Вы находитесь на странице: 1из 9

1) Sutarman Izinkan Polwan Berjilbab

JAKARTA - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Sutarman mempersilakan anggota
polisi wanita mengenakan jilbab saat bertugas. “Mulai besok (hari ini) kalau ada yang mau pakai (jilbab) saat
bertugas tidak masalah,’’ kata Sutarman usai acara silaturahmi dengan Forum Pemimpin Redaksi di Ruang Rapat
Utama Mabes Polri Jakarta, Selasa (19/11).

Menurut jenderal bintang empat itu, penggunaan jilbab merupakan hak asasi seseorang sehingga pihaknya
mempersilakan anggotanya mengenakan jilbab sebagai bagian menjalankan perintah agama. Kendati demikian,
Sutarman menegaskan bahwa pihaknya belum menyiapkan anggaran untuk membuat seragam khusus bagi polwan
berjilbab. ’’Kepada anggota kalau misalnya ada yang mau pakai, silakan. Akan tetapi, anggaran belum ada, kalau
mau beli, silakan. Contohnya kan sudah ada,’’ katanya.

Peraturan mengenai polwan berjilbab memang tidak dilarang. Dalam Keputusan Kapolri Nomor Pol:
Skep/702/IX/2005 tentang sebutan penggunaan pakaian dinas seragam Polri dan PNS polisi memperbolehkan.
Namun, peraturan itu menyebutkan bahwa ada pengecualian bagi anggota polisi wanita di Aceh yang boleh dan
bisa mengenakan jilbab saat berdinas. Itu pun karena di daerah tersebut penggunaan jilbab adalah kewajiban.
Sebelumnya, mantan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo telah menyusun draf Peraturan Kapolri (Perkap)
tentang Polwan Berjilbab. Timur juga telah menyampaikan 61 desain pakaian polwan yang selanjutnya bisa
menjadi acuan dalam aturan baru tersebut. .(dtc,ant-90)

2) Buruh Desak UMK Direvisi

o Ganjar Dianggap "Ngapusi"

SEMARANG - Ribuan buruh dari Aliansi Gerakan Buruh Berjuang (Gerbang) Jateng menggelar demonstrasi di
depan gubernuran untuk menolak upah minimum kota (UMK) 2014, Selasa (19/11). Dalam demo tiga jam itu,
buruh memblokade Jalan Pahlawan. Satu per satu perwakilan dari serikat pekerja Kota Semarang dan sekitarnya
naik ke mobil berpengeras suara untuk menyampaikan orasi. Semuanya menyatakan kecewa dan tidak puas dengan
UMK yang ditetapkan Gubernur Ganjar Pranowo.

Buruh menganggap dalam menetapkan UMK pada Senin (18/11), Ganjar tidak berpihak pada mereka dan
melupakan janji-janji pada saat kampanye. Ganjar bahkan dituding mengkhianati partainya sendiri, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan yang menentang upah murah. “Ganjar sudah ngapusi,” teriak Koordinator Aksi
Ahmad Zainuddin.

Koordinator Aliansi Gerbang Jateng Nanang Setyono mendesak Gubernur merevisi UMK 2014. Menurutnya,
angka yang ditetapkan Ganjar tidak sesuai dengan yang pernah didiskusikan dengan buruh, yakni penetapan UMK
berdasarkan survei kebutuhan hidup layak (KHL) bulan Desember ditambah prediksi inflasi tahun depan.
“Mestinya angka kenaikan UMK 2014 sebesar 20 persen sampai 25 persen, bukan 16,6 persen. Kami akan terus
demo sampai revisi dilakukan,’’ katanya.

Memanas

Sebelum bubar, pukul 12.15, aksi sempat memanas. Sebagian buruh melempari polisi dengan botol air mineral.
Namun situasi dapat dikendalikan oleh koordinator lapangan (korlap) aksi. Sementara Ganjar Pranowo, kemarin,
tidak menemui pendemo karena sedang meninjau Gunung Merapi dan lokasi pengungsian. Disinggung soal demo
buruh, Ganjar memersilakan karena aksi unjuk rasa adalah bagian dari hak menyatakan pendapat.

Namun, dia mengingatkan kesepakatan antara buruh dan pengusaha di Wisma Perdamaian beberapa waktu lalu.
“Saya cuma butuh konsistensi yang di Wisper, karena angka-angka tidak bisa dimunculkan satu, mereka pasrah
pada gubernur.” Keputusan Gubernur tentang UMK, menurutnya, sudah final. Ganjar menyatakan sudah berusaha
merevisi usulan bupati/ wali kota dengan menyesuaikan KHL. “Di mana letak bohong saya? Saya tidak pernah
menjanjikan akan menaikkan. Saya cuma minta yang belum 100 persen KHL untuk disesuaikan, tapi ada yang mau
ada yang tidak,” katanya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi menyatakan, meski sesungguhnya berat, namun
pihaknya menerima keputusan UMK tersebut. Meski demikian, dia memperkirakan akan ada lima hingga sepuluh
persen perusahaan yang akan mengajukan penangguhan UMK, dari sekitar 1.600 perusahaan di Jateng.(H68,J17-7

3) Usir Diplomat Australia!

o PM Abbot Tolak Minta Maaf


JAKARTA - Tindakan pemerintah memanggil pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia sebagai reaksi
penyadapan oleh pemerintah Negeri Kanguru dinilai belum cukup tegas. Pemerintah didesak mengusir diplomat
Australia jika negara tetangga itu tidak bersedia meminta maaf. Hal tersebut antara lain dikatakan Wakil Ketua
MPR Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin, anggota Komis I DPR Tjahjo
Kumolo, dan Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana, Selasa (19/11).

Hasanudin secara tegas meminta pemerintah untuk memulangkan Duta Besar Australia di Jakarta, Greg Moriarty.
Menurut Hasanudin, jika hubungan diplomatik dengan Australia putus, Indonesia akan tetap baik-baik saja.
“Negara yang tidak punya hubungan diplomatik saja bisa bekerja sama kok,” kata dia.

Melanggar

Menurutnya, selama ini Indonesia tak punya maksud terselubung apa pun dalam tukar menukar informasi dengan
Australia. Tetapi, Australia justru melanggar kesepakatan dan hubungan persahabatan. “Soal pemutusan hubungan
diplomatik harus dipertimbangkan, jangan khawatir,” kata dia.

Lukman Hakim mengatakan, selain memanggil pulang Dubes RI, pemerintah Indonesia juga perlu mem-persona
nongrata-kan alias mengusir Dubes Australia di Jakarta jika Australia tidak bisa memberikan alasan yang dapat
diterima. Menurut Hikmahanto Juwana, pemerintah Indonesia perlu segera mengusir diplomat Australia dan
Amerika Serikat atas penyadapan yang mereka lakukan. ’’Tindakan tegas juga akan membuat Edward Snowden
(pembocor dokumen rahasia AS-Red) tidak akan mempermainkan dan mempermalukan Indonesia dengan
mengungkap sedikit semi sedikit dokumen yang dimilikinya ke media,’’ ujarnya.

Dikatakannya, tanpa ada tindakan tegas, publik makin tidak puas. Apalagi sebelum ada berita penyadapan terhadap
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono, pemerintah hanya mengingatkan agar
Australia tidak mengulangi perbuatannya.
’’Snowden akan beraksi kembali dengan mengungkap sejumlah pejabat penting Indonesia yang disadap intelijen
Australia. Indonesia telah menjadi permainan Snowden karena ketidaktegasan SBY dalam menyikapi
penyadapan,’’ tambah Hikmahanto.

Perlahan tapi pasti, lanjut dia, Snowden akan menguak apa yang dilakukan oleh AS dan Australia sehingga
Indonesia akan terus dipermalukan. Karena itu, SBY harus bertindak tegas dan keras. ’’Presiden harus segera
menginstruksikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengusir dua atau tiga diplomat AS dan Australia,’’
tandasnya.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott di hadapan parlemen negara itu menyatakan menyesal dan merasa malu
atas penyadapan itu. Namun, dia menolak minta maaf kepada Indonesia. Ia mengklaim langkah itu dilakukan untuk
melindungi Australia saat ini dan di masa lampau, sehingga jauh lebih penting untuk dilakukan ketimbang meminta
maaf.

Tinjau Ulang

Di lain pihak, Presiden SBY menyatakan, Indonesia akan meninjau ulang sejumlah kerja sama dengan Australia.
“Kita juga akan meninjau kembali sejumlah agenda kerja sama bilateral, akibat perlakuan Australia yang
menyakitkan itu,” kata Presiden dalam akun Twitter-nya, @SBYudhoyono, Selasa dini hari.

Presiden mengatakan, Indonesia meminta Australia memberikan jawaban resmi yang bisa dipahami masyarakat
luas. “Tindakan AS dan Australia sangat mencederai kemitraan strategis dengan Indonesia, sesama negara
demokrasi,” tegasnya.

Ia menyayangkan pernyataan PM Tony Abbott yang menganggap remeh berita penyadapan ini. “Saya
menyayangkan pernyataan PM Australia yang menganggap remeh penyadapan terhadap Indonesia, tanpa rasa
bersalah.” SBY secara terang-terangan menyatakan, Australia menjadi penyebab rusaknya hubungan bilateral
dengan Indonesia.

Pengamat intelijen Wawan H Purwanto menilai, sikap pemerintah Australia yang ditunjukkan PM Tony Abbot
bahwa negaranya tidak punya kewajiban menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan keamanan negerinya
kepada negara lain, sebagai sinyal bahwa mereka yakin Indonesia sulit membuktikan penyadapan itu.

Bisa jadi hal tersebut karena penyadapan dilakukan dengan teknologi canggih. “Dugaan saya, bisa jadi penyadapan
dilakukan di negeri mereka sendiri, bukan di Indonesia. Ini menjadi sulit dibuktikan. Ramai-ramai ini karena
informasi dari Snowden. Namun sekali lagi, yang bisa disadap tetaplah bukan informasi yang bersifat rahasia dan
sangat rahasia, yang bila itu bocor maka akan sangat membahayakan Indonesia,” kata Wawan.
Menurut dia, informasi yang umumnya bisa disadap bukan yang termasuk klasifikasi rahasia dan sangat rahasia.
Anggota Komisi I DPR Tjahjo Kumolo mengatakan, pemanggilan pulang Dubes dan Konjen RI di Australia
seharusnya didahului dengan pengusiran Dubes Australia di Indonesia. ’’Kemudian, setelah itu barulah pemerintah
meminta klarifikasi resmi kepada pemerintah Australia terkait penyadapan tersebut. Selain itu, perlu ditanyakan
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,’’ tandasnya.

Polri Tunggu Perintah

Ketua DPR Marzuki Alie meminta SBY meminta penjelasan langsung kedua kepala negara tersebut. Hal itu
sekaligus untuk membangun kesepakatan baru secara bilateral serta komitmen untuk menghentikan penyadapan
terhadap negara lain. ’’Penyadapan yang dilakukan melalui Kedubes AS dan Australia di Jakarta, merupakan
persoalan serius dalam hubungan antarnegara. Penyadapan itu juga merupakan ujian bagi Indonesia di dalam
memaknai kedaulatan Indonesia di hadapan para pemimpin dunia,’’ kata Marzuki.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, dengan terbuktinya penyadapan yang dilakukan oleh Australia
terhadap pejabat Indonesia, jelas bahwa Negeri Kanguru itu merupakan negara yang berbahaya bagi Indonesia.
’’Indonesia keliru memosisikan Australia sebagai mitra strategis, karena ternyata negara itu memperlakukan
pejabat Indonesia seperti ancaman atau musuh. Sebagai tetangga dekat, jika ada keperluan, Australia seharusnya
tinggal mengetuk pintu dan bekerja sama secara resmi serta terbuka,’’ ujarnya.

Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan, Snowden perlu membuka hasil sadapan secara utuh.
’’Dari situ akan terlihat substansi persoalan yang diributkan. Sebab, jangan-jangan kita hanya meributkan pepesan
kosong,’’ katanya.

Sebab, menurutnya, bisa saja tidak ada hal-hal penting yang menyangkut keamanan dan pertahanan nasional.
Apalagi, banyak pihak yang marah hanya karena ketakutan bila kebusukannya terbongkar. ’’Buktinya, kemarin-
kemarin pejabat-pejabat penting negeri ini santai-santai saja menanggapinya. Namun begitu Ibu Negara Ani
Yudhoyono ikut disadap, baru kompak meradang semua,’’ ujarnya.

Kapolri Jenderal Sutarman mengungkapkan, pihaknya menunggu instruksi Presiden terkait kelanjutan kerja sama
dengan kepolisian Australia. ’’Kalau Presiden memerintahkan dihentikan, maka akan kami laksanakan. Apa pun
perintah Presiden,’’ ujar Sutarman di Mabes Polri.

Dia menjelaskan, kerja sama Polri dengan Australia menyangkut pengadaan sejumlah peralatan, perlengkapan,
pelatihan, dan penindakan hukum. Beberapa di antaranya adalah pembentukan Jakarta Cente for Law Enforcement
Cooperation (JCLEC) yang berada di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, penanggulangan kejahatan
transnasional, penyelundupan dan perdagangan manusia, serta pemberantasan terorisme. Selain itu, lanjut dia, Polri
juga mendapat pelatihan dan dukungan perlengkapan pengungkapan kasus, seperti laboratorium cyber crime di
Bareskrim Polri dan laboratorium DNA di Disaster Victim Identification (DVI), Cipinang, Jakarta Timur.

4) Kaget Anggaran Jadi Rp 2,5 Triliun

JAKARTA - Skandal proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang,
Bogor, sangat mengganjal di hati Adhyaksa Dault. Mantan Menpora itu menyatakan, saat menjabat menteri dia
sangat kesulitan membangun proyek Hambalang. Adhyaksa mengaku kaget setelah tahu proyek Hambalang
dibangun megah. Dia tidak habis pikir, anggaran pembangunan yang awalnya cuma untuk mengganti Sekolah
Ragunan mencapai Rp 2,5 triliun.

’’Saya kaget anggaran jadi Rp 2,5 triliun. Kami tidak pernah merancang Hambalang jadi arena pertandingan
dengan penonton. Itu cuma untuk pelatihan atlet. Mau bikin Istora di Hambalang? Itu kan tempat jin buang anak,’’
kata Adhyaksa disambut tawa pengunjung saat bersaksi dalam sidang untuk terdakwa Deddy Kusdinar di
Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (19/11).

Adhyaksa terkejut karena anggaran proyek Hambalang melonjak pada masa Menpora dijabat Andi Alifian
Mallarangeng, dari semula Rp 125 miliar menjadi Rp 2,5 triliun. Pembangunan proyek pun melenceng jauh dari
rancangan awal. Selain itu, saat hendak mengajukan izin pembangunan, dia juga terkendala karena sertifikat tanah
Hambalang ternyata tidak ada.

Adhyaksa langsung memerintahkan penghentian pengajuan pembangunan proyek itu. ’’Karena sertifikat belum
ada, pengajuan anggaran Rp 125 miliar dibintangi oleh DPR. Jadi tidak bisa dicairkan. Makanya saya bingung saat
menteri yang baru anggaran menjadi triliunan rupiah. Saya minta tambahan Rp 50 miliar saja nggak dikasih sama
DPR,’’ ujarnya.

Dia menceritakan, saat menjabat Menpora, dirinya menerima pengalihan aset Direktorat Jenderal Olahraga
Kementerian Pendidikan Nasional (kini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), yakni tanah 32 hektare di
Hambalang. Saat itu, Ditjen Olahraga Kemendiknas dilebur ke dalam lembaga yang dipimpinnya. ’’Waktu saya
menjabat, menteri tidak punya kantor dan staf. Saya 1,5 bulan berkantor di rumah. Waktu itu, di tanah itu sudah
ada dua bangunan asrama, masjid, dan lapangan sepak bola. Lalu kami pasangi pagar,’’ kata Adhyaksa.

Ia menambahkan, ide awal pembangunan proyek Hambalang sebenarnya hanya untuk menggantikan Sekolah Atlet
Ragunan, Jakarta Selatan. Rancangan awal proyek bernama Pusat Pendidikan Latihan Olahraga Pelajar Nasional.
’’Itu awalnya buat menggantikan Sekolah Ragunan. Tidak ada rencana bikin arena penonton di sana. Cuma buat
sekolah.’’

Bersyukur

Adhyaksa merasa bersyukur karena proyek Hambalang berproses dan terjadi saat dia sudah tidak menjabat
menteri. Dia juga bersyukur sertifikat tanah proyek itu tidak jadi terbit semasa kepemimpinannya di Kemenpora.
’’Kalau jadi, bisa-bisa saya yang di sini (disidang di pengadilan),’’ ujarnya.

Dia mengakui, proyek Hambalang semasa dirinya menjabat terhambat lantaran tanah seluas 32 hectare tersebut
tidak memiliki sertifikat. Pengurusan tanah terkendala lantaran wilayah itu berbatasan dengan tanah milik PT
Buana Estate, perusahaan milik pengusaha Probosutedjo.

Adhyaksa dua kali mendatangi Kepala Badan Pertanahan Nasional saat itu, Joyo Winoto, menanyakan status
sertifikat tanah tersebut. Jika sertifikat tidak terbit, anggaran tidak bisa dicairkan DPR. ’’Tahun 2007 dan 2009
saya mendatangi Kepala BPN Joyo Winoto. Tapi disuruh menunggu, masih diproses. Ya sudah, mau bagaimana
lagi.’’

Adhyaksa menampik pernyataan Andi Mallarangeng yang mengaku hanya melanjutkan pembangunan proyek itu.
Menurut Adhyaksa, justru proyek Hambalang di tangan Andi jauh menyimpang dari rancangan awal. ’’Kalau
melanjutkan, ya mestinya tinggal mencairkan anggaran Hambalang dan meneruskan pembangunan dengan
rancangan awal. Tapi ini kan malah beda jauh. Makanya hebat banget menteri yang baru (Andi Mallrangeng-Red).
Sertifikat terbit, anggaran ditambah. Saya minta anggaran Rp 50 miliar ke DPR saja nggak dikasih,’’ tandasnya.

Sidang kemarin juga menghadirkan saksi Muhammad Arifin, komisaris PT Metaphora Solusi Global, konsultan
perancangan dan desain Hambalang. Dalam sidang itu terungkap, Bendahara Umum Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) Olly Dondokambey disebut pernah meminta uang Rp 500 juta kepada mantan direktur
operasional PT Adhi Karya Teuku Bagus Mokhammad Noor, yang merupakan salah satu kontraktor Hambalang.

Awalnya Jaksa Kiki Ahmad Yani bertanya kepada Arifin soal beberapa aliran dana dari PT Adhi Karya ke
sejumlah pihak. Dalam BAP, saat dikonfrontasi dengan Manajer Divisi Konstruksi I PT Adhi Karya Muhammad
Arief Taufiqurrahman dalam pemeriksaan oleh KPK, Arifin tercatat pernah mendengar Olly meminta uang Rp 500
juta untuk sebuah acara di Bali pada 2010. “Betul Teuku Bagus pernah minta uang Rp 500 juta untuk Olly
Dondokambey untuk sebuah acara di Bali?” tanya Kiki.

“Iya, tapi bukan ke saya,” kata Arifin.

Saat ditanya apakah Teuku Bagus benar-benar memberikan uang untuk Olly guna keperluan acara di Bali, Arifin
tidak tahu. Setelah ditelusuri, acara di Bali yang dimaksud adalah Kongres III PDIP di Sanur pada 2010. Arifin
juga mengatakan, Teuku Bagus pernah memberikan uang kepada Olly Rp 2,5 miliar. “Setahu saya, pengembalian
pinjaman uang untuk proyek,” ujar Arifin tanpa memerinci lebih lanjut.

Arifin menambahkan, dia tahu Direktur PT Dutasari Citralaras Machfud Suroso berhasil memenangi tender proyek
Hambalang. Dia juga mengatakan, pernah diperlihatkan sebuah kuitansi oleh Machfud dengan nilai Rp 3 miliar
untuk seseorang. “Tapi tidak ada namanya,” kata Arifin.

Ia menjelaskan, pada April 2010 dirinya pernah mengirim uang Rp 2 miliar untuk mantan sekretaris menpora
Wafid Muharam terkait proyek Hambalang melalui staf Wafid bernama Poniran. Arifin juga mengaku mengirim
uang Rp 1,3 miliar pada 28 April 2010 yang ditujukan kepada Komisi X DPR. Uang itu diberikan melalui
perantaraan pengusaha Saul Paulus David Nelwan alias Paul Nelwan. Namun, Paul membantah. “Tidak pernah
saya terima uang sebesar itu untuk Komisi X,” ucap Paul. (D3-25,59)
5) Dewan Keberatan TPHD Dihapus

RENCANA - penghapusan Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD) oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada
2014 disoal. Jika jadi direalisasikan, hal itu bisa membuat jamaah haji kebingungan saat beribadah di Tanah Suci
Makkah, Arab Saudi. Tanpa koordinasi tim tersebut, mereka bisa kesulitan saat kehilangan barang berharga
maupun koordinasi dengan pelaksana haji. Anggota Komisi E DPRD Jateng Muh Zen Adv menegaskan, rencana
penghapusan TPHD perlu ditinjau ulang.

’’Tim ini tidak sekadar berangkat menjadi pendamping, tapi sekaligus membantu jamaah haji di Tanah Suci. Jika
memang kinerja TPHD dianggap kurang bagus, maka bisa dikuatkan peranan dan fungsinya, termasuk juga
memperketat sejak awal persyaratan keanggotaan timnya,’’ kata Sekretaris Fraksi PKB DPRD Jateng itu.

Sebagaimana diketahui, TPHD yang ada di kabupaten/kota se-Jateng ini ditugasi mendampingi jamaah haji di
Makkah. Mereka ini beranggotakan empat orang perwakilan pemerintah daerah dan seorang anggota DPRD
kabupaten/ kota. Kelima anggota TPHD ini berbagi tugas memantau pelaksanaan ibadah haji. Menurut Zen, tim ini
harus berpengalaman dan memiliki kemampuan konsolidasi karena akan mengatur petugas haji.

Masih Wacana

Ia menilai tidak tepat apabila TPHD diganti dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). ’’Saya yakin,
KBIH sekuat apa pun tidak bisa mengatasi persoalan haji Indonesia yang jumlahnya jutaan orang.’’ Sementara itu,
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jateng Khaeruddin menyatakan, penghapusan TPHD ini masih wacana. Ia tidak
menampik kinerja TPHD ini kurang maksimal. Meski demikian, pihaknya menilai keberadaan pendamping haji
sangat dibutuhkan untuk membantu jamaah. (Royce Wijaya SP, Anton Sudibyo-90

6) Police Watch: Densus 88 Alat Sadapnya Bantuan Australia, Perlu Diwaspadai

Indonesia Police Watch (IPW) mengimbau Polri segera mengevaluasi berbagai peralatannya, terutama alat-alat sadap
bantuan dari Australia. Salah satu badan Polri yang dibantu Negeri Kanguru itu adalah Detasemen Khusus (Densus) 88.

"Sebab, bukan mustahil lewat bantuan alat sadap buat Densus 88 antiteror ini, intelijen Australia menyadap komunikasi
pejabat Indonesia," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane.

Hubungan Indonesia-Australia tegang usai skandal penyadapan Negeri Kanguru itu terungkap. Australia bahkan menolak
minta maaf. Indonesia pun menarik Duta Besar Nadjib Riphat Kesoema.

Pane menilai, Pemerintah Indonesia dan kalangan intelijen perlu mencek alat sadap bantuan asing, terutama Australia.
Apakah selama ini Australia menyadap lewat alat bantuan tersebut.

"Jika terbukti penyadapan lewat alat sadap bantuan itu, berarti sudah waktunya semua alat tersebut diblokir, dinonaktifkan
dan tidak perlu difungsikan lagi," jelas Pane.

Kalaupun tidak terbukti, Pemerintah tetap perlu waspada. Kenapa intelijen Australia dan negara asing lainnya terlalu
gampang menyadap para pejabat Indonesia.

7) PKS: Australia Tak Lagi Beretika

Selasa, 19 November 2013


JAKARTA - Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Adang Daradjatun, mengapresiasi langkah Pemerintah
Indonesia untuk menarik Duta Besar RI di Australia sebagai respons dari kabar penyadapan. Adang menilai sikap yang
ditunjukkan Australia sudah tidak lagi beretika.

“Saya memberikan apresiasi bahwa kita sebagai negara besar yang memiliki suatu kekuatan superpower. Kita jelas punya
harga diri,” ujar Adang di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (19/11/2013).

Mantan Wakil Kepala Polri ini berpandangan, negara asing tidak bisa seenaknya melakukan penyadapan di Indonesia. Tidak
hanya pejabat negara saja yang mengecam, tetapi seluruh masyarakat Indonesia juga merasa terganggu dengan aksi
penyadapan itu.

“Apa yang dilakuan Australia adalah suatu pelanggaran etika,” ucap Adang.

Dari sudut pandang keamanan negara, Adang menuturkan, aksi penyadapan adalah hal yang lumrah. Bahkan, pihak swasta,
kata Adang, kini sudah memiliki intelijen. Menurutnya, suatu negara harus mengedepankan fungsi intelijen untuk mencegah
terjadi bahaya.

“Sebagai seorang intelijen, saya merasa intelijen itu punya fungsi yang penting. Namun, dalam hubungan luar negeri, ini
memang tidak bisa dibenarkan,” ucapnya lagi.

Saat ditanyakan kontra intelijen yang dilakukan Indonesia, Adang menyatakan, hal ini sebenarnya sudah dilakukan
Indonesia baik dalam bentuk fisik maupun teknologi. Namun, dia enggan mengungkapkan lebih rinci tentang bentuk kontra
intelijen itu.

“Saya tidak bisa ungkap itu, karena terlalu teknis,” ucapnya. Ke depan, Adang berharap agar pemeritah mulai
memperhatikan peningkatan kontra intelijen agar kasus penyadapan tidak lagi terulang.

Seperti diberitakan, menurut laporan sejumlah media asing, badan mata-mata Australia telah berusaha menyadap telepon
Presiden SBY dan Ibu Negara, Ani Yudhoyono, serta sejumlah menteri. Sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan
whistleblower asal AS, Edward Snowden, yang berada di tangan Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan harian
Inggris The Guardian, menyebut nama Presiden SBY dan sembilan orang di lingkaran dalamnya sebagai target penyadapan
pihak Australia.

Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa badan intelijen elektronik Australia, Defence Signals Directorate, melacak
kegiatan Yudhoyono melalui telepon selulernya selama 15 hari pada Agustus 2009, saat Kevin Rudd dari Partai Buruh
menjadi Perdana Menteri Australia. (KOMPAS)

8) Pemerintah RI Undang Syeikh Al Qaradhawi ke Riau

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengundang Syeikh Yusuf Al Qaradhawi untuk menghadiri
Muktamar Internasional Para Imam Masjid yang akan digelar di Riau pada tanggal 2-6 Disember mendatang, sebagaimana
dilansir oleh situs resmi Syeikh Al Qaradhawi, qaradawi.net.

Disebutkan dalam situs tersebut bahwa pihak penyelenggara seminar sangat antusias meminta Syeikh Al Qaradhawi hadir
dalam acara muktamar untuk ikut serta dalam membahas tema-tema yang akan disampaikan dalam kesempatan itu.

Ikut serta dalam muktamar ini, para imam di Masjid Al Haram, Masjid Nabawi serta Masjid Al Aqsha serta para imam di
masjid-masjid terkenal di dunia Islam.

Diselenggarakannya muktamar ini sendiri bertujuan untuk menyamakan pandangan mengenai peran para imam masjid
dalam membangun peradapan umat serta menekankan perlunya kerja sama dalam program antar para imam di seluruh
dunia.

9) Turki Kembali ke Pangkuan Islam

Rabu, 20 November 2013


Kendati oleh elemen gerakan Tabawwul disebut tidak Kaaffah, dan menolak konsep perjuangan syariat secara tadarruj
(gradual/bertahap), namun Turki semakin hari semakin menampakkan kejelasan pencapaian target. Tidak hanya sekedar di
spanduk-spanduk atau web-web resmi. Syariat Islam di Turki mulai nampak dalam kehidupan sehari-hari.

Sudah dua peristiwa yang menghebohkan negara sekuler Turki. Salah satunya adalah penghapusan larangan Jilbab di
tempat-tempat publik dan kantor-kantor pemerintahan. Maka enam anggota Parlemen wanita kembali mengenakan hijab.

Kebebasan ini pun terjadi di TV resmi pemerintahan Turki. Menurut Jihan News, kemarin seorang penyiar TV resmi Turki
muncul untuk pertama kali dengan pakaian hijab yang menutup aurat. Channel TV tersebut adalah TRT Turkey dalam acara
berita jam 5 sore.
Sekali lagi, keberhasilan Turki didukung pula dengan islamisasi di tubuh militer. Islamisasi yang sama sekali tidak
menghambat kemajuan militer. Malah 10 tahun di bawah komando partai AKP, militer Turki berhasil meraih pencapaian
sebagai militer terkuat ke-6 di dunia. Hal yang tak mungkin dicapai oleh negara-negara korup. Apalagi oleh gerakan yang
berbau Islam, namun tak memiliki contoh negara yang jelas.

Selamat! Semoga Turki bisa kembali membawa kejayaan khilafah yang nyata, riil, dan terbukti. Bukan sekedar menyalah-
nyalahkan, mengkafir-kafirkan, atau menebar fitnah bagi kehidupan.

10)Akhirnya, Partai An-Nour Salafy 'Pendukung Kudeta' Dibubarkan!

Harian Al-Gumhuriya menurunkan laporan bahwa Mahkamah Tinggi Mesir telah mengeluarkan keputusan pembubaran
partai An-Nour Salafy. Keputusan ini seiring dengan larangan berdirinya partai berbasis agama.

Namun demikian, pemerintah kudeta meminta keputusan tersebut ditunda atau tidak diberitakan di media-media, sebelum
tuntasnya penyusunan konstitusi oleh Tim 50 dimana partai An-Nour Salafy menjadi salah satu wakil kalangan Islam di Tim
50.

Larangan pemberitaan disebabkan kekhawatiran Salafy An-Nour melakuan demo besar-besaran, lalu kemudian bergabung
dengan pendukung Mursi.

Sungguh An-Nour Salafy kena batunya. Ibarat menampar air, cipratannya mengenai muka sendiri. Terlebih donatur kudeta
pendukung Salafy, yaitu Saudi Arabia kini telah bersepakat banyak hal dengan Israel yang sudah jelas nya musuh bersama
umat Islam.
Dakwah: Need Choice, Plan and Back-up

Rabu, 20 November 2013

Oleh: Muhammad Idrus*

UMAT Islam di seluruh dunia baru saja memperingati Tahun Baru 1435 Hijriyah. Pelajaran terpenting dari peristiwa Hijrah
Rasulullah Saw 14 abad yang lalu adalah keberanian untuk mengambil sikap. Hijrah bukan hanya dari segi fisik, berpindah
dari kota Mekah ke Madinah, namun juga berubah sikap: dari kejahiliyahan/kegelapan menuju keimanan/pencerahan
hidup.

Untuk memenuhi agenda besar itu, maka Nabi Muhammad Saw melakukan perencanaan dan persiapan matang, meskipun
banyak orang tak mengetahui atau menyadarinya. Menurut penulis kitab Fiqh Shirah Nabawiyah, Syekh Ramadhan al Buthi,
perencanaan itu mulai dari rute yang akan ditempuh, kawan yang akan diajak perjalanan, orang yang ditugaskan untuk
mengganti posisi Rasulullah di rumah sebagai penyamaran, penyediaan bekal perjalanan, hingga penunjuk jalan.

Momentum hijrah itu dengan segala karakteristiknya telah menjadi sunnah hasanah yang patut diteladani kaum Muslimin
hingga akhir zaman. Tak ada sebuah program atau agenda dakwah yang akan sukses tanpa perencanaan matang dan rinci.
Termasuk dalam kegiatan organisasi pada umumnya, aspek perencanaan didahulukan untuk memobilisasi sumber daya
agar tepat sasaran dan tujuan.

Jika ada ide agar aktivitas dakwah dilakukan secara spontan, tanpa perencanaan (No plan), pilihan (No choice), dan
cadangan (No back up), maka itu hanya terjadi situasi khusus/darurat yang membutuhkan improvisasi dan proteksi berlapis-
lapis demi keamanan operasi. Tetapi, Sunnah Nabawiyah yang berlaku umum/generik adalah persiapan detil dari awal
hingga akhir, disamping membuka kemungkinan terjadi revisi atau adaptasi sejalan dengan perkembangan lingkungan.

Tiga Langkah Besar

Demi keberhasilan dakwah, perlu diperhatikan tiga langkah penting, yaitu:

1. Need choice

Sebagai Kader dakwah, setiap aktivis harus punya pilihan sikap dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. Harus optimis
untuk bersama-sama memenangkan Agenda Dakwah di berbagai aspek. Antara lain, menjelang Pemilihan Umum di
Indonesia tahun 2014, perlu dikawal: Kepemimpinan Nasional seperti apa yang harus dikawal dan didorong.

Kita menyaksikan bangsa Indonesia kembali mengalami Krisis Kepemimpinan di level nasional setelah 15 tahun Gerakan
Reformasi bergulir. Jika dibiarkan sembarang figur tampil sebagai Pemimpinan Nasional, maka kondisi bangsa mungkin akan
kolaps dan aspirasi umat Islam (komponen mayoritas) akan terbengkalai. Kita ingin memastikan masa depan Indonesia akan
semakin solid dan maju di bawah kepemimpinan baru dan agenda keummatan berjalan sesuai tahapannya.

Dalam konteks itu, tiap Aktivis perlu menentukan sikap dan pilihan, tak bisa netral dan ragu-ragu. Konsistensi sikap itu yang
menjadi prasyarat keberhasilan.

2. Need Plan

Jelas sekali, dibutuhkan Rencana Besar untuk memenangkan pertarungan besar agar pilihan yang sudah ditetapkan
tercapai. Agar agenda dakwah digerakkan oleh seluruh elemen dakwah, maka perlu dipersiapkan 4 langkah taktis:

(a) Mengajak diri sendiri sebagai elemen dakwah agar senantiasa konsisten. Kita masih seperti yang dulu, tidak akan
berubah sikap sebagai kader yang yakin, bahwa kemenangan tak akan tercapai tanpa berjamaah (berorganisasi) dengan
baik. Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kesalahan (corrective action) dan menegaskan komitmen bahwa tiap orang
akan mendapat reward and punishment sesuai dengan capaian/kesalahannya.

(b) Menyakinkan kembali para anggota keluarga, teman dekat serta rekan kerja yang pernah bersinggungan dengan
dakwah, bahwa kita adalah satu dan terus bergerak bersama karena kita mencintai semuanya karena Allah.

(c) Bersilaturahim dengan komponen dakwah lainnya dan masyarakat muslim lainnya untuk berjuang dan bergandeng
tangan dalam mengartikulasikan kepentingan umat, antara lain warga NU, Muhammadiyah, Persatuan Islam, PUI, kalangan
pesantren dll.

(d) Memohon maaf atas segala kekhilafan serta terus melayani sepenuh hati terhadap segenap komponen masyarakat, baik
mereka yang simpati, antipati maupun kelompok pembenci sekalipun. Kita harus berani menyatakan secara ksatria: “Kami
adalah manusia biasa yang penuh alfa dan dosa serta berusaha hadir untuk semua demi mewujudkan cita-cita Indonesia
yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat”.

3. Need Back Up

Gerak seluruh komponen dakwah, baik Qiyadah dan Kader, harus seiring dan seirama untuk bersama-sama mendekatkan
dan meningkatkan hubungan dengan Allah SWT dalam berbagai kesempatan. Qiyadah dan Kader serta seluruh komponen
Masyarakat Indonesia bersama-sama melakukan perubahan, memang ada kesalahan individual, namun tak mustahil terjadi
kekeliruan kolektif karena membiarkan individu tertentu tanpa kontrol.

Kontrol dan koreksi diperlukan dalam setiap pelaksanaan. Bila ada penyimpangan, maka harus segera diluruskan. Bahkan,
jika terjadi perubahan situasi dan kondisi yang mendasar, maka perubahan rencana dapat dilakukan. Di sinilah urgensi
sistem cadangan (back up) untuk mengantisipasi dinamika tak terduga.

Tragedi perang Mu’tah memperlihatkan kondisi buruk yang tak pernah diperkirakan sebelumnya, ketika tiga komandan
pasukan Muslim berguguran secara berurutan: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Pergantian
posisi komando itu sudah diisyaratkan Rasulullah dalam pesan sebelum pertempuran. Di ujung situasi kritis, akhirnya
tongkat komando dipegang Khalid bin Walid yang memutuskan untuk kembali ke markas pertahanan. Dari sanalah disusun
rencana alternatif untuk menuntaskan misi perjuangan.

Semoga Allah berkenan menerima segala taubat serta amal saleh kita semua. Karena Dia-lah yang memberikan kekuatan
dan keberkahan dalam perjuangan panjang.

Semoga Indonesia yang kita cintai bersama menjadi Negeri yang sejahtera dan dilindungi dari segala marabahaya. Peristiwa
Hijrah mengingatkan kita sekali lagi, bahwa strategi pemenangan dakwah membutuhkan pilihan sikap (Choice),
perencanaan matang (Plan) dan rencana cadangan (Back Up) bila ada situasi tak terduga.

*Penulis: @idrus28 on twitter

Вам также может понравиться