Вы находитесь на странице: 1из 37

BAB IV

HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. KOMPONEN YANG TERDAPAT PADA PLTA


SIPANSIHAPORAS

Komponen-komponen yang terdapat di PLTA Sipansihaporas antara lain :


bendungan (dam site),head race tunnel,peredam air,penstock,MIV (main inlet
valve),baypass valve,turbin,tail race,generator,trafo beserta komponen bantu
seperti : governoor,kompresor,DEG (diesel emergency generator),CWS (cooling
water system).Untuk lebih jelasnya di uraikan dibawah ini.

1. KOMPONEN UTAMA
a. BENDUNGAN (DAM)

Gambar 4.1 Bendungan (damsite) di PLTA SIPANSIHAPORAS

Berfungsi untuk membendung sungai sehingga terbentuk waduk. Dimana sumber


air yang di bendung adalah berasal dar 3 aliran sungai yaitu : sungai Aek
Paramaan , Natolbak dan Bargot. Dam Site terletak pada elevasi 239 meter dari

26
atas permukaan laut. yang berfungsi sebagai regulator untuk pasokan air ke PLTA
PS1, dan air buangan dari PS 1 digunakan untuk operasi di PS2.

Ada beberapa komponen penting di damsite yang fungsinya berpengaruh pada


pengoprasian yang lainnya. Antara lain :

1) Trash rack / saringan, saringan ini di pasang di depan


intake (pintu pengambilan air) yang berguna untuk menyaring
kotoran-kotoran / sampah yang ikut bersama air. Jika air bersih maka
tidak akan mengganggu operasi mesin.

Gambar 4.2 trash rack

2) Intake Gate berfungsi, pintu masuk air dan bila perlu dapat
ditutup rapat untuk mencegah air masuk turbin misalkan pada waktu
turbin perlu diinspeksi atau direparasi.

3) Spill way ( pelimpah ) berfungsi melimpahkan air apabila


tinggi permukaan air waduk melampaui batas maksimum (kondisi
banjir). Ada 4 gate yang masing-masing gatenya setinggi 8 m.

27
Gambar 4.3 spill way gate

Gambar 4.4 Motor penggerak Spill Way Gate

4) Scour gate berfungsi untuk menguras air ataupun pasir,


yang terperangkap sebelum ke gate utama.

28
b. HEAD RACE TUNNEL
Head race tunnel merupakan teowongan yang fungsinya untuk
mengalirkan air dari damsite ke power station 1 dan dari power station (ps)
1 ke power station (ps) 2
Dimana panjangnya adalah 4,4 Km. 1,8 meter jarak atau panjang dari
damsite ke PS 1. Dan 2,6 Km jarak atau panjang dari PS 1 ke PS 2 .

c. PEREDAM AIR
Ada 2 tipe peredam air yang fungsinya sama yaitu sebagai peredaam
pukulan air (water hammer). Cara kerjanya, ketika guide vane ditutup
secara tiba-tiba, maka akan timbul tekanan air yang sangat besar. Bila
tidak ada peredam air, maka penstok atau peralatan yang lainnya tidak akan
kuat menahan kuatnya tekanan air yang ada. Disitulah tugas peredam air,
air akan kembali naik ke atas jadi tekanan yang terjadi tidak akan terlalu
besar. 2 tipe peredam air yang ada di PLTA SIPANSIHAPORAS adalah :

a) Surge Tank (Terletak di Power station 1)


Bentuknya seperti tabung ( sumur yang panjang ke atas)

Gambar 4.5 Surge Tank

29
b) Head Tank, terletak di power station 2, bentuknya seperti kolam.
Dimana selain berfungsi sebagai peredam/ penenang air, fungsi
lainnya adalah sebagai tempat penangkap pasir sebelum air masuk
ke penstock

Gambar 4.6 Head Tank

d. PENSTOCK ( PIPA PESAT )


Saluran pipa pesat berfungsi sebagai pipa penyalur air dari surge tank ataupun
head tank langsung ke rumah siput (spiral case) turbin.Penstock biasanya terbuat
dari pipa besi, baja atau beton. Pada power station 2 memiliki spill way pipe dan
pipa pesat ( penstock ). Fungsi dari spill way pipe sendiri adalah pada saat head
tank melebihi level maksimum air maka air akan di salurkan ke spill way pipe
menuju sungai melalui scour gate.

30
Gambar 4.7 Penstock di PS 1 ( kiri ) dan penstock di PS 2 ( kanan )

e. MIV ( MAIN INLET VALVE )


Main inlet valve berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi
kinetik. Main inlet valve terbuka secara otomatis ketika PLTA Sipansihaporas
akan beroperasi. MIV dipasang pada ujung bawah pipa pesat sebelum masuk ke
seksi turbin. ( Hanya terdapat di PS 1 )

Gambar 4.8 Main Inlet valve

31
f. BYPASS VALVE
Bypass valve berfungsi untuk menyalurkan air ke spiral case sampai penuh
sebelum inlet valve dibuka. Gunanya ialah agar tekanan sebelum dan sesudah
inlet valve sama dan untuk mengurangi kavitasi pada turbin. Salah satu perbedaan
power station 1 dan 2 PLTA Sipansihaporas adalah bypass valve. Pada unit 2
tidak dipasang bypass valve.

g. TURBIN AIR
Turbin air adalah alat yang mengubah energi potensial air menjadi energi
mekanik. Turbin yang digunakan di PLTA Sipansihaporas adalah Turbin
Francis poros tegak dimana kapasitas daya terpasang pada unit 1 PLTA
Sipansihaporas adalah 33 MW dengan putaran 429 rpm. Sedangkan pada unit 2
yaitu 17 MW putaran 375 rpm. Turbin merupakan peralatan yang tersusun dan
terdiri dari beberapa peralatan suplai air masuk turbin, diantaranya, yaitu :
a) Runner adalah roda turbin yang di dalamnya terdapat sudu – sudu jalan
yang berfungsi merubah energi kinetik menjadi energi mekanik berupa
putaran poros turbin.
b) Guide vane berfungsi mengatur banyak sedikitnya debit air yang masuk ke
runner yang digerakkan oleh servomotor.
c) Spiral cashing ( rumah turbin ), yang berfungsi menyalurkan air secara
merata sekeliling runner ( meratakan tekanan ).
d) Stay vane ( sudu tetap ) berfungsi untuk membentuk arah air yang akan
masuk ke runner.

Gambar 4.9 Stay Vane

32
e) Pipa isap ( draft tube ) berfungsi memperlambat menghantar air yang
keluar dari runner, dan berarti mengurangi kerugian turbin.
f) Poros, berfungsi meneruskan daya turbin ke generator.

Gambar 4.10. Poros Turbin dikopling dengan poros generator.


g) Bearing ( bantalan ), berfungsi untuk menahan vibrasi dan sebagai penahan
h) poros. Gambar dibawah ialah gambar ruang turbin pada PLTA
Sipansihaporas.

Gambar 4.11 Ruang Turbin PLTA Sipansihaporas

33
h. TAIL RACE
Tail Race Adalah pipa pembuangan air yang berasal dari draft tube. Pada
tail race unit 1 dipasang lagi intake gate untuk ke unit 2 dan head race tunnel
sehingga air pada pembuangan di tail race unit 1 dimanfaatkan kembali untuk
pengoperasian unit 2.

Gambar 4.12. Tail race Unit 1

i. GENERATOR
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari
sumber energi mekanis. Generator terdiri dari dua bagian, yaitu rotor dan stator.
Generator listrik yang digunakan di PLTA Sipansihaporas unit 1 dan 2 adalah
generator sinkron 3 phasa. Untuk proses sinkron, tegangan yang dihasilkan oleh
generator haruslah sama dengan tegangan line. PLTA Sipansihaporas di desain
sinkron pada tegangan 11 kV, artinya untuk dapat sinkron tegangan generator
harus sama dengan tegangan line yaitu 11 kV. Selain itu harus mempunyai urutan
phase yang sama, mempunyai frekuensi kerja yang sama, mempunyai sudut phase
yang sama.

34
Berikut data name plate di generator PS 1 DAN PS 2
Power station 1 Power station 2

Out put 39.000 Kva 20.000 kVA


Voltage 11 Kv 11 Kv
Amphere 2047 A 1050 A
Speed 429 RPM 375 RPM
Frekuensi 50 Hz 50 Hz
Cos θ 0,85 0,85
Pole’s 14 16
Excitation 160 Volt 90 Volt
Field Volt 807 A 685 A

Gambar 4.13. Generator

35
j. TRANSFORMATOR (TRAFO)
Transformator adalah alat yang digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan tegangan listrik. Transformator yang digunakan pada unit 1 dan 2
PLTA Sipansihaporas adalah transformator jenis 3 phasa dengan kapasitas
ouput 1 x 39 MVA (unit 1) dan 1x 20 MVA (di unit 2). Dari daya yang dikirim
oleh poros turbin ke generator sehingga menghasilkan energi listrik 11kV.
Beasar tegangan ylistrik yang dihasilkan tidak cukup untuk menghantarkan
energi listrik dikarenakan pasti ada rugi-rugi di sepanjang kawat penghantar.
Maka dari itu transformator step up akan bekerja pada saat PLTA beroperasi
transformator akan menaikkan tegangan dari 11 kV menjadi 150 Kv.

2. KOMPONEN BANTU

a. GOVERNOR
Fungsi governor pada PLTA Sipansihaporas adalah untuk mengatur
kecepatan putaran turbin pada putaran nominalnya untuk beban yang
bervariasi, sehingga putaran turbin akan tetap terjaga konstan sesuai dengan
yang diinginkan.

Gambar 4.14 Governor

36
b. KOMPRESOR
PLTA Sipansihaporas memiliki kompresor yang digunakan untuk
menyalurkan udara bertekanan ke main air tank. Kompresor yang
digunakan PLTA Sipansihaporas ialah kompresor tiga tingkat.
PLTA Sipansihaporas menggunakan kompresor udara bertingkat untuk
menghasilkan tekanan udara yang lebih tinggi.

Gambar 4.15 Kompresor yang terdapat di PLTA Sipansihaporas

c. MAIN AIR TANK

Main air tank menyalurkan udara bertekanan kepada brake air tank dan
pressure oil tank. Pressure oli tank berisi udara bertekanan dan oli dimana
perbandingan nya ialah 2 : 1. Udara bertekanan maksimum 100 liter dan oli 50
liter.

Gambar 4.16. Main Air Tank

37
d. DEG ( DIESEL EMERGENCY GENERATOR)
Merupakan sumber tenaga listrik apabila terjadi black hole pemadaman
listrik menyeluruh atau bila tidak ada sumber atau pasokan listrik yang
masuk ke PLTA maka DEG lah yang menjadi alat Pertolongan pertama
hingga pasokan istrik dari PLN ada.

Gambar 4.17. DEG di sipansihaporas

e. COOLING WATER SYSTEM


Merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mendinginkan
air. Dimana air yang telah di dinginkan digunakan untuk mendinginkan
oli di peralatan yang memerlukan suhu yang stabil seperti uper bearing,
air cooler,trash and lower bearing dan turbin bearing yang akan di
bahas di pembahasan selanjutnya. ( oli sebagai pendingin peralaatan
mekanik )

38
Gambar 4.18. Peralatan Cooling Water System

f. SWITCHYARD
Switchyard ialah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat
peralatan komponen gardu induk.

Gambar 4.19. Switchyard Power Station 1 Sipansihaporas.

39
g. KABEL TRANSMISI DAN JALUR TRANSMISI

Kabel transmisi PLTA Sipansihaporas ini terbuat dari konduktor ACSR 240
mm2 dengan tegangan 150 kV. Dan jalur transmisi, berfungsi menyalurkan energi
listrik dari GI pembangkit ke GI distribusi.

Gambar 4.20. Kabel Transmisi

40
B. Pola Pengoperasian PLTA Sipansihaporas

PLTA Sipansihaporas merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Air dari dua


Power Station, nomor 1 terletak di upstrem merupakan Pembangkit Listrik
Tenaga Air tipe kolam ( pondage ) dengan konstruksi regulating dam dari
pertemuan tiga anak sungai yaitu :
 Aek Paramaan
 Aek Natolbak
 Aek Bargot

Power Station nomor 2 terletak di downstrem merupakan Pembangkit Listrik


Tenaga Air tipe Run of River, mengambil aliran air dari dari Power station nomor
1. Berikut adalah pandanngan perspektif unit PLTA Sipansihaporas.

Gambar 4.21 Pandangan Perspektif Unit PLTA Sipansihaporas

Dalam menghasilkan energi listrik mula – mula aliran sungai dengan jumlah
debit air sedemikian besar ditampung dalam dam ( bendungan ), yang berasal dari
tiga anak sungai yaitu Aek Natolbak, Paramaan dan Aek Bargot. Air tersebut
dialirkan melalui saringan power intake kemudian dialirkan ke head race tunnel
untuk dialirkan ke dalam penstock ( pipa pesat ). Diantara head race tunnel dan

41
penstock terdapat surge tank / head tank untuk meredam tekanan tiba – tiba saat
guide vane tertutup. Kemudian air mengalir ke penstock , untuk mengubah energi
potensial menjadi energi kinetik, pada ujung pipa dipasang katup utama ( Main
Inlet Valve ).

Gambar 4.22 Regulating Damsite PLTA Sipansihaporas

Untuk mengalirkan air ke turbin, katup utama akan ditutup secara otomatis
apabila terjadi gangguan atau dilakukan perbaikan / pemeliharaan turbin. Air yang
telah mempunyai tekanan dan kecepatan tinggi ( energi kinetik ) dirubah menjadi
energi mekanik dengan dialirkan melalui sudu tetap akan mendorong sudu jalan /
runner yang terpasang pada turbin.
Pada turbin, gaya jatuh air yang mendorong baling – baling menyebabkan turbin
berputar dan selanjutnya merubah energi kinetik yang disebabkan gaya jatuh air
menjadi energi mekanik.
Shaft turbin dikopling dengan shaft generator sehingga ketika turbin berputar
maka generator ikut berputar. Generator selanjutnya merubah energi mekanik dari
turbin menajdi energi listrik.

42
Gambar 4.23 Kopling Shaft Turbin Dan Shaft Generator.

Listrik pada generator terjadi sesuai hukum faraday yang menyatakan bahwa
suatu kumparan tembaga yang diberi inti besi digerakkan ( diputar ) didalam
sebuah medan magnet sehingga memotong garis gaya magnet maka pada ujung-
ujung kumparan tembaga tersebut akan timbul ggl ( gaya gerak listrik ). Lalu air
keluar melalui tail race dan selanjutnya kembali ke sungai

Gambar 4.24. Tail Race

43
Tenaga listrik yang dihasilkan generator masih rendah, maka dari itu
tegangan tersebut terlebih dahulu dinaikkan dengan trafo utama PLTA
Sipansihaporas.

Gambar 4.25 Gardu induk PLTA Sipansihaporas unit 1

Untuk efisiensi penyaluran energi dari pembangkit ke pusat beban, tegangan


tinggi tersebut kemudian diatur / dibagi di switch yard. Dan selanjutnya
disalurkan / interkoneksi ke sistem tenaga listrik melalui kawat saluran tegangan
tinggi, dan kemudian listrik dapat disalurkan. Begitu juga dengan pola operasi
unit 2 pada PLTA Sipansihaporas, pengoperasian unit 2 dilakukan dengan
mengambil aliran air dari Power Station 1.

44
C. PEMBAHASAN MENGENAI COOLING WATER SYSTEM
DI POWER STATION 2

Cooling Water System adalah suatu sistem pendingin yang


menggunakan media air sebagai alat pendinginnya. Air pendingin ini berfungsi
untuk mendinginkan media pendingin lain yaitu oli.

1. KOMPONEN-KOMPONEN PADA COOLING WATER


SYSTEM (CWS)

a. KOMPONEN UTAMA
a) POMPA
Pompa merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memindahkan
fluida dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah
atau sebaliknya. Pompa digerakkan oleh motor. Pompa beroperasi dengan
prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction) dengan
bagian keluar (discharge). Dengan kata lain, pompa berfungsi mengubah
tekanan mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi tenaga kinetis
(kecepatan). Dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan air dan mengatasi
hambatan yang ada sepanjang pengaliran. Pada sistem pendingin ( CWS ) di
PLTA Sipansihaporas terdapat 4 buah pompa yang bekerja (beroprasi) yaitu 2
buah pompa untuk Primary Pump dan 2 buah pompa untuk Secundary Pump.

 Primary Pump

Primary pump berfungsi untuk mengalirkan air ke strainer (penyaring),
dimana air yang dipompapan oleh primary pump berasal dari Draftube. Lalu air
yang telah di saring dilanjutkan ke heat exchanger untuk mendinginkan air
dari secondary pump yang juga masuk ke HE, kemudian selah air primery
pump melewati HE, air ini kembali dibuang ke draft tube.

45
Gambar 4.26 (a) Pompa Primery dan inletnya

Gambar 4.26 (b) instrument pada Pompa Primery

46

 Secondary Pump

Secondary pump berfungsi untuk mengalirkan air ke upper guide
bearing, thrust guide bearing, lower guide bearing, turbin guide bearing dan
air cooler. Dimana air ini berfungsi untuk mendinginkan oli yang berada di
upper guide bearing, thrust guide bearing, lower guide bearing, turbin guide
bearing dan air cooler. Lalu setelah itu air akan masuk heat exchanger. Air
yang keluar dari upper guide bearing, thrust guide bearing, lower guide
bearing, turbin guide bearing dan air cooler adalah air yang panas jadi
tujuannya masuk ke HE adalah supaya air ini didinginkan di HE karena air
yang didinginkan ini akan di sirkulasikan kembali untuk mendinginkan upper
guide bearing, thrust guide bearing, lower guide bearing, turbin guide bearing
dan air cooler .

Gambar 4.27 pompa secundary

47
b) Head Exchanger (HE)

Alat penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari
suatu fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang
berkaitan dengan pemrosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat
penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi
atau operasi. Jenis atau tipe alat penukar kalor yang dipakai di PLTA
SIPANSIHAPORAS adalah jenis plate heat exchanger.

Plat penukar panas (PHE) adalah desain khusus cocok untuk


mentransfer panas antara cairan menengah dan tekanan rendah. Dilas, semi-
dilas dan penukar panas dibrazing digunakan untuk pertukaran panas antara
cairan bertekanan tinggi atau di mana produk yang lebih kompak diperlukan.

Untuk konstruksi heat exchanger tipe plat, dapat ditunjukan pada gambar
dibawah;

Gambar 4.28 animasi kontruksi HE tipe Plate

Penukar kalor tipe pelat merupakan penukar kalor yang sangat kompak karena
memiliki kekompakan yang sangat tinggi. Penukar kalor jenis ini terdiri dari
pelat-pelat yang sudah dibentuk dan ditumpuk-tumpuk sedemikian rupa sehingga
alur aliran untuk suatu fluida akan terpisahkan oleh pelat itu sendiri terhadap
aliran fluida satunya serta dipisahkan dengan gasket. Jadi kedua fluida yang saling
dipertukarkan energinya tidak saling bercampur.

Plate Heat Exchanger adalah suatu tipe HE yang menggunakan plat sebagai
tempat perpindahan panas diantara dua fluda. Suatu gasket dari suatu Plate Heat
Exchanger berfungsi untuk menghindari bercampurnya fluida panas dengan fluida
dingin . gasket diapit diantara pelat dan menyegel pelat disekeliling tepi pelat

48
tersebut. Plat dari HE ini noramalnya mempunyai ketebalan berkisar 0.5 hingga 3
mm. Jumlah dari pada plate yang ada di HE sipansihaporas adalah 259 untuk HE
di unit 1 dan 133 untuk HE di unit 2

Gambar 4.29 Heat Exchanger

c) Air Cooler

Air cooler merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendinginkan suhu
udara pada generator agar panas pada generator bisa berkurang ataupun stabil
dan konstan (tetap). Ada 9 buah Air Coller di PLTA Sioansihaporas dimana 5
buah terdapat di Unit satu dengan kapasitas generator yang didinginkan dan
ada 4 buah di Unit 2 dengan kapasitas generator yang didinginkan adalah
20MW.

49
Gambar 4.30 Air Cooler

 Konstruksi Aircooler

Air Coller terbagi atas beberapa bagian, yaitu casing, bagian water
chamber. Bagian penyusun dari susunan pipa adalah sirip pipa, sisi plat, dan
bagian lainnya. Bagian akhir yang diperluas dari pipa, dengan syarat harus kuat
dan ketat.

 Penyimpanan

Ketika air cooler tidak digunakan dengan segera, atau ketika coller di
simpan untuk waktu yang lama, diperlukan perhatian khusus untuk air cooler.

b. Komponen Bantu

a) Strainer

Strainer (saringan) berfungsi sebagai alat penyaring kotoran, yang


bekerja berdasarkan perbedaan tekanan dan waktu (Timer). Jika tekanan
rendah, kerja air yang mengalir dari primary pump ke heat exchanger tidak
akan maksimal. Air di pipa akan lebih sedikit karena tekanan lebih kecil. Pada
saat unit beroperasi, strainer bekerja jika terjadi differensial pressure
(perbedaan tekanan). Namun pada saat unit stand by, strainer bekerja
berdasarkan settingan waktu (timmer).

50
Gambar 4.31 Strainer

b) Secondary Water Tank

Merupakan tabung (tank) tempat air yang digunakan untuk memompakan air di
pompa secondary pump untuk digunakan memompakan air ke Heat Exchanger.
Di sipan 2 air inilah yang selalu digunakan dalam proses pendinginan dari
pompa secondary.

Gambar 4.32 secundary water tank

51
2. SIKLUS DAN CARA KERJA COOLING WATER
SYSTEM

a. Siklus yang terjadi pada CWS

Gambar 4.33 Skema Sistem Pendingin Plta Sipansihaporas Unit 2

Ada 2 siklus yang terjadi pada Colling Water System (sistem


pendingin) pada unit 2 yaitu :

1) Siklus Terbuka

Siklus terbuka pada sistem air pendingin PLTA Sipansihaporas merupakan

siklus yang mana fluida pendingin tidak kembali masuk ke dalam siklus
melainkan langsung di buang keluar siklus. Hal ini terlihat pada aliran primary
cooling water, sumber air pada aliran primary cooling waterdiambil dari draft
tube, selanjutnya dipompakan oleh primary cooling water pump menuju
strainer, keluaran dari strainer akan dialirkan menuju heat exchanger, setelah
melalui heat exchanger, air akan dibuang menuju draft tube. Siklus terbuka
tersebut akan terus berlangsung selama unit beroperasi.

52
2) Siklus Tertutup

Cooling Water Sytem yang ada di PLTA Sipansihaporas merupakan siklus


aliran tertutup ( Close Cooling Water System ) dimana air yang telah didinginkan
di Heat Exchanger di tampung di Secondary Water Supply Tank yang kemudian
dipompakan ke bearing turbin dan generator, dimana didalam bearing turbin dan
generator tersebut terdapat Alat Penukar Kalor yang berupa spiral. Jumlah aliran
massa air yang di pompakan sebesar 2300 kg/menit pada temperatur 27- 29 °C.

Gambar 4.34. data suhu yang dipantau melalui komputer

Dikatakan siklus tertutup karena fluida yang digunakan pada siklus ini
digunakan secara berulang-ulang.

b. CARA KERJA CWS ( SISTEM PENDINGIN )

Air dari head tank yang sudah diendapkan dialirkan ke water tank roof
dan terjadi pengendapan kembali, selanjutnya air dialirkan ke secondary water
tank. Air yang berada pada secondary water tank akan dipompakan dengan
secondary pump untuk mendinginkan oli, dimana oli tersebut akan
mendinginkan upper guide bearing, thrust guide bearing, lower guide bearing,
turbin guide bearing dan air cooler. Proses tersebut menyebabkan suhu air
naik. Selanjutnya air akan mengalir menuju heat exchanger untuk didinginkan
dan kemudian air masuk ke secondary water tank. Siklus ini akan terus
berulang dalam proses pendinginan di upper guidebearing, thrust guide
bearing, lower guide bearing, turbin guide bearing dan air cooler.

53
Proses pendinginan air pada secondary adalah air yang berasal dari draft tube
dipompakan oleh primary pump menuju strainer untuk disaring sebelum masuk ke
heat exchanger, didalam heat exchanger terjadi perpindahan panas antara air
secondary (35 ̊ C) dengan air primary (25 ̊ C), sehingga suhu air secondary
menurun (27 ̊C) dan suhu air primary naik (33 ̊C). Air secondaryakan kembali ke
secondary water tank, sedangkan air primary akan langsung dibuang kembali ke
drafttub.

3. PERMASALAHAN YANG SERING TERJADI PADA CWS


DAN PENANGGULANGANNYA

a. Pada Pompa
Permasalahan yang sering dan biasa terjadi pada Pompa diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Adanya udara yang terjebak dalam Pompa
Filosopinya adalah sangat sederhana, air akan mencari tempat yang
lebih rendah untuk mengalir, sementara udara akan mencari tempat yang lebih
tinggi.
Hal ini bisa terjadi karena mungkin pada saat unit tidak beroprasi maka
di dalam saluran pipa akan timbul udara. Lalu beberapa saat setelah unit
beroprasi maka udara tersebut akan bercampur dengan air, sehingga air
mendorong udara tersebut. Akibatnya udara tersebut akan terkumpul di tempat-
tempat yang lebih tinggi. Sehingga ketika air akan di pompakan maka, air yang
di pompakan akan bercampur dengan udara sehingga air yang di pompakan
debitnya sangat kecil membuat tekan dischargenya rendah.
Yang dilakukan ketika permasalahan ini terjadi adalah dengan
membuka sebuah air valve (katub udara) katub ini sengaja di pasang dengan
maksud untuk memberikan jalan keluar untuk udara agar tekanan discharge
pompa kembali normal. Maka ketika proses ini dilakukan udara akan keluar
bercampur dengan air. Tandanya bahwa udara tidak ada lagi di pompa adalah
yang keluar dari air valve ( katub udara) tidak lagi udara yang bercampur air
tapi yang keluar adalah sepenuhnya air sembari dengan bertambahnya tekanan
discharge di alat ukur yang dipasang di pompa.

54
Gambar 4.35 Air Valve ( Katub discharge)
Note : meskipun ada udara di dalam pompa tetapi bila tekanan dischargenya
tidak turun maka pompa belum bisa di katakan masuk angin ( ada udara yang
terperangkap dalam pompa ).

2) Chake Valve Pompa kotor


Chake valve merupakan sebuah katub yang berfungsi untuk membuat
aliran fluida hanya mengalir satu arah dan mencegah aliran air ke arah
sebaliknya pada saat pompa berhenti beroperasi.
Permasalahan yang sering terjadi pada Chake Valve adalah kotornya Chake
Valve karena adanya lumpur ataupun kerikil kecil yang terikut pada saat air
mengalir melewatinya. Karena chake valve kotor maka, akan membuat tekanan
aliran air akan melemah atau melambat sehingga proses pengaliran air di pipa
kurang bekerja maksimal.
Hal yang harus dilakukan pada saat Chake Valve kotor adalah dilakukan
Cleaning dengan cara membuka baut yang mengunci Chake Valve kemudian
membersihkan bagian dalam Chake Valve dengan air bertekanan dan mem
brush (menyikat) sampai bersih. Kemudian tutup kembali dan pasang kembali
bautnya.

55
Gambar 4.36 Pembersihan ( cleaning ) pada Chake Valve

b. Pada Heat Exchanger

1) Fouling Factor ( Faktor Pengotoran )

Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada heat


exchanger. Pengotoran ini selain dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir,
juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh
dari jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh
pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu
atau memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau
mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.

Tanda bahwa HE kotor adalah temperatur outlet air dari HE sudah di atas
68 C. Ketika temperatur sudah mendekati 680C. Harus segera dilakukan
0

perencanaan untuk membersihkan HE agar proses pendinginan dapat berlangsung


secara optimal. Karena kalau temperatur Outlet HE sudah mencapai 700C maka
sistem akan Trip otomatis, karena temperatur Generator sudah terlalu tinggi
sehingga menimbulkan Panas.

Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain :

1) Temperatur fluida naik


2) Temperatur dinding plat naik
3) Efektifitas apk berkurang sehingga proses pendinginan tidak optimal

56
Yang harus dilakukan apabila HE kotor adalah dilakukan pembongkaran HE
dan di lakukan cleaning memberikan air bertekanan dan di sikat hingga bersih.
Kemudian dipasang kembali sebelumnya lakukan pegukuran terlebih dahulu agar
sebelum dan sesudah pemasangan kerapatan antara satu plat dengan plat lainnya
kembali normal atau tidak terjadi kesalahan yang nantinya akan berpengaruh pada
proses cooling system. Berikut SOP Pemeliharaan Heat Exchanger

Uraian Instruksi Kerja ( SOP ) Pemeliharaan Heat Exchanger

a. Persiapan

 Isi form ijin kerja


 Pastikan penggunaan alat safety lengkap.
 Pasang tagging “dalam pemeliharaan”.
 Pastikan semua katup inlet dan katup outlet heat exchanger tertutup
(close).
 Ambil data temperatur disisi inlet dan outlet saat unit operasi
sebelum pembongkaran.
 Lakukan pengukuran panjang sisi A dan B pada bagian Top,
middle, dan bottom

b. Pembongkaran dan Pembersihan

 Buka baut dimulai dari urutan 1,2,3,4 dan kemudian dari urutan
5,6,7,8,9,10.
 Pisahkan plat satu persatu lalu bersihkan tiap sisi primary dan
secondary.
 Bersihkan ulir baut pengikat.

c. Pengukuran dan pemeriksaan serta pembersihan ( bila perlu )

 Periksa letak gasket pada tiap-tiap plat dan pastikan tidak ada yang
lepas atau rusak.
 Bila HE sudah kotor perlu dilakukan pembersihan

d. Pemasangan dan Running Test

 Susun kembali seluruh plat pada posisi semula


 Beri grease pada ulir baut pengikat.
 Pasang kembali baut pengikat kemudian kunci baut dimulai dari
urutan tengah 10,9 dan 8,7,6,5 terakhir urutan 4,3,2,1 (Batas
penguncian sesuai dengan data pengukuran sebelum
pembongkaran)

57
 Buka katup inlet dan katup outlet heat exchanger.
 Lakukan test kebocoran dengan mengoperasikan pompa primary
dan secondary secara manual.
 Ambil data temperatur disisi inlet dan outlet.

Gambar 4.37 pengukuran sebelum melakukan pembongkaran pada HE

Gambar 4.38 proses pembersihan HE (kiri) dan Gambar setelah HE


selesai di bersihkan ( kanan )

58
3) Pada Stainer

Strainer merupakan komponen yang digunakan untuk menyaring air yang


di ambil dari drafttube oleh pompa primery sebelum masuk ke HE. Masalah yang
sering terjadi pada strainer adalah komponen penyaring pada strainer kotor.

Yang dilakukan bila strainer kotor adalah dilakukan cleaning. Dengan cara
strainer di bongkar dan dia ambil bagian penyaringnya kemudian di sikat dan di
siram air bertekanan

(a)

(b)

59
(c)

Gambar 4. 39 proses pembersihan pada strainer mulai dari (a) pembongkaran, (b)
pembersihan, dan (c) setelah selesai di bersihkan

4) Pada Air Cooler

Pengaturan pada bagian udara

 Pindahkan ketempat yang bersih dan kering


 Lindungi cooler sehingga debu tidak masuk ke cooler
 Hindari dari lingkungan luar atau dari sinar matahari.

Pengaturan pada bagian cooling water

 Tutup masukan cooling water dan keluaran flanges untuk


mencegah masuknya kotoran, debu, dan lain sebagainya
 Untuk mencegah gumpalan karat pada bagian dalam
header, harus dilakukan perawatan agar tidak terjadi
kerusakan pada gumpalan
 Penyimpanan setelah pemeriksaan operasi atau aliran air,
pembuangan cooling water penuh dari bagian coller.

60
Uraian Instruksi Kerja (SOP) Pemeliharaan Air Cooler

1. Persiapan
 Isi form ijin kerja
 Pastikan penggunaan alat safety lengkap.
 Pasang tagging “dalam pemeliharaan”.
 Pastikan posisi Master Switch pada 43-ASCE.
 Manualkan selector Switch Untuk Secondary Pump
kemudian matikan Power Supply Secondary Pump di panel
MCC – A .
 Tutup Valve In& Out pada Air Cooler.
 Drain air yang ada didalam pipa secondary pump ( melalui
pipa drain )

2. Pembongkaran dan Pembersihan


 Beri tanda pada setiap Air Cooler agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.
 Buka baut pada cover bagian atas Generator.
 Angkat seluruh cover luar pada bagian atas generator
dengan menggunakan crane 10T.
 Pasang jack untuk menyangga pipa in & out Air Cooler.
 Buka Baut & Mur coupling antara pipa & water
chamber header Air Cooler.
 Pasang Flange pada water chamber Air Cooler (bagian
bawah), agar air sisa tidak tumpah.
 Lepaskan detector temperatur outlet pada Air Cooler.
 Pasang wire rope pada header Air Cooler, usahakan
wire rope tidak terlalu ketat dan posisinya harus
seimbang.
 Buka Baut & Mur pada Air Cooler Holder agar Air
Cooler dapat leluasa diangkat.
 Angkat Air Cooler satu per satu keluar Gedung untuk
dibersihkan (pastikan gasket tidak rusak).
 Pergunakan Jack Lift untuk menyusun Air Cooler di luar
gedung.
 Buka Water Chamber in & out pada Air Cooler untuk
pembersihan.
 Bersihkan tube air pada Air cooler dengan tube cleaner.

61
3. Pemeriksaan
 Periksa gasket pada Water Chamber (jika rusak ganti
dengan yang baru).
 Periksa packing pada flange In dan out (jika rusak ganti
dengan yang baru)

4. Pemasangan & Running Test


 Pasang water chamber pada Air cooler (penguncian Baut
dilakukan secara silang).Lakukan test pressure Air Cooler
menggunakan air dengan Hand Test Pressure (Pengetesan
dilakukan selama ± 10 menit dengan tekanan 0,88 Mpa dan
perhatikan semua sisi, pastikan tidak ada kebocoran).
 Setelah dilakukan pengetesan, kosongkan kembali Air
Cooler.
 Angkat dan pindahkan Air Cooler dengan crane ke tempat
dudukan semula.
 Pasang baut pengikat Air Cooler ke Generator.
 Pasang baut coupling In dan Out pipa terhadap Air Cooler
dan baut pipa Drain.
 Pasang detector untuk temperature outlet.
 Pasang Cover Generator.
 Buka Valve pipa In dan Out Air Cooler dan tutup Valve
pipa drain Secondary pump.
 Hidupkan pompa Utility, pastikan air di Secondary tank
(PS2)penuh.
 Hidupkan Power Supply Secondary Pump di panel MCC –
A.
 Operasikan secara manual ( 15 menit ) Secondary Pump dan
pastikan tidak ada kebocoran air.
 Pindahkan selector Switch pengopersian Secondary Pump
ke posisi Auto.
 Kembalikan posisi Master Switch ke posisi semula.
 Pembersihan areal karja.
 Lepas taging.
 Pekerjaan pembersihan Air Cooler selesai.

62

Вам также может понравиться