Вы находитесь на странице: 1из 34

Percobaan Satu Faktor: Rancangan

Bujur Sangkar Latin (Latin Square


Design)

Arum H. Primandari, M.Sc.


Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)

• Pada kondisi-kondisi tertentu, keheterogenan unit


percobaan tidak bisa dikendalikan hanya dengan
satu sisi keragaman unit-unit percobaan.

• Salah satu yang mampu mengendalikan


keragaman lebih dari satu adalah RBSL.

• RAKL hanya mengendalikan keragaman dari satu


arah, sementara RBSL mengendalikan keragaman
dari dua arah (baris dan kolom)
Kelebihan dan Kekurangan
• Kelebihan:
– mampu mengendalikan komponen keragaman unit – unit
percobaan dari dua arah (arah baris dan arah kolom).

• Kekurangan:
– persyaratan RSBL sering dianggap kekurangan, yaitu bahwa
jumlah ulangan harus sama dengan jumlah perlakuan.
– Untuk jumlah perlakuan yang lebih kecil dari 4 akan
mengakibatkan jumlah db galat percobaan menjadi sangat kecil
dengan konsekuensi bahwa galat percobaan akan menjadi besar.
– Akibat dari dua kekurangan sebelumnya, RBSL hanya digunakan
untuk percobaan yang menggunakan 4 – 8 perlakuan.
Syarat RBSL
• Jumlah perlakuan = jumlah baris = jumlah kolom

• Pengacakan, setiap perlakuan harus muncul sekali di


setiap baris dan sekali di setiap kolom
Pengacakan dan Denah Rancangan
• Kasus: suatu penelitian melibatkan 4 perlakuan (A, B, C, D)
dimana penempatan perlakuan diacak berdasar posisi baris
dan kolom.

• Oleh karena Jumlah perlakuan = jumlah baris = jumlah kolom,


maka banyak unit percobaan adalah 4 x 4 = 16.

• Penempatan perlakuan harus memperhatikan aturan: setiap


perlakuan hanya muncul sekali pada arah baris dan sekali
pada arah kolom.
• Cara pengacakannya yaitu:
1. Tempatkan perlakuan pada arah diagonal secara acak.

1 A C D B
2 B A C D
3 D B A C
4 C D B A
1 2 3 4
2. Acaklah penempatan baris 3. Acaklah penempatan kolom

3 D B A C 3 B C D A
2 B A C D 2 A D B C
4 C D B A 4 D A C B
1 A C D B 1 C B A D
1 2 3 4 2 4 1 3

Bagan percobaan
akhir
Tabulasi Data
Model Linier
• Model linier untuk RBSL:
i, j,k  1,2,...,r
Yijk    i   j  k  ijk
ij  N 0, 2 
iid

dimana:
Yijk: nilai pengamatan pada perlakuan ke-k dalam baris ke-i
dan kolom ke-j
μ: rataan umum
αi: pengaruh baris ke-i
βj: pengaruh kolom ke-j
τk: pengaruh perlakuan ke-k
εijk: pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-k pada baris
ke-i dan kolom ke-j
Asumsi
• Asumsi untuk model tetap
t r t
 
iiid
 i  j k
 
i1
0,   0, 
j1
 0 dan  ijk
i1
 N 0,  2

• Asumsi untuk model acak

i  N 0,   , j  N 0,   , k  N 0,   dan   
iid iid iid iiid
2

2

2
 ijk  N 0, 2
Hipotesis Model Tetap
• Hipotesis pengaruh perlakuan
H0 : 1  2  ...  r  0 Perlakuan tidak berpengaruh terhadap
respon yang diamati
H1 : k  0,(k  1,2,...,r)

• Hipotesis pengaruh baris


H0 : 1   2  ...  r  0
H1 : i  0,(i  1,2,...,r)

• Hipotesis pengaruh kolom


H0 : 1  2  ...  r  0
H1 :  j  0,( j  1,2,...,r)
Hipotesis Model Acak
• Hipotesis pengaruh perlakuan
H0 : 2  0
H1 : 2  0

• Hipotesis pengaruh baris


H0 : 2  0
H1 : 2  0

• Hipotesis pengaruh kolom


H0 : 2  0
H1 : 2  0
Perhitungan
2
Y
FK  2
r
r r r
JKT   Yijk2  FK
i1 j1 k 1
r
Yi2
JKB    FK
i1 r
r Y2j
JKK    FK
j1 r
r
Y2k
JKP    FK
k 1 r

JKG  JKT  JKB  JKK  JKP


Tabel Analisis Variansi
SV db JK KT F-hitung
Perlakuan r–1 JKP KTP KTP/KTG
Baris r–1 JKB KTB KTB/KTG
Kolom r–1 JKK KTK KTK/KTG
Galat (r – 1)(r – 2) JKG KTG
Total r2 – 1 JKT

Uji Hipotesis, maka kriteria keputusan :


H0 ditolak jika:
Fhitung  F ,r1,(r1)(r2)
Efisiensi Relatif (ER) dari RBSL
• Tingkat efisiensi RBSL terhadap RAK:
 db  1   dbb  3  
ˆ b2
ER   2
 db  3  dbb  1 ˆ 
dimana dbl: derajat bebas galat dari RBSL, dbb: derajat bebas
galat dari RAK, ragam galat dari RBSL dan RAK:
ˆ l2  KTG
r  1KTK   r  1  r  1r  2  KTG
ˆ2

r r  1
b

• Misal ER = 5 berarti agar sensifitas RAK sama dengan RBSL


maka ulangan dalam RAK sebanyak 5 kali dari banyak kolom
yang digunakan RBSL
Efisiensi RBSL terhadap RAK
• Efisiensi RBSL terhadap RAK terdapat 2 ukuran:
1. Memperlakukan baris sebagai kelompok
• Dugaan KTG (RAK):
 fcKTK   ft  fe KTG
KTG(RAK) 
fc  ft  fe

dengan:
KTK dan KTG adalah kuadrat tengah kolom dan kuadrat
tengah galat dari RBSL;
fc, ft, fe berturut-turut adalah derajat bebas untuk kolom,
perlakuan, dan galat dari RBSL.
2. Memperlakukan kolom sebagai kelompok
• Dugaan KTG (RAK) adalah:

 frKTB   ft  fe KTG
KTG(RAK) 
fr  ft  fe
dengan:
KTB dan KTG adalah kuadrat tengah baris dan kuadrat
tengah galat dari RBSL;
fr, ft, fe berturut-turut adalah derajat bebas untuk baris,
perlakuan, dan galat dari RBSL.
• dengan demikian, ER(RBSL terhadap RAK) dihitung
berdasarkan formula:
 
f1  1 f2  3KTG(RAK)
ER(RBSL terhadap RAK) 
 f2  1 f1  3KTG(RBSL)
dengan:
f1 dalah db galat untuk RBSL dan f2 adalah db galat untuk RAK.
Data Hilang dalam RBSL
• Pendugaan data hilang:
r B  K  P   2G
Y
r  1r  2 
• dengan:
r: banyaknya perlakuan.
B: total nilai pengamatan dari baris yang mengandung data hilang.
K: total nilai pengamatan dari kolom yang mengandung data hilang.
P: total nilai pengamatan dari perlakuan yang mengandung data
hilang.
G: total seluruh pengamatan
• Jumlah kuadrat perlakuan melalui analisis ragam akan berbias
ke atas dengan besar bias:

G  B  K  r  1P
2

Bias 
r  1r  2 
2
Latihan
Pengulangan dari RBSL
• Salah satu kelemahan RBL berukuran kecil adalah bahwa
rancangan itu hanya memiliki derajat bebas yang kecil,
konsekuensinya tingkat ketelitian akan rendah.

• Misalkan: untuk RBSL 3×3 hanya memiliki db: (3-1)(3-2)=2

• Oleh karena itu, apabila kita menggunakan RBSL dalam


ukuran kecil, sering dipertimbangkan untuk mengulang RBSL
tersebut sehingga diperoleh db galat yang besar.
• Contoh:
Kita melakukan percobaan pemberian makanan jenis A, B, dan
C pada sapi. Dalam percobaan, kita menggunakan RBSL
ukuran 3×3, dengan menyiapkan 3 ekor sapi untuk dicobakan
secara bergantian selama 3 periode waktu.

Misalkan denah percobaannya adalah:

1 A B C Untuk meningkatkan db galat,


Periode

2 B C A maka kita mengulang percobaan


3 C A B dengan RBL 3×3 itu sebanyak n
1 2 3 kali, katakanlah sebanyak 3 atau 4
Sapi kali.
Sapi
Periode
1 2 3
1 A B C
2 B C A RBSL ukuran 3×3
3 C A B

4 B C A
5 A B C RBSL ukuran 3×3
6 C A B

7 C A B
8 A B C RBSL ukuran 3×3
9 B C A

10 A B C
11 B C A RBSL ukuran 3×3
12 C A B
• Derajat bebas dari 4 buah RBSL 3×3:
SV db
Baris/ Periode dalam RBSL
nr – 1 = (4)(3) – 1 = 11
(Ulangan)
Kolom (sapi) r–1=3–1=2
Perlakuan (makanan) r–1=3–1=2
Galat (r – 1)(nr – 2) = (2)(10) = 20
Total nr2 – 1 = 35
Perhitungan
2
Y
FK  2
nr
r r r r
JKT   Yijkl
2
 FK
i1 j1 k 1 l 1

1 r 2
JK(RBSL)  JK(ulangan)  2  Yl  FK
r l1
Yi2l 1 r 2
r r
JKB(RBSL)    2  Y l
i1 l1 r r l1
r Y2j
JKK    FK
j1 nr
r
Y2k 
JKP    FK
k 1 nr

JKG  JKT  JK(RBSL)  JKB(RBSL)  JKK  JKP


Tabel Anava

SV db JK KT F
Baris/ Periode nr – 1 JK(RBSL) + JKB(RBSL) KTB
Kolom r–1 JKK KTK
Perlakuan r–1 JKP KTP KTP/KTG
Galat (r – 1)(nr – 2) JKG KTG
Total nr2 – 1 JKT
Rancangan Beralih (Cross-Over
Design)
Cross-Over Design
• Digunakan dalam percobaan yang menggunakan rotasi dengan
panjang periode tetap (panjang periode ditentukan oleh peneliti).

• Pengaruh bawaan dari perlakuan terdahulu akan mempengaruhi


pengukuran dari pengaruh perlakuan sekarang.

• Pengaruh bawaan dapat diatasi melalui pemilihan rancangan


percobaan yang sesuai atau melalui penyisipan suatu periode
istirahat di antara periode-periode perlakuan.

• Periode istirahat merupakan suatu periode waktu tanpa


pengamatan pada perlakuan sekarang atau suatu periode tanpa
perlakuan.

• Pada dasarnya rancangan beralih merupakan kombinasi antara RBSL


dan RAK
• Contoh:
Misalkan kita memiliki 2 perlakuan:
– A: pemberian makanan tambahan
– B: tanpa pemberian makanan tambahan
Perlakuan A dan B akan dicobakan pada 8 ekor sapi. Setiap ekor sapi
akan menerima 2 perlakuan A dan B dalam periode 1 dan 2.

Perlakuan A dan B diberikan secara acak, dengan pembatasan


separuh sapi mendapat perlakuan A dan separuhnya lagi mendapat
perlakuan B dalam periode 1.

Selanjutnya, sapi-sapi yang mendapat perlakuan A pada periode 1


akan beralih mendapat perlakuan B pada periode 2, vise-versa.
Denah Percobaan
Sapi atau Ulangan
Baris 1 2 3 4 5 6 7 8
Periode 1 B A B A A B B A
Periode 2 A B A B B A A B

Jika percobaan yang sama dilakukan dengan menggunakan RBSL,


maka kita perlu menggunakan RBSL ukuran 2×2 diulang sebanyak
4 kali.
Sapi atau Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 B A B A A B B A
2 A B A B B A A B
RBSL 1 RBSL 2 RBSL 3 RBSL 4
Perhitungan
2
Y
FK  • dengan:
bk
b k b: banyak baris
JKT   Yij2  FK k: banyak kolom
i1 j1
b
Yi2
JKB    FK
i1 b
k Y2j
JKK    FK
j1 k
r
Y2k
JKP    FK
k 1 r

JKG  JKT  JKB  JKK  JKP


Tabel Anava

SV db JK KT F
Baris/ Periode b–1 JKB KTB
Kolom k–1 JKK KTK
Perlakuan t–1 JKP KTP KTP/KTG
Galat * JKG KTG
Total bk – 1 JKT

* db galat: db total – db baris – db kolom – db perlakuan


Referensi

• Gaspersz, Vincent, 1991, Teknik Analisis Dalam Penelitian


Percobaan, Tarsito, Bandung.

• Mattjik, Ahmad Anshori., dan Sumertajaya, Made I,


Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab, IPB
Press, Bandung.

• Montgomery, Douglas C., 2001, Design and Analysis of


Experiments 5th Ed, John Wiley & Sons, Inc., USA.

Вам также может понравиться