Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya harapan dan keinginan masyarakat akan
adanya pelayanan yang baik dibidang kesehatan khususnya pelayanan pada tingkat
pertama, harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan dari Puskesmas
sebagai pemberi layanan kesehatan tingkat pertama.
Harus diakui, selama ini banyak pihak mengeluhkan pelayanan di
Puskesmas kurang lancar, karena permasalahan dana operasional. Hal ini terjadi
karena Puskesmas harus menyetorkan dahulu pendapatannya ke kas daerah, baru
kas daerah mengucurkan dana operasional setelah melalui proses penganggaran.
Kondisi ini memunculkan masalah karena kebutuhan dana operasional di Puskesmas
adalah harian, sedangkan pencairan anggaran dari kas daerah adalah bulanan.
Sehingga Puskesmas sering mengalami kekosongan dana dan layanan menjadi
terganggu. Kalaupun ada uang dari pendapatan jasa layanan, Puskesmas tidak
berani menggunakannya karena harus disetorkan terlebih dahulu ke kas daerah.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 23 tahun 2005 tentang


Pedoman Keuangan Badan Layanan Umum memberikan peluang bagi Puskesmas
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengembangkan Puskesmas
sebagai Badan Layanan Umum Daerah. Pengembangan Puskesmas sebagai BLUD
merupakan jawaban atas tuntutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Dengan menjadi BLUD, Puskesmas akan lebih leluasa dalam
memaksimalkan layanannya kepada masyarakat. Tentu saja keleluasaan itu
mensyaratkan Puskesmas untuk menjalankan praktik-praktik bisnis yang sehat
sehingga diharapkan mampu bertahan bahkan bersaing , mandiri dan bertumbuh
dengan tetap sinergi dengan program-program pelayanan yang ditetapkan
pemerintah. Yang lebih penting adalah keleluasaan tersebut dilandasi semangat
perubahan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) Puskesmas: politisi,
birokrat, manajemen, tenaga medis, paramedis, maupun pegawai yang lain serta
masyarakat untuk merubah perilaku menuju ke arah kinerja pelayanan yang lebih
baik.

Dengan PPK-BLUD, Puskesmas masih tetap sebagai instansi di lingkungan


pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan jasa pelayanan kesehatan yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Implementasi praktek bisnis yang sehat sesuai prinsip efisiensi dan
produktivitas hanya jika, kinerja Puskesmas dapat diukur, dievaluasi dan
dijadikan
umpan balik perencanaan berikutnya. Siklus tersebut membutuhkan suatu dokumen
standar tentang penyelenggaraan pelayanan yang minimum harus diselenggarakan
oleh Puskesmas atau Standar Pelayanan Minimum, yang selanjutnya akan dijadikan
target pembanding apakah pelayanan Puskesmas produktivitasnya bertumbuh
secara efesien sesuai dengan kualitas yang diharapkan dari waktu ke waktu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal BAB I ayat 6
menyatakan: Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.
Dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 PP RI No 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan standar
pelayanan minimal adalah tolak ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah.
Puskesmas Tunjung Tejasebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang merupakan lembaga
pelayanan publik yang telah berupaya menerapkan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dalam pelayanannya kepada masyarakat.

B. Maksud dan Tujuan


1. Untuk panduan bagi manajemen dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban dalam
penyelenggaraan stándar pelayanan minimal.
2. Menyamakan pemahaman tentang definisi operasional dan indikator kinerja.

C. Pengertian
1. Puskesmas Tunjung Teja adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang yang bertempat di Jl KH Abdul
Khabier Kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang .
2. Standar Pelayanan Minimal :
Adalah tolok ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah.

3. Jenis Pelayanan
Adalah pelayanan publik yang mutlak dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang layak dalam kehidupan.
4. Pelayanan Dasar
Adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.
5. Indikator SPM
Adalah tolok ukur prestasi kualitatif dan kuantitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi berupa masukan,
proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.
6. Pengertian : dimaksudkan untuk menjelaskan istilah dalam indikator kinerja.
7. Definisi operasional: dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian unsur
standar pelayanan
8. Standar : adalah ukuran pencapaian mutu/kinerja yang diharapkan bisa
dicapai.
9. Dimensi Mutu :
Adalah unsur atau aspek yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan.
10. Kriteria Keterterimaan :
Adalah serangkaian standar yang telah ditetapkan terkait dengan proses
pelayanan yang diberikan.
11. Catatan Mutu :
Adalah suatu bukti dari proses kerja yang telah dilakukan/dikerjakan.

D. Landasan Hukum:
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
4. Peraturan Pemerinah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom,
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah,
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal,
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah,
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007 Tentang Pedoman
Tehnis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
14. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 tahun 2004
tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik.
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43/MENKES/PER/VII/2016 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesahatan di Kabupaten/Kota
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2016 Tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota

BAB II
SISTEMATIKA DOKUMEN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PUSKESMAS II TUNJUNG TEJA

Sistematika dokumen Standar Pelayanan Minimal ini disusun dalam bentuk :


1. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari :
a. Latar Belakang
b. Maksud dan Tujuan
c. Pengertian
d. Landasan Hukum
2. Bab II Sistematika Dokumen Standar Pelayanan Minimal
3. Bab III Standar Pelayanan Minimal Puskesmas II Tunjung Teja terdiri dari;
a. Jenis Pelayanan
b. Standar Mutu Pelayanan
4. Bab IV Peran Pemerintah Kabupaten Serang , terdiri dari;
a. Pengorganisasian
b. Pelaksana dan Pembinaan
c. Pengawasan
5. Bab V Penutup
6. Lampiran

BAB III
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS II TUNJUNG TEJA

Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu


pelayanan dasar yang berhak diperoleh oleh warga secara minimal. Standar
Pelayanan Minimal memuat standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur
kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan
pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan
nilai.
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas II Tunjung Teja dalam pedoman ini
terdiri dari dua bagian yaitu a). jenis pelayanan, yang memuat indikator dan targetnya
dan b). standar mutu pelayanan yang memuat tentang dimensi mutu, kriteria
keterterimaan dan catatan mutu yang harus disediakan saat proses pelayanan yang
ada di Puskesmas II Tunjung Teja.

A. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan yang wajib disediakan oleh Puskesmas II Tunjung Teja
meliputi Pelayanan Kesehatan Dasar (14 indikator), Pelayanan Kesehatan
Rujukan (2 indikator), Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian
Luar Biasa/KLB (1 indikator) dan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat (1 indikator). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini, sedangkan definisi operasionalnya ada pada lampiran Standar Pelayanan
Minimal ini.

Jenis Pelayanan
Di Puskesmas II Tunjung Teja

No Jenis Pelayanan Indikator Target


1 Pelayanan 1. Cakupan Kunjungan Ibu hamil K4 95 %

Kesehatan 2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 %

Dasar 3. Cakupan Pertolongan persalinan oleh tenaga 90 %

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

4. Cakupan Pelayanan Nifas 90 %

5. Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang 90 %

ditangani

6. Cakupan Kunjungan Bayi 100 %

7. Cakupan Desa Universal Child Imunization ( UCI) 100 %

8. Cakupan Pelayanan Anak Balita 90 %

9. Cakupan pemberian makanan pendaping ASI pada 100 %

anak usia 6- 24 bulan keluarga miskin

10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100 %

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan 100 %

setingkat

12. Cakupan peserta aktif KB 80 %

13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita 100 %

penyakit:

a. Non acute flacid paralysis (AFP) rate 100 %

b. Penemuan penderita pneumonia 100 %

c. Penemuan kasus baru TB BTA positif 70 %

d. Penderita DBD yang ditangani 100 %

e. Penemuan penderita diare 100 %

2 Pelayanan 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat 100 %

Kesehatan miskin

Rujukan 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien 100 %

. masyarakat miskin

16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang 100 %

harus diberikan sarana kesehatan (RS) di


Kabupaten /kota

3 Penyelidikan 17. Cakupan Desa mengalami KLB yang dilakukan 100%

Epidemiologi penyelidikan epidemiologi < 24 jam

dan

Penanggulanga

n Kejadian Luar

Biasa/ KLB.

4 Promosi 18. Cakupan Desa Siaga Aktif 100%

Kesehatan dan

Pemberdayaan

Masyarakat

B. Standar Mutu Pelayanan


Untuk menjamin mutu pelayanan di Puskesmas II Tunjung Teja, kami juga
menyusun standar mutu pelayanan sesuai pelayanan yang ada di Puskesmas II
Tunjung Teja. Standar mutu pelayanan ini memuat tentang dimensi mutu, kriteria
keterterimaan dan catatan mutu dari proses pelayanan yang ada. Kalau pada
jenis pelayanan dititikberatkan kepada out put pelayanan berupa target
pencapaian dari masing-masing indikator, sedangkan pada standar mutu
pelayanan lebih dititikberatkan pada proses pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat pengguna layanan. Standar mutu pelayanan di Puskesmas II
Tunjung Teja adalah sebagai berikut :
No Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan Catatan Mutu Penanggung
Alur Proses Jawab

1 Menerima pasien  Keakuratan informasi  Setiap pasien menerima informasi persyaratan Buku register Petugas
pendaftaran, mencakup kartu berobat dibawa pada saat Rekam Medis Pendaftaran
periksa, kartu jaminan, tarif, waktu pendaftaran serta Simpus
persyaratan administrasi. Kuitansi
Formulir KIR/SKD
 Kecepatan pelayanan  Waktu pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Formulir Capeng
Kartu Berobat
Nomor Urut
 Keramahan  Setiap pasien dipanggil dengan sebutan Bapak / Ibu /
Anak
 Pelanggan tidak mengeluh karena ketidakramahan

 Kerapihan petugas  Pakaian bersih, rapi, seragam dan memakai tanda


pengenal

 Kerapihan sarana dan  Sarana dan prasarana di ruang pendaftaran bersih dan
prasarana rapi

 Ketepatan Buka  Hari Senin - Kamis : jam 07.30- 17.00


Pelayanan  Hari Jumat : jam 07.30- 10.00
 Hari Sabtu : jam 07.30- 12.00

2 Rekam Medis  Kelengkapan Identitas  Identitas Rekam Medis terisi lengkap mencakup: Nomor Kartu Berobat Petugas
Rekam Medis RM, Nama pasien, Umur/ tanggal lahir, Nama KK, Alamat, Rekam Medis Pendaftaran
Jenis Kelamin

 Ketepatan  Penyerahan Rekam Medis sesuai dengan pelayanan yang


penyerahan RM ke dituju
pelayanan yang
dituju.
No Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan Catatan Mutu Penanggung
Alur Proses Jawab
3 Tindakan/IGD  Ketepatan diagnosis  Keluhan/ penderitaan pasien berkurang Buku Register IGD Petugas
dengan terapi  Pasien mendapatkan obat sesuai dengan penyakitnya Form Resep Jaga
Inform Concent Tindakan/IG
 Empati dan ramah  Pasien merasa nyaman Rekam Medis D
kepada pasien
 Tidak ada pasien yang komplain karena, kurang empati
dan ketidakramahan petugas

 Ketepatan informasi  Pasien mendapat informasi yang jelas sehubungan


dengan penyakitnya serta terapi yang diberikan.
 Pasien mendapat informasi tentang petugas jaga UGD

 Kerapian pakaian  Pakaian sopan, bersih, rapi, seragam dan tanda pengenal
petugas

 Higienitas sarana  Kelengkapan sarana, alat steril, alat berfungsi dengan


baik, bersih dan rapi

 Higienitas prasarana  Privacy pemeriksaan, aman, nyaman, bersih dan rapi.

 Ketepatan Waktu  Waktu buka pelayanan 24 jam


Buka Pelayanan

4 Layanan Rawat Jalan  Ketepatan diagnosis  Keluhan/ penderitaan pasien berkurang BP Umum Dokter
(Poli Umum, Poli dengan terapi  Pasien mendapatkan tindakan medis sesuai penyakitnya.Buku Register Umum
Gigi, KIA)  Pasien mendapatkan obat sesuai dengan penyakitnya Rawat
Jalan
Rekam Medis
 Empati dan ramah  Pasien merasa nyaman. Buku/ Form
kepada pasien  Tidak ada pasien yang komplain karena, kurang empati Rujukan
dan ketidakramahan petugas Buku/ Form
KIR/SKD
 Ketepatan informasi  Pasien mendapat informasi yang jelas sehubungan Form Resep
No Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan Catatan Mutu Penanggung
Alur Proses Jawab
dengan penyakitnya serta terapi yang diberikan. Inform Concern
Dokter Gigi
 Kerapian pakaian  Pakaian sopan, bersih, rapi, seragam dan tanda pengenal
petugas BP Gigi
Buku Register
 Higienitas sarana  Kelengkapan sarana, alat steril, alat berfungsi dengan Rawat
baik, bersih dan rapi Jalan
Rekam Medis
 Higienitas prasarana  Privacy pemeriksaan, aman, nyaman, bersih dan rapi. Buku/ Form
Rujukan
 Ketepatan Waktu  Waktu buka pelayanan jam 07.30 - selesai Buku/ Form Surat
Buka Pelayanan Keterangan Bidan
Dokter
Form Resep
Inform Concent

KIA-KB
Buku Register KB
Inform Concern
Format Laporan KB Bidan
Kartu KB
Rekam Medis
Buku/ Form
Rujukan

KIA-ANC
Buku Register ANC
Format Laporan KIA
Kartu Ibu / Buku KIA
Kohort ibu Hamil Bidan
Rekam Medis
Buku/Form Cuti
Bersalin
Buku/ Form
No Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan Catatan Mutu Penanggung
Alur Proses Jawab
Rujukan

KIA-IMN
Buku Register
Imunisasi Bidan
Rekam Medis
Kartu Anak/ Buku
KIA
Kohort Bayi
Buku/ Form
Rujukan

KIA- MTBS
Buku Register
MTBS
Form MTBS
Rekam Medis
Buku/ Form
Rujukan

5 Layanan Rawat Inap  Ketepatan  Pasien mendapatkan penagnanan sesuai protap dan Buku Register Rawat Dokter
(Persalinan) penanganan kondisi persalinannya Inap Umum
 Pasien mendapatkan tindakan medis sesuai prosedur Rekam Medis
penanganan persalinan Buku/ Form Rujukan
Form Resep
. Inform Concern
 Keakuratan pengisian  Pasien mendapatkan obat/tindakan sesuai dengan
RM penyakitnya
 Pasien merasa nyaman

 Metode penulisan RM  Sesuai dengan kaidah SOAP (Subjective, Objective,


Assessment, Plan)
No Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan Catatan Mutu Penanggung
Alur Proses Jawab

 Tulisan dapat terbaca dengan jelas


 Kelengkapan penulisan SOAP
 Pembuatan Resep  Apabila ada kesalahan penulisan RM dicoret dan diparaf
Internal  Tanda tangan/ paraf dan nama terang pemeriksa

 Kelengkapan pengisian resep yang mencakup: Nama


 Empati dan ramah penulis, tanggal, nama obat, jumlah, aturan pakai, nama
kepada pasien pasien, umur, alamat, unit pelayanan

 Ketepatan informasi  Tidak ada pasien yang komplain karena, kurang empati
dan ketidakramahan petugas

 Kerapian pakaian  Pasien mendapat informasi yang jelas sehubungan


petugas dengan penyakitnya serta terapi yang diberikan.

 Higienitas sarana  Pakaian sopan, bersih, rapi, seragam dan tanda pengenal

 Higienitas prasarana  Kelengkapan sarana, alat steril, alat berfungsi dengan


baik, bersih dan rapi.
 Ketepatan Waktu
Pemberian obat  Privacy pemeriksaan, aman, nyaman, bersih dan rapi.

 Waktu pemberian obat sesuai dengan instruksi yang


diberikan

6 Layanan Penunjang  Ketepatan  Sesuai dengan permintaan pemeriksaan laboratorium Buku Register Analis
Medik (Laboratorium) pemeriksaan Laboratorium
Form Laporan Hasil
 Kecepatan waktu  Sesuai dengan tingkat mutu layanan yang ditetapkan pemeriksaaan
penyelesaian  Laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan permintaan Buku TB-06
pemeriksaan Buku TB-04
No Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan Catatan Mutu Penanggung
Alur Proses Jawab
Form TB-05
 Ketepatan Laporan  Angka normal sesuai dengan referensi Bukti pembayaran
hasil pemeriksaan Form Permintaan
Pemeriksaan
Laborat
 Ketepatan informasi  Pasien menerima informasi terkait hasil pemeriksaan
hasil pemeriksaan laboratorium

 Empati dan ramah  Tidak ada pasien yang komplain karena kurang empati
kepada pasien dan ketidakramahan

 Higienitas petugas  Pakaian yang digunakan sesuai dengan APD (Alat


Pelindung Diri)

 Higienitas sarana  Kelengkapan sarana, berfungsi normal, bersih dan rapi

 Higienitas prasarana  Ruangan bersih, nyaman, rapi dan higiene

 Ketepatan Pelayanan  Ketepatan buka pelayanan Jam 8:00- Selesai

7 Konsultasi Gizi  Ketepatan  Kesesuaian penanganan dengan Rujukan/ permintaan Buku Register Nutrisionis
Penanganan Kasus Konsultasi Gizi
Leaflet
 Ketepatan  Pasien mendapat informasi yang jelas sehubungan Formulir Konsultasi
penjelasan Informasi dengan kasusnya. Gizi
 Klien mendapatkan informasi gizi yang jelas sehubungan Form Permintaan
dengan kondisi klien Konsultasi Gizi

 Ketepatan  Kesesuaian alat peraga (Food Model) dan leaflet dengan


penggunaan alat kasusnya
peraga & Leaflet
No Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan Catatan Mutu Penanggung
Alur Proses Jawab
 Empati dan ramah  Tidak ada pasien yang komplain karena kurang empati
kepada pasien dan ketidakramahan

 Higienitas petugas  Pakaian sopan, bersih dan rapi

 Higienitas sarana  Kelengkapan sarana, alat berfungsi baik, bersih dan rapi.

 Higienitas prasarana  Ruangan nyaman, bersih dan rapi

8 Klinik Sanitasi  Ketepatan  Kesesuaian penanganan dengan Rujukan/ permintaan Buku Register Klinik Sanitarian
Penanganan Kasus Sanitasi
 Klien mendapatkan informasi yang jelas sehubungan Leaflet
 Ketepatan dengan kondisi klien Form Permintaan
penjelasan Informasi  Pasien mendapat informasi yang jelas sehubungan Klinik Sanitasi
dengan kasusnya.

 Ketepatan  Kesesuaian leaflet dengan kasusnya


penggunaan Leaflet

 Empati dan ramah  Tidak ada pasien yang komplain karena kurang empati
kepada pasien dan ketidakramahan

 Higienitas petugas  Pakaian sopan, bersih dan rapi

 Higienitas sarana  Kelengkapan sarana, alat berfungsi baik, bersih dan rapi.

 Higienitas prasarana  Ruangan nyaman, bersih dan rapi

9 Proses Pembayaran  Ketepatan informasi  Pelanggan mendapat informasi yang jelas mengenai tarif Kuitansi Kasir
Retribusi, Tindakan sesuai aturan yang ada Buku Register
Medis dan Tindakan  Pelanggan mendapat informasi yang jelas mengenai tarif Pembayaran
No Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan Catatan Mutu Penanggung
Alur Proses Jawab
Penunjang tindakan sesuai aturan yang ada Buku Kas Umum
Buku Bantu
 Ketepatan  Pembayaran sesuai dengan tarif tindakan yang Penerimaan
pembayaran ditetapkan aturan yang ada Hasil Pemeriksaan
Lab.

10 Layanan Fasilitas  Ketepatan obat yang  Obat sesuai dengan resep medis/ paramedis Pengeluaran Harian Apoteker
Kamar Obat diberikan Pengeluaran
 Ketepatan  Penyerahan obat sesuai resep bulanan
penyerahan dan  Ketepatan pemberian informasi pemakaian, efek samping LPLPO
pemberian informasi (bila ada) dan penyimpanan obat Penerimaan Obat
obat dari
 Waktu pelayanan obat sesuai dengan ketentuan yang Farmasi
 Kecepatan ditetapkan Buku Kunjungan
pelayanan Obat Pasien
Kartu Stock
 Kelengkapan dan  Etiket yang ditulis sesuai dengan resep medis/paramedis
Ketepatan penulisan  Etiket yang ditulis harus bisa dibaca
etiket

 Empati dan ramah  Tidak ada pelanggan yang komplain karena kurang
kepada pelanggan empati dan ketidakramahan

 Kerapian pakaian  Petugas berpakaian sopan, bersih, rapi, seragam dan


petugas menggunakan tanda pengenal

 Higienitas sarana  Kelengkapan sarana, alat berfungsi baik, bersih, dan rapi

 Ruangan Rapi, bersih dan penyimpanan sesuai ketentuan


 Higienitas prasarana yang dipersyaratkan.
BAB IV
PERAN PEMERINTAH KABUPATEN SERANG

Peran Pemerintah Kabupaten Serang dalam pelaksanaan Standar Pelayanan


Minimal Puskesmas II Tunjung Teja Kabupaten Serang adalah sebagai berikut :
1. Pengorganisasian:
a. Bupati Serang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan
sesuai Standar Pelayanan Minimal yang dilaksanakan oleh Puskesmas II Tunjung
Teja Kabupaten Serang
b. Penyelenggaraan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal
sebagaimana dimaksud dalam butir a secara operasional dikoordinasikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang
c. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai SPM Bidang Kesehatan
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang
dibutuhkan.
2. Pelaksanaan dan Pembinaan
a. Puskesmas II Tunjung Teja Kabupaten Serang wajib menyelenggarakan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang disusun
dan disahkan oleh Bupati Serang
b. Pemerintah Kabupaten Serang wajib menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal
c. Pemerintah Kabupaten Serang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
memfasilitasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
minimal dan mekanisme kerjasama antar daerah kabupaten/kota
d. Fasilitasi dimaksud butir a dalam bentuk pemberian standar teknis,
pedoman, bimbingan teknis, pelatihan, meliputi:
1). Perhitungan kebutuhan pelayanan Puskesmas II Tunjung Teja sesuai Standar
Pelayanan Minimal
2). Penyusunan rencana kerja dan standar kinerja pencapaian target SPM
3). Penilaian pengukuran kinerja
4). Penyusunan laporan kinerja dalam menyelenggarakan pemenuhan standar
pelayanan minimal Puskesmas II Tunjung Teja Kabupaten Serang
3. Pengawasan
a. Bupati Serang melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal Puskesmas II Tunjung
Teja Kabupaten
Serang
b. Bupati Serang menyampaikan laporan pencapaian kinerja pelayanan
Puskesmas sesuai standar pelayanan minimal yang ditetapkan
BAB V
PENUTUP

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007


tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layaman Umum
Daerah bahwa suatu instansi yang akan menjadi Badan Layanan Umum salah
satu persyaratan yang harus dipenuhi yaitu adanya Standar Pelayanan Minimal.
Standar Pelayanan pada hakekatnya merupakan jenis-jenis pelayanan
yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah/ pemerintah provinsi/pemerintah
kabupaten/kota dengan standar kinerja yang ditetapkan. Namun demikian
mengingat kondisi masing-masing daerah yang terkait dengan sumber daya
yang tidak merata maka diperlukan pentahapan dalam pelaksanaan oleh
masing-masing daerah sesuai dengan kondisi/perkembangan kapasitas daerah
Untuk itu telah kami susun Standar Pelayanan Minimal Puskesmas II
Tunjung Teja Kabupaten Serang ini. Standar Pelayanan Minimal ini terdiri atas
dua bagian yaitu jenis pelayanan dan standar mutu pelayanan.
Sesuai dengan semangat Badan Layanan Umum Daerah yaitu untuk
meningkatkan pelayanan agar menjadi lebih bermutu dan sesuai dengan
harapan dan keinginan pelanggan, maka standar pelayanan ini diharapkan
dapat digunakan sebagai pedoman bagi manajemen untuk perencanaan,
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan program, maupun sebagai
pedoman kami dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.

Tunjung Teja, 4 April 2016


Kepala Puskesmas II Tunjung Teja

drg. Imam Hidayat


NIP. 196008181989011001
LAMPIRAN
Definisi Operasional Standar Pelayanan Minimal
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
a. Pengertian
Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang
dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.

b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan/Rumus

Cakupan kunjungan
ibu hamil K-4
= x 100%

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani


a. Pengertian
Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi

b. Definisi operasional
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan komplikasi
kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat
penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED,
Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)

c. Cara perhitungan/ Rumus

Cakupan
komplikasi
kebidanan yang
ditangani = x 100%

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi


kebidanan
a. Pengertian
1) Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala
I sampai dengan kala IV persalinan
2) Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar.
b. Definisi operasional
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehata yang memiliki kompetensi
kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan
= x 100%

4. Cakupan pelayanan nifas


a. Pengertian
1) Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan
2) Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3
kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu kedua, dan pada
minggu keenam termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau
pemasangan KB pasca persalinan

b. Definisi operasional
Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa
6 jam sampai 42 hari pasca persalinan sesuai standar

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan
pelayanan
nifas
= x 100%

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani


a. Pengertian
Neonatus dengan komplikasi adalah bayi berumur 0 – 28 hari dengan penyakit
dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian.
Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus
neonatorum, infeksi/septis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah
<2500gr), sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital

b. Definisi operasional
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus dengan
komplikasi di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani
sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana
pelayanan kesehatan
c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan
neonatus dengan
komplikasi yang
ditangani = x 100%
6. Cakupan kunjungan bayi
a. Pengertian
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari – 11 bulan
di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan
rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan
dan sebagainya melalui kunjungan petugas

b. Definisi operasional
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, dan perawat yang memiliki
kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan kunjungan
bayi
= x 100%

7. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)


a. Pengertian
1) Cakupan desa/kelurahan UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara
lengkap pada bayi (0 – 11 bulan), ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat
dasar di desa/kelurahan
2) Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis BCG, 4
dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi:
2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi: 1 dosis DT, 1 dosis Campak,
dan 2 dosis TT.

b. Definisi operasional
Cakupan Desa/Kelurahan UCI adalah Desa/Kelurahan dimana ≥ 90% dari jumlah
bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam
waktu satu tahun

c. Cara perhitungan/Rumus

Desa/kelurahan UCI = x 100%

8. Cakupan pelayanan anak balita


a. Pengertian
Pelayanan anak balita adalah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
anak umur 12 – 59 bulan yang dilakukan setiap bulan, minimal 8 kali dalam
setahun yang tercatat di Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/KMS,
atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya

b. Definisi operasional
Cakupan pelayanan anak balita adalan anak balita (12 – 59 bulan) yang
memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan
pelayanan anak
balita = x 100%

9. Cakupan pemberian maklanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan


keluarga miskin
a. Pengertian
Pemberian pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan keluarga miskin ialah
pemberian makanan pendamping untuk bayi usia 6 – 11 bulan dan anak usia 12
– 24 bulan dari keluarga miskin

b. Definisi operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan
keluarga miskin adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 –
24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan pemberian
MP-ASI
= x 100%

10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan


a. Pengertian
1) Balita gizi buruk mendapat perawatan ialah anak usia di bawah 5 tahun (anak
usia 0 s/d 4 tahun 11 bulan) yang ada di kabupaten/kota dengan status gizi
menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-score < - 3
dan/atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwasiorkor)
2) Perawatan sesuai tatalaksana gizi buruk

b. Definisi operasional
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang
ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan balita
gizi buruk
= x 100%
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
a. Pengertian
Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan
umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan
kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru, dokter kecil

b. Definisi operasional
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah cakupan siswa
SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau
tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD
dan setingkat
= x 100%

12. Cakupan peserta KB aktif


a. Pengertian
1) Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya
masih menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi
tersebut
2) Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri, yang istrinya
berusia 15 – 49 tahun

b. Definisi operasional
Cakupan peserta KB aktif adalah jumlah peserta KB aktif dibandingkan dengan
jumlah pasangan usia subur (PUS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan peserta
KB aktif

= x 100%

13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit


a. Non Polio Acute Flacid Paralisis (AFP) rate
1) Pengertian
a) Kasus AFP adalah semua anak berusia < 15 tahun dengan kelumpuhan
yang sifat flaccid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan bukan
disebabkan oleh ruda paksa
b) Kasus AFP Non Polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan
spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang
ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP Non Polio dengan kriteria
tertentu
2) Definisi operasional
Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk <
15 tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu

3) Cara perhitungan/Rumus

Non Polio
AFP rate
= x 100%

b. Penemuan penderita pneumonia balita


1) Pengertian
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan/atau kesukaran
bernafas

2) Definisi operasional
Persentase balita dengan Pneumonia yang ditemukandan diberikan
tatalaksana sesuai standar di Sarana Kesehatan di satu wilayah dalam waktu
satu tahun

3) Cara perhitungan/Rumus

Cakupan balita
dg Pneumonia
yg ditangani
= x 100%

c. Penemuan pasien baru TB BTA positif


1) Pengertian
Penemuan pasien baru TB BTA positif adalah penemuan pasien TB melalui
pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit
pelayanan kesehatan dalam suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

2) Definisi operasional
Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau Case Detection Rate
(CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB BTA positif yang
ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB BTA positif
dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun

3) Cara perhitungan/Rumus

Persentase
penemuan pasien
baru TB BTA positif
= x 100%
d. Penderita DBD yang ditangani
1) Pengertian
Penderita DBD yang ditangani adalah penderita DBD yang ditangani sesuai
standar/SOP, yaitu penderita DBD yang didiagnosa dan diobati/dirawat sesuai
standar serta ditindaklanjuti dengan penanggulangan fokus (PF)

2) Definisi operasional
Persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah
dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang
ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama

3) Cara perhitungan/Rumus

Penderita DBD
yang ditangani
= x 100%

e. Penemuan penderita diare


1) Pengertian
Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya

2) Definisi operasional
Penemuan penderita diare adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani
di Sarana Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu
tahun

3) Cara perhitungan/Rumus

Penderita
diare yang
ditangani

= x 100%

14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin


a. Pengertian
Cakupan rawat jalan adalah jumlah kunjungan kasus (baru dan lama) rawat jalan
di sarana kesehatan strata pertama

b. Definisi operasional
Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah jumlah
kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu
wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan pelayanan
kesehatan dasar
masyarakat miskin = 100%

15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin


a. Pengertian
Pelayanan kesehatan rujukan pasien yaitu pelayanan yang diberikan sarana
kesehatan strata dua dan tiga (balai kesehatan mata, balai pengobatan penyakit
paru, balai kesehatan indrera, balai besar kesehatan paru, dan rumah sakit
negeri atau swasta) meliputi rawat inap tingkat lanjut dan rawat jalan tingkat lanjut

b. Definisi operasional
Cakupan rujukan pasien masyarakat miskin adalah jumlah kunjungan pasien
miskin di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga pada kurun waktu tertentu
(lama dan baru)

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan rujukan
miskin
= x 100%

16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan
(RS) di Kab/Kota
a. Pengertian
Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki
Dokter Umum on site 24 jam dengan kualifikasi GELS dan/atau ATLS + ACLS,
serta memiliki alat transportasi dan komunikasi

b. Definisi operasional
Pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di
kabupaten atau kota

c. Cara perhitungan/Rumus

Pelayanan gawat
darurat level 1
= x 100%
17. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi
< 24 jam
a. Pengertian
Penyelidikan KLB adalah rangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara epidemiologi
untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui gambaran penyebaran KLB
dan mengetahui sumber dan cara-cara penanggulangannya

b. Definisi operasional
Cakupan desa/kelurahan nengalami KLB yang ditangani < 24 jam adalah
desa/kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam
oleh Kabupaten/Kota terhadap KLB periode/kurun waktu tertentu

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan KLB
desa/kelurahan
yang ditangani
<24 jam
= x 100%

18. Cakupan desa siaga aktif


a. Pengertian
Desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai
pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan, surveillance berbasis masyarakat yang meliputi gizi, penyakit,
lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)

b. Definisi operasional
Cakupan desa siaga aktif adalah desa yang memiliki Pos Kesahatan Desa
(Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai
pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan, surveillance bebasis masyarakat yang meliputi gizi, penyakit,
lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)

c. Cara perhitungan/Rumus

Cakupan desa
siaga aktif = x 100%

Вам также может понравиться