Вы находитесь на странице: 1из 69

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Keperawatan professional dalam pelayanannya diperlukan adanya
pengembangan keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran
dan manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang salah satunya adalah
dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang optimal serta mampu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan.
Suatu organisasi dalam mencapai tujuan perlu didukung oleh pengelolaan
faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material.
Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan
kepuasan kepada klien dan pelanggan rumah sakit. Kelima standar rumah sakit
tersebut harusnya telah dimiliki oleh rumah sakit yang telah terakreditasi.
Di dalam suatu rumah sakit unit pelayanan kesehatan terkecil adalah suatu
ruangan yang merupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan
ilmu dan asuhan keperawatanya secara optimal. Akan tetapi, tanpa adanya tata
kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari
semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi
suatu teori. Untuk itu perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan
Model Praktek Keperawatan Profesional yang merupakan penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik
keperawatan.
Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan
adanya posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat
pelaksana, dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang berkualitas. Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhui

1
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan
tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah
satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku
kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.
Ruang interna di Rumah Sakit Bayangkara Manado merupakan salah satu
ruang perawatan membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi
tercapainya mutu pelayanan yang optimal. Khususnya Ruang interna merupakan
ruang rawat inap penyakit dalam yang terdiri dari 1 ruang khusus perawat, 1
ruang isolasi dan 7 kamar non class.
Maka perlu dilakukan sebuah studi tentang proses keperawatan di Ruang
Interna dimana salah satu terbentuknya adalah praktek stase manajemen
keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan kegiatan praktek klinik keperawatan mahasiswa
mampu melakukan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dengan model Keperawatan Tim dan dapat di terapkan di Ruang
Perawatan Interna RS Bayangkara Manado
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan dalam ketenagaan,
sarana prasarana, metode asuhan, BOR (Bed Occupancy Rate),
menghitung kebutuhan perawat.
b. Membuat analisa dan prioritas masalah keperawatan
c. Merencanakan kegiatan manajemen keperawatan
d. Melaksanakan kegiatan dalam bentuk metode MAKP Tim,
Timbang Trima, Sentralisasi Obat, Discharge Planing, Ronde
Keperawatan, Penerimaan Pasien Baru, Supervisi, dan
Pendokumentasian.
e. Melakukan evaluasi kegiatan
C. Manfaat
1. Bagi pasien
Dengan adanya program MPKP di Rumah Sakit diharapkan pasien
merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang
optimal.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi rumah sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi.
c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MPKP) secara optimal.
3. Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MPKP di dalam Rumah
Sakit

D. Cara Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk
identifikasi masalah dilakukan dengan metode :
4. Observasi
Observasi dilakukan untuk dapat memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang
langsung dilakukan ke pasien.
5. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat, dan keluarga
pasien untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan
pelayanan pasien.
6. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen
ruangan, prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.

E. Peserta Praktek
Mahasiswa program studi D-IV keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado,
kelompok 2:
9. Rizky Fauziah
1. Melinda Oklina
10. Siti Mamonto
2. Rezha Giroth
11. Monlia Umboh
3. Christy Palungan
12. Jorghy Lomboan
4. Erick Bahanimbulo
5. Fajar Wijaya
6. Cicilia Bolango
7. Samuel Dandel
8. Mirfad Hamid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Manajemen Keperawatan


Istilah manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris),
berasal dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana.
Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing
dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang
sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya:
1. Harold Koontz & O’ Donnel

Dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management”


mengemukakan, “Manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu
tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain” (Dayat, n.d,p.6).

2. George R. Terry

Dalam buku dengan judul “Principles of Management” memberikan


definisi: “Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan,
dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Dayat, n.d,p.6).

3. Ensiclopedia of The Social Sciences

Manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu


yang diselenggarakan dan diarvasi.

4. Mary Parker Follet

Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

5. Thomas H. Nelson

Manajemen perusahaan adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas,


proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang
bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan.

6. G.R. Terri,
Manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan dan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

7. James A. F. Stoner

Manajemen diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,


kepemimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

8. Oei Liang Lie

Swanburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan


berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian
(controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen
keperawatan dan dari sub unit departemen.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses penyelesaian pekerjaan


melalui orang-orang atau staf keperawatan sehingga hasil yang diharapkan
dapat tercapai secara efektif (Gillies, 1986). Manajemen keperawatan
mengacu pada pengertian manajemen secara umum. Manajemen adalah proses
untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain. Manajemen keperawatan
adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga, masyarakat.

B. Fungsi Manajemen Keperawatan


Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. fungsi manajemen 3
bagian yaitu:
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan
itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan
dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Perencanaan merupakan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
a. Tujuan perencanaan:
1) Memberi arah organisasi
2) Menentukan tujuan yang realistic
3) Menjamin tercapainya tujuan
4) Meningkatkan efesiensi
5) Membuang program yang tidak bermanfaat
6) Menghindari duplikasi upaya atau program
7) Mengkonsentrasikan pelayanan yang bersifat urgent
8) Meningkatkan aktifitas koordinasi dan komunikasi
9) Memungkinkan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan kerja.
b. Prinsip perencanaan:
1) Jelas tujuan
2) Jelas hasil yang akan dicapai
3) Sederhana
4) Berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku
5) Prioritas
6) Perlibatan aktif
7) Efektif dan efesien
8) Fleksibel
9) Berkesinambungan
10) Kejelasan metode evaluasi.
c. Perencanaan meliputi kegiatan:
1) Pengumpulan data : Data tentang pasien, pegawai/staf,
kepemimpinan, peralatan, dan pelayanan keperawatan.
2) Analisa lingkungan : Dengan menggunakan analisa
SWOT (Strength, Weaknes, Opportunities, Threath).
3) Pengorganisasian data : Memilih data yang mendukung
dan menghambat
4) Pembuatan rencana : Menentukan objektif/ sarana yang
ingin dicapai, uraian kegiatan, prosedur, target waktu,
penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metoda
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan
besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas
apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana
tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas
tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu
kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
a. Prinsip pengorganisasian:
1) Rantai komando (Chain of Command).
2) Rantai Kesatuan Komando (Unity of Command).
3) Rentang Kontrol (Spain of Control).
4) Spesialisasi.
b. Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi:
1) Pola strutur berarti proses hubungan interaksi yang
dikembangkan secara efektif.
2) Penerapan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja
dalam organisasi.
3) Strutur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang
sama pola hubungan antara kegiatan yang tepat dan pembinaan
cara komunikasi yang efektif antara perawat.
c. Aktifitas pengorganisasian:
1) Mengembangkan uraian tugas
2) Mengembangkan prosedur
3) Mengembangkan ketenagaan dan jadwal kerja dinas
4) Strutur organisasi: Birokrasi (Hierarchial Structure/line
structute), Adhocracy, Matrik (free Form Structure)
d. Kegunaan pengorganisasian:
1) Penjabaran secara rinci semua pekerjaan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan
2) Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan
perorangan atau kelompok
3) Mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota
kelompok untuk hubungan dan organisasi.
3. Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha.
Pengarah merupakan suatu upaya menggerakkan kegiatan staf untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Douglas (1984) mendefinisikan
pengarah sebagai suatu penyampaian pesan dan instruksi yang
menyebabkan staf mengerti apa yang diharapkan sehingga dapat
membantu tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Pengarahan mengandung unsur penting, yaitu:
a. Manajemen waktu yang terdiri dari kegiatan organisasi personal,
pengorganisasian pekerjaan dan pendelegasian
b. Komunikasi yang baik yang digunakan adalah komunikasi yang jelas
c. Manajemen konflik yaitu kemampuan dalam mengatasi konflik baik
dengan atasan maupun teman sejawat
7. Pengendalian (controling)
Pengendalian adalah proses pengecekan dan penelusuran
penyimpangan-penyimpangan dari arah yang direncanakan yang
merupakan aktifitas berkesinambungan dan di buat berdasarkan evaluasi
pada waktu kegiatan sedang berjalan.
Prinsip Controlling:
1) Principle of Unifomity : Dibentuk dari awal sampai akhir
2) Principle of Comparison : Membandingkan yang direncanakan
dengan yang dicapai
3) Principle of Exception : tidak sesempurna dari perencanaan,
tetapi ada umpan balik untuk perbaikan
Controlling dilakukan melalui kegiatan:
1) Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan
2) Preconperence, overan, post conperence
3) Ronde keperawatan
4) Mengevaluasi produktifitas berdasarkan gant chat yang telah dibuat
5) Program evaluasi dan peer review
Tipe Controlling:
1) Input control
2) Proses control
3) Output control
Controlling dilakukan pada:
1) Pasien
a) Kebutuhan fisik pertama mental dan sosial
b) Perawatan, pemeriksaan dan pengobatan
c) Lingkungan
2) Ketenagaan
a) Penampilan dan sikap
b) Pelayanan asuhan keperawatan dan sistem kerja
c) Prestasi kerja
3) Alat-alat dan obat-obatan
a) Penggunaan
b) Pencatatan dan pelaporannya
c) Inventaris

C. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan setiap perserikatan manusia untuk pencapaian
suatu tujuan bersama. (James D. Mooney). Pengorganisasian (G.R. Terry)
adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif
antara masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara
efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-tugas
terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada, untuk mencapai tujun dan
sasaran. (Djoko Wijono, Maajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan,
Airlangga University Press, Hal. 62).
a. Struktur Hierarkis
Umumnya disebut struktur garis merupakan bentuk yang paling
sederhana yang biasanya dihubungkan dengan prinsip kekuasaan
berantai, birokrasi dan berbagai tingkatan hierarkis. Struktur ini
mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai akibat dari adanya
birokrasi. Dalam organissi keperawatan garis dan personel staf
keduanya biasanya adalah perawat professional.
b. Struktur bentuk bebas
Struktur organisasi bebas disebut organisasi matriks. Dibentuk
berdasarkan respon waktu persaingan eksternal dan efisiensi fasilitas
dan efektifitas internal melalui kerjasama dan penerapan disiplin.
(Russel C. Swanburg, Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan untuk Perawat Klinis, EGC. Hal. 211-212).
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah.
Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi,
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan
kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
1. Strategi organisasi pencapaian tujuan
2. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan
membedakan bentuk struktur organisasi
3. Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga
lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur
perusahaan
4. Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur
organisasi.
Adapula struktur dalam sebuah organisasi yang mencerminkan
kegiatan sebagai berikut :
1. Adanya pengorganisasian proses pekerjaan.
2. Adanya deskripsi yang berkenaan dengan wilayah atau lingkup kerja.
3. Adanya deskripsi tugas kerja.
4. Adanya identifikasi kompetensi.
5. Adanya identifikasi kompetensi perorangan.

D. Tugas Kepala Ruangan


Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah
peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan
kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari
pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya
kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling
melempar kesalahan.
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000)
sebagai berikut :

1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,


kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan,
organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta
merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
2. Pengorganisasian : meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai
tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan
menggunakan power serta wewengan dengan tepat.
3. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview,
mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf,
dan sosialisasi staf.
4. Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan
etika aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam
mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak
dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan,
personalia dan lain – lain.
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes
(1994), adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga
lain sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
c. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang
berlaku (bulanan, mingguan, harian).
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu
atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan
untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan
ruang rawat.
f. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal.
g. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan
bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.
h. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai.
i. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
j. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan,
fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
k. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program.
l. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk
memudah pemberian asuhan keperawatan.
m. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah berlangsung.
n. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
o. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga
dalam batas wewenangnya.
p. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi
serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
q. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan
secara tepat dan benar
r. Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat
inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan
kepala UPF di Rumah Sakit
s. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
t. Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan
u. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan
v. Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian
memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.
w. Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
x. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian,
meliputi :
a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
b. Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana
keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah
tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat /
golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan mengendalikan
pendayagunaan peralatan perawatan serta obat – obatan secara
efektif dan efisien.
c. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang
rawat.

E. Tugas Ketua Tim


1. Fungsi:
a. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja anggota
tim/pelaksana.
c. Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana.
e. Menyelenggarakan konferensi
2) Uraian Tugas:
a. Perencanaan:
1). Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama
kepala ruangan.
2). Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk
anggota tim/pelaksana.
3) Menyusun rencana asuhan keperawatan.
4) Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan.
5) Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah
kedaruratan.
6) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
7) Mengorientasikan pasien baru.
8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Pengorganisasian dan ketenagaan:
1) Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim.
2) Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk anggota
tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan
keperawatan.
3) Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana sesuai dengan
tingkat ketergantungan pasien.
4) Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain.
5) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana
6) Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan kepada
anggota tim/pelaksana.
7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c. Pengarahan:
1) Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.
2) Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
3) Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
4) Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang melaksanakan
tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan prinsip, rasional
dan kebutuhan pasien.
5) Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan
tugas atau membuat kesalahan.
6) Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.
7) Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir
kegiatan.
8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d. Pengawasan:
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada pasien.
2) Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan
keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota
tim/ pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan dari
anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.
3) Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada
saat itu juga.
4) Melalui evaluasi:
a) Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan
membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan
rencana keperawatan yang telah disusun.
b) Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam melaksanakan
tugas.
c) Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap.
5) Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.
6) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
7) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
9) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik, otokratik,
pseudo demokartik, situasional, dll
10) Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.

F. Tugas Perawat Pelaksana


Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah
satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara
langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat
pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu
perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien
mengatasi masalah kesehatan.
Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai :
1. Comferter Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien
(Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai
pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara
utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan
dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk
mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan kepada klien,
perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.
2. Protector dan Advocat Perawat berupaya melindungi pasien,
mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan
kesehatan. Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat
membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan
mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai
advokat, perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia
secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila
dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak – hak klien melalui cara–cara
yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin
membahayakan kesehatan klien atau menetang hak – hak klien.
3. Communication Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim
kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi
pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam
rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Potter &
Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh
peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi
dengan klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan
lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang
efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan
perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya,
mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lain–lain tidak
mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
4. Rehabilitator Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan
berfungsi normal. Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali
ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang
menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan
restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat
pembantu berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya
hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005).

G. Manajemen di Rumah Sakit


Rumah sakit dan Puskesmas merupakan sub sistem pelayanan
kesehatan yang pada dasarnya melaksanakan dua jenis pelayanan ; (1)
pelayanan kesehatan dan (2) pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan
yang diberikan adalah pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan yang dilakukan di
Rumah sakit meliputi; gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap, sedangkan di
Pukesmas hanya pelayanan; gawat darurat (kearah pertolongan pertama) dan
rawat jalan.
Sejalan dengan reformasi dibidang kesehatan melalui Paradigma Sehat,
pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun di Puskesmas lebih difokuskan
pada upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif-rehabilitatif. Selain itu, pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan puskesmas bukan hanya kepada individu
(pasen), tetapi juga keluarga dan masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan
yang dilakukan merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna
(komprehensif dan holistik).
Manajemen yang diterapkan di jajaran Departemen Kesehatan, lebih
mengacu kepada konsep yang disampaikan G. Terry, yaitu melalui fungsi-
fungsi ; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling).
Fungsi manajemen yang dilakukan di rumah sakit secara garis besar
meliputi ; perencanaan,pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian.
1. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting,
karena perencanaan memegang peranan yang sangat strategis dalam
keberhasilan upaya pelayanan kesehatan di RS. Terdapat beberapa jenis
perencanaan spesifik yang dilaksanakan di RS, yaitu : (a) perencanaan
pengadaan obat dan logistik, yang disusun berdasarkan pola konsumsi
dan pola epidemiologi, (b) perencanaan tenaga professional kesehatan,
dalam menentukan kebutuhan tenaga tersebut misalnya ; tenaga perawat
dan bidan, menggunakan beberapa pendekatan, antara lain ;
ketergantungan pasen, beban kerja, dll.
2. Pengorganisasian merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber
daya yang dimiliki RS dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuannya. Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan
kesehatan di rumah sakit, sama hal dengan di organisasi lainnya.
3. Penggerakan pelaksanaan, manajemen rumah sakit hampir sama dengan
hotel atau penginapan, hanya pengunjungnya adalah orang sakit (pasen)
dan keluarganya, serta pada umumnya mempunyai beban sosial-
psikologis akibat penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya yang
sedang dirawat. Kompleksitas fungsi penggerakan pelaksanaan di RS
sangat dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu : (1) sifat pelayanan kesehatan
yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan kesehatan
(customer service), dengan hasil pelayanan kemungkinan ; sembuh
dengan sempurna, sembuh dengan cacat dan meninggal. Apapun
hasilnya kualitas pelayanan diarahkan untuk kepuasan pasen dan
keluarganya. (2) Pelaksanaan fungsi actuating ini sangat
kompleks,karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis
profesi.
4. Pengawasan dan pengendalian, merupakan proses untuk mengamati
secara terus menerus (bekesinambungan) pelaksanaan rencana kerja
yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap
penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini diperlukan
adanya standar kinerja yang jelas. Dari standar tersebut dapat ditentukan
indikator kinerja yang akan dijadikan dasar untuk menilai hasil kerja
(kinerja) pegawai. Penilaian kinerja pegawai di RS meliputi tenaga yang
memberikan pelayanan langsung kepada pasen, seperti ; perawat, bidan
dan dokter maupun tenaga administratif. Adanya indikator kinerja, akan
memudahkan dalam melakukan koreksi apabila ada penyimpangan.
BAB III
HASIL PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Bhayangkara Manado


Visi dan Misi RS
a. Visi
“”

15
16

b. Misi
1)
B. Gambaran Umum Ruang Interna RS Bhayangkara
1. Deskriptif Ruangan
Nama RS : RS Bhayangkara Manado
Nama Ruangan : Interna (penyakit dalam)
Jenis type / kelas : Tipe non class
Kapasitas Ruangan : 7 ruangan perawatan, 1 ruangan isolasi, 1
ruangan perawat
Jumlah TT : 32 tempat tidus
Jenis Penyakit : Penyakit Dalam
Jumlah perawat : 8 orang

2. Hasil Pengkajian Dan Analisis Hasil

a. Gambaran Umum Interna (Penyakit Dalam)


1). Gambaran Umum Ruangan Interna

Ruang Perawatan Interna (Penyakit Dalam) terletak di bagian paling belakang


RS Bhayangkara. Dengan pembagian ruanagan sebagai berikut :

 Pembagian Ruangan
- Ruangan Anggrek 1 : 2 Tempat Tidur
- Ruangan Anggrek 2 : 2 Tempat Tidur
- Ruangan Anggrek 3 : 2 Tempat Tidur
- Ruangan Melati 2 : 7 Tempat Tidur
- Ruangan Mawar 2 : 7 Tempat Tidur
- Ruangan Teratai 1 : 5 Tempat Tidur
- Ruangan Teratai 2 : 5 Tempat Tidur
- Ruangan Isolasi : 2 Tempat Tidur

 Ketenagaan
Jumlah tenaga yang bertugas di Ruangan Interna adalah sbb :
No Tenaga Tingkat Jmlh Status Ket
Pendidikan
17

1. Kepala Ruangan Ners 1 Peg. yayasan

Perawat Pelaksana - Ners 7 Peg. yayasan


- D-III 10 Honorer
2.

3.

2). Visi dan Misi


Visi dan misi ruangan Interna belum ada, hanya menyesuaikan dengan visi
dan misi rumah sakit.
3). Penjadwalan

-. Dinas pagi : 4 orang


- Dinas sore : 2 orang
- Dinas Malam : 2 orang
4). Fasilitas Medis dan Non Medis

a. Peralatan Medis

No Nama Alat Jumlah


1. Tabung oksigen 5
2. Tensi Meter 1
3. Stetoskop 1
4. Suction 1
5. Senter -
6. Nasopharing tube 1
7. Mesin EKG -
8. Termometer 1
9. Spatel lidah 1
10. Gunting 2
11. Pinset 1
12. Korentang 1
13. Pot 1
14. Urinal -
15. Buli – buli panas -
16. Bengkok 1
17. Irigator -
18. Nebuliser 1
19. Syringe pump -
18

20. Alat ukur TB / BB 1


21. Hammer refleks -
22. Bak instrumen kecil 3
23. Bak instrumen sedang -
24. Bak instrumen Besar -
25. Sterilisator -
26. PCV -

b. Peralatan non medis

No Nama Alat Jumlah


1. Kasur 35
2. Tempat tidur 32
3. Meja / Lemari pasien 31
4. Laken Pasien 32
5. Sarung bantal 32
6. Perlak -
7. Selimut -
8. Washlap -
9. Masker 1
10. Troli Obat 1

c. Alat rumah tangga

No Nama Alat Jumlah


1. Kursi Roda -
2. Lemari obat -
3. Standar infus 21
4. Baskom mandi -
5. Kran air 3
6. Tempat sampah pasien 6
7. Tempat sampah besar tertutup 1

d. Data Penyakit terbesar yang terbesar yang terdapat di Ruangan


Interna periode bulan Januari – Februari 2017

No Nama Penyakit Jumlah


19

1. TB Paru 33
2. DM Tipe 2 31
3. CHF 13
4. CKD 25

2. Analisis SWOT Ruang Perawatan Interna


a. Strength / Kekuatan
 Terdapat tenaga Ners Keperawatan 8 orang (45%), D III 10 (55%).
 Kapasitas tempat tidur 32 buah, dengan 7 buah kamar.
 Tersedia saran / prasarana untuk pasien dan tenaga kesehatan.
 Adanya Visi, misi dan moto rumah sakit.
 Merupakan rumah sakit umum
 Adanya kemauan perawat untuk berubah.

b. Weakness / kelemahan
 Jumlah dan kwalitas tenaga belum memenuhi kwalifikasi standar
profesional.
Berdasarkan penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan klasifikasi
pasien ( Metode Douglass).

Jumlah Klasifikasi Pasien


Pasien

Minimal Care Partial care Total care

P S M P S M P S M

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0.60 0,40

3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

 MPKP belum dilaksanakan.


 Belum ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
 Pendokumentasian Proses Keperawatan belum optimal.
 Belum ada model praktek keperawatan yang jelas.
 SOP / SAK tidak tertulis.
 Belum ada visi dan misi di ruangan Interna.
 Belum ada pedoman tentang sistim penugasan dan klasifikasi pasien.
 Belum dilaksanakan timbang terima secara optimal.
 Adanya konflik peran / peran ganda pada perawat.
 Fasilitas perawatan yang belum memadai.

 Rata – rata perawat kurang puas dengan insentif yang diberikan


c. Oppurtunity / Peluang
20

 Adanya mahasiswa Keperawatan yang praktek manajemen keperwatan.


 Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat
ruangan
 Adanya Organisasi PPNI yang menaungi Profesi Keperawatan.
 Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat

d. Threat / Ancaman
 Persaingan antara rumah sakit semakin meningkat terutama rumah
sakit swasta.
 Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untu mendapatkan
pelayanan yang lebih profesional.
 Kebijakan AFTA yang memungkinkan masuknya tenaga perawat asing
ke Indonesia.

3. Hasil Pengkajian Aspek manajemen dan Analisis Hasil

1) Perencanaan / Planning
a. Visi dan Misi
- 100% (10) mengetahui visi dan misi rumah sakit.
- 100% (10) tidak mengetahui visi dan misi ruangan.
- 100% (10) tidak mengetahui visi dan misi bidang perawatan .
- 100% (10) mengetahui dan memahami tujuan bidang
perawatan dan tujuan unit perawatan di ruangan Ester.
Permasalahan :
Belum adanya visi dan misi ruangan.
Analisis :
Visi dan Misi rumah sakit, dan ruangan perawatan perlu dijabarkan
dan disosialisasikan kepada seluruh perawat di ruangan. Visi dan
Misi dibutuhkan untuk memberikan arah pada pelaksanaan profesi
keperawatan agar profesionalisme proses pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar keperawatan serta visi dan misi rumah sakit.
b. Perencanaan kebutuhan Tenaga di Ruangan
- 100% (10) mengatakan tidak didasarkan pada analisis
kebutuhan tenaga di ruangan yang bersangkutan.
Permasalahan :
Jumlah dan kwalitas tenaga belum memenuhi kwalifikasi standar
profesional.
Analisis :
Penempatan tenaga perawat di ruangan perlu dihitung berdasarkan
Analisis Kebutuhan Tenaga , didasarkan pada beban kerja unit yang
bersangkutan agar jumlah tenaga yang ada dapat didaya gunakan
secara efektif.
21

c. Pengembangan Sumber Daya


- 40% (4) mengatakan ada program pendidikan berkelanjutan
yang telah diprogramkan.
- 100% (10) mengatakan tidak ada sistem jenjang karir yang
ditetapkan RS bagi perawat.
Permasalahan :
Tinggkat pendidikan perawat pelaksana sebagian besar masih
merupakan perawat profesional pemula.
Analisis :
Peningkatan sumber daya manusia dapat dicapai melalui program
pendidikan secara merata dan bergiliran kepada semua perawat.
d. Standar Operasional Prosedur (SOP)
- 100% (10) mengatakan SOP tidak tertulis dan tidak ditempel di
dinding.
- 90% (9) mengatakan tidak terdapat SOP di ruangan.
- 80% (8) mengatakan melakukan tindakan tidak berdasarkan
SOP.
- 90%(9) menjawab tidak terlibat dalam pembuatan SOP.
Permasalahan :
Belum adanya SOP di ruangan Interna sebagai standar dalam
melakukan tindakan.
Analisis :
SOP digunakan untuk komunikasi, standarisasi dan koordinasi
dalam melakukan tindakan keperawatan di ruangan. Oleh karena itu
keberadaan SOP di ruangan sangat penting dalam upaya
mengefisienkan tindakan dan metode pelaksanaan, memudahkan
pengendalian dan membantu dalam memberikan tindakan-tindakan
keperawatan sehingga profesionalisme perawat dapat di tingkatkan.
e. Standar Asuhan Keperawatan
- 100% (10) menjawab ada SAK di ruangan.
- 90% (9) tidak terlibat dalam pembuatan SAK.
- 80% (8) melakukan askep tidak sesuai SAK.
- 100% (10) menjawab SAK tersebut tidak dalam bentuk baku.

Permasalahan :
Di ruangaan Interna terdapat 4 penyakit besar yang dirawat, hal ini
memerlukan adanya SAK yang baku untuk melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.
22

Analisis :
SAK merupakan pedoman dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien.
2) Pengorganisasian / Organizing
a. Struktur Organisasi
- 100% (10) mengetahui struktur rumah sakit
dan 100% (10) menjawab struktur tersebut dalam bentuk tertulis.
- 50% (5) mengetahui struktur ruangan.
- 100% (10) menjawab struktur ruangan tidak
tertulis.
Permasalahan :
Struktur organisasi tidak tertulis padahal sangat penting untuk
dibaca/dilihat oleh perawat pelaksana.
Analisis :
Dalam setiap organisasi sangat diperlukan suatu struktur sebagai
satuan komando dalam koordinasi di ruangan.
b. Tugas dan Fungsi
- 100% (10) mengetahui tugas dan fungsi
sebagai perawat pelaksana. Namun dalam pelaksanaan masih
terdapat perawat yang berperan ganda.
- 80% (8) mengatakan tugas dan fungsi perawat
tidak tertulis.
Permasalahan :
Belum adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan
adanya konflik peran / peran ganda pada perawat.
Analisis :
Perawat akan menyadari apa yang seharusnya dilaksanakan
berkaitan dengan tugas keprofesiannya.
c. Penugasan
- 90% (9) belum mengetahui tentang sistem
penugasan yang ditetapkan di ruangan.
- 70% (7) menjawab dalam bentuk fungsional,
semuanya menjawab tidak ada pedoman tentang sisitem penugasan
tersebut.
- 90% (9) tidak mengerti tentang sistem
penugasan Tim, Tim – Fungsional, maupun Moduler.
Permasalahan :
Belum ada model praktek keperawatan yang jelas.
Analisis :
Mutu pelayanan asuhan keperawatan sangat tergantung dari tenaga
pelaksanaan memberikan asuhan. Untuk itu kemampuan pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan perlu
23

ditingkatkan, salah satunya dengan menambah pemahaman tentang


model pemberian asuhan keperawatan. Ada 5 model keperawatan
yaitu Model Fungsional, Model Tim, Model Kasus, Model Moduler
dan Model Profesional. Dari beberapa Model keperawatan ini yang
mungkin diterapkan di ruangan Interna adalah model fungsional.
d. Jadwal Dinas
- 80% (8) tidak terlibat dalam penyusunan jadwal dinas.
- 70% (7) menjawab bahwa jadwal dinas tersebut disampaikan
kepada yang bersangkutan sebelum disetujui oleh kabid
keperawatan.
- 100% (10) menjawab puas dengan jadwal tersebut.
Permasalahan :
Tidak terlibatnya perawat pelaksana dalam pembuatan jadwal.
Analisis :
Penjadwalan sangat menentukan kelancaran pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab perawat di ruangan.

3) Koordinasi / Actuating
a. Pendelegasian
- 40% (4) pernah mendapatkan pendelegasian tugas dari PJ, dan
bahwa tugas tersebut telah didiskusikan sebelumnya.
Permasalahan : -
Analisis :
Pendelegasian merupakan pelimpahan kewenangan oleh seorang
penanggung jawab kepada anggotanya.
b. Insentif
- 100% (10) mendapat insentif dari ruangan.
Permasalahan :
Rata – rata perawat kurang puas dengan insentif yang di berikan.
Analisis :
Tinggkat kesejahteraan perawat akan sangat menunjang dalam
pelaksanaan tugas.
c. Masalah – masalah timbang terima pasien
- 50% (5) menjawab masalah yang sering terjadi
adalah belum dilaksanakan timbang terima secara optimal,
hubungan kerja sesama perawat, hubungan perawat dengan pasien /
keluarga.
Permasalahan :
Adanya konflik dalam pelaksanaan timbang terima yang belum
optimal, hubungan antar perawat, perawat dengan pasien / kekuarga.
Analisis :
24

Perlu adanya pelaksanaan timbang terima dan kerja sama yang baik
antar sesama perawat dan perawat – pasien / keluarga untuk
keberhasilan askep.
d. Pertemuan Berkala
- 100% (10) mengatakan kadang – kadang
dilakukan pertemuan berkala di ruangan tetapi tidak setiap bulan.
Permasalahan :
Karena keterbatasan tenaga perawat di ruangan.
Analisis :
Dalam pertemuan dapat dibahas tentang masalah – masalah yang
terjadi maupun informasi penting lainnya untuk peningkatan
wawasan staf keperawatan.

e. Alat / media komunikasi


- 100% (10) menjawab Intercom.
4) Pengawasan / Controling
a. Daftar Hadir
- 100% (10) menjawab ada daftar hadir.
- 100% (10) menjawab PJ mengecek kehadiran
perawat yang bertugas di ruangan.
Permasalahan : -
Analisis :
Sebagai penilaian sikap dan disiplin staf.
b. Asuhan keperawatan
- 80% (8) responden melakukan pengkajian, membuat diagnosa
keperawatan, menyusun renpra dan mendokumentasikan askep.
- 60% (6) melaksanakan implementasi.
- 100% (10) menjawab ada evaluasi dari PJ atas tugas yang
didelegasikan.
Permasalahan :
Pendokumentasian asuhan keperawatan belum dilakukan secara
optimal.
Analisis :
Sebagai kunci utama dalam pelayanan keperawatan adalah
kemampuan seorang perawat melaksanakan asuhan keperawatan
secara tepat dan benar.
4. Perumusan Masalah

a) Perencanaan
1. Belum ada visi dan misi tertulis.
2. Jumlah dan kwalitas tenaga belum memenuhi kwalifikasi standar
profesional.
3. Tinggkat pendidikan perawat pelaksan sebagian besar masih merupakan
perawat profesional pemula.
25

4. Tidak ada SOP


5. SAK belum baku
b) Pengorganisasian
1. Struktur ruangan tidak tertulis.
2. Belum ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
3. Belum ada model praktek keperawatan yang jelas.
4. Tidak terlibat perawat pelaksana dalam pembuatan jadwal dinas.
5. Adanya konflik peran / peran ganda pada perawat.

c) Koordinasi
1. Rata – rata perawat kurang puas dengan insentif yang di berikan.
2. Belum dilaksanakan timbang terima secara optimal.
3. Adanya permasalahan tentang hubungan kerja antar perawat dan
perawat dengan pasien / keluarga.
d) Pengawasan
1. Pendokumentasian asuhan keperawatan belum dilakukan secara
optimal.

5. Prioritas Masalah

Setelah diidentifikasi ada 15 masalah yang ditemui, selanjutnya masalah


tersebut di prioritas dengan menggunakan kriteria matriks yaitu :
1. Magnitude ( Mg ) yaitu kecenderungan besar dan seringnya kejadian
masalah.
2. Saverity (Sv) yaitu besarnya kerugian yang di timbulkan.
3. Managearbility (Mn ) yaitu kemungkinan masalah bisa dipecahkan.
4. Nursing consent (Nc) yaitu melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat.
5. Affordability (Af) yaitu ketersediaan sumber daya.

Setiap masalah di beri rentang 1 sampai dengan 5 dengan ketentuan :

1 = Tidak Penting
2 = Kurang Penting
3 = Cukup Penting
4 = Penting
5 = Sangat Penting
26

Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan Di Ruangan Interna

RS Bhayangkara Manado

Berdasarkan skor pada tabel di atas maka prioritas masalah adalah sebagai berikut :

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total

1. Jumlah dan kwalitas tenaga belum 5 3 3 4 5 20


memenuhi kwalifikasi standar profesional.

2. Belum ada visi dan misi tertulis 4 3 3 4 5 19

3. Tinggkat pendidikan perawat pelaksan 5 4 2 4 4 19


sebagian besar masih merupakan perawat
profesional pemula.

4. SOP / SAK tidak tertulis. 5 4 3 3 2 17

5. Struktur ruangan tidak tertulis. 5 3 3 3 3 17

6. Belum ada pembagian tugas dan tanggung 5 4 3 2 3 17


jawab yang jelas.

7. Belum ada model praktek keperawatan 5 4 4 4 4 21


yang jelas.
8. Tidak terlibat perawat pelaksana dalam 5 4 3 3 2 17
pembuatan jadwal dinas.
9. Adanya konflik peran / peran ganda pada 5 4 4 3 3 19
perawat.
10. Rata – rata perawat kurang puas dengan 5 3 4 3 5 20
insentif yang di berikan.
11. Belum dilaksanakan timbang terima secara 5 4 4 3 3 19
optimal
27

12. Adanya permasalahan tentang hubungan 4 3 3 2 5 17


kerja antar perawat dan perawat dengan
pasien / keluarga.
13. Pendokumentasian asuhan keperawatan 5 4 4 3 3 19
belum optimal

Dari pembobotan di atas ada 13 prioritas masalah secara berurutan, tetapi karena
keterbatasan waktu, daya, dan kemampuan mengatasi masalah manajemen keperawatan di
ruangan Interna, maka hanya tiga (3) masalah yang akan diatasi.
16
17

. 9. Tinjauan ruangan berdasarkan analisis SWOT


THREATS /
NO ANALISA STRENGTH WEAKNEES OPPORTUNITY
ANCAMAN

1 Man

a. Ketenagaan - Ketenagaan - Jumlah perawat yang masih kurang menyebabkan adanya - Adanya peluang Kekurangan
pekerjaan perawat yang dikerjakan oleh administrasi contoh : dalam perawat dapat
 Ka.Ru = 1 org
menjelaskan obat pulang klien yang harusnya dilakukan oleh penerimaan menimbulkan
 PJ.shift= 4
perawat tapi di jelaskan oleh administrasi. perawat baru. peningkatan
org
- Jam visit dokter yang tidak tetap menyebabkan penumpukan kelebihan beban
 PP = 9 org
kerja perawat di pagi hari, sehingga perawat di pagi hari kerja perawat
 Asper = 1 org
kelebihan beban kerja. sehingga terjadi
- Berdasarkan penghitungan ketenagaan menurut Thailand & penurunan kinerja
Philiphine : perawat dan
Jumlah jam perawatan /pasien = 7 jam kualitas asuhan
Tenaga yang dibutuhkan = keperawatan.
Jml jam perawatan x 52mgg x 7 hr x jml TT x BOR
Jml mgg efektif x 40 jam

 Koreksi = 25%
 Tenaga yang dibutuhkan =
jml tenaga yang di butuhkan + 25 %
7 jam x 52mgg x 7 hr x 26 TT x 85%
 39 mgg x 40 jam
18

60642
  38,87
1560
 Faktor koreksi = 38,87 x 25 % = 9,71  10
 Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan : 17 + 10 = 27 orang
 Saat ini tenaga perawat di Ruang interna 1= 14 + 1 Ka.ru

NO ANALISA STRENGTH WEAKNEES OPPORTUNITY THREATS / ANCAMAN

b. Latar Belakang - Tingkat Pendidikan - Perawat dengan tingkat - Adanya kesempatan Tuntunan masyarakat
Pendidikan pendidikan S1 Ners 2 orang untuk melanjutkan dalam pelayanan yang
 S1 Kep Ns = 2 org
dan 12 orang dengan latar pendidikan ke jenjang optimal dan holistic.
 D3 Kep = 12 org
belakang hanya dengan yang lebih tinggi
 SPK = 1 org
pendidikan Diploma - Adanya pre conference
Keperawatan sebelum memulai
- Kesempatan dalam asuhan keperawatan
melanjutkan pendidikan yang - Adanya post
lebih tinggi terbatas. conference di akhir.
- Belum adanya perbedaan - Adanya sharing dengan
antara perawat lulusan DIII kepala ruangan
dengan perawat lulusan - Adanya rapat bulanan
S1dalam tugas sebgai evaluasi.
keperawatannya.
19

- Adanya motivasi dari kepala


ruangan.
c. Pendidikan - Kesempatan dalam mengikuti - Perawat mempunyai Adanya keterbatasan
dan Pelatihan - Motivasi perawat dalam pelatihan / seminar terbatas peluang untuk perawat dan kemampuan
mengembangkan diri - Informasi yang kurang tentang mengikuti seminar/ perawat dalam kualitas
pelatihan dan seminar diluar pelatihan pelayanan.
- PJ shift dan perawat pelaksana
RS - Kesempatan dalam
diikutsertakan dalam
- Tidak adanya reward yang meningkatkan Sumber
pelatihan-pelatihan
significant bagi karyawan daya perawat.
- Adanya kesempatan untuk yang berprestasi
melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi

OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN WEAKNEES / KELEMAHAN THREATS / ANCAMAN
KESEMPATAN

d. Karakteristik - Klien di interna 1 memiliki - Tenaga perawat yang terbatas - Tingkat ketergantungan - Rumah sakit swasta di
pasien tingkat ketrgantungan yang dan jam visite dokter yang klien yang berbeda dapat kota Tangerang yang
berbeda-beda mulai dari yang tidak tetap meningkatkan memiliki ruangan dan
yang minimal care sampai - Tidak ada data karakteristik pengetahuan dan asuhan keperawatan
total care. Namun rata-rata pasien sesuai tingkat ketrampilan perawat yang berkualitas.
memiliki tingkat ketergantungan pasien dalam memberikan
ketergantungan minimal care. Asuhan keperawatan.
20

e. Kedisiplinan - Kejelasan jadwal mulai dari - Ketidak disiplinan perawat - Kedisiplinan yang tinggi - Ketidakdisiplinan
ketepatan waktu datang dan dalam hal kehadiran akan tercipta suasana perawat terhadap
jadwal dinas. (ketepatan waktu datang) yang nyaman bagi pasien kehadiran akan
- Banyaknya keluarga klien dan perawat. menghambat proses
- Adanya kejelasan waktu
yang berkunjung tidak patuh pelayanan asuhan
berkunjung dan batas umur
terhadap peraturan batas keperawatan.
pengunjung.
waktu berkunjung dan - Ketidakpatuhan
jumlah penunggu keluarga pasien
terhadap peraturan
batas waktu
berkunjung dan jumlah
penunggu akan
menimbulkan infeksi
nosokomial dan
menghambat asuhan
21

keperawatan.

OPPORTUNITY / THREATS /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN WEAKNEES / KELEMAHAN
KESEMPATAN ANCAMAN

f. Jumlah pasien - Jumlah BOR pada bulan - Hanya klien jenis kelamin - Adanya Peningkatan - Banyaknya RS yang
februari 2015 = 86,58% laki-laki yang dapat dirawat di mutu pelayanan. berlokasikan di kota
ruang interna 1. - Peningkatan BOR dari tangerang sehingga
klien yang di kirim oleh masyarakat bebas
IGD dan poli penyakit memilih pelayanan
dalam. yang merasa dapat
memberikan pelayanan
yang optimal.

g. Kinerja - Perawat ruangan memiliki - Masih adanya tenaga perawat - Klien dan keluarga klien - Sikap perawat yang
sikap yang baik, ramah yang kurang ramah, kurang yang merasa puas dengan kurang baik dapat
kepada klien dan keluarga sabar terhadap klien dan pelayanan perawat mengakibatkan
klien. keluarga klien. interna 1. pelayanan yang kurang
optimal.
22

WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN

2
Material
a. Ruang Rawat - Ruang Interna 1 adalah ruang - Cleaning service terbatas - Adanya dana untuk - Banyaknya RS berdiri
perawatan penyakit dalam laki- - Hordeng ruangan hanya penambahn cleaning di Tangerang dengan
laki non class dengan kapasitas satu. service kondisi ruangan yang
26 tempat tidur, terdiri dari 5 - Adanya pembagian lebih nyaman dan lebih
ruangan perawatan dan 1 Ruang jadwal yang jelas menarik
isolasi, setiap ruangan berisi 1 cleaning service
TV dan 2 unit AC, wastafel dan - Adanya kesempatan
km mandi, 1 TT dilengkapi 1 untuk merenovasi dan
meja pasien ruangan
23

- Terdapat Hand Hygiene di


depan masing-masing ruangan.

b. Ruang Perawat - Ruang ka.Ru dan ruang perawat - Dalam pelaksanaannya - Adanya kesempatan - Membahayakan bagian
menjadi satu km ganti dan masih terdapat penyatuan untuk permintaan lemari lain bila sampah medis
tempat sholat petugas pembuangan sampah Obat dan nonmedis sampai
- Terdapat lemari Obat, alat medis medis dan non medis - Adanya kesempatan menyatu
dan lemari obat emergency - Kondisi lemari tempat permohonan dibuatkan - Ketidaknyamanan
penyinmpanan Obat perlu kamar ganti dan tempat ruang kerja, kamar
- Adanya Ners station di ruang
perbaikan/pergantian sholat petugas ganti dan tempat sholat
Interna 1
karena masih kekurangan - Kolaborasi ruangan dapat menurunkan
- Terdapat gudang yang berfungsi
tempat untuk peyimpanan dengan management RS motivasi kerja perawat
meletakkan tempat sampah
obat pasien
medis dan nonmedis,
penyimpanan alat kesehatan

WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
24

- Adanya tempat sampah yang - Permintaan bahan Perlu sosialisasi tentang Resiko pada keselamatan kerja
sudah terpisah medis dan non medis (APD) maksud tujuan dari prosedur bagi petugas terutama
medis terbatas pemakaian APD perawat.
- Sudah terlaksananya cara
pembuangan spuit.
- Tersedianya alat-alat pelindung
di ruangan (masker dan
handscoon)
3. Metode
a. Penugasan - Metode yang digunakan adalah
- Pelaksanaan - Pelaksanaan asuhan - Kurang meratanya
Kerja metode PJ shift, Karu = 1
penugasan metode PJ keperawatan dilakukan pengetahuan perawat
Orang, PJ shift 4 orang,
shift belum optimal secara menyeluruh, setiap diruangan dapat
Pelaksana = 9 orang dan 1
dan bersifat pelaksana mempunyai menurunkan kualitas askep
Asper
fungsional peluang untuk
bertanggung jawab pada
pasien.

- Operan shift sudah - Materi Operan shift - Ciptakan komunikasi - Isi dari operan shift yang
dilaksanakan di nurse station belum berfokus pada yang lebih baik dalam tidak lengkap dan belum
dan keliling melihat kondisi masalah keperawatan. tukar informasi pasien berfokus pada masalah
klien saat Operan shift keperawatan menyebabkan
perawat yang dinas
selanjutnya tidak
25

mengetahui kondisi klien


secara menyeluruh.

WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN

b. Protap - Adanya SPO  Belum adanya SAK - Meminimalkan terjadinya Kesalahan kerja dapat
kesalahan dalam terjadi kapan saja dalam
pemberian asuhan pemberian Asuhan
keperawatan dengan Keperawatan diruang
protap. rawat

c. Pendokumen - Adanya pendokumentasian


- Terdapat ketidakrelevanan - Adanya pendoku- - Keterbatasan waktu
tasian pengkajian, diagnosa
pendokumentasian antara mentasian yang jelas dan dalam pendokumen-
keperawatan dan catatan
diagnosa keperawatan yang akurat dapat tasian menyebabkan
perkembangan pasien
ditegakkan dengan catatan meminimalisir kesalahan pendokumentasian
keperawatan dan askep tidak
perkembangan. berkesinambungan
- Ketidakrelevanan
diagnosa yang
ditegakkan dengan
26

rencana tindakan
keperawatan yang
dilakukan
menyebabkan askep
tidak maksimal dan
komprehensif

WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN

5. Machine
a. Peralatan - Adanya alat TPRS.
- Alat sering rusak - Mempermudah dalam - Alat suction, alat
- Terdapat alat neubulizer 1 buah
pemberian Askep neubulizer, bila
Terdapat alat suction disetiap TT - Hilang alat
- Kalibrasi alat secara perawatannya kurang
Adanya fasilitas AC di ruang
. berkala / 6 bulan dan baik dapat berisiko
visite dr, serta lemari es untuk
rutin dapat meminimalisir meningkatkan angka
penyimpanan obat
angka kerusakan alat. infeksi nosokomial
- Terdapat tabung oxigen yang
bila angka
dapat membantu dalam
perbaikannya lebih
memberikan askep secara
tinggi menimbulkan
27

kolaboratif. kerugian bagi RS


- Adanya 2 buah rostour
28

Gambaran BOR, LOS, TOI, dan BTO


Maret tahun
2015
Tahun BOR LOS TOI BTO
2015 86,58% 4,02 0,60 6,96

Sumber : data primer


Berdasarkan tabel 2 di atas yang didapatkan pada bulan februari didapatkan hasil BOR
rata-rata 86,58%, LOS rata-rata 4,02 TOI 0,60 , BTO 6,96
1. BOR 86,58%, yang berarti sudah sesuai standar nasional 60 – 85 %
2. LOS 4,02 yang berarti sudah sesuai standar nasional 4 – 7 hari
3. TOI 0,60 yang berarti belum sesuai standar nasional 1-3 hari
4. BTO 6,96 kali yang berarti belum sesuai nilai standar nasional 40 – 50 kali

11. Unsur Input


a. Pasien :
Hasil Wawancara : Kepala rungan interna 1 mengatakan data demografi pasien
dan asal rujukan pasien belum di buat, karu mengatakan seharusnya setiap
ruangan terdapat data demografi pasien dan asal rujukan, tetapi didalam ruang
interna 1 tidak ada . Asal rujukan yang terdapat d ruang inerna 1 adalah dari
IGD dan poli penyakit dalam. Didalam ruang interna1 terdapat jumlah
penyakit terbanyak yaitu :
1. DM : 12 kasus
2. Febris : 10 kasus
3. Ge : 11 kasus
4. DHF : 7 kasus
5. Anemia : 9 kasus
6. Anemia : 5 kasus
7. Hemel : 7 kasus
8. Hepatitis A : 6 Kasus
9. CKD : 3 kasus
10. HIV : 2 kasus
( Data bulan Maret 2015)

- Observasi : di dalam ruang interna 1 belum ada data demografi dan data asal
rujukan pasien yang biasanya berasal dari IGD dan poli penyakit dalam
- Masalah : tidak ada data demografi pasien dan asal rujukan pasien.

b. Instrumental : 5 M (Man, Money, Method, Material, Mechine)


1) Man/tenaga : Kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan
29

a) Kuantitas Tenaga Keperawatan


Kajian Teori
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik
klien, model penugasan, dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan. Kesesuaian tenaga keperawatan yang
mencakup jumlah, jenis, dan kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan
diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan
efisien. Untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dapat
menggunakan beberapa rumus, antara lain:
Menurut Depkes (2002) klasifikasi kategori asuhan keperawatan :
1. Asuhan keperawatan minimal
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
2. Asuhan keperawatan sedang
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam
c.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3. Asuhan keperawatan agak berat
a. Sebagian besar aktivitas dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
c. Terpasang folley kateter, intake output dicatat
d. Terpasang infus
e. Pengobatan lebih dari sekali
f. Persiapan pengobatan perlu prosedur
4. Perawatan maksimal
a. Segala aktivitas diberikan perawat
b. Posisi diatur
c. Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam
d. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
e. Penggunaan suction
f. Gelisah/ disorientasi
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan :
a. Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan jenis kasus
b. Rata-rata pasien perhari
c. Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien
d. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
e. Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari
Kualitas Tenaga Keperawatan
a) Kajian Teori
30

kualitas pelayanan Rumah Sakit Salah satunya adalah pemberian


asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas
diperlukan sumber daya manusia yang sesuai dengan kualitas dan
profesionalitas perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktik
profesional yang merupakan ciri profesi yang harus dipelihara dan
ditingkatkan dalam rangka mempertahankan akuntabilitas kinerja yang tinggi.
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang
disebut Human Resource Development mempunyai 3 program yaitu:
(1) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan kepada
pekerjaan saat ini.
(2) Education, yaitu aktivitas dimana proses diarahkan pada pekerjaan
yang akan datang.
(3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak diarahkan
untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Bagi tenaga profesional di RS menurut Djojodibroto (1997) pelatihan,
kursus dan lokakarya yang di perlukan untuk para medis :
(1) Etika komunikasi
(2) Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
(3) Etika keperawatan
(4) Manajemen keperawatan
(5) Hospital management training
(6) Audit medik
(7) Pencegahan infeksi nosokomial
(8) Sanitasi rumah sakit
b) Kajian Data
Tenaga keperawatan di ruang interna 1 berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Ruang Interna 1 RSU Daerah Tangerang

No Jenis Pendidikan Jumlah %


1 DIII Keperawatan 12 90%
2 S1 Keperawatan 2 10%
Jumlah 14 100%
Sumber: Wawancara langsung pada kepala Ruangan Interna 1
Analisa data :
31

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan perawat di i n t e r n a


1 jenjang DIII mendominasi di ruang Interna 1 sebanyak 12 orang dan S1
Keperawatan sebanyak 2 orang namun hal ini tidak berpengaruh pada manajeman
keperawatan karena perawat di Ruang Interna 1 mayoritas telah berpengalaman atau
mempunyai masa kerja lebih dari diatas 5 tahun. Hal ini berarti sesuai dengan standar
profesi bahwa batas minimal dengan jenjang pendidikan DIII Keperawatan.
Masalah : ketenagaan di ruang interna 1 kurang memadai, namun dari segi penglaman
ketenagaan perawat d ruang interna 1 sudah cukup baik.

c. Dana
1). Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun nonmedis merupakan
salah satu fungsi rumah sakit agar pelayanan rumah sakit tersebut dapat berjalan
secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit
perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis, dan non medis.
2). Kajian Data
RSUD Tangerang merupakan RS pemerintah dan merupakan Badan pelayanan
Kesehatan Kota Tangerang, sumber dana berasal dari :
a) APBD Kota Tangerang untuk kegiatan belanja langsung dan belanja tidak
langsung.
b) Klien berbayar (BPJS dan Multiguna)

e . Metode
1. Kebijakan
a) Kajian Teori
standar sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang
dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil.
Menurut Undang-undang RI. No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
dalam penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai
“pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik” atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah
pedoman agar pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan
inilah maka adanya standar pelayanan dan asuhan keperawatan yang identik
dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk
mengukur keberhasilan dan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
32

a) Kajian data
Kebijakan di Ruang Interna 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kebijakan di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang

No Kebijakan
1. Biaya perawatan pelayanan kesehatan di Ruang Interna 1
RSUD Tangerang
2. Pengangkatan kepala ruang
3. Wewenang bagi kepala ruang mengatur manajemen ruang.

Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sudah ada kebijakan – kebijakan perawatan
yang dikeluarkan oleh RSUD Tangerang sehingga koordinasi ruang dapat berjalan
dengan lebih baik lagi.

2. SAK ( Standar Asuhan Keperawatan )


a) Kajian teori
Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah,
model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai
tolok ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam,
2002).
1) Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-kriteria yang harus
dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan, apabila kriteria-kriteria
tersebut dapat dipenuhi maka mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung
jawabkan secara profesional dengan memahami dan mematuhi kriteria dalam
standar asuhan keperawatan yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian
asuhan keperawatan maka bukan hanya keprofesian yang dapat dijaga dan
ditingkatkan, tetapi juga meliputi pemenuhan kebutuhan dalam aspek-aspek
keamanan dan kenyamanan pasien.
33

2) Suatu ruang perawatan di sebuah rumah sakit idealnya mempunyai


prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami
dan diterapkan oleh seluruh staf di ruangan tersebut. Ruang perawatan harus
mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar
Asuhan Keperawatan) minimal 10 penyakit terbanyak yang sering muncul di
ruang tersebut.
b)Kajian Data
Berdasarkan pengkajian dan observasi yang kelompok lakukan bahwa di
ruang Interna 1 tidak ditemukan SAK namun protap mengenai 10 penyakit
terbanyak.

3. Standar Operating Prosedur (SOP)

Protap tindakan keperawatan pasien di ruang Interna 1 menggunakan pedoman


perawatan dasar tahun 2013 yang berisi :

Standar Operasional Prosedur ( SOP )


di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang

Tanggal
No Nama SAK Nomor Dokumen
Diterbitkan
1 Memasang kanul rectal 003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
2 Memberikan obat secara 081/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
intravena
3 Petunjuk memberikan obat 037/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
4 Mencuci tangan 062/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
5 Identifikasi pasien 065/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
6 Penggunaan alat pelindung diri 063/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
(APD)
7 Memberikan glycerin spuid 061/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
8 Mengukur blance cairan 073/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
9 Mengukur suhu tubuh melalui 001/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
aksila dengan mengunakan
termometer digital
10 Mengukur tekanan darah 002/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
34

11 Menimbang berat badan dan 003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


mengukur tinggi badan
12 Mengukur lingkar perut 004/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
13 Menghitung denyut nadi 005/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
14 Menghitung pernafasan 006/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
15 Menciptakan terapi lingkungan 007/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
16 Melaksanakan kompres hangat 008/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
17 Melaksanakan kompres dingin 009/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
18 Memberikan obat secara 010/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
intracutan
19 Memberikan obat subcutan 011/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
20 Melaksanakan pemberian obat 012/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
secara intramuscular
21 Menyiapkan tempat tidur 064/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
terbuka untuk pasien baru
22 Memberikan obat secara oral 013/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
23 Memberikan obat mata 014/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
24 Memandikan pasien dengan 015/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
posisi berbaring
25 Membantu pasien mandi di 016/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
tempat tidur dengan posisi
duduk
26 Memelihara kebersihan mulut 017/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
dan gigi (oral hygine)
27 Memelihara rambut 018/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
28 Memelihara kuku 019/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
29 Mengganti alat tenun dengan 020/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
pasien ditempat tidur
30 Mengganti alat tenun dengan 021/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
pasien diatasnya
31 Memberikan makanan cair 022/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
melalui naso gathric tube
(NGT)
32 Memasang infus 023/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
33 Melepas infus 024/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
34 Mengganti infus set 025/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
35 Pemberian oksigen 026/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
36 Membantu memperlancar BAK 027/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
37 Membantu pasien eliminasi 028/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
BAK dan BAB
38 Mengeluarkan feses secara 029/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
manual
35

39 Pemasangan kateter tetap 030/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


40 Pemberian huknah rendah 031/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
41 Pemberian huknah tinggi 032/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
42 Membantu pasien melakukan 034/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
mobilisasi di tempat tidur
43 Melakukan restrain kepada 035/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
pasien
44 Membantu pasien dari tempat 036/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
tidur kekursi roda
45 Mennganti baju pada pasien 038/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
dengan terpasang infus
46 Mengganti cairan infus 039/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
47 Menerima pasien baru diruang 040/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
perawatan rawat inap
48 Memindahkan pasien dari 042/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
ruang perawatan ke unit
perawatan ke unik perawatan
intensif
49 Pencegahan infeksi luka infus / 043/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
phlebitis pada tindakan
pemasangan intravena kateter
50 Memasang kateter urethra 044/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
51 Melepas kateter urethra 045/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
52 Pedoman pencegahan 046/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
nosokomial infeksi saluran
kemih ( ISK ) pada prosedur
peawatan kateter urethra
53 Memasang naso gastric tube 047/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

54 Melepas naso gastric tube 048/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


(NGT)
55 Memberi makanan cair melalui 049/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
naso gastrik tube secara
kontinyu drip
56 Pencegahan infeksi pada 050/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
prosedur pemasangan
nasogastric tube ( NGT )
57 Memberikan oksigen melalui 051/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
nasal kanul
36

58 Memindahkan pasien dari 052/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


brancard ketempat tidur
59 Melakukan perawatan jenazah 053/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

60 Pengambilan spesimen urine 054/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

61 Serah terima diruang rawaat 055/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

62 Melaksanakan pergantian shif 056/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

63 Menilai bayi baru lahir 057/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

64 Melakukan irigasi bladder 058/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


secara terus menerus dengan
sistem tertutup
65 Mengeluarkan urine bag 059/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

66 Melaksanakan program 060/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


orientasi pasien baru
67 Penatalaksanaan laporan 066/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
insiden
68 Memindahkan pasien antar 067/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
ruang perawatan
69 Pengelolaan linen 078/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

70 Pelaporan insiden 068/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

71 Mempesiapkan pasien pulang 069/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

72 Memenuhi kebutuhan spritual 071/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

73 Melakukan suctioning 072/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


74 041/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Melaksanakan pemulangan
pasien ( patient discharge )
75 Memberikan oksigen melalui 074/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
sungkup muka sederhana
76 Membantu pasien latihan 075/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
berjalan
77 Melakanakan pemulangan 041/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
37

pasien (patient discharge)


78 Komunikasi efektif ;melakukan 080/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
SBAR saat pelaporan
79 CODE BLUE 082/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

80 Melarutkan obat powder 083/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

81 Memberikan obat supositoria 084/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

82 Drug side effects reporting 079/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

83 Menambahkan obat kedalam 077/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


botol cairan infus yang sedang
berlangsung
84 Pelaporan kejadian tentang 087/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
kesalahan dalam pengobatan
(medication error)
Sumber : data primer RSU Kota Tangerang

Analisa Data :

Berdasarkan hasil observasi di ruang Interna 1 penggunaan SOP menggunakan


acuan tahun 2013. SOP ruang di Interna 1 sudah sesuai dengan standar operasional
prosedur.

f. Material

a) Kajian Teori
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan di RS dan puskesmas sehingga mutu pelayanan kesehatan RS atau
Puskesmas juga ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan secara professional.
Mutu pelayanan secara professional ini dapat memberikan kontribusi terhadap citra RS
atau Puskesmas melalui pemberian jasa pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
38

Pengelolaan atau manajemen keperawatan dilaksanakan untuk mencapai


peningkatan mutu pelayanan keperawatan, tersusunnya program pengembangan tenaga
keperawatan dan terlaksananya penelitian keperawatan.
Standar fasilitas dan alat keperawatan adalah penetapan fasilitas dan alat -alat
yang digunakan dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang
Interna 1 RSUD Tangerang.
g. Mesin
Analisa data :
Ruang Interna 1 sudah cukup dan sudah memenuhi standar tetapi dari mesin
itu perlu sekali dilakukan pemeliharaan karena jumlah alat yang terbatas demi
mempertahankan kualitas pelayanan seperti alat kontrol tentang kalibrasi alat, SOP
pemakaian alat.

12. Unsur Proses


1. Proses Manejemen Asuhan Keperawatan
a. Kajian teori
1) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan identik dengan standar profesi keperawatan,
berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan
keperawatan
Standar I : Pengkajian keperawatan
Standar II : Diagnosa keperawatan
Standar III : Perencanaan keperawatan
Standar IV : Intervensi keperawatan
Standar V : Evaluasi keperawatan
Standar VI : Catatan asuhan keperawatan

2) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan


Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut berfungsi
sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah
pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarkan di rumah sakit sudah
mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam
standar tersebut.
Hasil observasi tindakan di ruang Interna 1 terhadap tindakan keperawatan
kurang baik, karena belum adanya SAK yang jelas.
39

2. Pengelolaaan Sampah
Perawat telah membuang sampah pada tempatnya. Perawat membuang
limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam tetapi
ada juga sebagian perawat tidak membuang limbah medis benda tajam di
tempat limbah medis benda tajam dan untuk pembuangan jarum sebagian
besar tidak di pisahkan dengan spuitnya melainkan dijadikan satu dengan
ampul, flakon dan spuit, selain itu sampah flabot sebagian masih dibuang di
tempat sampah domestik

3. Proses menejemen pelayanan keperawatan


1) Perencanaan (Planing)
Setiap bulan Kepala Ruangan telah membuat perencanaan bulanan seperti rapat
bulanan di ruangan. Kepala ruang menyusun jadual dinas dalam satu bulan.
Mengenai pengembangan SDM, kepala ruangan dilibatkan dalam menyusun
rencana pendidikan dan pielatihan dan dilibatkan dalam penentuan perawat untuk
pelatihan yang ada.
2) Organizing
Hasil observasi tugas kepala ruang di ruang Interna 1 menunjukkan bahwa tugas
kepala sudah berjalan dengan baik di ruang Interna 1 sudah mengacu pada
standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karena itu, kepala ruang
sangat berperan penting dalam peningkatan mutu asuhan keperawatan.
40
41

EVALUASI KUALITAS PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING


DI RUANG INTERNA 1 RSUD TANGERANG
No Kegiatan Observasi
Ya Tidak
A Pre interaksi
1 Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan pengeahuan V
pasien/keluarga)
2 Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan pasien di rumah V
3 Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge planning V
4 Menyiapkan bahan pemberian discharge planning (pedoman V
pemberian discharge palnnin, leaflet), suratkontrol dsb
B Orientasi
1 Memberi salam dengan senyum V
2 Memperkenalkan diri (nama dan peran) dan menjelaskan tugas perawat V
(karu)
3 Menanyakan perasaan pasien/keluarga V
4 Menanyakan kegiatan yang akan dilakukan V
5 Menjelaskan tujuan kegiatan V
6 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan V
pemberian discharge palanning
C Kerja
1 Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk klarifikasi informasi V
yang telah disampaikan
2 Menjelaskan informasi discharge palnning secara urut sesuai pedoman V
a. Masalah keperawtan yangperlu tindak lanjut dirumah
b. Penyuluhan kesehatan
- Cara poemakaian obat
- Cara makan dan minum/pengaturan diet
- Cara pengaturan aktivitas dan istirahat
c. Perikasa ulang/kontrol
3 Mengklarifikasi informasi yang telah diberikan V
4 Menanyakan kejelasan informasi discharge planning yang telah V
disampaikan pada pasien/keluarga
D Terminasi
1 Mengevaluasi pengetahuan pasien/keluarga tentang informasi V
discharge planning yang diberikan
2 Memberikan reinforcement positif pada pasien /keluarga V
3 Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam V
E Dokumentasi
1 Perawat dan pasien/keluarga menandatangani bukti pemberian V
disharge planning di blanko rekam medik yang telah disediakan
Total 16 2
Prosentase 87,89% 12,11%
Sumber data: data primer pengkajian 30 Maret-03 April 2015
42

Analisa Data:
Hasil observasi discharge planning di ruang Interna 1 menunjukkan hasil 88,89%. Hal
ini menunjukkan bahwa discharge planning di ruang Interna 1 dikategorikan baik atau sudah
mengacu pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karen itu dengan
hasil yang sudah baik perawat perlu untuk menyiapkan tempat untuk digunakan discharge
planing dan dapat mengevaluasi pada keluarga tentang informasi yang telah diberikan.
.

BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Sesuai dengan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun sebelumnya,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan berdasarkan prioritas masalah di Ruang Ranap Interna 1
RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

A. Pelaksanaan

Adapun diketahui mulai tanggal 6 - 10 April 2015 di ruang Interna 1 Setiap pasien
dengan diagnosa Hiperglikemi diberikan intervensi dan penyuluhan tentang cara cara
pemberian insulin dengan benar selama 15 menit.
43

Kamar Nama Diagnosa Sebelum dilakukan Sesudah dilakukan


Intervensi intervensi
408-1 Tn. A Selulitis GDS : 288 GDS : 125
Hiperglikemi Belum dapat memberikan Sudah dapat
insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
408-3 Tn. S Diabetes mellitus GDS : 192 GDS : 123
Hipetensi Sudah dapat memberikan Sudah dapat
Vertigo insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
409-1 Tn. CKD GDS : 362 GDS : 232
AA Dipsnea Sudah dapat memberikan Sudah dapat
Hiperglikemi insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
409-2 Tn. M Hemiparesedex GDS : 257 GDS :173
SNH Belum dapat memberikan Sudah dapat
Hiperglikemi insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
409-5 Tn. W Hipertensi GDS : 341 GDS : 327
Vomitus Sudah dapat memberikan Sudah dapat
DVT insulin dengan mandiri memberikan insulin
Hiperglikemi dengan mandiri
410-1 Tn. D Edema anasarka GDS : 337 GDS : 291
CHF Belum dapat memberikan Sudah dapat
Hipertensi insulin dengan mandiri memberikan insulin
Hiperglikemi dengan mandiri
410-2 Tn. Edema anasarka GDS : 227 GDS : 125
Muh CKD Belum dapat memberikan Sudah dapat
Hipertensi insulin dengan mandiri memberikan insulin
Hiperglikemi dengan mandiri
410-3 Tn. K Diabetes mellitus GDS : 159 GDS : 74
Penurunan Belum dapat memberikan Belum dapat
kesadaran insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri

C. Evaluasi
44

Setelah diberikan penyuluhan dan intervensi seperti :

 Menganjurkan pasien mengurangi makanan yang manis-manis


 Menganjurkan klien untuk mengontol gula darah seminggu sekali
 Mengajarkan klien dan keluarganya yang tinggal satu rumah dengan klien cara
memberikan insulin dengan benar .

Didapat hasil bahwa adanya hubungan antara intervensi dan penyuluhan tentang cara
memberikan insulin dengan benar di ruang interna 1 yaitu hasil sebelum dan sesudah
dilakukannya intervensi sebagai berikut:
1. Tn. A dengan diagnose Selulitis Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi dengan
nilai GDS 288 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian setelah
dilakukan intervensi GDS 125 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
2. Tn. S Diabetes melitus dengan diagnose hipetensi Vertigo sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 192 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 123 Sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
3. Tn. AA dengan diagnose CKD Dipsnea Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 362 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri .
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 232 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
4. Tn. M dengan diagnose Hemiparesedex SNH Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 257 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 173 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
5. Tn. W dengan diagnose Hipertensi Vomitus DVT Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 341 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 327 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
6. Tn. D dengan diagnose Edema anasarka CHF Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 337 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 291 sudah
dapat memberikan insulin dengan mandiri.
7. Tn. Muh dengan diagnose edema anasarka CKD Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 227 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 125 sudah
dapat memberikan insulin dengan mandiri.
45

8. Tn. K dengan diagnose Diabetes mellitus Penurunan kesadaran sebelum


dilakukan intervensi dengan nilai GDS 159 belum dapat memberikan insulin dengan
mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi nilai GDS 74 belum dapat
memberikan insulin dengan mandiri

Analisa Data
Dari hasil evaluasi diatas, bahwa saat dilakukan pengkajian Kadang-kadang
masih ada perawat yang belum melakukan sosialisasi tentang cara pemberian insulin
dengan benar ke pasien, dan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 yang telah
sosialisasi tentang cara pemberian insulin dengan benar sebanyak 97%. Hal ini
didukung dengan kepala ruang yang selalu mengingatkan para perawat untuk selalu
mensosialisasikan tentang cara pemberian insulin dengan benar pada klien dengan
diagnose hiperglikemi, selain itu para perawat juga saling mengingatkan antar perawat
satu dengan yang lain untuk selalu bisa bersosialisasi dengan pasien dan keluarga
pasien.
Para ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur tentang pemberian insulin,
untuk mengingatkan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 agar selalu memberikan
sosialisasi pada pasien hiperglikemi, selain itu dengan adanya karikatur dan leaflet,
dapat mengoptimalkan para perawat untuk dengan mudah mensosialisasikan tentang
hiperglikemi. Karikatur yang digunakan telah dikonsulkan dengan kepala ruang dan
bidang keperawatan, setelah disetujui para ners muda kemudian memberikan pada
kepala ruang untuk ditindak lanjuti. Adapun faktor pendukung dan penghambat
adalah sebagai berikut :

a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari Kepala Ruangan dan Pembimbing
2) Perawat bersedia melakukan Sosialisasi tentang Hiperglikemi kepada Pasien
dan Keluarga Pasien

b. Faktor Penghambat
1) Belum adanya Poster/Leaftlet tentang Diabetes Melitus

C. Pelaksanaan pembuatan Poster dan Leaflet tentang DM


Saat ini Sudah ada diruangan Ranap Interna 1

D. Penyuluhan tentang DM
Telah dilakukan pada tanggal 06 April 2015 – 10 April 2015 sebelum makan siang
sekitar jam 11.00 – jam 12.00 WIB dan di ikuti oleh pasien dan keluarga
46

E. Pelaksanaan Magang Kepala Ruang Di Ruang Kenanga RSU Daerah Tangerang


1. Tahap Persiapan
a. Pengkajian data di Ruang Ranap Interna1
b. Menyusun POA sesuai dengan masalah dan presentasi hasil dari pengkajian data
di Ruang Ranap Interna 1 pada tanggal 3 April 2015
c. Mempelajari uraian tugas Kepala Ruang yang ada di Ruang Ranap Interna 1
RSUD Kota Tangerang pada tanggal 3 April 2015
2. Tahap Pelaksanaan
a. Membuat jadwal magang Kepala Ruang pada tanggal 30 Maret 2015
b. Melakukan diskusi dan konsultasi dengan Kepala Ruang mengenai jadwal
magang Kepala Ruang pada tanggal 01 April 2015
c. Pelaksanaan magang kepala ruang mulai tanggal 30 Maret - 11 April 2015

3. Tahap Evaluasi
a. Melakukan evaluasi magang kepala ruang pada tanggal 11 April 2015

Jadwal Magang Kepala Ruang


Tabel
Jadwal Magang Kepala Ruang di Ruang Kenanga RSUD Tangerang
Tanggal Maret – April 2015
30 Maret – 1 02-04 April 06-08 09-011 April
Karu April April
Rukmana Nurjazilah Nuraliyani Neneng Satriani S
Sumber : Data Primer

Analisa Data
Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa para ners muda telah melakukan
magang kepala ruang interna 1, di mana jadwal telah di tetapkan oleh
Pembimbing Akademik.
50

TABEL PLAN OF ACTION (POA)

Target
Pokok Penanggung
Masalah Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Orang yang terkait
Kegiatan jawab
Pelaksanaan
Hiperglikemi Untuk  Lakukan Tn. D dengan dx, Pelaksanaan
Neneng Satriani Kepala Ruangan
(Kenaikan menstabilkan Pemeriksaan hiperglikemi dilakukan
Tn. M dengan dx.
Kadar Gula kembali kadar kadar glukosa padatanggal
 Anjurkan Hiperglikemi Nuraliyani Ketua Tim
dalam Darah) gula dalam 6-8
Tn. K dengan dx.
darah. Pasien untuk
Diabetes Melitus siangHari
membatasi Nurjazilah Perawat Pelaksana
Tn. W
makan- denganHiperglikemi
makanan yang Tn. AA Rukmana
Siang hari
manis. denganHiperglikemi
 Anjurkan klien
Tn. S dengan
untuk patuh Siang hari
Diabetes Melitus
menyuntikkan Tn. M
insulin. denganHiperglikemi
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka KelompokNers Manajemen
Keperawatan STIKES YATSI Tangerang dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan Universal Precaution didapatkan hasil bahwa saat memberikan
insulin terkadang masih ada perawat yang belum mengajarkan pemberian insulin dengan
benar kepada klien, dan setelah di lakukan sosialisasi perawat telah mengajarkan cara
pemberian insulin dengan benar kepada klien dan para perawat di Ruang Interna 1 telah
saling mengingatkan untuk mengajarkan pemberian insulin kepada klien saat
memberikan insulin kepada klien.
Para Ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur dan poster tentang diabetes
mellitus dan pemberian insulin dengan benar, untuk mengingatkan para perawat di Ruang
Interna 1 agar selalu mengajarkan klien cara memberikan insulin dengan benar saat
membeikan insulin, selain itu dengan adanya karikatur dan poster, dapat mengoptimalkan
para perawat untuk mengajarkan cara memberikan insulin dengan benar.
b. Dalam pembuatan baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1dengan target awal 100%,
criteria keberhasilanya itu telah tersusun baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1 sesuai
kondisi saat ini. Dari hasil pelaksanaan didapatkan hasil 100% yang artinya bahwa bagan
Visi dan Misi telah dilaksanakan dengan baik.
c. Dalam proses magang kepala ruang didapatkan hasil bahwa ners muda yang belum
berpengalaman menjadi kepala ruang, setelah magang menjadi kepala ruang telah
mendapatkan gambaran menjadi kepala ruang.

B. SARAN
Dari hasil evaluasi dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka kami memiliki beberapa
saran antara lain :
a. SAK Diabetes Melitus, SNH dan TB Paru belum tersusun, diharapkan rumah sakit dapat
segera menyususn SAK Diabetes Melitus agar dapat mengaplikasikan dan
mengoptimalkan SAK tersebut sesuai dengan SAK yang telah ada.
b. Sebelum melakukan tindakan keperawatan agar perawat tetap selalu mengajarkan cara
penyuntikan insulin untuk pasien yang akan pulang kerumah.

51
c. Bagan Visi dan Misi yang telah di buat semoga dapat dirawat dengan baik dan dapat
menjadikan patokan dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada pasien. Selain itu dapat
memberikan semangat kepada seluruh petugas di ruang interna 1
d. Setelah para ners muda melakukan magang kepala ruang, untuk kedepannya agar waktu
dalam magang sebagai kepala ruang dapat ditambahkan waktu untuk praktek manajemen
dari pihak akademik, untuk lebih memahami tugas kepala ruang dan menambah
pengalaman ners muda.

DAFTAR PUSTAKA

- Nursalam. 2000.Manajemen Jeperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional edisi 2 .Jakarta : EGC
- Rangkuti.2006. Analisis SWOT : Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta :
Gramedia Pustaka
- Swanburg. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk
perawat klinis. EGC

52

Вам также может понравиться