Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Pengertian Perjanjian
pengertian perikatan.
KUH Perdata di dalam Buku III memakai istilah perikatan yang berasal dari
hubungan antara 2 (dua) orang atau 2 (dua) pihak berdasarkan mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain yang berkewajiban memenuhi tuntutan
itu.37
antara 2 (dua) pihak atau lebih yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk
tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perikatan lahir dari
suatu peristiwa di mana 2 (dua) orang atau lebih saling menjanjikan sesuatu.
Peristiwa ini tepatnya dinamakan perjanjian yaitu suatu peristiwa yang berupa suatu
dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang. Sedang dalam Pasal
37
R. Subekti (R. Subekti I), Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1983, hal. 22.
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.
adalah suatu persetujuan dengan mana 2 (dua) orang atau lebih saling mengikat diri
berhak atas prestasi yang telah diperjanjikan. Hak mendapat prestasi tadi dilindungi
oleh hukum berupa sanksi. Hal ini berarti kreditur diberi kemampuan oleh hukum
mereka perjanjikan. Sanksi dalam hal ini berupa eksekusi, ganti rugi atau uang paksa.
38
R. Subekti I, op.cit, hal. 20.
39
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal. 8.
40
Ibid, hal. 9.
hukum kekayaan atau harta benda antara 2 (dua) orang atau lebih yang memberikan
kekuatan hukum pada satu pihak untuk memperoleh potensi sekaligus mewajibkan
hukum mengenai benda antara 2 (dua) pihak dalam mana salah satu pihak berjanji
untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain
unsur dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil adalah sebagai berikut:
Menurut Pasal 1320 KUH Perdata diperlukan 4 (empat) syarat untuk sahnya
41
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 6
42
Wirjono Prodjodikoro (Wirjono Prodjodikoro I), Pokok-pokok Hukum Perdata tentang
Perjanjian Tertentu, Sumur, Bandung, 1981, hal. 11.
digolongkan ke dalam:43
Dua unsur pokok yang menyangkut subyek (pihak) yang mengadakan perjanjian
Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek perjanjian
(unsur obyektif).
Syarat yang pertama dan yang kedua disebut dengan syarat subyektif, karena
langsung menyangkut orang atau subyek pembuat perjanjian. apabila salah satu syarat
Syarat yang ketiga dan keempat disebut dengan syarat obyektif, karena
apabila salah satu syarat obyektif ini tidak dipenuhi maka perjanjian itu dengan
sendirinya batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah suatu perjanjian dan
Sepakat adalah bahwa kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian itu
Menurut Pasal 1321 KUH Perdata, sepakat yang telah diberikan menjadi tidak
43
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, op cit, hal. 93.
c. Penipuan
tidak sah oleh karena persetujuan diberikan dengan cacat kehendak. Salah pengertian
terhadap obyeklah yang dapat menyebabkan perjanjian batal. Hal ini dapat dilihat
dari Pasal 1322 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa kekhilafan tidak
mengenai hakekat barang yang menjadi pokok perjanjian. Kekhilafan itu hanya
terjadi mengenai dirinya orang dengan siapa seorang bermaksud membuat suatu
perjanjian, kecuali jika perjanjian itu telah dibuat terutama karena mengingat dirinya
orang tersebut.
Paksaan terjadi apabila orang yang dipaksa itu tidak mempunyai pilihan lain
kecuali harus menyetujui perjanjian tersebut. Sejalan dengan itu, Mariam Darus
“Yang dimaksud dengan paksaan ialah kekerasan jasmani atau ancaman (akan
membuka rahasia) dengan sesuatu yang dibolehkan hukum yang menimbulkan
ketakutan kepada seseorang sehingga ia membuat perjanjian. Disini paksaan itu
harus benar-benar menimbulkan suatu ketakutan bagi yang menerima
paksaan.”44
dan nyata, sehingga pihak lain tidak akan membuat perikatan seandainya tipu
44
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan,
Alumni, Bandung, 1993, hal. 101.
dinyatakan bahwa penipuan tidak boleh dipersangkakan akan tetapi dapat dibuktikan.
pembohongan saja tidaklah cukup untuk adanya penipuan melainkan harus ada suatu
kenyataan (bukan pendapat) yang ada pada waktu pernyataan dibuat. Suatu maksud
kewenangan untuk membuat perjanjian. Dengan kata lain pihak yang bersangkutan
yang melakukan perbuatan harus dapat menginsyafi tanggung jawab yang akan
dipikul sebagai akibat dari perjanjian yang dibuat. Pada asasnya, setiap orang yang
sudah dewasa atau akil baligh dan sehat pikiran adalah cakap menurut hukum. Dalam
Pasal 1330 KUH Perdata disebut orang-orang yang tidak cakap membuat suatu
perjanjian yaitu
45
Wirjono Prodjodikoro (Wirjono Prodjodikoro II), Azas-azas Hukum Perjanjian, Sumur,
Bandung, 1981, hal. 31.
46
Harjan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1993, hal. 72.
perjanjian-perjanjian tertentu.
Pasal 330 KUH Perdata menyatakan orang dewasa adalah orang yang telah
berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau telah kawin. Jadi jika seseorang yang belum
berumur 21 (dua puluh satu) tahun namun telah kawin mengadakan perjanjian, dia
Terhadap mereka yang ditaruh di bawah pengampuan Pasal 433 KUH Perdata
menyatakan bahwa setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu,
sakit otak, atau mata gelap, termasuk orang yang kadang-kadang cakap menggunakan
menginsyafi tanggung jawab dan karena itu mereka tidak dapat bertindak melakukan
perjanjian, dan untuk mewakilinya ditunjuk orang tua dan wali pengampunya
(kurator).
tidak cakap untuk melakukan perjanjian (Pasal 108 KUH Perdata). Dalam melakukan
perjanjian mereka harus didampingi oleh suaminya. Tetapi sejak tahun 1963 dengan
SEMA RI Nomor 3 Tahun 1963 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dan
yang telah bersuami itu dianggap derajatnya sama dengan laki-laki, sehingga untuk
Hal ini semakin dipertegas oleh UU No. 1 Tahun 1974 dalam Pasal 31 ayat 1
bahwa kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
Suatu perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu mempunyai arti bahwa
obyek yang diperjanjikan harus jelas bedanya, jenisnya dan dapat diperdagangkan
(Pasal 1332 KUH Perdata). Dengan demikian barang-barang di luar ketentuan Pasal
1332 KUH Perdata ini tidak dapat menjadi obyek perjanjian, misalnya barang-barang
yang dipergunakan untuk keperluan orang banyak seperti jalan umum, benda-benda
Pasal 1333 KUH Perdata menyatakan bahwa barang yang dijadikan obyek
perjanjian harus dapat ditentukan jenisnya, apakah sebagai benda yang tidak
berwujud. Obyek perjanjian dapat pula barang-barang yang baru diharapkan akan ada
di kemudian hari. Dengan kata lain, barang tersebut belum ada pada waktu perjanjian
dibuat. Perjanjian yang tidak menyatakan secara tegas apa yang menjadi obyeknya
Dalam Pasal 1335 KUH Perdata dinyatakan bahwa suatu persetujuan tanpa
sebab atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang tidak
mempunyai kekuatan.
Perjanjian dikatakan dibuat tanpa sebab jika tujuan yang dimaksud oleh para
pihak pada waktu perjanjian dibuat tidak akan tercapai, misalnya suatu perjanjian
tentang tempat pelaksanaan perjanjian yang sebenarnya tidak pernah ada. Perjanjian
juga dikatakan dibuat dengan sebab yang palsu jika sebab yang dibuat oleh para pihak
adalah untuk menutupi sebab yang sebenarnya dari perjanjian itu, misalnya apabila
para pihak membuat perjanjian jual beli morfin dengan alasan untuk kepentingan
pribadi.
Dalam Pasal 1336 KUH Perdata ditegaskan bahwa jika tidak dinyatakan suatu
sebab, tetapi ada suatu sebab yang halal, ataupun jika ada sesuatu sebab yang lain,
Selain itu, ditambahkan juga dalam Pasal 1337 KUH Perdata bahwa suatu
R. Subekti menyatakan
“Yang dimaksud dengan sebab yang halal adalah isi perjanjian, dengan
menghilangkan suatu sangkaan bahwa sebab itu adalah sesuatu yang
menyebabkan seseorang membuat perjanjian. Yang diperhatikan adalah
tindakan yang menjadi kelanjutan dari perjanjian tersebut.47
47
R. Subekti II, op.cit, hal. 19.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa yang menjadi dasar dari suatu sebab
yang halal adalah isi atau maksud dari perjanjian yang dibuat itu, apakah
bertentangan atau tidak dengan undang-undang. Akibat hukum yang timbul jika
perjanjian itu dilakukan atas dasar sebab yang halal adalah perbuatan itu batal demi
hukum atau dianggap tidak pernah ada. Jadi sekalipun kepada para pihak diberi
kebebasan untuk membuat perjanjian dalam bentuk apapun, kebebasan itu harus tetap
didasarkan pada aturan hukum yang berlaku. Dengan perkatan lain, perjanjian yang
dibuat harus memenuhi keempat unsur penentu suatu perjanjian agar dapat dianggap
Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil telah sah menurut hukum
karena telah memenuhi syarat sah perjanjian yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu:
1. Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil merupakan hasil dari adanya
kesepakatan antara PMV dan PPU yang dituangkan dalam bentuk akta notaril
2. Para pihak di dalam perjanjian tersebut merupakan pihak yang cakap yaitu
pihak yang berwenang untuk mewakili dan telah dewasa (berumur 21 (dua
48
Abdul Kadir Muhammad, op.cit, hal. 15.
berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah di dalam Pasal 39 ayat 1
oleh direktur, dan PPU yang merupakan usaha kecil diwakili oleh pemilik
usaha.
3. Obyek perjanjian telah jelas yaitu untuk pemberian fasilitas dana investasi
4. Perjanjian dibuat dengan sebab yang halal atau tidak melanggar peraturan
Perjanjian modal ventura merupakan suatu perjanjian antara PMV dan PPU
yang menjadi dasar pengikatan dalam pelaksanaan investasi dari PMV ke dalam PPU.
3. Hukum administratif
49
Munir Fuady II, op.cit, hal. 133.
Seperti lembaga finansial lainnya, maka modal ventura juga mempunyai dasar
berupa prinsip kebebasan berkontrak (Pasal 1338 KUH Perdata) vide Pasal
1320 KUH Perdata, sebab dalam pengucuran dana lewat modal ventura ini
ventura selaku penyerta modal sangat terkait dengan hukum perseroan sebagai
pembiayaan.
Isi dari perjanjian modal ventura tergantung dari jenis penyertaan yang
disepakati oleh para pihak. Di dalam praktik pelaksanaan pemberian modal ventura
dikenal 2 (dua) bentuk penyertaan modal, yaitu penyertaan langsung dan penyertaan
tidak langsung. Di bawah ini akan dibahas mengenai kedua bentuk penyertaan
tersebut.
ventura ke dalam PPU secara langsung dalam bentuk penyertaan modal saham (equity
saham tertentu dari PPU. Saham yang diambil PMV pada umumnya berasal dari
50
Sunaryo, op.cit, hal. 32
Pembiayaan dengan cara penyertaan secara langsung ini dilakukan dalam hal
badan usaha PPU telah atau akan berbentuk perseroan terbatas. Dengan demikian,
dalam penyertaan secara langsung dalam bentuk saham ini dapat dilakukan dengan
cara mendirikan suatu usaha bersama dalam bentuk perseoran terbatas, dan
Penyertaan secara langsung ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
dengan mendirikan suatu usaha bersama dalam bentuk perseroan terbatas dan
dalam bentuk perseroan terbatas ini biasanya dilakukan apabila calon PPU yang akan
perusahaan perseorangan. Meskipun cara ini memerlukan waktu yang lebih lama,
namun karena pada umumnya PMV lebih senang jika PPU berbentuk perseroan
terbatas, maka alternatif pembentukan perseroan terbatas baru merupakan cara yang
paling tepat bagi PMV dalam upaya memperkecil resiko atas investasinya.52
51
Ibid., hal. 32-33.
52
Ibid., hal. 32.
Perdata). Di samping itu, harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam UU No. 40
Tahun 2007 dan peraturan pelaksananya. Peraturan lain yang juga harus diperhatikan
dalam rangka pendirian usaha bersama ini adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur
tentang usaha modal ventura, yaitu Perpres No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan
Pembiayaan dengan cara ini dapat dilakukan apabila PPU telah berbentuk
badan hukum perseroan terbatas, dalam arti anggaran dasarnya telah memperoleh
pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Untuk
melakukan penyertaan dalam bentuk ini yang perlu diperhatikan adalah ketentuan
yang ada dalam anggaran dasar dalam PPU, keputusan rapat umum pemegang saham,
rapat direksi dan dewan komisaris, serta ketentuan dalam UU No. 40 Tahun 2007.
Proses penyertaan dengan cara ini dinilai lebih praktis karena cukup dilakukan
dengan mengubah akta pendirian PPU. Penyertaan modal oleh PMV dilakukan
saham tersebut. Pembelian saham oleh PMV akan berdampak pada komposisi
kepemilikan saham, yang akan berpengaruh pada susunan kepengurusan pada PPU
sekaligus diminati oleh PMV dalam melakukan pembiayaan pada PPU. Meskipun
beragam, maka dalam rangka melakukan pembiayaan pada PPU di samping dapat
dilakukan dengan cara penyertaan secara langsung, juga dapat dilakukan dengan cara
modal oleh PMV pada PPU tidak dalam bentuk modal saham (equity), tapi dalam
bentuk obligasi konversi (convertible bond) atau partisipasi terbatas/bagi hasil (profit
sharing). Kedua bentuk penyertaan secara tidak langsung ini sudah tentu dalam
operasionalnya akan mempunyai konsekuensi yang berbeda satu sama lainnya, begitu
53
Ibid., hal. 33.
Obligasi merupakan salah satu jenis surat berharga alternatif yang dapat
dipilih para investor untuk melakukan investasi. Para investor ini tertarik untuk
membeli obligasi karena nilai bunga yang diberikan pada umumnya lebih tinggi dari
bunga deposito, atau jika bunganya rendah, mungkin tertarik karena kelebihan
lainnya, seperti dapat ditukarkan dengan saham (convertible) sehingga ada jenis
Obligasi konversi dapat dilakukan baik terhadap PPU yang telah berbadan
hukum maupun pada perusahaan dalam proses pendirian perseroan terbatas. Suatu hal
yang perlu diperhatikan dalam bentuk ini adalah harus tersedia saham porto folio
dalam jumlah yang cukup apabila obligasi konversi tersebut akan dikonversi menjadi
saham. Dalam bentuk ini apabila ada jaminan, maka sejak konversi dilakukan semua
jaminan atau beban yang melekat pada barang jaminan, seketika itu juga berakhir.
Setelah konversi dilakukan, kedudukan PMV dan para pesero PPU adalah sama
54
Ibid., hal. 34.
55
Munir Fuady II, op.cit, hal. 80.
Penyertaan modal dalam bentuk partisipasi terbatas atau bagi hasil digunakan
apabila dalam hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh PMV terhadap PPU, baik
dari segi finansial, manajemen, maupun dari segi hukum dianggap tidak tepat jika
Penyertaan modal dengan pola bagi hasil (profit sharing) merupakan bentuk
penyertaan oleh PMV yang didasarkan pada prinsip-prinsip bagi hasil dalam suatu
usaha bersama antara PMV dan PPU.57 Prinsip bagi hasil di dalam perjanjian modal
keuntungan (laba) yang diperoleh PPU sebelum atau sesudah pemberian dana yang
adalah bentuk penyertaan yang paling sering dipakai dalam pelaksanaan modal
ventura. Dipilihnya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil ini disebabkan oleh
latar belakang kondisi PPU yang umumnya merupakan merupakan usaha kecil dan
bentuk usahanya sebagian besar usaha perseorangan dan yang tidak berbadan hukum,
dan faktor keterbatasan dari PMV, baik dari segi kemampuan dana maupun dari segi
56
Sunaryo, op.cit, hal. 34.
57
Ibid., hal. 35.
58
Wawancara dengan Ibu Jumaliati, Kepala Bagian Legal dan SDM PT. Sarana Sumut
Ventura, di Medan, tanggal 16 Februari 2011, pukul 11.00 WIB.
PMV.59
penyertaan modal yang dibahas di dalam penelitian ini, sehingga perjanjian yang
dibahas kemudian di dalam penelitian ini adalah Perjanjian Pembiayaan dengan Pola
Bagi Hasil sebagai akibat dari dipilihnya bentuk penyertaan dengan pola bagi hasil
sebagai bentuk pelaksanaan investasi modal yang disepakati dari PMV kepada PPU.
mendasari Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil harus dibuat dalam bentuk
tertulis, dan agar dapat menjadi bukti yang sah dan mempunyai kekuatan hukum
disepakati oleh para pihak. Isi perjanjian merupakan ketentuan-ketentuan dan syarat-
syarat yang berisi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Dalam hal ini dicerminkan
perjanjian, hubungan apa yang terjadi di antara mereka dan sampai sejauh mana
59
Ibid.
60
Anggo Doyoharjo, Perusahaan Modal Ventura sebagai Mitra untuk Pengembangan Usaha
Kecil, http://unisri.ac.id/anggo/?p=5.html, diakses tanggal 2 Januari 2011.
UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris khususnya dalam Pasal 38 ayat 1
yang terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu awal akta, badan akta, dan akhir atau penutup
akta.
Dalam Pasal 38 ayat 2 UU No. 30 Tahun 2004 disebutkan bahwa awal akta
memuat:
a. Judul akta
b. Nomor akta
Awal akta di dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil juga memuat
Setelah bagian awal akta kemudian Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi
Hasil masuk ke dalam badan akta yang seperti disebut dalam Pasal 38 ayat 3 UU No.
mereka wakili.
c. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan.
Di bagian badan akta Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil antara
PT. Sarana Sumut Ventura dengan PPU pertama-tama termuat tentang identitas
lengkap penghadap seperti yang tercantum di dalam pasal tersebut di atas (lihat
Lampiran). Namun perlu diperhatikan bahwa penghadap harus memenuhi syarat yaitu
paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah, dan cakap
guna pembuatan akta dapat bertindak dalam beberapa kualitas yakni menghadap atau
bertindak untuk dirinya sendiri, untuk dan atas nama orang lain melalui lembaga
kuasa, dalam kedudukan, atau dalam jabatan selaku organ (alat perlengkapan) suatu
badan hukum.61
Isi akta Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil antara PT. Sarana
a. Bentuk pembiayaan
yang dibutuhkan oleh PPU, bentuk usaha PPU dan aspek usaha PPU.
61
M.U. Sembiring, Teknik Pembuatan Akta, Program Pascasarjana Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1997, hal. 30-34.
dengan Pola Bagi Hasil maka bentuk pembiayaan yang dipilih oleh para pihak
Jumlah dan tujuan dari penggunaan fasilitas dana yang diberikan oleh PMV
2) aspek keuangan
Jumlah dana yang diberikan oleh PMV kepada PPU diuraikan di dalam daftar
yang dibuat di bawah tangan yang bermaterai cukup yang ditandatangani oleh
PMV dan PPU, yang dilekatkan pada minuta akta Perjanjian Pembiayaan
dengan Pola Bagi Hasil dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
Perlu diingat bahwa penggunaan fasilitas dana ini harus sesuai dengan yang
menggunakan dana yang diberikan oleh PMV tidak sesuai dengan yang
bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 (sepuluh) tahun,
Imbalan jasa bagi hasil di dalam perjanjian pembiayaan ini ditetapkan oleh
PMV berdasarkan laba yang diperoleh oleh PPU dari aktivitas usahanya
(delapan belas koma satu sembilan persen). Besar imbalan jasa ini lebih tinggi
daripada bunga yang diberikan oleh bank yang sebesar 12-18 % (dua belas
sampai delapan belas persen). Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari adanya
peminjaman dana dari berbagai sumber oleh PT. Sarana Sumut Ventura yang
Imbalan jasa bagi hasil ini pada umumnya dibayar setiap bulan pada setiap
62
Wawancara dengan Ibu Jumaliati, op.cit.
63
Wawancara dengan Bapak Julfizar, Direktur PT. Sarana Sumut Ventura, di Medan, tanggal
4 April 2011, pukul 15.00 WIB.
penetapan perhitungan imbalan jasa bagi hasil yang harus dibayar oleh PPU.
terlambat diserahkan oleh PPU umumnya PMV dan PPU menetapkan untuk
tersebut dihitung dari jumlah fasilitas pembiayaan yang dibayar pada saat
Pembayaran imbalan jasa bagi hasil dan biaya administrasi dilakukan oleh
PPU melalui rekening yang telah disetujui antara PMV dan PPU.
e. Fasilitas dana
dengan cara mengembalikan dana setiap bulan yang dilakukan untuk pertama
kalinya pada bulan pertama sejak pencairan fasilitas pembiayaan pertama kali
sampai jumlah fasilitas dana yang diberikan oleh PMV lunas. Pengembalian
dana walaupun jangka waktu yang telah diperjanjikan belum berakhir. Hal ini
sebelum 1 (satu) tahun maka PPU akan dikenakan denda administrasi sebesar
Apabila PPU ingin menerima fasilitas dana dari PMV, PPU harus memenuhi
g. Sistem pembukuan
setiap akhir tahun buku juga harus dibuat neraca dan perhitungan laba/rugi
sah yang telah diberi kuasa oleh PPU dapat mengadakan pengawasan,
pembinaan dan pendampingan. Hal ini dilakukan apabila dianggap perlu oleh
PMV dan telah disepakati oleh PMV dan PPU. Pengawasan, pembinaan dan
perizinan, pengelolaan sumber daya manusia, proyeksi serta resiko lain yang
disepakati kedua belah pihak. Namun hal ini tidak terbatas pada bidang-
bidang yang telah disebut di atas, sepanjang disepakati dan diperjanjikan oleh
tersebut diperbolehkan.
cara menetapkan 1 (satu) orang atau lebih karyawan dalam PPU di bagian
keuangan atau bidang-bidang lain yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Dalam hal ini PPU harus memberi fasilitas sepenuhnya kepada PMV atau
i. Pelaporan
PPU wajib menyerahkan laporan keuangan, aliran kas (cash flow) dan laporan
perhitungan imbalan jasa bagi hasil untuk PMV. Pelaporan tersebut wajib
diserahkan kepada PMV secara berkala sedikitnya setiap 1 (satu) bulan sekali
j. Jaminan
Guna menjamin pembayaran kembali seluruh jumlah fasilitas dana yang telah
diberikan oleh PMV, PPU memberikan jaminan kepada PMV. Jaminan yang
diberikan kepada PMV ini disesuaikan dengan bentuk usaha PPU dan juga
k. Kesanggupan
yang cakap.
terhitung dan yang timbul serta wajib dibayar oleh PPU selama
yang berlaku pada PMV mengenai pemberian fasilitas dana baik yang saat
ini telah ada maupun yang kemudian hari dinyatakan berlaku, sejauh
PPU mengenai benar dan sahnya setiap hal yang berkaitan dengan proses dan
bahwa apabila terdapat hal, jaminan, ataupun keterangan serta dokumen yang
tidak benar diberikan oleh PPU dalam perjanjian dan juga apabila terdapat
gugatan atau tuntutan dari pihak manapun sehubungan dengan dibuat, ditanda
3) Atas permintaan tertulis dari PPU membayar kepada PMV segala kerugian
yang diderita oleh PMV sebagai akibat gugatan atau tuntutan tersebut.
m. Pembatasan-pembatasan
apa yang tidak boleh dilakukan oleh PPU tanpa sepengetahuan dan seizin
PMV.
n. Kelalaian
meliputi:
1) Pihak kedua lalai untuk membayar sesuatu jumlah uang yang wajib
dokumen lainnya yang diberikan oleh pihak kedua, pemberi jaminan atau
pasti atau tetap (surseance van betaling), atau karena alasan apapun juga
berlaku sehingga pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin sudah tidak
5) Harta benda pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin disita baik
6) Pihak kedua tidak memenuhi salah satu saja dari ketentuan atau syarat-
teguran juru sita atau surat-surat lainnya yang sama dengan itu dan ketentuan-
ketentuan dalam Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata yang menyebutkan
keputusan, ketetapan, izin atau kuasa dari pengadilan tidaklah diperlukan lagi
PMV.
Hak untuk meninjau kembali adalah hak yang dimiliki oleh PMV untuk
fasilitas pendanaan bagi usaha PPU ataupun apabila di kemudian hari terdapat
p. Ketentuan lain
1) Hal-hal yang belum diatur atau tidak cukup diatur dalam perjanjian akan
diatur lebih lanjut oleh kedua belah pihak secara musyawarah untuk
mencapai mufakat dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari dan hasilnya
2) Apabila satu atau lebih ketentuan yang dimuat dalam perjanjian tidak
berlaku, tidak sah atau tidak dapat dilaksanakan dalam hal apapun
wajib dilakukan secara tertulis dan dikirimkan pada pihak lain melalui
sebelumnya.
Domisili hukum merupakan tempat yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak yang menjadi tempat kedudukan para pihak dan sekaligus tempat untuk
Akhir atau penutup akta memuat (Pasal 38 ayat 4 UU No. 30 Tahun 2004)
c. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan dan
d. Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta
Setelah minuta akta selesai dibuat, notaris wajib membacakan isi dari minuta
akta tersebut. Hal ini bertujuan agar para pihak (para penghadap dan saksi-saksi)
mengerti akan isi akta. Selain itu pembacaan ini juga bertujuan agar minuta akta
tersebut mempunyai kekuatan sebagai akta otentik (Pasal 41 UU No. 30 Tahun 2004).
Kemudian minuta akta tersebut ditandatangani oleh para penghadap, saksi-saksi dan
notaris. Dengan ditandatanganinya akta tersebut, para pihak (para penghadap dan
saksi-saksi) dianggap telah menyetujui akta tersebut. Apabila ada kesalahan di dalam
Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil merupakan suatu perjanjian standar (baku) yang
dibuat dengan akta notaril. Perjanjian ini memiliki klausul-klausul yang telah
ditetapkan atau telah dibakukan sebelumnya oleh PT. Sarana Sumut Ventura,
sehingga PT. Sarana Sumut Ventura berperan sebagai pihak yang lebih kuat.
Di satu sisi, bentuk perjanjian ini sangat menguntungkan, jiika dilihat dari
berapa banyak waktu, tenaga dan biaya yang dapat dihemat. Akan tetapi di
sisi yang lain bentuk perjanjian seperti ini tentu saja menempatkan pihak yang
tidak ikut membuat klausul-klausul di dalam perjanjian itu sebagai pihak baik
langsung maupun tidak sebagai pihak yang dirugikan, yakni di satu sisi ia
sebagai salah satu pihak dalam perjanjian itu memiliki hak untuk memperoleh
kedudukan seimbang dalam menjalankan perjanjian tersebut, di sisi yang lain
ia harus menurut terhadap isi perjanjian yang disodorkan kepadanya.64
Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil, PT. Sarana Sumut Ventura telah
memaksakan PPU untuk menyetujui dan menaati isi perjanjian tersebut. Apabila PPU
tidak setuju dengan isi perjanjian maka perjanjian tidak akan terjadi. Hal inilah yang
merupakan karakteristik perjanjian standar (baku) dengan adanya sifat take it or leave
it.65
(delapan belas koma sembilan belas persen) per bulan. Jumlah modal dasar yang
dimiliki oleh PT. Sarana Sumut Ventura sendiri adalah sebesar Rp. 8.650.241.000,-
64
Sriwati, Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Baku, Yustika, Volume
III No. 2 Desember 2000, hal. 176, dalam Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan
Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 139.
65
Wawancara dengan PPU, di Medan, tanggal 20 April 2011, pukul 10.00 WIB.
usahanya perusahaan tersebut memerlukan sumber dana yang diperoleh dari pihak
perbankan yang akan dibahas pada bab berikutnya. Selain itu berbeda dengan bank
merugikan masyarakat tersebut. Faktor inilah yang mempengaruhi PT. Sarana Sumut
pengenaan imbalan jasa tersebut dibenarkan karena telah melewati persetujuan para
pihak dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut secara sadar oleh para pihak,
sehingga perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang yang harus dipatuhi oleh
para pihak (Pasal 1338 dan Pasal 1320 KUH Perdata). PPU pun menyadari hal
segala kewajiban yang tercantum di dalam perjanjian agar PPU tersebut dapat
dengan tujuan PT. Sarana Sumut Ventura yang bertujuan untuk membantu PPU yang
dalam hal ini adalah usaha mikro, kecil dan menengah. Akan tetapi yang tidak boleh
dikesampingkan adalah bahwa PT. Sarana Sumut Ventura juga adalah perusahaan
66
Wawancara dengan PPU, op.cit.
perusahaan tersebut memerlukan imbalan jasa yang nantinya akan menjadi fasilitas
dana kepada PPU yang lain. Jadi sebenarnya secara ekonomis imbalan jasa tersebut