Вы находитесь на странице: 1из 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amplang

Amplang merupakan makanan khas dari Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Bahan utama
dari amplang yaitu ikan. Ikan yang digunakan bisa beragam, umumnya ikan yang
digunakan untuk amplang, yaitu jenis ikan pipih. Amplang merupakan suatu cemilan yang
memiliki tekstur menyerupai kerupuk. Umumnya amplang memiliki dua varian bentuk
yaitu amplang biasa dan amplang kuku macan. Bentuk amplang biasa seperti tabung
sedangkan bentuk amplang kuku macan seperti bulan sabit.

Konsumen amplang berasal dari dalam kota maupun luar kota. Toko yang menjual
amplang di Kota Samarinda banyak berada dipinggir jalan, sehingga amplang mudah untuk
dibeli. Amplang salah satu pilihan terbaik untuk dijadikan oleh oleh dikarenakan sifat
amplang yang tahan lama asal amplang tidak terkena angin.

Pada pembuatan amplang pada umumnya relatif sederhana. Bahan utamanya berupa ikan,
tepung dan bumbu penyedap rasa. Hal pertama yang dilakukan yaitu ikan segar
dibersihkan, lalu diambil dagingnya. Kegiatan selanjutnya daging ikan digiling sampai
halus. Ikan yang sudah halus kemudian dicampur bumbu dan tepung sambil diaduk hingga
rata, biasanya menggunakan alat pengaduk. Adonan yang sudah tercampur rata kemudian
di uleni menggunakan tepung, lalu dibentuk sesuai pola yang diinginkan atau
menggunakan cetakan. Langkah terakhir, adonan yang sudah dibentuk kemudian digoreng
hingga mengembang dan matang, lalu tiriskan.

Harga amplang relatif murah, untuk harga 1 kg amplang kisaran Rp 100.000 – Rp 150.000.
amplang dijual dengan beberapa kemasan, ada kemasan kecil, kemasan sedang (yang
biasanya dibeli oleh konsumen dalam kota) dan kemasan besar.

5
2.2 Kemasan

Menurut Sabana (2007), kemasan berasal dari kata kemas yang berarti teratur (terbungkus)
rapi, bersih, beres, selesai. Pengertian lainnya merupakan hasil mengemas atau bungkus.
Sedangkan pengertian bungkus dapat diartikan sebagai kata bantu untuk benda yang
dibalut dengan plastik, kertas, daun dan sebagainya. Dengan demikian pengertian kemasan
adalah sesuatu material dapat berupa plastik, kertas, maupun daun untuk membungkus
sesuatu produk.

Menurut Mu’alim (2014), kemasan dapat diartikan sebagai suatu benda yang berfungsi
untuk melindungi, mengamankan produk tertentu yang berada di dalamnya, serta dapat
memberikan citra tertentu untuk membujuk konsumen.

Menurut Kotler, dkk (1996), kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Suatu
kemasan dipengaruhi oleh desain dan warna. Berdasarkan jenisnya kemasan dibagi mejadi
tiga yaitu kemasan primer, sekunder dan Pengiriman. Kemasan primer merupakan wadah
yang langsung menyentuh produk. Kemasan sekunder merupakan bahan yang melindungi
kemsan primer sebagai pelindung tambahan dan sebagai media promosi atau informasi.
Kemasan pengiriman merupakan kemasan yang diperlukan untuk penyimpanan,
identifikasi dan transportasi.

Suatu produk harus memiliki kemasan, hal ini dikarenakan untuk menjaga atau melindungi
dari suatu produk dari perjalanan produsen ke konsumen. Produk yang memiliki kemasan
biasanya lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang disebabkan cuaca.
Dengan adanya kemasan dapat membedakan dari produk pesaing.

Fungsi kemasan di era sekarang tidak hanya untuk melindungi produk, tetapi menjadi
faktor yang cukup penting untuk melakukan pemasaran. Kemasan yang memiliki tampilan
yang menarik dan praktis akan lebih dipilih konsumen untuk dibeli. Selain itu, kemasan
juga berfungsi sebagai informasi, sehingga informasi tentang produk harus jelas tertera
pada kemasan. Suatu produk dengan kemasan yang memiliki informasi jelas, menarik dan
praktis, dapat secara langsung meningkatkan penjualan.

6
Menurut Mu’alim (2014) Kemasan yang baik dan akan digunakan semaksimal mungkin
dalam pasar harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut:
1. Faktor pengamanan. Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai
kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya:
cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Contohnya,
kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama.
2. Faktor pendistribusian. Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor
atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan
penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran kemasan
harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan
peletakan di rak atau tempat pemajangan.
3. Faktor komunikasi. Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan
mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan
mudah dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya, karena bentuk kemasan yang aneh
sehingga produk tidak dapat “diberdirikan”, harus diletakkan pada posisi “tidur”
sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik; maka fungsi kemasan
sebagai media komunikasi sudah gagal.
4. Faktor ergonomi. Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan
mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari
kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen.
Contohnya, bentuk botol minyak goreng tropical yang pada bagian tengahnya diberi
cekungan dan tekstur agar mudah dipegang dan tidak licin bila tangan pemakainya
terkena minyak.
5. Faktor estetika. Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup
pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata letak
atau layout, dan maskot. Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual
secara optimal.
6. Faktor identitas. Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain,
memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk
yang lain.

7
7. Faktor promosi. Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam
hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat
efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru.
8. Faktor lingkungan. Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berpikiran
kritis. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas
dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran
mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang pernah
menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990 organisasi-organisasi
lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc Donalds untuk mendaur ulang
kemasan-kemasan mereka. Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan
kemasan-kemasan yang ramah lingkungan (environmentally friendly), dapat didaur
ulang (recyclable) atau dapat dipakai ulang (reusable).

Kemasan merupakan hal yang penting, oleh karena itu kemasan selain fungsi utamanya
sebagai faktor pengaman yang harus diperhatikan yaitu faktor estetikanya. Keindahan pada
kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna,
bentuk,dan merek atau logo.

Menurut Monica, dkk (2011) ada beberapa warna yang memiliki arti masing masing yang
berpengaruh terhadap psikologis manusia. Efek pada warna merah adalah menstimulasi
detak jantung, nafas dan nafsu makan, sehingga ada beberapa rumah makan mauapun
restoran yang menggunakan warna merah. Pada warna kuning memiliki efek yaitu menarik
perhatian. Efek pada produk makanan yang bewarna biru dapat merusak selera makanan,
karena warna biru menyebabkan tubuh memproduksi rasa tenang dan santai. Warna hijau
memiliki efek pada produk diantaranya adalah warna yang ‘ramah’ terhadap mata,
menyejukkan dan menenangkan, biasanya digunakan oleh rumah sakit untuk memberi
kenyamanan pada pasien, memberikan kesan teratur, memberikan kesembuhan.

2.3 Pengembangan Produk

Aktivitas perancangan produk secara umum (generic) akan diawali dengan tahapan
identifikasi dan formulasi (mission statement) tentang segala potensi teknologi, baik
berupa teknologi produk maupun teknologi proses, yang dimiliki serta target pasar yang

8
ingin dipuaskan (Ulrich, 2000). Selanjutnya diperlukan penyusunan sebuah konsep produk
bisa berupa produk baru maupun produk lama yang akan dimodifikasikan menjadi sebuah
produk baru yang mencoba mewujudkan ide ataupun gagasan yang mampu memberikan
gambaran lebih jelas mengenai bentuk maupun penampilan yang diinginkan untuk
memenuhi kebutuhan pasar atau dilatar-belakangi oleh dorongan inovasi teknologi.

Menurut Wignjosoebroto (2000), dalam hal ini ada dua macam (sifat) rancangan yang
harus dikerjakan secara terintegrasi didalam , yaitu berupa rancangan teknik atau rekayasa
(engineering design) dan rancangan industrial (industrial design). Rancangan teknik atau
rekayasa (engineering design) dari sebuah produk akan terkait dengan semua analisis dan
evaluasi yang terutama menyangkut teknologi produk seperti pemilihan serta perhitungan
kekuatan material, bentuk, dimensi geometris, toleransi, dan standard kualitas yang harus
dicapai. Semua analisa perhitungan yang dilakukan tersebut akan sangat menentukan
derajat kualitas dan reliabilitas produk guna memenuhi tuntutan fungsi dan spesifikasi
teknis (core component) yang diharapkan. Disisi lain rancangan industrial (industrial
design) akan sangat berpengaruh secara signifikan didalam memberikan “sense of
attractiveness”, estetika keindahan.

Rancangan industrial dari sebuah produk terutama sekali akan difokuskan pada komponen
kemasan (packaging component) seperti kualitas & reliabilitas, model atau style, harga
produk, pembungkus atau kemasan (packaging), merk dagang (brand name), dan
komponen pelayanan penunjang (supporting services component).. Disisi lain rancangan
industrial juga akan memberikan sentuhan-sentuhan ergonomis yang berkaitan dengan
keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelayakan operasional dari sebuah produk
(Wignjosoebroto, 2000).

2.4 Pengertian Ergonomi

Interaksi antara manusia dengan mesin, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan
sebuah produk merupakan suatu interaksi yang sering dilakukan oleh manusia . Wujud dari
hubungan ini dapat berupa hubungan timbal – balik bahkan bisa juga berupa hubungan
kombinasi manusia dengan satu atau lebih kompenan yang saling berinterkasi.

9
Dari berbagai hal yang menyangkut permasalahan manusia dalam berinteraksi dengan
dengan produk, mesin ataupun fasilitas kerja lain yang dioperasikannya; manusia
seringkali dipandang sebagai sumber penyebab segala kesalahan, ketidak-beresan maupun
kecelakaan kerja (human errors). Manusia adalah “agent of errors”. Menyadari bahwa
faktor manusia merupakan elemen penting yang harus diperhatikan; maka sudah menjadi
keharusan untuk terlebih dahulu dilakukan semacam analisa tugas (task analysis) yang
kemudian diintegrasikan dalam rancangan produk yang akan dibuat. Dengan demikian
manusia (operator) selanjutnya tidak lagi harus menyesuaikan dengan rancangan produk
(man fits to the design) justru sebaliknya produk tersebut akan dirancang dengan terlebih
dahulu memperhatikan segala faktor yang terkait dengan manusia yang akan
mengoperasikannya atau design fits to the man (Wignjosoebroto, 2000).

Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu “Ergon” dan “Nomos“ yaitu aturan, prinsip
atau kaidah atau dapat pula didefinisikan sebagai studi tentang aspek – aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
managemen dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja maupun
lingkungan. Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu
sistem kerja yang baik, efektif, aman dan nyaman, dengan tujuan agar manusia dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan nyaman dan sehat.

Definisi ergonomi ada berbagai macam, namun demikian ada beberapa definisi yang
berhubungan dengan tugas, pekerjaan dan desain yaitu sebagai berikut :
1. Ergonomi adalah aplikasi informasi ilmiah tentang manusia (dan ilmiah
metode perolehan informasi semacam itu) terhadap masalah desain
2. Ergonomi adalah studi tentang kemampuan dan karakteristik manusia yang
mempengaruhi disain peralatan, sistem dan pekerjaan
3. Ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi mengenai karakter,
kapasitas, dan keterbatasan pada desain tugas manusia, sistem mesin, ruang hidup, dan
lingkungan sehingga orang bisa hidup, bekerja dan bermain dengan aman, nyaman dan
efisien

10
4. Desain ergonomis adalah penerapan faktor manusia, informasi hingga disain alat,
mesin, sistem, tugas, pekerjaan dan lingkungan untuk produktif, aman, nyaman dan
fungsi manusia yang efektif
Dari definisi tersebut, ergonomi dapat diterapkan pada banyak aspek untuk mencapai
segala sesuatu menjadi lebih optimal (Tarwaka,dkk 2004)

Definisikan ergonomi dengan menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif.


Pendekatan ini dilakukan melalui tiga hal pokok yaitu; fokus, tujuan dan ilmu ergonomi.
1. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan,
fasilitas, prosedur dan lingkungan pekerjaan serta kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan ergonomi adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan,
memperbaiki keamanan, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan,
penerimaan pengguna yang lebih besar, meningkatkan kepuasan kerja dan
memperbaiki kualitas hidup.
3. Pendekatan yang dilakukan dalam ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari
informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karateristik, perilaku dan
motivasi manusia terhadap rancangan produk dan prosedur yang digunakan untuk
lingkungan tempat menggunakannya.

Berdasarkan pendekatan tersebut diatas maka definisi ergonomi sebagai ilmu yang
menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku, kemampuan,
keterbatasan,dan karateristik manusia lainnya untuk merancang peralatan dan untuk
meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan, dan efektivitas pekerjaan manusia.
( Asih, dkk, 2011)

2.5 Kansei Engineering

Rekayasa kansei (kansei engineering) diperkenalkan oleh Prof. Mitsuo Nagamachi pada
tahun 1970. Rekayasa kansei adalah suatu teknologi yang menyatukan kansei (perasaan
dan emosi) dengan disiplin ilmu teknik (rekayasa). Rekayasa kansei digunakan dalam
pengembangan produk untuk memperoleh kepuasan konsumen, yaitu dengan menganalisa
perasaan dan emosi manusia dan menghubungkan perasaan dan emosi tersebut menjadi
desain produk (Nagamachi 2011). Kansei engineering sebagai sebuah teknologi ergonomi

11
yang berorientasi pada konsumen, memungkinkan citra atau perasaan konsumen bersatu
dengan proses desain sebuah produk baru.

Pada dasarnya kebutuhan emosional konsumen akan suatu produk layanan atau jasa kian
dominan. Kansei engineering adalah metode untuk memastikan bahwa suatu produk atau
jasa memenuhi tanggapan emosional yang diinginkan. Proses ini memungkinkan untuk
memodelkan perasaan atau emosi pelangan dan kemudian menerjemahkannya kedalam
parameter desain. Dalam bahasa Jepang kata kansei memiliki makna feeling (rasa),
impression (kesan), emotion (emosi). Emosi yang dimaksud tidak hanya dari segi pikiran,
namun meliputi penglihatan, pendengaran, perasaan, bau, rasa serta kondisi yang terlibat
secara simultan. Kansei engineering dianggap memiliki keunggulan terhadap metode lain
yang serupa karena metode ini memiliki kemampuan untuk menerjemahkan kebutuhan
emosional konsumen kedalam parameter desain yang konkret melalui teknik–teknik
tertentu. Metode kansei engineering juga dapat mengidentifikasi item dan kategori yang
sesuai dengan keinginan konsumen. Kelebihan kansei engineering yang lainnya yaitu
konsumen mempunyai gambaran akan suatu produk sejenis, dikarenakan pada tahapan
kansei engineering terdapat tahapan yang membandingkan produk sejenis. ( Annisa, dkk,
2017)

Metode kansei engineering memiliki kelebihan terhadap metode lain yang serupa. Metode
ini memiliki kemampuan untuk menerjemahkan kebutuhan emosional konsumen ke dalam
parameter desain yang konkret melalui teknik teknik tertentu. Kebutuhan emosional
konsumen dapat berupa faktor pandangan, sentuhan, dan indra rasa yang dalam hal ini
merupakan parameter kansei. Parameter tersebut merupakan perasaan psikologis yang
sangat berperan terhadap konsumen terhadap suatu produk (Ushada, 2009)

2.6 Metode Kansei Engineering

Pada perkembangan teknologi Rekayasa Kansei ada lima gaya teknik dari metode Kansei
Engineering antara lain:

12
1. Tipe I : Kansei Engineering Type I
Tipe ini yang biasa digunakan untuk pengembangan produk. Pada tipe ini hal yang
harus diperhatikan yaitu kansei word, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis
statistika.
2. Tipe II : Klasifikasi Kategori
Klasifikasi kategori adalah sebuah metode dimana kategori kansei tentang target yang
direncanakan dipecah menjadi tiga struktur untuk menentukan detail desain fisik.
3. Tipe III: Kansei Engineering System
KES adalah sebuah sistem pertolongan computer yang mendukung perasaan dan citra
konsumen ke dalam elemen – elemen desain fisik.
4. Tipe IV: Permodelan Kansei Engineering
Dalam permodelan kansei tipe 3, seuatu model matematis dibangun dalam basis
peraturan yang rumit untuk mencapai keluaran ergonomi diterapkan sebagaimana
peranan logika ke basis peraturan.
5. Tipe V: Virtual Kansei Engineering
Tipe ini memberikan presentasi dari produk nyata dengan perwakilan dalam
penggabungan dengan kenyataannya. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem
pengumpulan data standar.

Pada perancangan dan pengembangan produk metode kansei engineering yang digunakan
pada penelitian ini merupakan Kansei Engineering Type I. Adapun tahapan tahapan dari
teknik metode Kansei Engineering Type I yang digunakan sebagai berikut:.
1. Langkah pertama
Mengumpulkan kata-kata kansei yang berhubungan dengan konsep produk baru. Kata-
kata kansei harus merupakan perwujudan dari produk yang ingin di desain. Kata-kata
kansei berupa kata sifat yang mewakili dari produk yang ingin dirancang seperti halus,
kasar, menarik, membosankan dan lain –lain. Kata-kata kansei bisa didapat dari
literatur buku jurnal ataupun melakukan wawancara terhadap pihak-pihak terkait
seperti konsumen.
2. Langkah ketiga
Membuat kuisoner dengan butir butir pertanyaan yaitu kata-kata kansei yang sudah
didapat kemudian disusun pada skala semantic differential. Semantic differential
merupakan instrumen pengukuran yang berbentuk skala dikembangkan oleh Osgood.

13
Kata kata kansei yang menjadi butir butir pada kuisoner disusun dan diberi skala 7.
Butir pertanyaan yang disusun perbutir merupakan kata kansei yang berlawaanan
misalnya pada butir pertama kata kansei halus maka diujung skala ada kata kansei
kasar. Kuisoner yang digunakan untuk mengetahui konsumen citra produk yang
diinginkan lebih memilih ke arah kiri atau kanan skala. Tujuan dari pemberian skala ini
untuk mengklasifikasi variabel yang akan diukur. Semantic differential merupakan
instrumen pengukuran yang berbentuk skala dikembangkan oleh Osgood. Skala pada
semantic differential yang paling kecil yaitu 3 dan yang paling besar yaitu 11, skala
yang digunakan berupa angka ganjil.
3. Langkah keempat
Daftar item dan kategori menyiratkan spesifikasi desain tentang produk. Penentuan
item dan kategori digunakan untuk membentuk kombinasi sampel yang nantinya akan
digunakan sebagai obyek kuisoner yang kedua. Pengkategorian item dan kategori
didasarkan pada penelitian kemasan yang sudah ada. Dalam hal ini semua sifat produk
dijelaskan, misalnya item terdiri dari warna, bentuk, ukuran, merek atau logo dan lain-
lain. Kategori misalnya terdiri dari item warna memiliki kategori kuning, merah, hijau
dan lain-lain. Kemudian diolah untuk mendapatkan kombinasi dari item dan kategori
terkait. Mendapatkan kombinasi bisa dengan cara manual atau menggunakan software
aplikasi statistik.
4. Langkah kelima
Mengumpulkan sampel produk sebagai perbandingan di antara produk sejenis dari
perusahaan dan pembuat yang berbeda. Pengumpulan sampel produk juga didasarkan
pada kombinasi sampel dari item dan kategori. Pengumpulan sampel produknya
seperti produk makanan dengan merk a, merk b dan merk c. Jadi produknya sama
tetapi berasal dari tempat yang berbeda. Pengumpulan produk juga berguna untuk
ditaruh pada kuisoner semantic differential sehingga responden mempunyai gambaran
kombinasi item dan kategori yang mereka inginkan dan disesuaikan dengan kata kansei
yang sudah di evaluasi pada tahap semantic differential pertama.
5. Langkah keenam
Evaluasi percobaan yaitu responden diminta mencatat perasaan mereka dengan kata-
kata kansei untuk setiap sampel pada skala. Skala yang digunakan yaitu skala semantic
differential. Evaluasi percobaan ini yaitu penyebaran kuisoner pertama, hal ini untuk
mempersempit kata kansei yang merupakan perwujutan keinginan konsumen.

14
6. Langkah ketujuh
Melakukan analisis statistik, data dievaluasi dan dianalisa dengan metode statistik.
Metode statistik yang digunakan yaitu penentuan jumlah responden, uji kecukupan
data, uji validitas dan reliabilitas. Hasil pengolahan data untuk mendapatkan beberapa
kata kansei yang diinginkan dari konsumen yang valid dan reliabel.
7. Langkah kedelapan
Evaluasi percobaan kedua yaitu responden diminta kembali mencatat perasaan mereka.
Responden diminta mengevaluasi masing masing stimuli produk terhadap masing-
masing kata kansei. Kuisioner kedua mencantumkan gambar produk yang
menggambarakan kombinasi item dan kategori (didapatkan dari langkah keempat) dan
mencantumkan kata kansei yang sudah diolah pada kuisoner pertama. Pada evaluasi
percobaan kedua agar mendapatkan hubungan antara masing masing kansei word
dengan image subyek tentang stimuli sampel produk.
8. Langkah kesembilan
Hasil pada kuisoner kedua diolah menggunakan analisis konjoin. Analisis konjoin
merupakan teknik multivariate yang digunakan untuk memehami bagaimana
responden mengembangkan preferensi terhadap suatu produk.
Data analisis konjoin didapat dari urutan kartu profil dalam kuisoner. Data tersebut
merupakan persyaratan untuk melakukan analisis konjoin, dimana data itu berisi
preferensi atau berupa rangking atribut yang diberikan oleh konsumen. Sebuah
perencanaan yaitu berisi seperefankat stribut produk yang dinilai responden dan harus
dibuat dengan menggunakan prosedur generated orthogonal design (cavell,2011).
Pada pengolahan analisis konjoin biasanya menggunakan software statistika untuk
lebih memudahkan. Syarat untuk melakukan analisis konjoin adalah adanya
perangkingan atribut yang diberikan oleh konsumen. Sebelum melakukan tahap
analisis konjoin pada metode kansei engineering yaitu memiliki beberapa kata kansei
dari responden, kemudian membuat kartu profil yang merupakan hasil kombinasi item
dan kategori, langkah selanjutnya menggabungkan kata kansei yang sudah didapatkan
dengan kartu profil yang kemudian ditaruh pada kuisoner kedua, dan disebarkan ke
responden untuk melakukan perangkingan menggunakan skala.

15
9. Langkah kesepuluh
Hasil pengolahan data dianalisis, yang bertujuan untuk menemukan hubungan antara
kansei manusia dengan properti produk. Sehingga dari data yang dianalisis ditemukan
hubungan setiap kansei dengan spesifikasi desain.
10. Langkah kesebelas
Melakukan perancangan dari hasil analisa yang didapatkan sehingga memnculkan
produk baru yang juga didasarkan oleh keinginan konsumen.

2.7 Kuesioner

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data untuk memahami individu dengan cara
memeberikan suatu daftar penytaan atau pertanyaan tentang berbagai aspek kepribadian
individu. Dengan kuesioner, konselor dapat memperoleh berbagai macam data tentang
individu dalam waktu yang relatif singkat. Karena itu dibandingkan dengan metode
pemahaman individu yang lain, kuesioner mempunyai keunggulan dalam hal dapat
dilakukan secara masak, dalam waktu pendek, dan mampu mengungkap berbagai aspek
kepribadian individu (Gudnanto, dkk 2016).

Menurut Sukardi (1985) menyatakan bahwa kuesioner adalah seperangkat pernyataan atau
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Dari pengertian ini, dapat dijelaskan
bahwa:
1. Kuesioner merupakan seperangkat pernyataan atau pertanyaan yang berisi tentang
berbagai aspek kepribadian individu,
2. Kuesioner itu harus dijawab oleh responden,
3. Berdasarkan jawaban responden tersebut, pengumpulan data dapat memperoleh
informasi tentang individu yang akan dipahamai atau diteliti, dan
4. Responden adalah orang yang mengisi kuesioner.

2.7.1 Macam-macam Kuesioner

Berdasarkan bentuk pertanyaan, kuesioner dapat dibagi menjadi 3. Yaitu kuesioner


tertutup, kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner terkait langsung

16
dari bentuk-bentuk pertanyaannya (Gudnanto, dkk 2016). Penjelasan dari ketiga kuesioner
yaitu sebagai berikut:
1. Kuesioner Tertutup
Kuesioner tertutup adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan dan alternatif
jawabannya telah ditentukan sehingga responden tingal memilih jawaban yang
ditentukan.
2. Kuesioner Terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner dimana responden masih diberi kesempatan
secara bebas memberikan jawaban sesuai dengan pendapatnya sendiri. Jawaban
responden dapat berupa uraian panjang lebar sesuai kehendaknya.
3. Kombinasi Kuesioner Tertutup dan Terbuka
Pertanyaan pada kuesioner ini disamping alternatif jawaban oleh peneliti, juga masih
memberikan kesempatan pada responden untuk memberikan jawaban lain apabila
dianggap perlu.

2.7.2 Kuesioner Kansei Engineering

Metode Kansei Engineering digunakan untuk memformulasikan rancangan produk


berdasarkan perasaan psikologis konsumen yang tercermin melalui kata kansei. Kuesioner
yang digunakan pada metode kansei engineering ini adalah kuesioner elemen desain dan
kuesioner semantic differential (haryono,dkk 2014).

Kuesioner kansei engineering yang menggunakan semantic differential merupakan suatu


kuesioner dengan menggunakan kata kansei menjadi suatu pernyataan pada butir
kuesioner. Kemudian disusun dengan skala semantic differential , yang merupakan skala
untuk mengetahui citra responden atau perasaan responden. Kata kansei yang digunakan
disusun disebalah kiri dan disebalah kanan, kata kansei yang digunakan merupakan kata
yang berasal dari hasil wawancara responden kemudian diacari antonimnya. Kata kansei
yang didapatkan kemudian diantonimkan berfungsi untuk mengetahui keterkaitannya lebih
suka dengan kata kansei yang berada di sebelah kiri atau lebih suka kebalikannya yaiut
kata kansei yang berada di sebelah kanan.

17
Kuesioner kansei engineering yang menggunakan elemen desain merupakan suatu
kuesioner dengan menggunakan kata kansei dan penambahan beberapa contoh produk
gambar atau image yang berkaitan dengan yang ingin diteliti. Hal ini bertujuan untuk
melihat keterkaitan kata kansei dengan gambar atau objek yang disediakan, sehingga
responden mempunyai beberapa gambaran dari keinginannya.

2.8 Semantic Differential

Skala yang digunakan yaitu semantic differential. Semantic differential adalah bentuk
instrumen pengukuran berbentuk skala, dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan
Tannenbaum. Instrumen ini digunakan untuk mengukur reaksi terhadap kata-kata dan
konsep agar dapat disesuaikan untuk orang dewasa atau anak-anak dari budaya manapun
juga. Semantic differential digunakan untuk dua tujuan yaitu untuk mengukur secara
objektif sifat-sifat semantik dari kata atau konsep dalam ruang semantik tiga dimensional
dan sebagai skala sikap yang memusatkan perhatian pada aspek afektif (Issac, dkk 1984).

Dalam menggunakan semantic differential terdapat skala yang digunakan untuk


menyeleksi. Skala yang digunakan pada semantic differential yang paling kecil ada 3
tingkatan dan skala yang paling tinggi adalah 11 tingkat. Dalam menggunakan skala
terdapat penggunaan kata – kata yang biasanya daalam penggunaan kata berasal dari
metode kansei. Penggunaan kata berupa antonim seperti halus-kasar. Adapun contoh
gambar semantic differential dapat dilihat pada gambar 2.1 yaitu sebagai berikut:

Tidak kedua
Sangat Sangat
duanya
Halus Kasar

Gambar 2.1 Semantic Differential

Pada contoh Gambar 7.1 merupakan contoh skala dari semantic differential yang berisi 7
tingkat. Penggunaan semantic differential digunakan pada kuisoner, metode yang biasanya
menggunakan yaitu metode kansei enggineering untuk mengetahui pemikiran manusia
terhadap suatu produk. Setelah mendapatkan hasil kemudian hal yang dilakukan yaitu

18
analisis faktor. Analisis faktor adalah proedur untuk mengidentifikasi item atau variabel
berdasarkan kemiripannya. Kemiripan tersebut ditunjukkan dengan nilai korelasi yang
tinggi. Analisis faktor digunakan untuk mencari korelasi antar responden. Dengan kata lain
dengan menggunakan analisis faktor, kita dapat mengelompokkan responden berdasarkan
kesamaan karakteristik yang dimilikinya. Sehingga ketika melakukan penelitian yang
menggunakan kansei engineering dengan menggunakan skala semantic differential
dianjurkan juga menggunakan analisis faktor.

2.9 Analisis Konjoin

Proses perancangan dan pengembangan produk tentunya dibutuhkan tahapan awal yaitu
pernyataan dari misi proyek yang nantinya akan digunakan sebagai masukan dan petunjuk
bagi tahapan selanjutnya. Pada tahapan ini terdapat penjelasan mengenai produk yang akan
dikembangkan. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data identifikasi
kebutuhan konsumen. Untuk pengumpulan data kebutuhan konsumen dilakukan
menggunakan kuisoner yang disebarkan kepada responden. Dari jawaban kuisoner
diperoleh jawaban yang nantinya akan diterjemahkan, hasil dari terjemahan inilah yang
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan atribut dan taraf atribut bagi tahapan analisis
konjoin.

Analisis konjoin adalah teknik yang digunakan untuk memahami bagaimana responden
mengembangkan preferensi terhadap suatu produk atau jasa. Kegunaan utama analisis
konjoin adalah untuk mengetahui atribut produk yang disukai konsumen, membantu
menentukan komposisi atribut produk baru, dan menganalisis atribut-atribut produk yang
sudah diluncurkan ke pasaran, sehingga perusahaan dapat memperbaiki produk tersebut.

Data analisisi konjoin didapat dari urutan kartu profil dalam kuisoner. Data tersebut
merupakan persyaratan untuk melakukan analisis konjoin, dimana data itu berisi nilai
preferensi atau berupa rangking atribut yang diberikan oleh konsumen, selain itu sebuah
perencanaan yaitu berisi seperangkat atribut produk yang dinilai responden dan harus
dibuat dengan menggunakan prosedur Generated Orthogonal Design (Cavell, 2011)

19
Menurut Julianisa, Rose Debora (2016), analisisi konjoin adalah salah satu analisis
multivariat yang dapat digunakan untuk mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-
atribut suatau produk atau jasa yang paling disukai oleh konsumen, sehingga dapat
diketahui preferensi konsumenj terhadap suatu produk atau jasa tersebut.

Terdapat beberapa metode analisis konjoin yang dapat digunakan untuk mengetahui
preferensi konsumen yaitu metode konjoin Tradisional, konjoin Adaptif dan konjoin
Choice-Based. Konjoin Tradisional merupakan salah satu metode analisis konjoin yang
umumnya terdiri 9 atribut. Konjoin Adaptif biasanya digunakan pada atribut sebanyak
maksimal 30 atribut dan kurang memberikan keuntungan apabila digunakan pada atribut
yang kurang dari 6. Konjoin Choice-Based merupakan salah satu metode dalam analisis
konjoin yang diperbolehkan untuk memilih satu dari beberapa pilihan alternative yang
tersedia.

Analisis konjoin merupakan analisis yang unik diantara metode-metode dalam analisis
multivariat karena peneliti membangun stimuli (kombinasi level atribut) yang kemudian
diperkenalkan kepada responden dengan memberikan evaluasi keseluruhan dengan
menggunakan ranking atau rating, Analisis konjoin bertujuan untuk mengetahui
bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek yang terdiri dari satu atau lebih bagian.
Hasil utama analisis konjoin adalah suatu bentuk (desain) produk barang atau jasa, atau
objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden.

Analisis konjoin memiliki beberapa metode yang biasa digunakan yaitu metode full-
profile, metode pairwise comparison dan metode trade-off, adapun penjelasannya yaitu:
a. Metode Full Profile
Metode ini merupakan metode presentasi yang paling populer. Pada metode ini, setiap
stimuli berisi seluruh atribut dengan kombinasi level-levelnya. Metode ini memiliki
kemampuan untuk mengurangi jumlah stimuli melalui penggunaan fractional factorial
design
b. Metode Pairwise Comparison
Pendekatan pairwise comparison sering disebut juga evaluasi dua faktor, dimana
responden mengevaluasi dua profil secara bersamaan sampai semua kemungkinan
kombinasi dua profil tersebut terevaluasi. Karakteristik dari metode pairwise-

20
comparison biasanya tidak semua atribut dimasukkan dalam stimuli seperti pada
metode full profile, tetapi hanya sebagian dari atribut yang telah ditentukan.
c. Metode Trade-Off
Metode ini memiliki keuntungan yaitu mudah untuk dipahami oleh responden dan
menghindarkan dua atribut pada suatu waktu. Namun, metode ini memiliki kelemahan
karena hanya bisa membandingkan dua atribut dalam suatu waktu. Jika semakin
banyak atribut dan level, maka semakin banyak pula matriks trade-off yg harus
dieveluasi sehingga membuat responden bingung

Preferensi dalam analisis konjoin, bisa menggunakan peringkat (ranking) ataupun skor
(rating). Ukuran preferensi menggunakan ranking yaitu memerintahkan responden untuk
memberikan peringkat atau mengurutkan stimuli dari yang paing disukai ataupun yang
paling tidak disukai. Sedangkan rating adalah memberikan nilai terhadap masing-masing
stimuli secara terpisah.

Menurut Salomon, Lithrone Laricha (2015), analisisi konjoin tradisional dengan metode
presentasi full Profile hal yang harus diperhatikan pada saat menentukan jumlah stimuli.
Stimuli merupakan kombinasi yang didapatkan dari item dan kategori yang sudah
diteteapkan dalam suatu penelitian. Adapun persamaan yang digunakan untuk mengetahui
jumlah minimal stimuli yang sama dengan jumlah parameter yang diperkirakan dapat
dilihat pada Persamaan 2.1 yaitu sebagai berikut:
Jumlah Stimuli Minimum = Jumlah total kategori – jumlah total item + 1 ................... (2.1)

Setelah stimuli didapatkan, kemudian disebar kepada responden ataupun pelanggan untuk
dilakukannya perangkingan yaitu mengurutkan stimuli dari yang paling disukai. Kemudian
dilakukannya analisis konjoin. Penerapan analisis konjoin bise menggunakan perhitungan
secara manual maupun dengan bantuan software statistik. Adapun penerapan secara
manual menggunakan persamaan yaitu sebagai berikut:
a. Menghitung deviasi
Perhitungan umum untuk menentukan deviasi menggunakan Persamaan 2.2 yaitu:
Deviasi = Rangking Kategori rata-rata – rangking rata-rata keseluruhan ............... (2.2)

21
b. Menghitung pentingnya item
Menghitung pentingnya item, pertama harus menghitung nilai bagian pada setiap
masing – masing kategori. Nilai bagian pada masing-masing kategori dihitung dalam
tujuh langkah yaitu:
1) Langkah pertama mengkuadratkan deviasi menggunakan Persamaan 2.3 yaitu:
Deviasi2 = D2 = hasil kudrat dari deviasi ......................................................... (2.3)
2) Langkah kedua menghitung nilai kestandaran yang sama dengan total jumlah
kategori-kategori yang dibagi dengan jumlah deviasi kuadrat menggunakan
Persamaan 2.4 yaitu:
∑ 𝐷2
Standarisasi = ............................................................. (2.4)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

3) Langkah ketiga menstandarkan masing-masing deviasi yang kuadrat kemudian


dikalikan dengan nilai kestandaran menggunakan Persamaan 2.5 yaitu:
Deviasi Standar = Deviasi2 x Standarisasi ....................................................... (2.5)
4) Langkah keempat mengistimasi bagian yang penting dengan mengakarkan standar
deviasi menggunakan Persamaan 2.6 yaitu:
Estimasi Part-worth= √𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ....................................................... (2.6)
5) Langkah kelima menghitung range of part worth masing-masing item dengan
menggunakan Persamaan 2.7 yaitu:
Range of part-worth = Total range of part–worth per item = Estimasi range of
part–worth (positif) - Estimasi range of part–worth
(negatif) .................................................................... (2.7)
6) Langkah keenam menghitung total Range kategori yang ada menggunakan
Persamaan 2.8 yaitu:
Total Range = jumlah keseluruhan range of part–worth .................................. (2.8)
7) Langkah terakhir menghitung pentingnya item atau factor importance
menggunakan Persamaan 2.9 yaitu:
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑜𝑓 𝑝𝑎𝑟𝑡–𝑤𝑜𝑟𝑡ℎ
Factor importance = X 100%...................................... (2.9)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒

2.10 Statistik

22
Statistik merupakan metode dan aturan-atauran untuk mengumpulkan, mengolah,
menyajikan dan menganalisa serta menginterprestasikan data yang pada akhirnya akan
digunakan untuk mengambil keputusan.

2.10.1 Penelitian

Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis menggunakan laar
belakang, toeri, metodologi, serta membutuhkan data yang kemudian data tersebut
dilakukan pengolahan dan dikaji untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya.

Penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data, yang nantinya data tersebut
diolah dengan statistik, sehingga dapat diabaca yang selanjutnya disimpulkan untuk tujuan
dan kegunaan tertentu. Adapun pengelompokan jenis penelitian berdasarkan jenis dan
analisanya dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian dimana data yang diperoleh tidak dapat
dipecahkan dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kuantifikasi. Prosedur penelitian jenis ini menghasilkan gambaran dari perilaku orang
ataupun situasi yang diamati oleh peneliti. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam atas perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan
konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh.terdapat beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif yaitu wawancara, observasi, dokumentasi dan diskusi
terfokus.
2. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau
cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Pendekatam kuantitatif memusatkan
perhatian pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu didalam kehidupan
yang dinamakan sebagai variabel. Penelitian ini biasanya dibantu dengan program
software statistik untuk mempermudah (Sujarweni, 2016).
2.10.2 Populasi

23
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian
ditarik kesimpulannya

Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Misalnya
akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X merupakan populasi. Sekolah X
mempunyai sejumlah orang dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti
jumlah. Sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerja,
disiplin kerja, kepemimpinan, iklim organisasi dan lain-lain (Sugiyono,2015)

2.10.3 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristiknya yang dimiliki oleh populasi yang
digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mengambil semua
untuk penelitian karena terbatasnya dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid. Ukuran sampel atau jumlah sampel
yang diambil merupakan hal yang penting jika peneliti melakukan penelitian yang
menggunakan analisis kuantitatif.

2.10.4 Penentuan Sampel

Menentukan ukuran sampel dapat dilakukan denga tiga cara. Cara pertama adalah
berdasarkan aturan kebiasan, cara konvensional, atau metode yang lebih sering digunakan.
Cara kedua, jumlah sampel dengan menggunakan daftar tabel yang sudah tersedia yang
sudah dihitung dengan menggunakan persamaan statistik. Cara ketiga, jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan persamaan statistik untuk memilih sampel yang
ekonomis (Silalahi, 2015).

24
Jika besaran populasi tidak diketahui maka dapat menggunakan rumus yang didasarkan
pada proporsi yaitu rumus Lemeshow yang dapat dilihat pada Persamaan 2.10:
Z2 pq
n = ........................................................................................................................ (2.10)
E2
dengan : n = besaran sampel,
z = nilai dari z berdasarkan nilai kritis (tingkat kepercayaan 95% ≈1,96),
p = nilai estimasi proporsi dari populasi,
q = 1 – p, dan
E = tingkat kesalahan yang dapat diterima.

Jika asumsi yang digunakan tidak ada estimasi proporsi, maka nilai p yang digunakan
adalah 0,5 (Silalahi, 2015).

2.10.5 Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiono, teknik pengambilan sampel bertujuan untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik pengambilan sampel yang
digunakan. Pemilihan teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk
mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya.
Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 yaitu, probability sampling dan non
probability sampling. Adapun penjelasan dari macam macam teknik pengambilan sampel
yaitu sebagai berikut:
1. Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini terdiri dari tiga yaitu sebagai berikut:
a. Sampel random sampling
Pengambilan anggota sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan
apabila anggta populasi dianggap homogen.
b. Proportionate stratifed random sampling
Teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai

25
pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu
berstrata. Misal jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST =
900, SMA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata
pendidikan tersebut.
c. Cluster sampling
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel apabila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara,
provinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan
sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang
telah ditetapkan. Teknik pengambilan sampel daerah ini sering digunakan melalui
dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
2. Nonprobability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini terdiri dari tiga yaitu sebagai berikut:
a. Sampling sistematis
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah
diberi nomor urut. Misal diambil nomor ganjil saja.
b. Sampling kuota
Teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah kuota yang diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan penelitian tentang
pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat terhadap pelayanan
masyarakat dalam urusan ijin mendirikan bangunan. Jumlah sampel yang
ditentukan 500 orang. Kalau mengumpulkan data belum berdasarkan pada 500
orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi
kuota yang yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri dari 5 orang
pengumpulan data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100
orang anggota sampel atau 5 orang tersebut hrus dapat mencari data dari 500
anggota sampel.

26
c. Sampling Insidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data,
d. Sampling Purposive
Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.
Sampling purposive kadang-kadang disebut sebagai judgement sampling,
merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan.
Menentukan subjek atau orang-orang terpilih harus sesuai dengan ciri-ciri khusus
yang dimiliki oleh sampel itu. Mereka dipilih karena dipercaya mewakili satu
populasi tertentu. Piliha atas sampling purposive karena peneliti memiliki
pertimbangan-pertimbangan untuk memasukkan unsur atau subjek yang dianggap
khusus dari suatu populasi tempat ia mencari informasi. Peneliti memilih sampel
berdasarkan penilaian atas karakteristik anggota sampel sehingga diperoleh data
yang sesuai dengan maksud penilitian. Dengan mengambil secara hati-hati unsur
tertentu dari populasi, peneliti akan memperoleh informasi tentang populasi.
Sebagai contoh, jika peneliti ingin menemukan apa yang memotivasi manajer
puncak, maka orang yang dapat memberikan informasi atau tangan pertama adalah
manajer wanita atau wanita yang menduduki posisi penting dalam organisasi
e. Sampling jenuh
Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang,
atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.
f. Snowball sampling
Teknik penentuan sampel yang ula-mula jumlahnya kecil, kemudia membesar.
Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lam amenjadi besar. Dalam
penentuan sampel, pertama-pertama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena
dengan dua orang ini belu merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka
peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data

27
yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak.

2.10.6 Pengolahan Data Statistik

Pengolahan data statistik sangat berperang penting setelah mendapatkan data yang
diinginkan. Pengolahan data statistik dapat dilakukan dengan dua cara. Dua cara tersebut
yaitu secara manual dan secara komputerisasi yang akan dijabarkan yaitu sebagai berikut:
1. Secara manual
Untuk memperoleh hasil olahan data statistik dengan menghitung manual,
membutuhkan waktu yang relative lama. Rumus-rumus untuk menghitung metode-
metode statistik dapat dipelajari di bangku perkuliahan. Pengujian statistika untuk
pengolahan data yang digunakan yaitu sebagai berikut:
a. Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif berusaha untuk menggambarkan berbagai karakteristik data
yang berasal dari suatu sampel. Statistika deskriptid seperti mean, median, modus,
presentil, desil, dalam bentuk analisis angka maupun gambaran atau diagram,
b. Statistika inferensial atau induktif
Statistika inferensial berusaha membuat berbagai inferensi sekumpulan data yang
berasal dari suatu sampel. Tindakan inferensial tersebut seperti melakukan
perkiraan, peramalan, pengambilan keputusan dari dua variabel atau lebih.
2. Secara komputerisasi
Untuk memperoleh hasil olahan data statistik dengan menggunakan bantuan komputer
tidak membutuhkan waktu lama dan hasil yang akurat. Cara kerja dari pengolahan
komputerisasi adalah, memasukkan input berupa data, proses aka dilakukan oleh
komputer dan pada akhirnya akan dihasilka output brupa hasil olahan data statistik.

2.10.7 Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kebenaran dari suatu
kuesioner. Kuesioner dapat dikatakan valid apabila pertanyaan dalam kuesioner dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dari kuesioner tersebut. Uji
validitas biasa dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung dengan nilai r-tabelnya.

28
Butir pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r-hitung positif lebih besar dari nilai r-
tabelnya.

Validitas suatu tes menggambarkan sejauh mana tes tersebut mengukur apa yang ingin
diukur. Validitas memiliki empat jenis yang masing-masing digunakan untuk sasaran
pengukuran tertentu (Reksoatmodjo, 2007):
1. Predictive validity
Metode yang lazim dilakukan untuk menentukan validitas prediktif adalah dengan
mengadministrasikan hasil (skor) tes, kemudian menunggu sampai timbulnya perilaku
yang diprediksi dan mengkorelasikan kejadian itu dengan skor tes dari subjek yang
bersangkutan.
2. Concurrent validity
Concurrent validity dari suatu tes ditentukan dengan mengadministrasikan skor dari
sekelompok subjek dengan kriteria yang dilaksanakan pada waktu yang bersamaan atau
dalam selang waktu yang singkat.
3. Content validity
Content validity adalah derajat kesesuaian isi butir-butir sampel dari suatu tes dengan
karakteristik yang hendak diukur. Content validity dimaksudkan untuk mengukur
ketepatan suatu tes untuk mengungkapkan perilaku atau kinerja subjek dalam
menghadapi situasi aktual tersebut.
4. Construct validity
Istilah construct adalah sejenis konsep yang digunakan dalam penelitian ilmiah untuk
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang memiliki unsur-unsur yang sama.

Menurut Silalahi, (2015) uji validitas yang banyak digunakan dalam penelitian sosial
adalah uji validitas internal dengan menggunakan bantuan software statistika. Statistik uji
yang seirng digunakan oleh peneliti untuk uji validitas (internal) adalah korelasi product
moment correlation dan corrected item-total correlation. Product moment correlation
dilakukan dengan mengkrelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skot total
adalah penjumlahan dari skor seluruh item. Jika item-item pertanyaan berkorelasi secara
signifikan dengan skor total itu menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan
dukungan dalam mengukur apa yang ingin diukur.

29
Uji validitas instrumen pengukuran yan banyak dilakukan dalam penelitian ilmu sosial
adalah uji valididtas kriterion. Tingkat validitas kriterion dari satu instrumen dilakukan
dengan menguji dan menghitung koefisien pearson correlation antara masing-masing
indikator dengan skor total dari seluruh indikator. Uji korelasi pearson product moment,
setiap item akan diuji relasinya dengan skor total variabel. Tiap-tiap item dalam variabel x
akan diuji relasinya dengan masing-masing skor total variabel. Tiap-tiap item dalam
variabel Y akan diuji relasinya dengan masing-masing skor total variabel Y. Mengukur
validitas pearson product moment correlation dengan rumus yang dapat dilihat pada
Persamaan 2.3 yaitu sebagai berikut:

N ∑ XY− (∑ X)(∑ Y)
r = ..................................................................(2.11)
√{𝑁 ∑ X2 − (∑ X)2 } √{𝑁 ∑ Y2 − (∑ Y)2 }

dengan : N = Jumlah responden atau data pengamatan


X = variabel indenpenden
Y = variabel dependen

Untuk menentukan apakah item atau indikator dari instrumen valid atau tidak dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3,
2. Jika koefisien korelasi product moment> r-tabel (α ; n – 2), dengan n = jumlah sampel,
dan
3. Nilai Sig. ≤ α.

Uji validitas bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual ataupun secara
komputerisasi menggunakan aplikasi statistika. Penelitian ini menggunakan bantuan
software statistik dengan teknik korelasi dengan koefisisen product moment person.
Tingkat ke-signifikan-an 0.05 dan derajat kebebasan (n-2), dimana n adalah jumlah
kuisoner dengan Hipotesis:
H0: Nilai variabel memiliki hubungan positif dengan nilai faktor (valid)
H1: Nilai variabel tidak memiliki hubungan positif dengan nilai faktor (tidak valid)
Tingkat kesignifikanan:
α = 0.05 ; df = n-2 = 100-2 = 98; r tabel = 0,197

30
Area Kritis:
Jika r kalkulasi ≥ r tabel, H0 diterima.
Jika r kalkulasi < r tabel, H0 ditolak.

2.10.8 Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana alat ukur dapat menciptakan hasil pengukuran yang relatif
sama meskipun dilakukan berulang-ulang. Menurut Arikunto, 2006 uji reliabilitas adalah
sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah cukup baik.

Aspek-aspek yang harus diuji dalam reliabilitas ada dua, yaitu stabilitas reliabiltas
(stability of reliability) dan konsistensi reliabiltas (consistency of reliability). Jenis-jenis uji
reliabilitas berdasarkan aspeknya adalah (Silalahi, 2015):
1. Uji stabilitas reliabilitas (the test-retest correlation method)
Metode korelasi test-retest merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
tingkat stabilitas keandalan intrumen pengumpul data yang dilakukan dengan
menghitung korelasi antara dua kali pengukuran terhadap objek yang sama dengan
menggunakan satu instrumen ukuran yang sama.
2. Uji stabilitas reliabilitas (alternative-form)
Metode reliabilitas alternative adalah metode yang digunakan untuk menguji stabilitas
keandalan instrumen ukuran yang dilakukan dengan membuat dua bentuk paralel
intstrumen ukuran yang mengukur aspek atau gejala yang sama.
3. Uji konsistensi reliabilitas (split-half correlation methods)
Metode ini mengkorelasikan separuh dari item-item uji dengan separuh lainnya. Metode
ini menggunakan satu instrumen ukuran untuk mengukur objek yang sama dan pada
waktu yang sama. Agar diperoleh reliabilitas yang baik maka indikator-indikator
instrumen ukuran yang mengukur aspek yang sama harus disusun sebanyak mungkin.
4. Uji konsistensi reliabilitas (interrater consistency method):
Metode interrater consistency menguji konsistensi dari responden untuk semua
indikator dalam satu instrumen ukuran atau mencari reliabilitas keseluruhan indikator
sebelum dibelah.

31
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok obyek yang sama diperoleh hasil relatif sama (aspek yang
diukur belum berubah), meskipun tetap ada toleransi bila terjadi perbedaan. Adanya nilai
toleransi perbedaan pengukuran disebabkan perbedaanaktu pengukuran akan dapat
mempengaruhi perbedaan jawaban responden. Semakin rendah derajat toleransi perbedaan,
semakin reliabel alat ukur yang kita gunakan (Suliyanto, 2005). Metode pendekatan secara
garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal
yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Reliabilitas Eksternal
Reliabilitas eksternal terdiri atas beberapa teknik, yaitu sebagai berikut:
a. Teknik Paralel (Parallel Form)
Pada teknik ini, kita membagi kuesioner kepada responden yang intinya sama, tetapi
kalimatnya berbeda. Kelemahan metode ini adalah kita sering kesulitan untuk
membuat kalimat yang intinya sama, tetapi menggunakan kalimat yang berbeda,
responden juga sering merasa malas karena harus mengisi pertanyaan yang sangat
banyak.
b. Teknik Ulang (Double Test atau Test Pretest)
Pada teknik ini, kita membagi kuesioner yang sama pada waktu yang berbeda.
Kelemahan dari metode ini adalah kemungkinan adanya perubahan kondisi subyek
sejalan dengan perbedaan waktu, sulitnya mencari kembali responden yang sama
pada periode yang berbeda, dan sulitnya menentukan tenggang waktu yang pas.
2. Reliabilitas Eksternal
Uji reliabilitas internal digunakan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan pada uji
reliabilitas eksternal sehingga uji ini menjadi lebih praktis dan efisien. Uji reliabilitas
internal diperoleh dengan menganalisis data dari satu kali pengetesan. Ada beberapa
cara untuk menguji reliabilitas internal. Pemilihan metode ini sangat tergantung kepada
selera peneliti serta bentuk instrumen. Hasil uji reliabilitas dengan metode yang berbeda
sangat mungkin untuk menghasilkan angka yang berbeda. Hal ini dikarenakan bentuk
data dan pembulatan yang dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Rumus spearman-brown,
b. Rumus flanagant,
c. Rumus rulon,
d. Rumus K – R.21,

32
e. Rumus hoyt, dan
f. Rumus alpha cronbach.

Menurut Handaru, (2012) uji realibilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat
ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang. Uji reliabilitas untuk alternatif jawaban lebih dari dua
menggunakan uji cronbach's alpha, yang nilainya akan dibandingkan dengan nilai
koefisien reliabilitas minimal yang dapat diterima. Reliabilitas kurang dari 0.6 adalah
kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima, dan lebih dari 0.8 adalah sangat baik. Jika nilai
nilai cronbach's alpha > 0.6, maka instrumen penelitian reliabel. Jika nilai reliabilitas dari
cronbach's alpha < 0.6, maka instrumen penelitian tidak reliabel.

Menurut Silalahi, (2015) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
inter-item atau iterratr reliability. Formula yang paling seing digunakan mengukur adalah
cronbach's alpha. Untuk mengukur reliabiltas dengan formula cronbach's alpha dapat
dilakukan dengan bantuan software aplikasi statistika. Cronbach's alpha bisa dihitung
secara manual berdasarkan rumus atau formula yang dapat dilihat pada Persamaan 2.12:
K ∑ S2𝑖
𝑎 = (K−1) (1 − 2 ) ..................................................................................................(2.12)
S𝑥

dengan : 𝑎 = Koefisien reliabilitas cronbach's alpha


K = Jumlah item pertanyaan
∑ S 2𝑖 = Jumlah varians skor item

S 𝑥2 = Varian skor uji seluruh item K

2.10.9 Skala Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu proses suatu angka atau simbol dilekatkan pada karakteristik
atau properti suatu stimuli sesuai dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Ada
beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1. Prosedur pemberian angka atau simbol yang dapat diartikan sebagai suatu proses
penentuan angka atau simbol yang diperlukan dalam suatu skala
2. Property of object yang berarti sifat-sifat yang terlekat pada obyek yang diteliti.

33
3. Dalam rangka memberikan karakterisasi pada beberapa property yang akan
ditanyakan, yang berarti pemberian simbol tersebut terkait dengan sifat-sifat obyek
yang diteliti.

2.10.10 Jenis- Jenis Skala Pengukuran

Skala pengukuran ini untuk mengklasifikasi variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi
kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya (Sugiyono,
1997). Skala pengukuran dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Skala Nominal
Maksud dari skala pengukuran yang disusun menurut jenis (kategori) atau fungsi
bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karateristik dengan
karakteristik yang lain sebagai contoh skala nominal dalam gender, responden dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu laki-laki diberi angka 1 dan perempuan
diberi angka 2. Angka ini hanya berfungsi sebagai label/kategori semata tanpa nilai
intrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa.
2. Skala ordinal
Skala ini memasukkan karakteristik harapan skala nominal yang berkelanjutan dengan
hubungan angka yang diberikan untuk nilai. Skala ordinal merupakan skala yang tidak
hanya mengkategorikan variabel ke dalam kelompok, tetapi juga menunjukkan
beberapa derajat urutan atau peringkat (rangking) yang diakui untuk diukur sebagai
contoh Manajer dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu manajer puncak, manajer
menengah, dan manajer pelaksana. Manajer puncak diberi angka 1, manajer menengah
diberi angka 2 dan manajer pelaksana diberi angka 3. angka-angka dalam kasus ini
menunjukkan nilai, tetapi perbedaan antara hitungan angka tidak menunjukkan nilai,
tetapi perbedaan diantara hitungan angka tidak menunjukkan derajat superioritas.
Dalam hal ini derajat superioritas tidak ditunjukkan angka-angka, tetapi jelas bahwa
puncak lebih tinggi dan diikuti oleh manajer menengah dan selanjutnya menajer
pelaksana.
3. Skala Interval
Skala ini selangkah lebih maju dibandingkan dengan skala ordinal. Skala interval
meliputi konsep equality dari peningkatan menunjukkan jarak antara satu data dengan
data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Sebagai contoh skala ini, jika

34
sekelompok kategori data diberi nilai 1, 2, 3, 4, maka jarak antara 1 dan 2 sama
dengan jarak 4 dan 5.
4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala interval dan memiliki nilai dasar (based value) yang tidak
dapat dirubah. Misalkan umur responden memiliki nilai dasar nol, dengan skala ini
dapat untuk menunjukkan angka-angka keadaan fisik terkini (actual) terhadap variabel
yang diukur dalam hal ini adalah umur.

2.11 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis reliabilitas dapat dilihat pada Tabel
2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Data penelitian terdahulu


Metode yang
No Tahun Peneliti Objek
digunakan
Perancangan Ulang Kemasan
Produk Shampo dengan
Ceicalia
1 2012 Mempertimbangkan Emosi Kansei engineering
Tesavrita, dkk
Konsumen Berdasarkan
Metode Kansei engineering
Kansei engineering
Re-Desain Kemasan dengan
2 2014 Mu’alim, dkk dan Regresi Linear
Metode Kansei engineering
Berganda
Strategi Pengembangan Plastic
Salomon Shopping Bag Berdasarkan Kansei engineering
3 2015 Lithrone Preferensi Konsumen dengan dan Analisis
Laricha, dkk Pendekatan Metode Kansei konjoin
Engineering
Perancangan Desain Kemasan
Makanan Ringan Olahan Pada Kansei engineering
Susatyo
4 2017 UMKM Center Jawa Tengah dan Regresi Partial
Nugroho, dkk
dengan Metode Kansei Least Square
Engineering

Metode yang digunakan dalam penelitian ini juga digunakan pada penelitian-penelitian
terdahulu yaitu metode Kansei engineering. Penjabaran penelitian terdahulu akan
dijelaskan secara singkat yaitu sebagai berikut:

35
1. Ceicalia Tesavrita, dkk (2012)
Melakukan penelitian mengenai desain perancangan ulang kemasan produk shampo
dengan mempertimbangkan emosi konsumen berdasarkan metode kansei engineering.
Penelitian ini menggunakan beberapa tahap yaitu, pengumpulan kata kansei,
penyebaran kuesioner dengan menggunakan semantic differential skala 5, kemudian di
evaluasi, tahap selanjutnya analisis faktor sehingga mendapatkan beberapa desain
usulan, dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner kembali terhadap desain usulan, dan
didapatkan desain usulan yang diinginkan oleh konsumen. Pada penelitian ini
menggunakan metode kansei engineering dan analisis faktor. Analasisis faktor
bertujuan untuk mempersempit beberapa desain usulan, sehingga di dapatkan desain
usulan yang diinginkan oleh konsumen.
2. Mu’alim, dkk (2014)
Melakukan penelitian mengenai re desain dengan metode kansei engineering untuk
kemasan kacang kedelai. Penelitian ini menggunakan beberapa tahap yaitu,
pengumpulan kata kansei dengan, kemudian di evaluasi, tahap selanjutnya penetapan
elemen desain, langkah selajutnya melakukan perancangan desain kemasan dari hasil
kata kansei yang sudah di evaluasi, setelah selesai melakukan perancangan desain
kemudian dilanjutkan dengan pengujian variabel kemasan dengan menggunakan uji
regresi linier berganda. Tahap selanjutnya koefisien determinasi yaitu rasio kesalahan
pecocokan terhadap garis regresi yang digunakan. Dari beberapa tahapan tersebut
dapat diketahui keterkaitan dengan variabel independen dan variabel dependent mana
yang paling berpengaruh.
3. Salomon lithrone laricha, dkk (2015)
Melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan plastic shopping bag
berdasarkan preferensi konsumen dengan pendekatan metode kansei engineering
(studi kasus : PT ERA). Penelitian ini menggunakan tipe kansei engineering I, adapun
beberapa tahapnya yaitu, pengumpulan kata kansei, penyebaran kuesioner dengan
menggunakan semantic differential skala 7, kemudian di evaluasi menggunakan uji
validitas dan reliabilitas, dilanjutkan dengan pengumpulan sampel produk, setelah itu
menentukan item dan kategori desain produk, tahap selanjutnya kembali menyebarkan
kuesioner semantic differential II, kemudian diolah dengan analisis konjoin, sehingga
dapat diketahui kombinasi elemen desain yang menghasilkan nilai kansei optimum

36
yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam perancangan dan pengembangan produk
plastic shopping bag,
4. Susatyo nugroho, dkk (2017)
Melakukan penelitian mengenai perancangan desain kemasan makanan ringan olahan
pada UMKM center Jawa Tengah dengan metode kansei engineering. Penelitian ini
menggunakan beberahap tahap yaitu, pengumpulan kata kansei, penyebaran kuesioner
dengan menggunakan semantic differential skala 5, kemudian di evaluasi, tahap
selanjutnya menggunakan regresi partial least square, dilanjutkan dengan mendesain
kemaasan kemudian dilakukan analisis. Beberapa tahapan ini merepresentasikan
keinginan konsumen diterjemahkan kedalam suatu usulan desain elemen dengan cara
melihat korelasi antara setiap komponen yang didalamnya terdapat kansei dengan
kategori atau item yang berupa struktur elemen desain pada kemasan sehingga
menghasilkan usulan tertentu. Hasil dari penilitian ini, melakukan perancangan produk
dengan melihat nilai bobot tertinggi dari kedua komponen yang sudah di analisi.

Meskipun menggunakan metode yang sama, namun terdapat perbedaan antara penelitian
ini dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian -
penelitian terdahulu yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan metode kansei engineering dan menggunakan analisis
konjoin,
2. Pada penelitian ini kata kansei yang digunakan untuk kemasan makanan, dan sifat
makanannya yang tidak tahan dengan terkena angin,
3. Pengumpulan kata kansei dengan melakukan observasi atau bertanya kepada
konsumen amplang,
4. Penelitian ini menggunakan semantic differential dengan skala 7 dan dalam penarikan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah insidental sampling,
5. Penelitian ini menggunakan analisis konjoin untuk mengetahui hubungan antara kata
kansei dengan masing-masing item dan kategori desain. Setiap kansei akan
dihubungkan dengan masing-masing item dan kategori desain untuk mendapatkan
kombinasi item dan kategori yang sesuai dengan keinginan konsumen melalui kata
kansei

37

Вам также может понравиться