 anak yang setuju bahwa
mencuci tangan adalah kegiatan yang menyenangkan, 16 orang tidak setuju bahwa cuci
tangan adalah kegiatan yang menyenangkan. Terdapat 35 orang setuju jika tidak ada keran air
mengalir, sabun, dan lap bersih, membuat mereka menjadi malas cuci tangan, 105 anak
lainnya tidak setuju jika tidak ada keran air mengalir, sabun, dan lap bersih, membuat mereka
menjadi malas cuci tangan. Terdapat 128 anak menyatakan setuju bahwa mereka merasa lebih
sehat setelah mencuci tangan secara rutin, 12 lainnya tidak setuju. Terdapat 56 anak setuju
bila mencuci tangan membuang waktu mereka, sedangkan 84 anak lainnya tidak setuju bila
mencuci tangan membuang waktu mereka.

POST SIKAP

Pernyataan Setuju Tidak Setuju


Cuci tangan bermanfaat bagi saya untuk 133 7
mencegah penyakit
Mencuci tangan adalah kegiatan yang 119 21
menyenangkan
Jika tidak ada keran air mengalir, sabun, dan lap 54 86
bersih, membuat saya menjadi malas cuci tangan
Saya merasa lebih sehat setelah mencuci tangan 121 19
secara rutin
Mencuci tangan membuang waktu saya 45 95

Dari 140 siswa-siswi SD Kelurahan Bintaro yang telah mengikuti kuesioner Post-test
tentang perilaku Cuci Tangan dengan sabun didapatkan hasil bahwa, 133 anak menyatakan
setuju dengan cuci tangan bermanfaat bagi mereka, 7 anak menyatakan tidak setuju
menyatakan cuci tangan bermanfaat bagi mereka. Terdapat 119 anak yang setuju bahwa
mencuci tangan adalah kegiatan yang menyenangkan, 21 orang tidak setuju bahwa cuci
tangan adalah kegiatan yang menyenangkan. Terdapat 54 orang setuju jika tidak ada keran air
mengalir, sabun, dan lap bersih, membuat mereka menjadi malas cuci tangan, sedangkan 86
anak lainnya tidak setuju jika tidak ada keran air mengalir, sabun, dan lap bersih, membuat
mereka menjadi malas cuci tangan. Terdapat 121 anak menyatakan setuju bahwa mereka
merasa lebih sehat setelah mencuci tangan secara rutin, 19 lainnya tidak setuju. Terdapat 45
anak setuju bila mencuci tangan membuang waktu mereka, sedangkan 95 anak lainnya tidak
setuju bila mencuci tangan membuang waktu mereka.

OBSERVASI PERILAKU

Perilaku Rata-rata Nilai Perilaku

xxvii
Cuci tangan enam langkah 1.66
Cuci tangan dengan sabun 1.33
Cuci tangan dengan air mengalir 0.66
Mengeringkan tangan dengan sempurna 1.33
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 1.33
Mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air 0.66
besar atau kecil

Pada penelitian ini kita melakukan pengamatan terhadap siswa SD kelas 1 di MI Nurul Huda.
Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali dan dilakukan oleh guru sekolah. Dari tiga kali pengamatan,
didapatkan rata-rata kepatuhan siswa melakukan mencuci tangan enam langkah adalah 1.66, yang
artinya mayoritas siswa melakukan cuci tangan namun tidak sempurna secara 6 langkah. Rata-rata
siswa yang melakukan cuci tangan menggunakan sabun ialah 1.33, yang berarti mayoritas siswa
melakukan cuci tangan menggunakan sabun. Dari hasil ini pun juga masih didapatkan ada siswa yang
mencuci tangan tidak menggunakan sabun.

Didapatkan rata-rata anak yang mencuci tangan dengan air mengalir adalah 0.66, yang artinya
pada dua kali pengamatan siswa tidak mencuci tangan di air mengalir dan pada satu kali pengamatan
ada yang melakukan cuci tangan dengan air mengalir. Rata-rata anak yang mengeringkan tangan
dengan sempurna setelah cuci tangan adalah 1.33, yang berarti pada pengamatan mayoritas anak-anak
mengeringkan tangan namun tidak sempurna, namun didapatkan anak yang tidak melakukan
pengeringan tangan dengan sempurna. Didapatkan kepatuhan anak-anak mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan adalah 1.33, yang berarti mayoritas anak-anak melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah makan namun tidak sempurna. Didapatkan kepatuhan anak mencuci tangan sebelum dan
sesudah buang air besar atau kecil adalah 0.66, yang berarti dalam dua kali pengamatan siswa tidak
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah buang air besar atau kecil namun tidak sempurna, dan
pada satu kali pengamatan ada yang melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah buang air besar atau
kecil dengan sempurna.

Perilaku siswa SD kelas 1 dari 7 sekolah dasar di Bintaro

Perilaku Rata-rata Nilai Perilaku


Cuci tangan enam langkah 1.28
Cuci tangan dengan sabun 1.23
Cuci tangan dengan air mengalir 1.18
Mengeringkan tangan dengan sempurna 0.9
Mencuci tangan sebelum dan sesudah 1.09
makan
Mencuci tangan sebelum dan sesudah buang 0.9
air besar atau kecil

Pada penelitian ini kita melakukan pengamatan terhadap siswa kelas 1 di 7 SD


Kelurahan Bintaro . Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali dan dilakukan oleh guru dari
masing masing sekolah. Dari tiga kali pengamatan, didapatkan rata-rata kepatuhan siswa
melakukan mencuci tangan enam langkah adalah 1.28, yang artinya mayoritas siswa
melakukan cuci tangan namun tidak sempurna secara 6 langkah. Rata-rata siswa yang

xxviii
melakukan cuci tangan menggunakan sabun ialah 1.23, yang berarti mayoritas siswa mencuci
tangan menggunakan sabun.

Didapatkan rata-rata anak yang mencuci tangan dengan air mengalir adalah 1.18,
yang artinya mayoritas siswa mencuci tangan di air mengalir. Sebagian lainnya tidak mencui
tangan di air mengalir dikarenakan fasilitas yang tidak memadai di masing masing SD. Hasil
observasi anak yang mengeringkan tangan dengan sempurna setelah cuci tangan adalah 0.9,
yang berarti didapatkan mayoritas siswa tidak mengeringkan dan sebagian lainnya melakukan
pengeringan setelah mencuci tangan. Didapatkan kepatuhan anak-anak mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan adalah 1.09, yang berarti pada tiga kali pengamatan didapatkan
mayoritas siswa melakukan cuci tangan namun tidak sempurna. Didapatkan kepatuhan anak
mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air besar atau kecil adalah 0.9, yang berarti
dalam tiga kali pengamatan sebagian besar siswa tidak mencuci tangan sebelum dan setelah
buang air kecil atau besar.

BAB V

DISKUSI

5.1 Variabilitas Populasi sampel dibandingkan dengan Populasi Umum di Masyarakat

Pada negara miskin, diare dan infeksi saluran nafas akut menjadi 2/3 penyebab
kematian pada anak dibawah umur 5 tahun.1 Penyakit tersebut dapat dicegah apabila para ibu/
pengasuh dan anak-anak dibiasakan mencuci tangan dengan sabun pada saat-saat yang
penting seperti sebelum memberi makan anak, memasak, atau makan.

Lingkungan sekolah dapat menjadi peluang penyebaran penyakit enterik dan


respiratorik yang efisien, oleh karena itu pencegahan di tingkat sekolah perlu diprioritaskan.
Meningkatkan hand hygiene di sekolah, telah menunjukkan turunnya angka kesakitan dan
absensi pelajar. Didapatkan pula bukti bahwa intervensi hygiene tingkat sekolah dapat
mengurangi penyakit antara saudara kandung dibawah usia lima tahun.2

Populasi pada sampel penelitian ini ialah anak sekolah dasar kelas satu, dimana
rentang usia sampel antara 6-8 tahun. Terdapat sebuah penelitian di Peru yang mempelajari
mengenai promosi perilaku mencuci tangan dengan strategi komunikasi dan pemasaran yang
menargetkan populasi yang luas. Penelitian tersebut melakukan intervensi melalui media
massa dan intervensi tingkat komunitas dan sekolah dasar. Didapatkan hasil bahwa intervensi
pada tingkat komunitas dan sekolah lebih sukses mencapai target audiens daripada
masyarakat yang menerima paparan melalui radio, pamflet, atau acara publik. Perilaku
mencuci tangan didapatkan meningkat pada rumah-rumah yang memiliki anak yang
bersekolah di sekolah yang memiliki kurikulum mencuci tangan. Hal ini juga mendukung
hipotesis bahwa anak yang menghadiri sekolah tersebut dapat berperilaku sebagai agent
perubahan perilaku untuk saudaranya di rumah.3

xxix
5.2 Pengaruh faktor demografis dalam hasil ini

Didapatkan bahwa pengetahuan dari siswa SD kelas 1 di SDN 13 berbeda secara


signifikan sebelum dan sesudah edukasi. Hal ini mungkin berkaitan dengan demografis siswa
SD kelas 1 yang diteliti. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pittet et al menemukan
bahwa faktor demografis berperan penting juga dalam menentukan pengetahuan, sikap dan
perilaku terhadap cuci tangan. Didapatkan bahwa mereka yang berusia lebih tua memiliki
ketaatn terhadap cuci tangan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang lebih muda. Pada
penelitian ini, tidak dapat dicari variasi demografis mengingat usia pasien sebaya dan juga
tingkat pendidikan yang sama yaitu masih kelas 1 SD. (1) Hal ini dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan/sikap dan perilaku pasien.

5.2. Metode edukasi dan pengaruhnya terhadap pengetahuan/sikap dan perilaku

Dari hasil diatas, dapat kita lihat bahwa perubahan pengetahuan yang muncul setelah
edukasi pada pasien ini signifikan secara statistik. Perubahan pengetahuan ini umumnya
terjadi akibat faktor kognitif yang mungkin berperan penting terhadap tingkat pengetahuan
pasien ini. Metode edukasi juga saya duga berperan penting dalam mempengaruhi
pengetahuan/sikap dan perilaku anak-ankak. Dari penelitian ini didapatkan bahwa metode
edukasi yang dilakukan pada peserta penelitian cukup baik. Didapatkan bahwa terdapat
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku hampir pada semua subjek penelitian. Namun,
apakah metode edukasi berupa kuliah/ pemutaran film audiovisual ini adalah metode yang
terbaik? Belum tentu.

Penelitian ini akan membahas tentang komponen pengetahuan, sikap dan perilaku dari
murid SD di seluruh Bintnaro. Ada beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan perilaku dari murid-murid SD di Bintaro. Dari studi literature yang
kita lakukan, didapatkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap
dan perilaku seseorang:

1. Tingkat edukasi
Diketahui bahwa tingkat edukasi subjek berpengaruh sangat tinggi terhadap pengetahuan,
sikap dan perilaku seseorang. Penelitian di Nigeria mendapatkan bahwa faktor yang paling
penting dalm pengetahuan seseorang adalah tingkat edukasi. Mereka yang memiliki tingkat
edukasi yang lebih tinggi cenderung untuk memiliki pnengethauan,sikap dan perilaku yang
lebih tinggi. https://wjso.biomedcentral.com/articles/10.1186/1477-7819-4-11

2. Kebudayaan
Kebudaan juga berpengaruh besar terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku. Didapatkan di
tempat yang membudayakan cuci tangan sebagai suatu kebiasaan yang positif didapatkan
bahwa pengetahuan, sikap dan perilakunya cenderung lebih tinggi nilainya dibandingkan
dengan mereka yang tidak memilki budaya tersebut. Di negara-negara Eropa Barat seperti
Prancis, Belanda dan juga Belgia didapatkan bahwa kebudayaan mencuci tangan di daerah-

xxx
daerah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia Selatan dan Asia Timur.
Sangsi sosial yang dibuat oleh orang dan lingkungan terhadap mereka yang tidak mencuci
tangan diketahui berperan penting dalam membentuk budaya cuci tangan.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0195670109001868

3. Mengetahui Manfaat
Apabila subjek penelitian mengetahui manfaat cuci tangan sepenuhnya maka Ia menjadi lebih
mungkin untuk melakukannya dibandingkan dengan mereka yang tidak mengetahu. Pada
penelitian ini namun, tidak terdapat kemaknaan yang signifikan antara mengetahui manfaat
dengan sikap dan perilaku seseorang. Hal ini mungkin disebabkan ketidaklengkapan fasilitas
mencuci tangan yang ada di beberapa sekolah tersebut.

4. Keberadaan Fasilitas
Keberadaan fasilitas yang terbatas juga mendororng tidak dilakukannya mencuci tangan pada
suatu sekolah. Salah satunya adalah MI Manarul Huda yang tidak memiliki fasilitas
pencucian tangan yang memadai. Hal ini mendorong budaya cuci tangan tidak terbentuk di
MI tersebut. Meskipun sudah dilakukan edukasi mengenai manfaat dan akibat tidak cuci
tangan dengan baik, apabila fasilitas tidak memadai maka cukup sulit untuk melakukan cuci
tangan secara baik. Demikian pula sebaliknya, beberapa SD yang memiliki fasilitas baik
cenderung memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang tinggi juga. Salah satunya adalah
SDN 13.

5. Keberadaan Sanksi
Sanksi yang tegas yang diberikan oleh sekolah terhadap murid yang tidak melakukan
kegiatan cuci tangan denga baik diduga merupakan salah satu faktor pendorong. Namun,
sayangnya di SD-SD yang kami teliti belum menerapkan sanksi yang ketat terhadap siswa-
siswa SD tersebut.

5.4 Kelemahan Penelitian ini (amira)

Tingkat kepahaman dan kemampuan baca tulis sampel penelitian ini yaitu siswa kelas
1 SD yang berbeda-beda terhadap pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner membuat penelitian
ini menjadi lebih lama dari target waktu yang ditentukan. Namun, hal ini tidak akan
berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Observasi perilaku terhadap sampel tidak dapat dilakukan secara berkesinambungan


karena keterbatasan waktu dan terhentinya aktivitas belajar dan mengajar oleh karena libur
semester. Namun hal tersebut tidak membuat hasil dari observasi perilaku mengalami
kemunduran. Ketersediaan waktu yang tidak terpotong libur dan sampel yang pemahaman
dan kemampuan baca tulisnya merata akan membuat hasil penelitian ini semakin akurat.

xxxi
5.5 Penelitian kedepan

Selain pengetahuan, sikap, dan perilaku, diharapkan penelitian kedepan juga akan membahas
tentang faktor-faktor lain apa saja yang mempengaruhi anak untuk mencuci tangan. Faktor-
faktor lain seperti pola asuh orang tua, pemahaman tentang adanya peraturan di sekolah,
pemahaman tentang adanya media informasi di sekolah, dan peran guru di sekolah mengenai
cuci tangan.

Kedepannya, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat faktor-faktor yang lain yang
mungkin berpengaruh pada pengetahuan, sikap, dan perilaku anak di sekolah. Beberapa
faktor yang diduga berperan penting pada pengetahuan, sikap, dan perilaku anak di sekolah
pemahaman tentang adanya peraturan di sekolah, pemahaman tentang adanya media
informasi di sekolah, dan peran guru di sekolah mengenai cuci tangan. Sebaiknya
kedepannya dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor ini pada pasien untuk melihat apakah
ada hubungan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku anak di sekolah.

Penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau melakukan wawancara
kepada orang tua anak serta guru di sekolah. Nanti, kita menghubungkan antara faktor-faktor
lain yang mempengaruhi anak untuk mencuci tangan ini terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku mencuci tangan.

xxxii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Di SDN 13 didapatkan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku siswa SD kelas 1 cukup baik.
Perilaku ini ditunjang dengan fasilitas lengkap yang terdapta di SDN 13 yang mendukung
terlaksananya program cuci tangan ini.

6.2. Saran

Ekspansi program ini ke SDN lain dapat meningkatkan cakupan program ini ke masyarakat
dan meningkatkan ekspansi program ini. Kedepannya, ada baiknya dilakukan penelitian lebih luas
mengenai faktor kebudayaan. Penelitian lanjutan mengani faktor-faktor budaya dan pengaruhnya
terhadap program ini perlu dilakukan.

xxxiii
LAMPIRAN

Lampiran 1:

KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PADA PELAJAR KELAS 1 SD DI BINTARO

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

BENAR TIDAK BENAR


1. Mencuci tangan
dapat membunuh
kuman penyakit
2. Harus
menggunakan
sabun saat
mencuci tangan
3. Cuci tangan perlu
dilakukan sebelum
dan sesudah
makan
4. Cuci tangan tidak
perlu dilakukan
sebelum buang air
besar
5. Kita perlu
membersihkan
tangan dengan
handuk selesai
setelah mencuci
tangan
6. Cuci tangan
bermanfaat bagi
saya untuk
mencecgah
penyakit
7. Mencuci tangan
adalah kegiatan
yang
menyenangkan
8. Fasilitas yang tidak
memadai
membuat saya
tidak senang
mencuci tangan
9. Saya merasa lebih
sehat setelah
mencuci tangan
secara rutin

xxxiv
10. Mencuci tangan
membuang waktu
saya

Lampiran 2:

CEKLIST OBSERVASI PERILAKU DARI PELAJAR SD KELAS 1 BINTARO

0 1 2
Siswa melakukan cuci
tangan 6 langkah

Siswa melakukan cuci


tangan dengan sabun

Siswa melakukan cuci


tangan menggunakan
air mengalir

Setelah mencuci
tangan, siswa
mengeringkan tangan
di handuk kering

Siswa mencuci tangan


sebelum dan sesudah
makan
Siswa mencuci tangan
sebelum dan sesudah
buang air besar/kecil

0 : Tidak dilakukan sama sekali

1: Dilakukan namun tidak sempurna

2: Dilakukan dengan sempurna

xxxv
REFERENSI

1. Pittet D, Simon A, Hugonnet S, Pessoa-Silva C, Sauvan V, Perneger TV. Hand hygiene among
physicians: Performance, beliefs, and perceptions. Annals of Internal Medicine. 2004;141(1):1-8.

1. Galiani S, Gertler P, Ajzenman N, Orsola-Vidal A. Promoting Handwashing Behavior: The


Effects of Large Scale Community and School Level Intervension. Wiley Online Library: 2015.
p. 2

2. Dreibelbis R, Kroeger A, Hossain K, Venkatesh M, Ram PK. Behavior Change without Behavior
Change Communication: Nudging Handwashing among Primary School Students in
Bangladesh. International Journal of Environmental Research and Public Health: 2016. p. 2-7

3. Water and Sanitation Program. Promoting Handwashing Behavior: The Effect of Mass Media
and Community Interventions in Peru. 2012. p. 4-6

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Rineka


Cipta. Jakarta: Rineka Cipta

Referensi :

Dobson, R.G. Handwashing Programmed could be Intervention of Choice for Diarrhoeal


Diseases. BMJ.2003.p.326.

Hilburn J, Fendler E, Groziak P, Hammond P. The Use of Alcohol Hand Sanitizer as an


Effective Infection Control Strategy in Acute Care Facility in American Journal of Infection
Control.2002.p.30.poster 129.

1. Chittleborough CR, Nicholson AL, Basker E, Bell S, et al. Factors influencing hand
washing behavior in primary schools: process evaluation within a randomized trial.
Europe PubMed Central. 2013. p. 1055-1068
2. Lopez-Quintero C, Freeman P, Neumark Y. Hand Washing Among School Children in
Bogota, Colombia. American Journal of Public Health. 2009. p. 94-101

Daftar Pustaka

Notoatmodjo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia..
Yogyakarta : Nuha Medika.

xxxvi
xxxvii

Вам также может понравиться