Вы находитесь на странице: 1из 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek pembangunan Apartemen Vieloft Next Level SOHO yang berlokasi di

Jalan Mayjend Sungkono No.89 Surabaya merupakan sebuah proyek yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan konsumen, karena dalam pembangunan Ciputra World

Surabaya Tahap 1 & 2 sukses dalam menarik konsumen dan banyak peminat dalam

bisnis properti hunian Apartemen. Berdasarkan pengamatan ini, pihak PT. Ciputra

Development TBK selaku pemilik proyek menyanggupi saran peminat hunian dan

permintaan para pebisnis untuk mengadaan pembangunan Apartemen Vieloft Next

Level SOHO pada project Ciputra World Surabaya Tahap 3.

Dari ketiga tahap pembangunan, metode pelaksanaan dan manajemennya jelas

sangat berbeda. Sehingga diperlukan pengawasan manajemen yang baik demi

kelancaran pelaksanaan yang akan dilaksanakan pada waktu dekat ini. Dimana

manajemen metode pelaksanaan pekerjaan ini harus ada kerja sama dari semua linear

struktur organisasi perusahaan secara vertical dan horizontal. Supaya proyek ini

berjalan sesuai dengan rencana waktu yang telah disepakati bersama.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti dalam laporan kerja praktek adalah:

1. Apakah metode kerja mempengaruhi kinerja dilapangan?

2. Bagaimana metode dalam pekerjaan pondasi raft Apartment SOHO?

3. Bagaimana cara manajemen metode dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi

raft Apartment SOHO?

1
1.3 Tujuan

Tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa jauh metode kerja mempengaruhi kinerja

dilapangan.

2. Untuk mengetahui mengapa metode kerja pondasi raft Apartment SOHO

dijadikan dua parsial.

3. Untuk mengetahui cara memanajemen metode pelaksanaan perkerjaan pondasi

raft Apartment SOHO.

1.4 Ruang Lingkup

Mengingat bahwa tidak semua aspek atau bidang dapat dipelajari serta

keterbatasan waktu dan kemampuan maka kerja praktek ini menfokuskan pada metode

dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi raft Apartment Vieloft Next Level SOHO.

1.5 Lokasi Proyek

Proyek pembangunan "Ciputra World Surabaya Tahap 3” merupakan proyek

yang terletak di Jl. Mayjen Sungkono No. 89, Surabaya, di bawah naungan PT.

Tatamulia Nusantara Indah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangat

komplek. Hal itu tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga proyek

berjalan sesuai dengan rencana. Tantangan utama sebuah proyek adalah mencapai

sasaran-sasaran dan tujuan proyek dengan menyadari adanya batasan-batasan yang

telah dipahami.

Salah satunya pada tahap konstruksi, tahap yang perlu mendapat perhatian agar

tujuan utama menghasilkan proyek yang berkualitas dapat tercapai. Dalam tahap

konstruksi, pengelola proyek hendaknya mempertimbangkan aspek positif dan negatif

yang akan terjadi pada tahap berikutnya. Berbeda metode konstruksi pasti berbeda pula

kebutuhan sumberdayanya. Sumberdaya proyek ada 5, yaitu pekerja (man), material

(material), metode (methode), alat (machine), uang (money). Pemilihan metode

kontruksi yang tepat akan menghasilkan efisiensi proses konstruksi berupa keuntungan

finansial. Efisiensi proses konstruksi berpotensi untuk memperpendek durasi

konstruksi dan mereduksi waktu operasional (Jawat, 2014).

Menurut Hendrita Abraham Angga Purnomo (2016), ada 4 faktor yang

mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan yaitu adanya perubahan metode kerja,

perubahan urutan kerja, ketidaksesuaian penggunaan material, dan tingkat upah tenaga

kerja.

3
2.2 Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan

koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk

menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu

(Ervianto, 2005).

2.2.1 Fungsi Manajemen

Proses manajemen bertujuan mencapai sasaran tertentu dengan fungsi-fungsi

manajemen dan mendayagunakan sumber daya yang tersedia (Praboyo, 1999). Fungsi

manajemen menurut George R. Terry sebagaiman dikutip Widiasanti & Lenggogeni

(2013 : 17), yakni sebagai berikut :

1. Planning / Perencanaan

Planning/perencanaan merupakan suatu tindakan pengamilan keputusan data,

informasi, asumsi atau fakta kegiatan yang dipilih dan akan dilakukan pada masa

mendatang. Manfaat dari fungsi perencanaan adalah sebagai alat pengawas maupun

pengendalian kegiatan atau pedoman pelaksanaan kegiatan, serta sarana untuk

memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan. PMBOK (Project Management

Body of Knowledge) membuat area ilmu manajemen bagi perencanaan, yaitu

perencanaan lingkup proyek, perencanaan mutu, perencanaan waktu, perencanaan

biaya, dan perencanaan sumber daya manusia.

2. Pengorganisasian / Organizing

Pengorganisasian adalah suatu tindakan mempersatukan kumpulan kegiatan

manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu sama

lain dengan tata cara tertentu. Manfaat dari fungsi organisasi merupakan pedoman

4
pelaksanaan fungsi , tugas serta hubungan tanggung jawab dan delegasi kewenangan

terlihat jelas.

3. Actuating / Pelaksanaan

Fungsi ini ditekankan pada hubungan dan kegiatan langsung para anggota

oeganisasi, sementara perencanaan dan pengorganisasian lebih bersifat abstrak atau

tidak langsung. Manfaat dari fungsi pelaksanaan adalah terciptanya keseimbangan

tugas, hak, dan kewajiban masing-masing bagian dalam organisasi dan mendorong

tercapainya efisiensi kebersamaan dalam bekerja sama untuk tujuan bersama.

4. Controlling / Pengendalian

Pengendalian merupakan tundakan pengukuran kualitas dan evaluasi kinerja.

Tindakan ini juga diikuti dnegan perbaikan yang harus diambil terhadap

penyimpangan yang terjadi, khususnya di luar batas-batas toleransi. Manfaat dari

fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi dari

segi kualitas, kuantitas, biaya, maupun waktu.

2.2.2 Pengendalian Proyek

Pengendalian merupakan salah satu upaya untuk meyakini bahwa arus kegiatan

bergerak ke arah sasaran yang diingini (Soeharto, 1999:22). Pengendalian dibagi

menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :

1) Pengendalian mutu proyek

Mutu produk atau hasil kegiatan suatu proyek harus memenuhi spesifikasi dan

kriteria yang telah dipersyaratkan karena mutu yang dihasilkan dari suatu proyek

merupakan penjamin kualitas dan kelayakan suatu proyek dan berdampak pula pada

nilai tambah dari suatu kegiatan dan nama perusahaan. Untuk dapat memenuhi

5
kriteria standar mutu dari suatu pekerjaan yang dihasilkan, maka diperlukan

pengendalian mutu dalam suatu pekerjaan konstruksi.

2) Pengendalian waktu proyek

Lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan pertambahan biaya

proyek secara keseluruhan. Maka dari itu dibutuhkan laporan progres

harian/mingguan/bulanan untuk melaporkan hasil pekerjaan dan waktu

penyelesaian setiap item pekerjaan proyek. Dan dibandingkan dengan waktu

penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat terkontrol setiap periodenya

(Messah dkk, 2013). Selain dari laporan progres, perlu adanya alat kendali waktu

yaitu jadwal waktu pelaksanaan (Time Schedule) yang dapat berupa master

schedule, gantt chart, kurva S dan sebagainya.

3) Pengendalian biaya proyek

Menurut Asiyanto (2005) sebagaimana dikutip pada Messah dkk (2013:123),

biaya konstruksi memiliki unsur utama dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

kegiatan pengendalian. Unsur utama dari biaya konstruksi adalah biaya material, biaya

upah, dan biaya alat.

2.3 Metode Kerja

Cara atau metode tidak terlepas dari penggunaan teknologi sebagai pendukung dan

mempercepat proses pembuatan suatu bangunan,agar pembangunan dapat berjalan

mestinya sesuai dengan yang diharapkan dan lebih ekonomis dalam biaya pemakaian

bahan (Mistra, 2012). Khususnya pada saat ada kendala-kendala yang diakibatkan oleh

kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan rencana sebelumnya. Untuk itu penerapan

metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai akan sangat membantu dalam

6
penyelesaian proyek konstruksi. Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode

pelaksanaan yang disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana. Hal yang

berpengaruh dalam metode pelaksanaan sebagai berikut :

1. Kondisi lokasi proyek

2. Volume pekerjaan

3. Keadaan sekitar lokasi proyek

4. Keadaan jalan akses untuk material dan peralatan

5. Ketersediaan alat

6. Tingkat kualitas yang dibutuhkan

7. Jadwal pelaksanaan (schedule)

8. Ketersediaan dari teknologi konstruksi dan sumber daya

Perencanaan metode pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal

waktu yang disediakan. Dari perencanaan metode ini akan diperoleh data kebutuhan

alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang akan dibutuhkan, teknis dan urutan

pelaksanaan pekerjaan serta pola pengendalian mutu yang harus diterapkan. Apabila

waktu pelaksanaan yang tersedia tidak mencukupi dalam pelaksanaan tersebut, maka

berdasarkan kemampuan sumber daya yang ada pada daerah tertentu dibuat schedule

pelaksanaan yang realistis yang telah memperhitungkan segala kemungkinan dalam

pelaksanaan.

2.4 Konsep Metode Kerja

Perencanaan metode pelaksanaan pekerjaan struktur didasarkan atas design,

situasi dan kondisi proyek. Sebelum menentukan metode pelaksanaan secara

keseluruhan, dalam perencanaan metode diperlukan suatu konsep metode yang

7
memiliki pengaruh yang besar terhadap metode pelaksanaan yang lain. Berikut

penjelasan metode-metode tersebut :

1. Metode Konvensional

Sistem ini dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai

elevasi rencana (sistem bottom up). Pengertian beton konvensional adalah beton

yang langsung dicor ditempat dengan acuan yang dipasang di lokasi. Pelat

basement paling bawah dicor terlebih dahulu, kemudian basement diselesaikan

dari bawah ke atas, dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab

dicor di tempat (cast in place). Pada sistem ini, galian tanah dapat berupa open

cut atau dengan sistem dinding penahan tanah yang bisa sementara dan

permanen. Sistem dinding penahan tanah dapat dengan perkuatan strutting,

ground anchor atau free cantilever.

2. Metode Top Down

Sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian

basement. Urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke

bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung

oleh struktur tiang (king post) yang dipasang bersamaan dengan bored pile. Pada

dinding basement dicor sistem dinding penahan tanahnya yang dapat berupa

diafragma wall atau contiguous pile yang dapat bersifat permanen dan

temporary yang juga berfungsi sebagai cut off dewatering (Mistra, 2012).

3. Metode Semi Top Down

Sistem ini, pelaksanaannya hampir sama dengan metode sistem top-down.

Perbedaannya adalah terletak pada pekerjaan struktur atasnya yang dapat

dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan struktur bawah. Pada proses pengecoran

8
struktur gedung, baik lantai maupun dinding serta kolom, umumnya dicor

bertahap karena luas area dan volume pekerjaan yang besar. Sehingga dibuat

dengan sistem zoning dengan jumlah menyesuaikan dengan kapasitas sumber

daya yang tersedia pada daerah tersebut. Zoning struktur yang tepat akan

membantu kelancaran pelaksanaan dan flow pengadaan sumber daya yang

terkait yaitu bekisting, besi tulangan dan beton ready mix. Dalam perencanaan

zoning pekerjaan struktur ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

 Kapasitas pengecoran harian rata-rata

 Volume material beton, besi dan bekisting serta flow pengadaannya

 Lahan yang tersedia untuk stok material

 Ketersediaan tenaga kerja dan siklusnya

 Kondisi peralatan yang ada dan tingkat kesibukannya.

Disamping penentuan jumlah zoning, pada pekerjaan struktur juga diperlukan

perencanaan arah / flow pekerjaan struktur. Arah pekerjaan struktur akan menentukan

hampir semua arah metode pelaksanaan.

2.5 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint)

Dalam proses mencapai tujuan tersebut, ada batasan yang harus dipenuhi dan tiga

kendala diperlihatkan gambar 2.1 merupakan parameter penting bagi penyelenggara

proyek.

9
Gambar 2.1 Sasaran Proyek atau Tiga Kendala
(sumber:bahan ajar manajemen proyek kontruksi,DR. I Nyoman Dita
P.P.,ST,MT.)

1. Anggaran, proyek harus diselesaikan dengan biaya yang telah melebihi

anggaran. Untuk proyek-proyek besar dengan dana dalam jumlah besar dan

jadwal pengerjaan bertahun-tahun, anggarannya tidak hanya secara total, tetapi

dipecah atas komponen-komponen tertentu.

2. Jadwal, proyek harus di kerjakan sesuai kurun waktu dan tanggal akhir yang

telah ditentukan.

3. Mutu, produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria

yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi

tugas yang dimaksudkan.

10
BAB III

STRUKTUR ORGANISASI

3.1 Umum

Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangat

komplek. Hal itu tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga proyek

berjalan sesuai dengan rencana. Salah satu bagian dari manajemen proyek yang

memegang peranan cukup penting adalah struktur organisasi proyek. Sebuah proyek

akan berhasil jika dapat mengorganisir semua elemen yang ikut andil dalam

pembangunan.

Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur unsur-

unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli, material,

dana, dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk mencapai tujuan

organisasi dengan efektif dan efisien.Untuk maksud tersebut diperlukan sarana yaitu,

organisasi. Dalam organisasi disusun dan diletakkan dasar-dasar pedoman dan

petunjuk kegiatan, jalur pelaporan, pembagian tugas, dan tanggung jawab masing-

masing kelompok dan pimpinan.(Diktat, STMIK MDP : Manajemen Proyek)

Oleh karena itu unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan harus saling

bekerja sama dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta

wewenang yang telah diberikan sesuai bidang dan keahlian masing-masing

3.2 Informasi Proyek

Dalam informasi proyek dibagi menjadi tiga bagian yaitu, data umum, data

administrasi dan data teknik.

11
3.2.1 Data Umum

1. Nama Proyek : Ciputra World Surabaya Tahap 3

2. Alamat Proyek : Jl. Mayjen Sungkono No.89,

Surabaya

3. Konsultan Struktur : PT. Benjamin Gideon & Associtaed

4. Konsultan QS : PT. Langdoan & Seah Indonesia

5. Konsultan Arsitektur : - ARCHITECTS PTE LTD

- PT. PERENTJANA DJAJA

6. Konsultan M & E : PT. ARNAN PRATAMA

CONSULTANT

3.2.2 Data Administrasi

1. Jenis Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, dan Plumbing

2. Jenis Kontrak : Lump Sum Fixed Price

3. Pemberi Tugas & MK : PT. Win Win Realty Centre

4. Waktu Pelaksanaan : 46 Bulan

5. Tanggal mulai : 1 Juni 2017

6. Tanggal selesai : 30 Maret 2021

7. Sistem Pembayaran : Monthly Progres

8. Masa Pemeliharaan : 360 Hari sejak ST 1

9. Lingkup Pekerjaan : a. Struktur

b. Arsitektur

c. Plambing

12
3.2.3 Data Teknik

1. Jenis Bangunan :

- Mall Podium : 3 Lt. Basement +1 Ground + 7 lantai = 11 Lantai

- Soho : 3 Lt. Basement + 1 Ground + 33 Lantai = 37 lantai

- Hotel : 3 Lt. Basement + 1 Ground + 22 Lantai = 29 Lantai

- Office : 3 Lt. Basement + 1 Gorund + 38 Lantai = 42 Lantai

- Joint Mall : 2 Lt. Basement + 1 Ground + 6 Lantai = 9 Lantai

2. Luas Lahan : + 35.000 m2

3. Luas Bangunan : 1. Mall Podium : 168.367 m2

2. Soho : 45.367 m2

3. Hotel : 10.312 m2

4. Office : 50.928 m2

5. Jointing Mall : 14.927 m2

3.3 Lokasi Proyek

Proyek pembangunan "Ciputra World Surabaya Tahap 3” merupakan proyek

yang terletak di Jl. Mayjen Sungkono No. 89, Surabaya, di bawah naungan PT.

Tatamulia Nusantara Indah.

13
LOKASI

Gambar 3.1. Peta Lokasi Proyek Pembangunan Ciputra World Surabaya Tahap 3
(Sumber: Google Earth)

3.4 Hubungan Kerja

Berdasarkan data – data yang didapat selama kegiatan kerja praktek, berikut

ini akan dijelaskan hubungan kerja dalam Pembangunan Ciputra World Surabaya

tahap 3.

Gambar 3.2. Hubungan Kerja Proyek Pembangunan Ciputra World Surabaya Tahap 3
Hubungan Kerja ; Hubungan Koordinasi

14
3.4.1 Pemilik Proyek ( owner )

Owner adalah orang atau badan hukum yang mempunyai pekerjaan dan

memberi pekerjaan kepada pihak penyedia jasa untuk melaksanakannya dan yang

membayar biaya tersebut.

Pemilik proyek ( owner ) mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut :

a. Memiliki ide atau rencana yang jelas tentang pekerjaan yang diinginkan.

b. Bertanggung jawab atas segala biaya yang akan dikeluarkan untuk ijin

mendirikan bangunan.

c. Pemilik menanggung seluruh dana yang diperlukan dalam jumlah yang

cukup agar proyek dapat berjalan dengan lancar sehingga proyek selesai

pada batas waktu yang direncanakan.

3.4.2 Konsultan Perencana

Dalam bidang perencanaan, yang melaksanakan adalah perusahaan atau badan

usaha yang mempunyai persyaratan untuk melaksanakan tugas perencanaan

(konsultan perencana).

Tugas dan wewenang dari konsultan perencana adalah sebagai berikut :

a) Merencanakan proyek sesuai dengan keinginan dari permintaan pemilik

proyek (owner) dalam batasan mengenai kegunaan dan strukturnya.

b) Membuat rencana anggaran biaya (RAB) yang meliputi seluruh biaya

proyek.

c) Membuat perencanaan mendetail (gambar bestek, RKS dan RAB).

15
3.4.3 Konsultan Pengawas (MK)

Konsultan Pengawas (MK) adalah perusahaan atau badan usaha yang ditunjuk

pengguna jasa untuk membantu mengawasi pengelolaan pelaksanaan pekerjaan

pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan pembangunan.

Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas (MK) yaitu:

a) Memonitor pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan (Time

Schedule).

b) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam

pelaksanaan pekerjaan.

c) Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.

3.4.4 Kontraktor

Kontraktor adalah perusahaan atau badan hukum baik pemerintah maupun

swasta yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melakukan pekerjaan sesuai

dengan penjelasan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) berdasarkan hasil

pelelangan atau penunjukan langsung dari pemilik proyek dan telah mengadakan

perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan.

Tugas dan tanggung jawab kontraktor meliputi hal – hal dibawah ini :

a) Melaksanakan proyek sesuai dengan apa yang ada dalam bestek dan

diuraikan dalam spesifikasi pekerjaan.

b) Menyediakan material dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan

yang telah mendapat persetujuan dari pemilik proyek.

c) Memberitahukan kepada Manajemen Konstruksi secara tertulis apabila

terjadi penyipangan atau ketidaksesuaian antara uraian spesifikasi pekerjaan

dengan gambar kerja.

16
3.4.5 Suplier

Suplier adalah perusahaan atau badan usaha yang mempunyai persyaratan

untuk mensuplai semua kebutuhan material barang dalam pelaksanaan pengerjaan

proyek.

Tugas dan wewenang dari supplier adalah sebagai berikut;

a) Menjamin sebuah kebutuhan material dan bahan bangunan sesuai dengan

kontrak.

b) Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebagai sistem pengajuan

penawaran.

c) Menepati pengiriman bahan material sesuai waktu yang di tentukan dalam

kontrak.

3.5 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi proyek merupakan susunan pemberian tugas tanggung

jawab di lapangan agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan efektif dan

efisien sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan data–data yang didapat selama

kegiatan kerja praktek berikut ini akan dijelaskan struktur organisasi proyek

pembangunan Ciputra World Surabaya tahap 3 beserta tugas dan tanggung jawab dari

masing – masing pihak yang terlibat.

17
Struktut organisasi TATA

18
3.5.1 Project Manager

1. Membuat jadwal (master construction schedule) pekerjaan dan Network

Planning.

2. Menyusun Rencana Anggaran Proyek berdasarkan RAP awal dari Estimate

Manager dan mempresentasikan pada Direksi.

3. Menentukan metode kerja sesuai kondisi proyek dan menentukan

alternative metode kerja untuk efisiensi penggunaan RAP.

4. Melakukan koordinasi dengan fungsi lain terkait untuk kelancaran

pelaksanaan proyek (surat menyurat / meeting,dll)

5. Melakukan koordinasi dengan pihak eksternal terkait dengan lingkup

pekerjaan untuk kelancaran pelaksanaan proyek (perijinan2)

6. Mengendalikan dan memastikan pelaksanaan kegiatan proyek berjalan

sesuai dengan target biaya, mutu, waktu dan safety.

7. Melakukan serah terima proyek kepada pemilik proyek dan menjamin

terjadinya perolehan Surat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan berikut

Surat Referensi Pekerjaan dari pihak Pemberi Tugas.

8. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang timbul selama proses

kegiatan konstruksi di proyek dibawah koordinasi Operation Manager.

9. Memantau proses kegiatan proyek di lapangan dan segera mengambil

langkah koreksi bila terjadi penyimpangan.

3.5.2 Quality Control

1. Menyusun rencana inspeksi dan tes untuk material datang serta rencana

inspeksi dan tes proses pekerjaan di lapangan.

19
2. Melakukan koordinasi dengan Project Manager, terkait dengan kualitas

hasil pekerjaan.

3. Melakukan koordinasi dengan Site Manager, terkait dengan persiapan

lahan kerja dan hasil pekerjaan.

4. Melakukan koordinasi dengan Supervisor, terkait dengan pelaksanaan

pekerjaan.

5. Memastikan bahwa aset yang ada di bagian Quality Control terpelihara

dengan baik.

6. Melakukan verifikasi pemeriksaan hasil pekerjaan maupun tahap

pekerjaan apakah sudah sesuai spek.

7. Mengontrol tindak lanjut hasil uji / tes terkait dengan Quality Control.

8. Mengontrol pelaksanaan dan hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi

dan standart kualitas yang telah ditentukan.

3.5.3 Safety Supervisor

1. Bersama dengan Safety Team Merencanakan sasaran dan program kerja

urusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

2. Merencanakan kebutuhan APAR dan peralatan K3.

3. Menyusun jadwal inspeksi audit K3 di proyek.

4. Melakukan koordinasi dengan divisi terkait untuk Kesehatan dan

keselamatan kerja.

5. Mengatur penempatan APAR, dan mengatur kegiatan tanggap darurat K3

proyek.

6. Menginventarisasi perlengkapan K3 di proyek.

20
7. Mengidentifikasi, menginventarisasi dan membuat laporan tertulis tentang

semua potensi kejadian kebakaran, kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kondisi kerja.

3.5.4 Cashier

1. Merencanakan pengeluaran yang disesuaikan dengan permintaan dana

dan merencanakan data pelaporan.

2. Melakukan koordinasi dengan bagian yang terkait untuk kebutuhan dana

untuk mengatur pengeluaran yang sesuaikan dengan permintaan dana.

3. Melakukan pembayaran opname mandor dan pengeluaran rutin proyek

dengan persetujuan Project Manager / Site Manager.

4. Melakukan pembayaran untuk keperluan pembelian tunai (jumlah kecil,

mendesak dan tidak berulang untuk item yang sama) dengan persetujuan

Project Manager / Site Manager dan Logistik Pusat.

5. Memverifikasi semua pengeluaran dana kas proyek.

6. Mengecek penerimaan dan pengeluaran kas.

3.5.5 Chief Engineer

1. Merencanakan sasaran dan program kerja Engineering (memahami

dokumen kontrak, shop drawing, asbuilt drawing, approval material,

rencana Subkontraktor, material take off, variation order, dokumen BAST).

2. Merencanakan metode kerja dalam lingkup Engineering.

3. Merencanakan pembagian kerja antara Engineer Sipil dan Arsitek.

4. Membantu mengkoordinasikan penerapan sistem / teknologi konstruksi

baru yang akan diimplementasikan.

21
5. Melakukan koordinasi dengan Site Manager dan MEP Coordinator terkait

pekerjaan Engineering.

6. Melaksanakan isi Dokumen Kontrak Kerja dalam lingkup tugas dan

tanggungjawabnya.

7. Mengajukan usulan pengembangan sistem pengelolaan berkaitan dengan

efektivitas dan keandalan fungsi Engineering.

8. Mengevaluasi data teknis dan metode pelaksanaan Supplier /

Subkontraktor dalam rangka proses persetujuan Manajemen Konstruksi

/ Owner.

9. Melakukan evaluasi penawaran-penawaran Supplier, Subkontraktor

bersama PM / SM sesuai dengan Rencana Anggaran Pelaksanaan.

3.5.6 Engineer

1. Merencanakan sasaran dan program kerja Engineering (memahami

dokumen kontrak, shop drawing, asbuilt drawing, approval material,

dokumen BAST 1)

2. Membantu mengkoordinasikan penerapan sistem / teknologi konstruksi

baru yang akan diimplementasikan.

3. Mengkoordinir rekaman pasif dan laporan akhir proyek untuk

diserahkan ke kantor pusat sesuai prosedur yang telah ditetapkan

4. Melaksanakan isi Dokumen Kontrak Kerja dalam lingkup tugas dan

tanggungjawabnya.

5. Meng-evaluasi data teknis supplier / Subkontraktor dalam rangka proses

persetujuan Manajemen Konstruksi / Owner.

22
6. Memonitor proses kegiatan pelaksanaan pekerjaaan di lapangan dan

segera mengusulkan adanya langkah koreksi bila terjadi penyimpangan,

kepada Chief Engineer.

3.5.7 Drafter

1. Merencanakan program kerja sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya.

2. Mengatur filling soft copy di komputer dan hard copy.

3. Membuat gambar-gambar kerja sesuai pengarahan Engineer proyek dan

schedule yang ditetapkan.

4. Memeriksa kesesuaian gambar for construction dari konsultan / owner

terkait dengan bidang kerja lainnya (MEP, sipil / arsitek, landscape, dll),

untuk diterapkan dalam pembuatan shop drawing.

3.5.8 Quantity Surveyor

1. Merencanakan program kerja (tagihan, progress proyek, pekerjaan

tambah / kurang, evaluasi anggaran, opname Mandor / Subkontraktor,

volume pekerjaan, final account ke Owner / Subkontraktor).

2. Melakukan koordinasi dengan Site Manager / Project Manager terkait

dengan kebutuhan material dan biaya dengan persetujuan Atasan.

3. Melakukan koordinasi dengan Project Manager terkait dengan progress

claim proyek dengan persetujuan Atasan.

4. Menghitung volume pekerjaan pada awal proyek untuk pembuatan RAP.

5. Memonitor pekerjaan tambah dan kurang / variation order di lapangan.

23
3.5.9 BBS Supervisor

1. Mempelajari gambar pelaksanaan penulangan beton (constr. drawing).

2. Merencanakan program kerja BBS sesuai urutan kerja lapangan.

3. Membuat BBS (Bar Bending Schedule) semua tulangan konstruksi beton

bertulang.

4. Pembuatan BBS pada lembar / format baku dan melengkapi semua

penggambaran dan penulisan yang disyaratkan.

5. Mengontrol pelaksanaan operasional BBS (waktu dan volume).

6. Menganalisa hasil pelaksanaan kegiatan proyek untuk melihat kesesuaian

antara rencana dan realisasinya.

3.5.10 Site Manager

1. Bersama dengan Project Manager menyusun bahan / materi Rencana Mutu

Proyek sesuai bagiannya.

2. Menyiapkan detail materi penyusunan Rencana Anggaran Proyek.

3. Menyusun schedule bulanan dan mingguan berdasarkan master schedule

kontrak kerja.

4. Memimpin / mengarahkan secara langsung para Subkontraktor, Mandor

dan Pelaksana proyek untuk memenuhi persyaratan biaya, mutu, waktu,

dan safety yang telah disepakati.

5. Melakukan koordinasi dengan bagian lain (internal) terkait untuk

kelancaran pelaksanaan proyek.

6. Memproses detail Berita Acara tagihan.

24
7. Menyusun detail / materi progress claim untuk disetujui oleh Project

Manager dan Pemberi Tugas.

8. Memastikan tersedianya tenaga kerja, material dan alat yang memadai.

9. Memastikan tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh mandor /

Subkontraktor.

3.5.11 Chief Supervisor

1. Merencanakan jadwal pekerjaan untuk Supervisor dan Mandor.

2. Merencanakan dan menghitung kebutuhan dan penempatan material

maupun tenaga kerja.

3. Mengkoordinasikan shop drawing yang diterima dari Site Manager untuk

di aplikasikan / dilaksanakan dalam pekerjaan lapangan.

4. Menjalankan tugas lapangan sesuai schedule mingguan / bulanan yang

dibuat Site Manager.

5. Membuat progress prestasi pekerjaan Subkontraktor, mandor untuk

dimasukan ke QS pada setiap Opname.

6. Menganalisa hasil kegiatan pelaksanaan proyek untuk melihat kesesuaian

antara rencana dan realisasinya (terhadap biaya, mutu, waktu dan safety).

3.5.12 Supervisor (Structure)

1. Merencanakan program kerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya

(material, alat & tenaga kerja).

2. Mengarahkan Ass. Supervisor / Mandor / Subkontraktor.

3. Menjalankan tugas lapangan sesuai schedule harian yang dibuat oleh

Chief Supervisor.

25
4. Membuat progres prestasi pekerjaan mandor untuk dimasukan ke QS

pada setiap Opname.

5. Menganalisa hasil kegiatan pelaksanaan proyek untuk melihat kesesuaian

antara rencana dan realisasinya (terhadap biaya, mutu, waktu dan safety).

6. Mengontrol pelaksanaan pekerjaan Subkontraktor / Mandor.

3.5.13 Ass. Supervisor (Structure)

1. Merencanakan program kerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya

(material, alat & tenaga kerja).

2. Mengkoordinasikan penempatan material maupun tempat fabrikasi serta

kebersihan lapangan.

3. Mengarahkan Mandor.

4. Menjalankan tugas lapangan sesuai schedule harian.

5. Memastikan terlaksananya pekerjaan Mandor sesuai persyaratan mutu

dan waktu yang telah ditentukan.

3.5.14 Supervisor Finishing

1. Merencanakan program kerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.

2. Mengkoordinasikan penempatan material maupun tempat fabrikasi serta

kebersihan lapangan.

3. Menjalankan tugas lapangan sesuai schedule harian yang dibuat oleh

Chief Supervisor.

4. Memastikan terlaksananya pekerjaan Subkontraktor / Mandor

Menganalisa hasil kegiatan pelaksanaan proyek untuk melihat kesesuaian

antara rencana dan realisasinya.

26
5. Mengontrol pelaksanaan pekerjaan Subkontraktor / Mandor.

3.5.15 Ass. Supervisor Finishing

1. Membuat perencanaan kegiatan pekerjaan finishing

2. Mengatur kegiatan pekerjaan finishing

3. Melaksanakan kegiatan pekerjaan finishing

4. Mengontrol pelaksanaan pekerjaan finishing

3.5.16 Chief Supervisor

1. Merencanakan kebutuhan tenaga survey.

2. Merencanakan schedule dan metode kerja survey.

3. Membuat / menyusun jadwal kerja Surveyor sebelum pekerjaan dimulai.

4. Melakukan kegiatan survey dan memastikan hasil survey di lapangan

sesuai dengan persyaratan-persyaratan teknik yang ditentukan.

3.5.17 Surveyor

1. Merencanakan program kerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.

2. Mengatur dan mengarahkan secara langsung Ass. Surveyor dalam hal

pembagian tim, area kerja dan urutan kerjanya.

3. Melakukan kegiatan survey dan memastikan bahwa hasil survey di

lapangan sesuai dengan persyaratan-persyaratan teknik yang ditentukan.

4. Memastikan pengadaan alat-alat ukur yang telah disetujui Site Manager

perihal jumlah, jenis dan kondisi / kelaikan pakai (label kalibrasi dan

masa berlakunya).

27
5. Memeriksa hasil kerja Ass. Surveyor secara visual dan dengan alat ukur,

khususnya untuk hasil yang meragukan, sebelum pekerjaan berikutnya

dimulai.

3.5.18 Asisten Surveyor

1. Merencanakan program kerja harian sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya.

2. Melakukan koordinasi dengan bagian lain terkait survey.

3. Melakukan kegiatan survey.

4. Melaksanakan peraturan tata tertib, sistem dan prosedur proyek

5. Memonitor kalibrasi peralatan survey.

3.5.19 Mechanic

1. Merencanakan pengecekan, perawatan, penggantian suku cadang dan

perbaikan ringan.

2. Merencanakan program kerja harian sesuai dengan lingkup tugas dan

tanggungjawabnya.

3. Membuat laporan kerusakan peralatan yang ada untuk segera

ditindaklanjuti / dilakukan perbaikan kepada Atasan.

4. Menerapkan sistem dan prosedur pemasangan peralatan proyek.

5. Mengontrol kesiapan peralatan proyek.

3.5.20 Ass. Mechanic

1. Merencanakan program kerja harian sesuai dengan lingkup tugas dan

tanggungjawabnya.

2. Melakukan koordinasi dengan Safety terkait dengan K3.

28
3. Menerapkan sistem dan prosedur pemasangan peralatan proyek.

4. Melakukan penempatan peralatan proyek sesuai prosedur.

3.5.21 Storekeeper

1. Merencanakan permintaan material untuk diajukan kepada Dept. terkait

sesuai kebutuhan Proyek.

2. Merencanakan teknik penyimpanan dan penempatan material di area

Proyek.

3. Melakukan koordinasi dengan bagian lain, terkait dengan kegiatan

pemesanan, pengiriman dan pengeluaran material.

4. Mencatat kebutuhan material di lapangan (kualitas dan kuantitasnya).

5. Mengontrol kesesuaian pemakaian material dengan kebutuhan lapangan.

3.5.22 M & E Supervisor

1. Merencanakan jadual pekerjaan MEP.

2. Membuat dan memonitor schedule kebutuhan Alat, Tenaga, dan Bahan

3. Merencanakan metode pelaksanaan kerja praktis / detail.

4. Melakukan koordinasi dengan Site Manager terkait dengan schedule dan

metode kerja.

5. Memastikan terlaksananya pekerjaan sesuai persyaratan biaya, mutu,

waktu safety yang telah ditentukan.

3.5.23 Project Administration Staff

1. Melakukan koordinasi dengan bagian lain terkait dengan surat menyurat,

fax dan telepon.

29
2. Melakukan koordinasi dengan GA Officer terkait penanganan

kecelakaan kerja di proyek dan pelaporan klaim ke PT. Jamsostek.

3. Melaksanakan pengetikan dan distribusi surat dan dokumen untuk

internal maupun eksternal proyek.

4. Menerima, merekap, menyimpan dan mendistribusikan stasioneri proyek.

5. Mengontrol keluar masuknya dokumen.

3.5.24 General Affair Staff (Project)

1. Merencanakan sasaran dan program kerja urusan umum.

2. Merencanakan anggaran biaya untuk urusan umum.

3. Melakukan koordinasi dengan Project Manager / Site Manager dan bagian

lain untuk kelancaran pelaksanaan urusan umum.

4. Memastikan kelancaran kegiatan pengamanan, pemeliharaan, kebersihan

site office & sarananya dan pelayanan umum.

5. Mengontrol penggunaan sarana dan prasarana termasuk kendaraan

proyek.

3.5.25 Security (Project)

1. Melakukan koordinasi dengan bagian lain terkait dengan kegiatan

pengamanan proyek.

2. Menjaga keamanan/ keselamatan karyawan dan lokasi kerja.

3. Memastikan keamanan aset perusahaan yang ada di proyek.

4. Melakukan tugas pengaturan keluar masuk kendaraan.

5. Mengontrol keamanan lokasi proyek.

30
3.5.26 Driver

1. Merencanakan program kerja sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya.

2. Mengusulkan rencana perawatan kendaraan.

3. Melakukan koordinasi dengan bagian lain, terkait dalam pemenuhan

kebutuhan transportas

4. Melakukan pengiriman barang sesuai dengan surat jalan dan daya angkut

kendaraan.

5. Melakukan kegiatan pengantaran/ penjemputan tamu/ karyawan/

dokumen tepat waktu dan sesuai dengan prosedur.

3.5.27 Office Boy

1. Merencanakan program kerja sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya.

2. Melaksanakan kegiatan kebersihan ruang kerja dan lingkungan kantor.

3. Merawat peralatan makan minum termasuk kebersihan Pantry.

4. Mempersiapkan ruang rapat.

5. Mengontrol kebersihan ruang kerja dan lingkungan kantor.

3.5.28 Mandor

Tugas dari mandor adalah mengawasi pekerjaan dilapangan agar

memiliki kedisiplinan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan

pekerjaan proyek. Contohnya adalah mandor memeriksa pelaksanaan

pembuatan campuran spesi apakah memakai mixer atau manual biasa.

31
Mandor wajib membenarkan atau menegur pekerja yang bekerja tidak sesuai

dengan spesifikasi.

3.6 Manajemen Jaringan Logistik

Manajemen jaringan logistik merupakan hubungan berbagai pihak dalam suatu

rangkain proses kontruksi yang menghasilkan produksi kontruksi. Pengelolaan rantai

pasokan yang kurang baik cenderung memiliki potensi untuk meningkatkan biaya

proyek. Faktor-faktor meningkatnya biaya tersebut antara lain, ialah (1) biaya

kontruksi yang kian meningkat dan melebihi anggaran, (2) durasi pelaksanaan

kontruksi yang melebihi waktu yang ditargetkan, (3) kualitas yang tidak sesuai dengan

yang diminta.

Pada proyek Pembangunan Ciputra World Surabaya Tahap 3 memiliki sistem

pengadaan material secara konvensional. Gambar dibawah ini merupakan flowchart

pengadaan barang/material di proyek tersebut.

Pengadaan Material Gudang Fabrikasi On Site

Tidak Dilakukam Pihak Spv,


SPP Logistik & Mandor
Pengeluaran Produk
(Surat Perintah Disetujui?
dari Gudang
Pengadaan)
Ya
Lokasi Pekerjaan
produk & BPM (Bon Permintaan (Sesuai Schedule
Purchase Order
Bill Of Quantity supplier Material) Pelaksanaaan)
(PO)
datang

Pengecekan & Pengecekan Produk Tiba


Dokumentasi Pihak
Penandatanganan Mutu oleh QC di lokasi
Gudang
Surat Jalan & Logistik Proyek

Tidak
Valid? Surat Tukar Produk Produk Masuk Ke
Material Ditukar Gudang

Ya

Gambar 3.3. Flowchart Pengadaan Barang/Material pada Proyek Ciputra World


Surabaya Tahap 3

32
Flowchart pengadaan barang/material secara konvensional lebih sederhana dan mudah

dipahami dan dilaksanakan oleh tim bagian pengadaan. Dengan menggunakan system

ini, alur penjaminan mutu melalui pengecekan material lebih sederhana karena

pengecekan dilakukan hanya pada saat pemesanan material melalui Surat Perintah

Pengadaan dan pada saat material tersebut dating, dicocokkan dengan surat jalan.

Dimana sistem ini direkomendasikan untuk proyek seperti gedung, jalan, dan jembatan

karena material banyak terdapat di pasaran (Sholeh, dkk, 2014)

Berdasarkan paparan diatas, logistik (pihak gudang) memiliki peran penting

dalam pengadaan barang/material. Dimana logistik merupakan ilmu mengatur dan

mengontrol arus barang, energi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan

manusia, dari sumber produksi ke suatu tempat dengan tujuan mengotimalkan

penggunaan modal. Pada umumnya tugas logistik adalah mencatat setiap pemasukan

dan pengeluaran barang-barang atau material yang diperlukan proyek dan memeriksa

persediaan barang-barang atau material masih cukup atau tidak. (Messah, 2008).

Gambar dibawah ini akan menjelaskan tentang alur kelur/masuk material.

1 2
3
Gambar 3.4. Alur Keluar/Masuk Material

33
Dimana :

1. Office Logistik (pihak gudang), office untuk mengadakan pengadaan

barang/material.

2. Tempat pengecekan barang oleh pihak Logistik dan QC, pengecekan dan

pendatanganan surat jalan.

3. Barang/material disimpan di gudang material dan tempat fabrikasi.

4. Tempat eksekusi / perancah material seperti perencanaan yang sudah di approved

oleh pihak engineer dan owner.

34
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Umum

Pondasi didefinisikan sebagai bagian dari struktur yang berhubungan langsung

dengan tanah, dan berfungsi untuk menyalurkan beban-beban pada struktur atas ke

tanah. Pondasi raft biasanya terdiri dari pelat beton bertulang yang membentang pada

luasan yang ditentukan. Pondasi raft memiliki keunggulan mengurangi penurunan

setempat dimana plat beton akan mengimbangi gerakan diferensial antara posisi

beban. Penurunan pondasi raft akan sangat besar dan diperlukan jenis pile – raft

pondasi karena memiliki nilai penurunan yang aman untuk kontruksi gedung tinggi

(Terenggana, 2014). Pondasi raft sering dipergunakan pada tanah lunak atau longgar

dengan kapasitas daya tahan rendah karena pondasi raft dapat menyebarkan beban di

area yang lebih besar.

Pondasi-rakit / raft foundation / mat foundation salah satu tipe pondasi yang

banyak diaplikasikan dalam perencanaan bangunan di Indonesia. Raft foundation

adalah plat beton besar yang digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak,

pada tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian

dekat di semua arahnya, sehingga bila dipakai pondasi telapak, sisi-sisinya akan

berimpit satu sama lain. Suatu elemen struktur dikatakan beton massa apabila memiliki

dimensi/ketebalan minimal antara 1 – 1.5 m, atau rasio volume terhadap luas

permukaan > 1.2 atau lebih, dimana tidak dikehendaki untuk mendapatkan kuat tekan

yang sangat tinggi.

35
Gambar 4.1. Pondasi Rakit

Mass Concrete (Beton Massal) didefinisikan sebagai volume beton dengan

dimensi yang sedemikian besar perlu membutuhkan tindakan-tindakan tertentu untuk

mengatasi panas yang berlebih yang dapat memicu timbulnya keretakan (ACI

Committe 207, 1996). Reaksi hidrasi semen Portland merupakan reaksi yang bersifat

eksotermal, sehingga menghasilkan panas. Hal yang membedakan beton massa dengan

beton biasa adalah perilaku termiknya (thermal behavior) karena dengan struktur yang

besar dan tebal sehingga panas hidrasi tidak mudah keluar. Kondisi pemuaian akibat

suhu yang berbeda-beda antara berbagai bagian eleman struktur beton dapat

menimbulkan tegangan, tekan disatu sisi dan tarik disisi lainnya. Panas yang terjadi di

permukaan pondasi mendingin lebih cepat karena terjadi pelepasan panas dengan

udara luar (Gambar 4.2.).

Dingin
Ekspansi
Konstraksi
Dingin

Panas
Dingin

(Bagian dalam) Tegangan Thermal

Dingin
Gambar 4.2. Panas akibat Hydrasi Semen pada Beton

Pengecoran kontruksi beton dengan volume besar dan tebal diperlukan perilaku

khusus dari mulai persiapan, pelaksanaan dan perawatan setelah pengecoran maka

pengecoran ini menggunakan metode khusus (pengecoran mass concrete). Oleh

36
karena itu persiapan yang matang dan koordinasi yang baik dengan semua pihak sangat

diperlukan dalam proses pengecoran pondasi raft, supaya mendapat hasil sesuai

dengan yang diharapkan.

4.2 Faktor yang Diperhatikan

Yang perlu di perhatikan dalam manajemen metode pekerjaan pondasi raft adalah

menjaga perbedaan suhu. Metode yang umum diterapkan untuk mencegah keretakan

pada pengecoran beton mass concrete adalah dengan menjaga perbedaan suhu antara

bagian inti dan bagian permukaan tidak lebih dari 20˚C(ACI 207). Hal ini dapat

dilakukan salah satunya melalui pengendalian peningkatan suhu internal beton selama

berlangsungnya reaksi hydrasi. Pengendalian peningkatan suhu internal beton dapat

dicapai melalui :

1. Reduksi kandungan semen dalam campuran beton.

2. Penggunaan agregat dengan ukuran maksimum yang besar dan dengan gradasi

yang baik untuk mendapatkan campuran yang efisien dengan kandungan semen

yang rendah.

3. Pendinginan air pencampur melalui penggantian sebagian air pencampur dengan

pecahan es batu untuk memperoleh suhu beton yang rendah.

4. Penggunaan bahan pozzolan sebagai pengganti semen secara parsial. Panas

hydrasi bahan pozzolan pada dasarnya hanyalah sekitar 50% panas hidrasi

semen.

5. Penggunaan bahan semen campuran (blended cement).

6. Penggunaan bahan campuran beton, seperti agregat kasar, agregat halus, semen

dan air yang dapat menghasilkan suhu beton yang rendah.

37
7. Penempatan campuran beton yang baru diaduk sesegera mungkin untuk

menghindari penyerapan suhu ambient oleh campuran beton yang masih segar.

8. Penggunaan umur beton yang lebih panjang yaitu diatas 28 hari dalam penentuan

nilai kuat beton yang disyaratkan.

9. Pemberian bahan insulasi dipermukaan beton yang terpapar lingkungan untuk

meminimalkan perbedaan suhu antara bagian inti dan bagian permukaan inti.

Untuk mengontrol perbedaan suhu beton internal, permukaan yang terpapar

lingkungan luar harus diberi insulasi untuk menjaganya agar tetap panas. Dengan

pemberian bahan insulasi (Gambar 4.3), bahan beton yang sedang dalam proses

pengeresan dikondisikan dalam lingkungan yang adiabatic. Permukaan atas dan

samping, bahan insulasi yang biasa digunakan adalah Styrofoam, untuk permukaan

bawah lapisan beton tumbuk (lean concrete) setebal minimal 10cm dapat difungsikan

sebagai insulator.

Gambar 4.3. Metode Insulasi yang Dipakai

Sedangkan untuk monitoring pemeriksaan suhu dengan alat thermocouple dan

curing dilaksanakan selama 7 hari untuk mengetahui adanya perbedaan suhu dalam

dan permukaan beton. Jika terjadi deviasi suhu antar lapisan lebih dari 20° C, lapisan

38
insulasi (styrofoam 5cm, karpet talang dan terpal biru) ditambah lapisannya lagi agar

area yang temperatur yang tinggi akan bergerak ke area dengan temperatur yang

rendah.

4.3 Proses Pekerjaan

Pelaksanaan pengecoran pondasi raft area SOHO pada proyek ini terbagi 3

tahapan yang saling berkaitan.

4.3.1 Pekerjaan Perencanaan

Pengecoran mass concrete sebaiknya dilakukan dalam satu kali pengecoran

untuk menghindari cold joint. Dan proses pengecoran harus dimonitor melalui

pemasangan perangkat pengukur suhu. Perangkat pengukur suhu harus dipasang untuk

memonitor perbedaan suhu antara bagian inti dan bagian permukaan. Suhu ambient

juga harus selalu dimonitor selama pengecoran. Alat pengukur suhu harus dapat

memonitor suhu untuk setiap interval 1 jam selama 2 hari pertama setelah pengecoran.

Monitoring harus diteruskan hingga tercapai suhu maksimum dan hasil pembacaan

berurutan memperlihatkan perbedaaan yang menurun antara suhu bagian inti dan suhu

permukaan, selain itu perbedaan suhu bagian inti dengan suhu ambient harus

dipertahankan agar tidak lebih dari 20˚C.

Pekerjaan persiapan proses pengecoran yang perlu dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

1. Pengecoran raft foundation dilakukan dalam satu kali pengecoran, kecuali

bila ada hal-hal yang membuat pengecoran tidak dapat dilakukan dalam satu

kali, maka perlu dilakukan pembagian area pengecoran yang harus mendapat

persetujuan dari konsultan.

39
2. Karena volume beton yang dibutuhkan dalam satu pengecoran besar, maka

hal tersebut menjadi pertimbangan dalam penentuan supplier beton (kapasitas

batching plant dan kontinuitas pengiriman beton).

3. Beton harus disupply oleh satu supplier, dapat dengan beberapa batching

plant, untuk menjamin mutu dan keseragaman beton.

Gambar 4.4 Batching plant

4. Karena area pengecoran raft foundation luas dan memerlukan volume beton

yang besar maka harus direncanakan jumlah concrete pump yang dibutuhkan,

dengan memperhatikan setting time beton untuk menghindari cold joint,

penempatan concrete pump, penempatan dan perpindahan pipa concrete, juga

sirkulasi mobil mixer beton.

Dengan luasan yang besar,


harus direncanakan metode
dengan baik untuk menghindari
cold joint maupun retak
thermal, yang mengakibatkan
kegagalan pondasi, traffic alat
selama pengecoran komposisi
beton dll.

Gambar 4.5. Raft Pondasi dengan luas/volume yang besar

40
5. Tenaga kerja pengecoran harus direncanakan jumlah dan pembagian shiftnya

sesuai jumlah concete pump dan waktu pengecoran yang panjang (12-15

orang untuk 1 concrete pump dengan pembagian shift kerja setiap 10 jam).

Gambar 4.6. Concrete Pump

4.3.2 Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang perlu dilaksanakan di antaranya:

1. Mempresentasikan metode kerja kepada owner.

2. Mempersiapkan lokasi yang akan dilakukan pengecoran dengan

menyelesaikan galian, bekesting, dan pembesian.

Gambar 4.7 Proses Galian, Pemasangan Bekesting dan Pembesian

3. Mempersiapkan tenda untuk melindungi lokasi pengecoran dari terik

matahari dan air hujan.

4. Mempersiapkan peralatan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan seperti:

concrete pump, selang tremi, vibrator elektric, pompa dewatering, alat ukur

41
level, thermocouple set, lampu sorot, terpal tenda, serta memeriksa kelayakan

peralatan tersebut.

1.Concrete pump 2.Selang Tremi 3.Vibrator Elektric 4.Pompa dewatering

5.Alat ukur level 6.Thermocouple set 7.Lampu sorot 8.Terpal tenda


Gambar 4.8 Alat – alat yang Digunakan

5. Mengatur penempatan concrete pump, parkir mobil mixer, pembuatan benda

uji test slump dan pencucian talang mobil mixer.

6. Mempersiapkan bahan yang akan dipakai untuk curing beton (Antisol ex.

SIKA).

7. Koordinasi dengan sub-kont floor hardener untuk kebutuhan material, bare

concrete, man power serta waktu pelaksanaan.

8. Koordinasi dengan lingkungan setempat dan pihak kawasan untuk

pengaturan jalan, agar tidak ada kendala non-teknis.

9. Mempersiapkan man power, pengawasan lapangan, gudang serta pekerjanya,

karena waktu pelaksanaan harus berlanjut sehingga diperlukan sistem shift

yang lebih detail agar tidak terjadi kekosongan man power dalam

pelaksanaan.

42
10. Membuat sump pit dan gutter di area mat pondasi untuk keperluan

dewatering dan pembuangan kotoran.

11. Merencanakan site plan dan traffic manajemen pada saat pelaksanaan

pengecoran.

12. Pemasangan thermocouple dan waterstop.

13. Pemasangan sekat pemisah dari rangkaian besi dengan menggunakan weis

besi ditambah kawat ayam untuk menahan beton agar tidak terus mengalir,

sehingga mempermudah pelaksanaan.

1.Styrofoam 2cm 2.Plastik cor 3.Antisol 4.kawat ayam

Gambar 4.9. Bahan yang Digunakan

14. Konfirmasi stok material untuk ready mix dan kesiapan armada truk mixer,

termasuk alur perjalanan truk mixer.

15. Memasang tenda temporary.

Gambar 4.10. Proteksi untuk Menutupi Permukaan Luar

43
4.3.3 Pekerjaan Bekesting

Bekisting yang akan digunakan dalam pengecoran raft ini akan menggunakan

batako.Batako yang dipasang tidur dipilih untuk memperoleh kecepatan pemasangan

dan kemudahan karena tidak membutuhkan galian yg lebar seperti halnya bekisting

kayu.

Gambar 4.11. Bekisting Batako

4.3.4 Pekerjaan Pengecoran dan Monitoring

Setelah persiapan dilaksanakan dengan baik dan matang, maka dalam

pelaksanaan akan lebih mudah karena kendala atau penyimpangan yang mungkin

terjadi dapat terdeteksi dari awal dan dapat diselesaikan dengan lebih cepat. Adapun

langkah-langkah dari penerimaan beton, pengiriman ke lapangan, uji slump sampai

penuangan (Gambar 4.12.).

44
START

Penerimaan
beton

Lama
Pengiriman

NO
Reject
≤ 35°
C

YES
NO
Reject
Slump 12±2 cm

YES

Sample Benda
Uji

Distribusi ke
Concrete Pump

END

Gambar 4.12. Flowchart Proses Pengecoran

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan antara lain :

1. Dibuat urutan atau tahapan pengecoran (zoning pengecoran).

45
2. Merencanakan kebutuhan concrete pump dan mobil mixer berdasarkan travel

time dan kapasitas masing-masing peralatan yang digunakan.

3. Menentukan posisi thermocouple dan memasang sesuai rencana.

Gambar 4.13. Detail Posisi Thermocouple

4. Beton yang datang diperiksa slumpnya, yang harus sesuai dengan spesifikasi,

dan kemudian dilakukan pencatatan.

Gambar 4.14. Proses Slump Beton

5. Untuk memeriksa mutu beton, diambil sampel beton sesuai spesifikasi.

6. Penuangan beton dengan tinggi jatuh beton lebih dari 1 meter, dibantu dengan

menambah selang fleksibel pada ujung pipa concrete.

46
7. Pada saat pengecoran selain harus mengikuti tahapan pengecoran, sangat

penting untuk mengawasi alat pemadatan dan memastikan semua beton telah

dituang dan telah dipadatkan dengan benar.

8. Memberikan tanda untuk finishing lantai yang diberi floor hardener dan yang

tidak diberi non floor hardener serta mengawasi pelaksanaanya.

9. Dalam pelaksanaan pengecoran akan digunakan 6 concrete pump (5CP bekerja

dan 1CP stand by) maka pembagian pekerja selain dibagi menjadi per-shift

kerja, juga harus dibagi lagi berdasarkan jumlah concrete pump.

Gambar 4.15. Concrete Pump Standby untuk Pengecoran

10. Mengatur arus lalu lintas, hal ini dimaksudakan agar kelancaran mobil mixer

dapat teratur dan waktu bongkar tidak terlalu lama.

11. Pengaturan kedatangan mobil mixer dengan menentukan pihak yang

bertangung jawab atas pemesanan dan pengaturan interval kedatangan mobil

dan supplier beton.

12. Mengawasi pembuatan benda uji dan memastikan jumlah dan kode penamaan

sesuai dengan rencana.

13. Monitoring temperatur beton dilaksanakan setelah pengecoran, yaitu:

 Hari ke 1 : 1 x 24 jam pertama selama 2 jam sekali

47
 Hari ke 2 : 2 x 24 jam kedua selama 3 jam sekali

 Hari ke 4-7 : 4 x 24 jam dan seterusnya selama 4 jam sekali

14. Jika terjadi deviasi suhu antar lapisan lebih dari 20° C, lapisan insulasi

(styrofoam 5cm, karpet talang dan terpal biru) ditambah lapisannya lagi agar

area yang temperatur yang tinggi akan bergerak ke area dengan temperatur

yang rendah.

15. Bila permukaan lantai memakai floor hardener maka pertama-tama curring

dilakukan dengan curring compound.

16. Bila tidak memakai floor hardener maka curring langsung dilakukan dengan

menutup seluruh permukaan beton terlebih dahulu dengan plastik, kemudian

ditutup dengan styrofoam setebal minimum 5 cm sebanyak 2 lapis dengan arah

yang berbeda antara lapisan, dan kemudian disiram dengan air sampai air

tergenang (water ponding).

Gambar 4.16. Proses Curing dengan Curing Compound dan Proteksi dengan
Styrofoam

48
4.4 Manajemen Pelaksanaan Pengecoran

Proses pelaksanaan mass concrete harus diperhatikan terhadap beberapa hal, yaitu

1. Rencana waktu pengecoran yang harus diperhitungkan dengan membuat

pembagian volume total pengecoran dengan kemampuan satu concrete pump.

2. Supplier beton agar dapat melakukan pemasukan beton secara berkelanjutan

dan epat waktu.

3. Tenaga kerja pengecoran yang sesuai dan dapat melayani kapasitas beton yang

turun ke lokasi pekerjaan dengan bantuan concrete pump dan harus di

monitoring oleh pengawas.

4. Volume pengecoran harus diperhitungkan berdasarkan kapasitas pengecoran

selama 4 jam-lebih sebelum concrete setting (keadaan beton sudah mulai

mengeras) yang harus lebih besar daripada volume zona pengecoran mass

concrete.

5. Buat form monitoring kedatangan beton dan monitoring suhu agar semua

tercatat dan bisa jadi acuan evaluasi akhir pengecoran (Tabel 4.1 & 4.2)

49
Tabel 4.1. Data Monitoring Pengecoran
KRITERIA
DATA TRUCK MIXER BENDA UJI
VOLUME(m3) PENERIMAAN MUTU
Nomer Jam Suhu Slump Bentuk Umur Jumlah BETON
No Tanggal Status
Truk Mixer Datang Tuang Keluar Mixer Komulatif (°C) (cm) Silinder Kubus (hari) Sample

(Sumber: Data dari PT. TATAMULIA INDAH NUSANTARA)

50
Tabel 4.2. Data Monitoring Suhu
UNTUK 24
JAM
PERTAMA
SATTION LAPIS
JAM KE-2 JAM KE-4 JAM KE-6 JAM KE-8 JAM KE-10

TIME CELCIUS TIME CELCIUS TIME CELCIUS TIME CELCIUS TIME CELCIUS

Atas
Tengah
I
Bawah
Udara
Luar
Atas
Tengah
II
Bawah
Udara
Luar

(Sumber: Data dari PT. TATAMULIA INDAH NUSANTARA)

51
BAB V

KESIMPULAN

Pada penulisan laporan kerja praktek didapatkan beberapa kesimpulan. Urain

kesimpulan meliputi pembahasan manajemen dalam metode pelaksaanaan pekerjaan

pondasi rakit pada pembangunan Apartemen Vieloft Next Level SOHO sebagai

berikut:

1. Suatu rencana kerja yang telah ditetapkan yaitu RKS (Rencana Kerja dan Syarat)

dijadikan suatu pegangan oleh pihak kontraktor ataupun MK untuk pelaksanaan

pekerjaan pada suatu tahapan pelaksanaan.

2. Pelaksanaan pembangunan Apartemen Vieloft Next Level SOHO tidak

selamanya berjalan sesuai dengan schedule, hal-hal yang mengakibatkan

kemunduran yang terjadi pada tahun ini, antara lain:

a. Lambatnya galian tanah dikarenakan armada yang kurang memadai.

b. Metode pelaksanaan pondasi rakit yang belum di approved oleh pihak MK

sampai bulan oktober.

3. Manajemen metode perlu adanya koordinasi dan komunikasi antara pihak-pihak

yang terlibat dalam proyek pembangunan Apartemen Next Vieloft Level SOHO,

sehingga setiap ada permasalahan yang terjadi di proyek dapat diatasi dengan

baik. Evaluasi pekerjaan ada tiga jenis yaitu evaluasi harian, evaluasi mingguan,

dan evaluasi bulanan. Evaluasi ini dilakukan untuk mendeteksi adaya

kemungkinan terburuk munculnya kesalahan dan resiko sedini mungkin. Pada

proyek ini, pihak kontraktor sudah memperbarui standar kerja, dimana

menggunakan standar ISO dan OHHAS terbaru.

52

Вам также может понравиться