Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Keperawatan professional dalam pelayanannya diperlukan adanya
pengembangan keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran
dan manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang salah satunya adalah
dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang optimal serta mampu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan.
Suatu organisasi dalam mencapai tujuan perlu didukung oleh pengelolaan
faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material.
Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan
kepuasan kepada klien dan pelanggan rumah sakit. Kelima standar rumah sakit
tersebut harusnya telah dimiliki oleh rumah sakit yang telah terakreditasi.
Di dalam suatu rumah sakit unit pelayanan kesehatan terkecil adalah suatu
ruangan yang merupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan
ilmu dan asuhan keperawatanya secara optimal. Akan tetapi, tanpa adanya tata
kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari
semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi
suatu teori. Untuk itu perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan
Model Praktek Keperawatan Profesional yang merupakan penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik
keperawatan.
Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan
adanya posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat
pelaksana, dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang berkualitas. Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhui
1
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan
tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah
satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku
kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.
Ruang interna di Rumah Sakit Bayangkara Manado merupakan salah satu
ruang perawatan membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi
tercapainya mutu pelayanan yang optimal. Khususnya Ruang interna merupakan
ruang rawat inap penyakit dalam yang terdiri dari 1 ruang khusus perawat, 1
ruang isolasi dan 7 kamar non class.
Maka perlu dilakukan sebuah studi tentang proses keperawatan di Ruang
Interna dimana salah satu terbentuknya adalah praktek stase manajemen
keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan kegiatan praktek klinik keperawatan mahasiswa
mampu melakukan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dengan model Keperawatan Tim dan dapat di terapkan di Ruang
Perawatan Interna RS Bayangkara Manado
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan dalam ketenagaan,
sarana prasarana, metode asuhan, BOR (Bed Occupancy Rate),
menghitung kebutuhan perawat.
b. Membuat analisa dan prioritas masalah keperawatan
c. Merencanakan kegiatan manajemen keperawatan
d. Melaksanakan kegiatan dalam bentuk metode MAKP Tim,
Timbang Trima, Sentralisasi Obat, Discharge Planing, Ronde
Keperawatan, Penerimaan Pasien Baru, Supervisi, dan
Pendokumentasian.
e. Melakukan evaluasi kegiatan
C. Manfaat
1. Bagi pasien
Dengan adanya program MPKP di Rumah Sakit diharapkan pasien
merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang
optimal.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi rumah sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi.
c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MPKP) secara optimal.
3. Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MPKP di dalam Rumah
Sakit
E. Peserta Praktek
Mahasiswa program studi D-IV keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado,
kelompok 2:
9. Rizky Fauziah
1. Melinda Oklina
10. Siti Mamonto
2. Rezha Giroth
11. Monlia Umboh
3. Christy Palungan
12. Jorghy Lomboan
4. Erick Bahanimbulo
5. Fajar Wijaya
6. Cicilia Bolango
7. Samuel Dandel
8. Mirfad Hamid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. George R. Terry
5. Thomas H. Nelson
6. G.R. Terri,
Manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan dan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
7. James A. F. Stoner
C. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan setiap perserikatan manusia untuk pencapaian
suatu tujuan bersama. (James D. Mooney). Pengorganisasian (G.R. Terry)
adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif
antara masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara
efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-tugas
terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada, untuk mencapai tujun dan
sasaran. (Djoko Wijono, Maajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan,
Airlangga University Press, Hal. 62).
a. Struktur Hierarkis
Umumnya disebut struktur garis merupakan bentuk yang paling
sederhana yang biasanya dihubungkan dengan prinsip kekuasaan
berantai, birokrasi dan berbagai tingkatan hierarkis. Struktur ini
mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai akibat dari adanya
birokrasi. Dalam organissi keperawatan garis dan personel staf
keduanya biasanya adalah perawat professional.
b. Struktur bentuk bebas
Struktur organisasi bebas disebut organisasi matriks. Dibentuk
berdasarkan respon waktu persaingan eksternal dan efisiensi fasilitas
dan efektifitas internal melalui kerjasama dan penerapan disiplin.
(Russel C. Swanburg, Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan untuk Perawat Klinis, EGC. Hal. 211-212).
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah.
Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi,
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan
kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
1. Strategi organisasi pencapaian tujuan
2. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan
membedakan bentuk struktur organisasi
3. Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga
lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur
perusahaan
4. Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur
organisasi.
Adapula struktur dalam sebuah organisasi yang mencerminkan
kegiatan sebagai berikut :
1. Adanya pengorganisasian proses pekerjaan.
2. Adanya deskripsi yang berkenaan dengan wilayah atau lingkup kerja.
3. Adanya deskripsi tugas kerja.
4. Adanya identifikasi kompetensi.
5. Adanya identifikasi kompetensi perorangan.
15
16
b. Misi
1)
B. Gambaran Umum Ruang Interna RS Bhayangkara
1. Deskriptif Ruangan
Nama RS : RS Bhayangkara Manado
Nama Ruangan : Interna (penyakit dalam)
Jenis type / kelas : Tipe non class
Kapasitas Ruangan : 7 ruangan perawatan, 1 ruangan isolasi, 1
ruangan perawat
Jumlah TT : 32 tempat tidus
Jenis Penyakit : Penyakit Dalam
Jumlah perawat : 8 orang
Pembagian Ruangan
- Ruangan Anggrek 1 : 2 Tempat Tidur
- Ruangan Anggrek 2 : 2 Tempat Tidur
- Ruangan Anggrek 3 : 2 Tempat Tidur
- Ruangan Melati 2 : 7 Tempat Tidur
- Ruangan Mawar 2 : 7 Tempat Tidur
- Ruangan Teratai 1 : 5 Tempat Tidur
- Ruangan Teratai 2 : 5 Tempat Tidur
- Ruangan Isolasi : 2 Tempat Tidur
Ketenagaan
Jumlah tenaga yang bertugas di Ruangan Interna adalah sbb :
No Tenaga Tingkat Jmlh Status Ket
Pendidikan
17
3.
a. Peralatan Medis
1. TB Paru 33
2. DM Tipe 2 31
3. CHF 13
4. CKD 25
b. Weakness / kelemahan
Jumlah dan kwalitas tenaga belum memenuhi kwalifikasi standar
profesional.
Berdasarkan penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan klasifikasi
pasien ( Metode Douglass).
P S M P S M P S M
d. Threat / Ancaman
Persaingan antara rumah sakit semakin meningkat terutama rumah
sakit swasta.
Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untu mendapatkan
pelayanan yang lebih profesional.
Kebijakan AFTA yang memungkinkan masuknya tenaga perawat asing
ke Indonesia.
1) Perencanaan / Planning
a. Visi dan Misi
- 100% (10) mengetahui visi dan misi rumah sakit.
- 100% (10) tidak mengetahui visi dan misi ruangan.
- 100% (10) tidak mengetahui visi dan misi bidang perawatan .
- 100% (10) mengetahui dan memahami tujuan bidang
perawatan dan tujuan unit perawatan di ruangan Ester.
Permasalahan :
Belum adanya visi dan misi ruangan.
Analisis :
Visi dan Misi rumah sakit, dan ruangan perawatan perlu dijabarkan
dan disosialisasikan kepada seluruh perawat di ruangan. Visi dan
Misi dibutuhkan untuk memberikan arah pada pelaksanaan profesi
keperawatan agar profesionalisme proses pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar keperawatan serta visi dan misi rumah sakit.
b. Perencanaan kebutuhan Tenaga di Ruangan
- 100% (10) mengatakan tidak didasarkan pada analisis
kebutuhan tenaga di ruangan yang bersangkutan.
Permasalahan :
Jumlah dan kwalitas tenaga belum memenuhi kwalifikasi standar
profesional.
Analisis :
Penempatan tenaga perawat di ruangan perlu dihitung berdasarkan
Analisis Kebutuhan Tenaga , didasarkan pada beban kerja unit yang
bersangkutan agar jumlah tenaga yang ada dapat didaya gunakan
secara efektif.
21
Permasalahan :
Di ruangaan Interna terdapat 4 penyakit besar yang dirawat, hal ini
memerlukan adanya SAK yang baku untuk melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.
22
Analisis :
SAK merupakan pedoman dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien.
2) Pengorganisasian / Organizing
a. Struktur Organisasi
- 100% (10) mengetahui struktur rumah sakit
dan 100% (10) menjawab struktur tersebut dalam bentuk tertulis.
- 50% (5) mengetahui struktur ruangan.
- 100% (10) menjawab struktur ruangan tidak
tertulis.
Permasalahan :
Struktur organisasi tidak tertulis padahal sangat penting untuk
dibaca/dilihat oleh perawat pelaksana.
Analisis :
Dalam setiap organisasi sangat diperlukan suatu struktur sebagai
satuan komando dalam koordinasi di ruangan.
b. Tugas dan Fungsi
- 100% (10) mengetahui tugas dan fungsi
sebagai perawat pelaksana. Namun dalam pelaksanaan masih
terdapat perawat yang berperan ganda.
- 80% (8) mengatakan tugas dan fungsi perawat
tidak tertulis.
Permasalahan :
Belum adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan
adanya konflik peran / peran ganda pada perawat.
Analisis :
Perawat akan menyadari apa yang seharusnya dilaksanakan
berkaitan dengan tugas keprofesiannya.
c. Penugasan
- 90% (9) belum mengetahui tentang sistem
penugasan yang ditetapkan di ruangan.
- 70% (7) menjawab dalam bentuk fungsional,
semuanya menjawab tidak ada pedoman tentang sisitem penugasan
tersebut.
- 90% (9) tidak mengerti tentang sistem
penugasan Tim, Tim – Fungsional, maupun Moduler.
Permasalahan :
Belum ada model praktek keperawatan yang jelas.
Analisis :
Mutu pelayanan asuhan keperawatan sangat tergantung dari tenaga
pelaksanaan memberikan asuhan. Untuk itu kemampuan pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan perlu
23
3) Koordinasi / Actuating
a. Pendelegasian
- 40% (4) pernah mendapatkan pendelegasian tugas dari PJ, dan
bahwa tugas tersebut telah didiskusikan sebelumnya.
Permasalahan : -
Analisis :
Pendelegasian merupakan pelimpahan kewenangan oleh seorang
penanggung jawab kepada anggotanya.
b. Insentif
- 100% (10) mendapat insentif dari ruangan.
Permasalahan :
Rata – rata perawat kurang puas dengan insentif yang di berikan.
Analisis :
Tinggkat kesejahteraan perawat akan sangat menunjang dalam
pelaksanaan tugas.
c. Masalah – masalah timbang terima pasien
- 50% (5) menjawab masalah yang sering terjadi
adalah belum dilaksanakan timbang terima secara optimal,
hubungan kerja sesama perawat, hubungan perawat dengan pasien /
keluarga.
Permasalahan :
Adanya konflik dalam pelaksanaan timbang terima yang belum
optimal, hubungan antar perawat, perawat dengan pasien / kekuarga.
Analisis :
24
Perlu adanya pelaksanaan timbang terima dan kerja sama yang baik
antar sesama perawat dan perawat – pasien / keluarga untuk
keberhasilan askep.
d. Pertemuan Berkala
- 100% (10) mengatakan kadang – kadang
dilakukan pertemuan berkala di ruangan tetapi tidak setiap bulan.
Permasalahan :
Karena keterbatasan tenaga perawat di ruangan.
Analisis :
Dalam pertemuan dapat dibahas tentang masalah – masalah yang
terjadi maupun informasi penting lainnya untuk peningkatan
wawasan staf keperawatan.
a) Perencanaan
1. Belum ada visi dan misi tertulis.
2. Jumlah dan kwalitas tenaga belum memenuhi kwalifikasi standar
profesional.
3. Tinggkat pendidikan perawat pelaksan sebagian besar masih merupakan
perawat profesional pemula.
25
c) Koordinasi
1. Rata – rata perawat kurang puas dengan insentif yang di berikan.
2. Belum dilaksanakan timbang terima secara optimal.
3. Adanya permasalahan tentang hubungan kerja antar perawat dan
perawat dengan pasien / keluarga.
d) Pengawasan
1. Pendokumentasian asuhan keperawatan belum dilakukan secara
optimal.
5. Prioritas Masalah
1 = Tidak Penting
2 = Kurang Penting
3 = Cukup Penting
4 = Penting
5 = Sangat Penting
26
RS Bhayangkara Manado
Berdasarkan skor pada tabel di atas maka prioritas masalah adalah sebagai berikut :
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total
Dari pembobotan di atas ada 13 prioritas masalah secara berurutan, tetapi karena
keterbatasan waktu, daya, dan kemampuan mengatasi masalah manajemen keperawatan di
ruangan Interna, maka hanya tiga (3) masalah yang akan diatasi.
16
17
1 Man
a. Ketenagaan - Ketenagaan - Jumlah perawat yang masih kurang menyebabkan adanya - Adanya peluang Kekurangan
pekerjaan perawat yang dikerjakan oleh administrasi contoh : dalam perawat dapat
Ka.Ru = 1 org
menjelaskan obat pulang klien yang harusnya dilakukan oleh penerimaan menimbulkan
PJ.shift= 4
perawat tapi di jelaskan oleh administrasi. perawat baru. peningkatan
org
- Jam visit dokter yang tidak tetap menyebabkan penumpukan kelebihan beban
PP = 9 org
kerja perawat di pagi hari, sehingga perawat di pagi hari kerja perawat
Asper = 1 org
kelebihan beban kerja. sehingga terjadi
- Berdasarkan penghitungan ketenagaan menurut Thailand & penurunan kinerja
Philiphine : perawat dan
Jumlah jam perawatan /pasien = 7 jam kualitas asuhan
Tenaga yang dibutuhkan = keperawatan.
Jml jam perawatan x 52mgg x 7 hr x jml TT x BOR
Jml mgg efektif x 40 jam
Koreksi = 25%
Tenaga yang dibutuhkan =
jml tenaga yang di butuhkan + 25 %
7 jam x 52mgg x 7 hr x 26 TT x 85%
39 mgg x 40 jam
18
60642
38,87
1560
Faktor koreksi = 38,87 x 25 % = 9,71 10
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan : 17 + 10 = 27 orang
Saat ini tenaga perawat di Ruang interna 1= 14 + 1 Ka.ru
b. Latar Belakang - Tingkat Pendidikan - Perawat dengan tingkat - Adanya kesempatan Tuntunan masyarakat
Pendidikan pendidikan S1 Ners 2 orang untuk melanjutkan dalam pelayanan yang
S1 Kep Ns = 2 org
dan 12 orang dengan latar pendidikan ke jenjang optimal dan holistic.
D3 Kep = 12 org
belakang hanya dengan yang lebih tinggi
SPK = 1 org
pendidikan Diploma - Adanya pre conference
Keperawatan sebelum memulai
- Kesempatan dalam asuhan keperawatan
melanjutkan pendidikan yang - Adanya post
lebih tinggi terbatas. conference di akhir.
- Belum adanya perbedaan - Adanya sharing dengan
antara perawat lulusan DIII kepala ruangan
dengan perawat lulusan - Adanya rapat bulanan
S1dalam tugas sebgai evaluasi.
keperawatannya.
19
OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN WEAKNEES / KELEMAHAN THREATS / ANCAMAN
KESEMPATAN
d. Karakteristik - Klien di interna 1 memiliki - Tenaga perawat yang terbatas - Tingkat ketergantungan - Rumah sakit swasta di
pasien tingkat ketrgantungan yang dan jam visite dokter yang klien yang berbeda dapat kota Tangerang yang
berbeda-beda mulai dari yang tidak tetap meningkatkan memiliki ruangan dan
yang minimal care sampai - Tidak ada data karakteristik pengetahuan dan asuhan keperawatan
total care. Namun rata-rata pasien sesuai tingkat ketrampilan perawat yang berkualitas.
memiliki tingkat ketergantungan pasien dalam memberikan
ketergantungan minimal care. Asuhan keperawatan.
20
e. Kedisiplinan - Kejelasan jadwal mulai dari - Ketidak disiplinan perawat - Kedisiplinan yang tinggi - Ketidakdisiplinan
ketepatan waktu datang dan dalam hal kehadiran akan tercipta suasana perawat terhadap
jadwal dinas. (ketepatan waktu datang) yang nyaman bagi pasien kehadiran akan
- Banyaknya keluarga klien dan perawat. menghambat proses
- Adanya kejelasan waktu
yang berkunjung tidak patuh pelayanan asuhan
berkunjung dan batas umur
terhadap peraturan batas keperawatan.
pengunjung.
waktu berkunjung dan - Ketidakpatuhan
jumlah penunggu keluarga pasien
terhadap peraturan
batas waktu
berkunjung dan jumlah
penunggu akan
menimbulkan infeksi
nosokomial dan
menghambat asuhan
21
keperawatan.
OPPORTUNITY / THREATS /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN WEAKNEES / KELEMAHAN
KESEMPATAN ANCAMAN
f. Jumlah pasien - Jumlah BOR pada bulan - Hanya klien jenis kelamin - Adanya Peningkatan - Banyaknya RS yang
februari 2015 = 86,58% laki-laki yang dapat dirawat di mutu pelayanan. berlokasikan di kota
ruang interna 1. - Peningkatan BOR dari tangerang sehingga
klien yang di kirim oleh masyarakat bebas
IGD dan poli penyakit memilih pelayanan
dalam. yang merasa dapat
memberikan pelayanan
yang optimal.
g. Kinerja - Perawat ruangan memiliki - Masih adanya tenaga perawat - Klien dan keluarga klien - Sikap perawat yang
sikap yang baik, ramah yang kurang ramah, kurang yang merasa puas dengan kurang baik dapat
kepada klien dan keluarga sabar terhadap klien dan pelayanan perawat mengakibatkan
klien. keluarga klien. interna 1. pelayanan yang kurang
optimal.
22
WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
2
Material
a. Ruang Rawat - Ruang Interna 1 adalah ruang - Cleaning service terbatas - Adanya dana untuk - Banyaknya RS berdiri
perawatan penyakit dalam laki- - Hordeng ruangan hanya penambahn cleaning di Tangerang dengan
laki non class dengan kapasitas satu. service kondisi ruangan yang
26 tempat tidur, terdiri dari 5 - Adanya pembagian lebih nyaman dan lebih
ruangan perawatan dan 1 Ruang jadwal yang jelas menarik
isolasi, setiap ruangan berisi 1 cleaning service
TV dan 2 unit AC, wastafel dan - Adanya kesempatan
km mandi, 1 TT dilengkapi 1 untuk merenovasi dan
meja pasien ruangan
23
b. Ruang Perawat - Ruang ka.Ru dan ruang perawat - Dalam pelaksanaannya - Adanya kesempatan - Membahayakan bagian
menjadi satu km ganti dan masih terdapat penyatuan untuk permintaan lemari lain bila sampah medis
tempat sholat petugas pembuangan sampah Obat dan nonmedis sampai
- Terdapat lemari Obat, alat medis medis dan non medis - Adanya kesempatan menyatu
dan lemari obat emergency - Kondisi lemari tempat permohonan dibuatkan - Ketidaknyamanan
penyinmpanan Obat perlu kamar ganti dan tempat ruang kerja, kamar
- Adanya Ners station di ruang
perbaikan/pergantian sholat petugas ganti dan tempat sholat
Interna 1
karena masih kekurangan - Kolaborasi ruangan dapat menurunkan
- Terdapat gudang yang berfungsi
tempat untuk peyimpanan dengan management RS motivasi kerja perawat
meletakkan tempat sampah
obat pasien
medis dan nonmedis,
penyimpanan alat kesehatan
WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
24
- Adanya tempat sampah yang - Permintaan bahan Perlu sosialisasi tentang Resiko pada keselamatan kerja
sudah terpisah medis dan non medis (APD) maksud tujuan dari prosedur bagi petugas terutama
medis terbatas pemakaian APD perawat.
- Sudah terlaksananya cara
pembuangan spuit.
- Tersedianya alat-alat pelindung
di ruangan (masker dan
handscoon)
3. Metode
a. Penugasan - Metode yang digunakan adalah
- Pelaksanaan - Pelaksanaan asuhan - Kurang meratanya
Kerja metode PJ shift, Karu = 1
penugasan metode PJ keperawatan dilakukan pengetahuan perawat
Orang, PJ shift 4 orang,
shift belum optimal secara menyeluruh, setiap diruangan dapat
Pelaksana = 9 orang dan 1
dan bersifat pelaksana mempunyai menurunkan kualitas askep
Asper
fungsional peluang untuk
bertanggung jawab pada
pasien.
- Operan shift sudah - Materi Operan shift - Ciptakan komunikasi - Isi dari operan shift yang
dilaksanakan di nurse station belum berfokus pada yang lebih baik dalam tidak lengkap dan belum
dan keliling melihat kondisi masalah keperawatan. tukar informasi pasien berfokus pada masalah
klien saat Operan shift keperawatan menyebabkan
perawat yang dinas
selanjutnya tidak
25
WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
b. Protap - Adanya SPO Belum adanya SAK - Meminimalkan terjadinya Kesalahan kerja dapat
kesalahan dalam terjadi kapan saja dalam
pemberian asuhan pemberian Asuhan
keperawatan dengan Keperawatan diruang
protap. rawat
rencana tindakan
keperawatan yang
dilakukan
menyebabkan askep
tidak maksimal dan
komprehensif
WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
5. Machine
a. Peralatan - Adanya alat TPRS.
- Alat sering rusak - Mempermudah dalam - Alat suction, alat
- Terdapat alat neubulizer 1 buah
pemberian Askep neubulizer, bila
Terdapat alat suction disetiap TT - Hilang alat
- Kalibrasi alat secara perawatannya kurang
Adanya fasilitas AC di ruang
. berkala / 6 bulan dan baik dapat berisiko
visite dr, serta lemari es untuk
rutin dapat meminimalisir meningkatkan angka
penyimpanan obat
angka kerusakan alat. infeksi nosokomial
- Terdapat tabung oxigen yang
bila angka
dapat membantu dalam
perbaikannya lebih
memberikan askep secara
tinggi menimbulkan
27
- Observasi : di dalam ruang interna 1 belum ada data demografi dan data asal
rujukan pasien yang biasanya berasal dari IGD dan poli penyakit dalam
- Masalah : tidak ada data demografi pasien dan asal rujukan pasien.
Tabel 3
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Ruang Interna 1 RSU Daerah Tangerang
c. Dana
1). Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun nonmedis merupakan
salah satu fungsi rumah sakit agar pelayanan rumah sakit tersebut dapat berjalan
secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit
perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis, dan non medis.
2). Kajian Data
RSUD Tangerang merupakan RS pemerintah dan merupakan Badan pelayanan
Kesehatan Kota Tangerang, sumber dana berasal dari :
a) APBD Kota Tangerang untuk kegiatan belanja langsung dan belanja tidak
langsung.
b) Klien berbayar (BPJS dan Multiguna)
e . Metode
1. Kebijakan
a) Kajian Teori
standar sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang
dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil.
Menurut Undang-undang RI. No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
dalam penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai
“pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik” atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah
pedoman agar pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan
inilah maka adanya standar pelayanan dan asuhan keperawatan yang identik
dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk
mengukur keberhasilan dan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
32
a) Kajian data
Kebijakan di Ruang Interna 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kebijakan di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang
No Kebijakan
1. Biaya perawatan pelayanan kesehatan di Ruang Interna 1
RSUD Tangerang
2. Pengangkatan kepala ruang
3. Wewenang bagi kepala ruang mengatur manajemen ruang.
Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sudah ada kebijakan – kebijakan perawatan
yang dikeluarkan oleh RSUD Tangerang sehingga koordinasi ruang dapat berjalan
dengan lebih baik lagi.
Tanggal
No Nama SAK Nomor Dokumen
Diterbitkan
1 Memasang kanul rectal 003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
2 Memberikan obat secara 081/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
intravena
3 Petunjuk memberikan obat 037/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
4 Mencuci tangan 062/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
5 Identifikasi pasien 065/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
6 Penggunaan alat pelindung diri 063/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
(APD)
7 Memberikan glycerin spuid 061/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
8 Mengukur blance cairan 073/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
9 Mengukur suhu tubuh melalui 001/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
aksila dengan mengunakan
termometer digital
10 Mengukur tekanan darah 002/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
34
Analisa Data :
f. Material
a) Kajian Teori
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan di RS dan puskesmas sehingga mutu pelayanan kesehatan RS atau
Puskesmas juga ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan secara professional.
Mutu pelayanan secara professional ini dapat memberikan kontribusi terhadap citra RS
atau Puskesmas melalui pemberian jasa pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
38
2. Pengelolaaan Sampah
Perawat telah membuang sampah pada tempatnya. Perawat membuang
limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam tetapi
ada juga sebagian perawat tidak membuang limbah medis benda tajam di
tempat limbah medis benda tajam dan untuk pembuangan jarum sebagian
besar tidak di pisahkan dengan spuitnya melainkan dijadikan satu dengan
ampul, flakon dan spuit, selain itu sampah flabot sebagian masih dibuang di
tempat sampah domestik
Analisa Data:
Hasil observasi discharge planning di ruang Interna 1 menunjukkan hasil 88,89%. Hal
ini menunjukkan bahwa discharge planning di ruang Interna 1 dikategorikan baik atau sudah
mengacu pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karen itu dengan
hasil yang sudah baik perawat perlu untuk menyiapkan tempat untuk digunakan discharge
planing dan dapat mengevaluasi pada keluarga tentang informasi yang telah diberikan.
.
BAB IV
Sesuai dengan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun sebelumnya,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan berdasarkan prioritas masalah di Ruang Ranap Interna 1
RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
A. Pelaksanaan
Adapun diketahui mulai tanggal 6 - 10 April 2015 di ruang Interna 1 Setiap pasien
dengan diagnosa Hiperglikemi diberikan intervensi dan penyuluhan tentang cara cara
pemberian insulin dengan benar selama 15 menit.
43
C. Evaluasi
44
Didapat hasil bahwa adanya hubungan antara intervensi dan penyuluhan tentang cara
memberikan insulin dengan benar di ruang interna 1 yaitu hasil sebelum dan sesudah
dilakukannya intervensi sebagai berikut:
1. Tn. A dengan diagnose Selulitis Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi dengan
nilai GDS 288 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian setelah
dilakukan intervensi GDS 125 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
2. Tn. S Diabetes melitus dengan diagnose hipetensi Vertigo sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 192 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 123 Sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
3. Tn. AA dengan diagnose CKD Dipsnea Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 362 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri .
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 232 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
4. Tn. M dengan diagnose Hemiparesedex SNH Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 257 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 173 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
5. Tn. W dengan diagnose Hipertensi Vomitus DVT Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 341 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 327 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
6. Tn. D dengan diagnose Edema anasarka CHF Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 337 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 291 sudah
dapat memberikan insulin dengan mandiri.
7. Tn. Muh dengan diagnose edema anasarka CKD Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 227 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 125 sudah
dapat memberikan insulin dengan mandiri.
45
Analisa Data
Dari hasil evaluasi diatas, bahwa saat dilakukan pengkajian Kadang-kadang
masih ada perawat yang belum melakukan sosialisasi tentang cara pemberian insulin
dengan benar ke pasien, dan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 yang telah
sosialisasi tentang cara pemberian insulin dengan benar sebanyak 97%. Hal ini
didukung dengan kepala ruang yang selalu mengingatkan para perawat untuk selalu
mensosialisasikan tentang cara pemberian insulin dengan benar pada klien dengan
diagnose hiperglikemi, selain itu para perawat juga saling mengingatkan antar perawat
satu dengan yang lain untuk selalu bisa bersosialisasi dengan pasien dan keluarga
pasien.
Para ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur tentang pemberian insulin,
untuk mengingatkan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 agar selalu memberikan
sosialisasi pada pasien hiperglikemi, selain itu dengan adanya karikatur dan leaflet,
dapat mengoptimalkan para perawat untuk dengan mudah mensosialisasikan tentang
hiperglikemi. Karikatur yang digunakan telah dikonsulkan dengan kepala ruang dan
bidang keperawatan, setelah disetujui para ners muda kemudian memberikan pada
kepala ruang untuk ditindak lanjuti. Adapun faktor pendukung dan penghambat
adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari Kepala Ruangan dan Pembimbing
2) Perawat bersedia melakukan Sosialisasi tentang Hiperglikemi kepada Pasien
dan Keluarga Pasien
b. Faktor Penghambat
1) Belum adanya Poster/Leaftlet tentang Diabetes Melitus
D. Penyuluhan tentang DM
Telah dilakukan pada tanggal 06 April 2015 – 10 April 2015 sebelum makan siang
sekitar jam 11.00 – jam 12.00 WIB dan di ikuti oleh pasien dan keluarga
46
3. Tahap Evaluasi
a. Melakukan evaluasi magang kepala ruang pada tanggal 11 April 2015
Analisa Data
Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa para ners muda telah melakukan
magang kepala ruang interna 1, di mana jadwal telah di tetapkan oleh
Pembimbing Akademik.
50
Target
Pokok Penanggung
Masalah Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Orang yang terkait
Kegiatan jawab
Pelaksanaan
Hiperglikemi Untuk Lakukan Tn. D dengan dx, Pelaksanaan
Neneng Satriani Kepala Ruangan
(Kenaikan menstabilkan Pemeriksaan hiperglikemi dilakukan
Tn. M dengan dx.
Kadar Gula kembali kadar kadar glukosa padatanggal
Anjurkan Hiperglikemi Nuraliyani Ketua Tim
dalam Darah) gula dalam 6-8
Tn. K dengan dx.
darah. Pasien untuk
Diabetes Melitus siangHari
membatasi Nurjazilah Perawat Pelaksana
Tn. W
makan- denganHiperglikemi
makanan yang Tn. AA Rukmana
Siang hari
manis. denganHiperglikemi
Anjurkan klien
Tn. S dengan
untuk patuh Siang hari
Diabetes Melitus
menyuntikkan Tn. M
insulin. denganHiperglikemi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka KelompokNers Manajemen
Keperawatan STIKES YATSI Tangerang dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan Universal Precaution didapatkan hasil bahwa saat memberikan
insulin terkadang masih ada perawat yang belum mengajarkan pemberian insulin dengan
benar kepada klien, dan setelah di lakukan sosialisasi perawat telah mengajarkan cara
pemberian insulin dengan benar kepada klien dan para perawat di Ruang Interna 1 telah
saling mengingatkan untuk mengajarkan pemberian insulin kepada klien saat
memberikan insulin kepada klien.
Para Ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur dan poster tentang diabetes
mellitus dan pemberian insulin dengan benar, untuk mengingatkan para perawat di Ruang
Interna 1 agar selalu mengajarkan klien cara memberikan insulin dengan benar saat
membeikan insulin, selain itu dengan adanya karikatur dan poster, dapat mengoptimalkan
para perawat untuk mengajarkan cara memberikan insulin dengan benar.
b. Dalam pembuatan baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1dengan target awal 100%,
criteria keberhasilanya itu telah tersusun baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1 sesuai
kondisi saat ini. Dari hasil pelaksanaan didapatkan hasil 100% yang artinya bahwa bagan
Visi dan Misi telah dilaksanakan dengan baik.
c. Dalam proses magang kepala ruang didapatkan hasil bahwa ners muda yang belum
berpengalaman menjadi kepala ruang, setelah magang menjadi kepala ruang telah
mendapatkan gambaran menjadi kepala ruang.
B. SARAN
Dari hasil evaluasi dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka kami memiliki beberapa
saran antara lain :
a. SAK Diabetes Melitus, SNH dan TB Paru belum tersusun, diharapkan rumah sakit dapat
segera menyususn SAK Diabetes Melitus agar dapat mengaplikasikan dan
mengoptimalkan SAK tersebut sesuai dengan SAK yang telah ada.
b. Sebelum melakukan tindakan keperawatan agar perawat tetap selalu mengajarkan cara
penyuntikan insulin untuk pasien yang akan pulang kerumah.
51
c. Bagan Visi dan Misi yang telah di buat semoga dapat dirawat dengan baik dan dapat
menjadikan patokan dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada pasien. Selain itu dapat
memberikan semangat kepada seluruh petugas di ruang interna 1
d. Setelah para ners muda melakukan magang kepala ruang, untuk kedepannya agar waktu
dalam magang sebagai kepala ruang dapat ditambahkan waktu untuk praktek manajemen
dari pihak akademik, untuk lebih memahami tugas kepala ruang dan menambah
pengalaman ners muda.
DAFTAR PUSTAKA
52