Вы находитесь на странице: 1из 8

UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ETANOL DAUN KUSAMBI

(Schleichera oleosa) PADA HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI
PARACETAMOL DENGAN PARAMETER ALT DAN AST
1
Isnaina Fini Gusti Mubarokah, 2Maulita Indrisari, 1Rahmad Aksa
1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, Indonesia
2
Akademi Farmasi Makassar, Indonesia
Email : Isnainafini54@gmail.com
ABSTRAK
Gangguan fungsi hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Pengobatan
peradangan jaringan hati yang disebabkan oleh virus dan paparan bahan kimia toksik
menggunakan obat medis belum dapat memberikan hasil yang optimal. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui uji aktivitas hepatoprotektor ekstrak etanol daun kusambi (Schleichera
oleosa) pada hati tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi paracetamol dengan parameter
ALT dan AST. Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi 5
kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif yang diberi Na.CMC 0,5%, kelompok II sebagai
kelompok kontrol induksi, kelompok III, IV, dan V diberikan ekstrak etanol daun kusambi
(Schleichera oleosa) dengan dosis 50mg/kgbb, 100mg/kgbb, 200mg/kgbb selama 14 hari. Pada
hari ke 15-17 kelompok II serta kelompok perlakuan diinduksi paracetamol dosis
400mg/200gbb. Pengambilan sampel darah dilakukan disinus orbitalis pada hari ke 18. Data
yang didapat dianalisis menggunakan metode statistik ANOVA dimana (p<0,05). Hasil
pengujian statistik menunjukan bahwa ekstrak etanol daun kusambi dosis 100mg/kgBB
memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok induksi. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ekstrak kusambi (Schleichera oleosa) dosis 100mg/kgbb memiliki aktifitas
sebagai hepatoprotektor.

Kata kunci: Schleichera oleosa, Hepatoprotektor, ALT/AST

ABSTRACT
Liver function impairment is a one of the serious health problem. Treatment of inflammation of
liver tissue caused by virus and exposure to toxic chemicals using medical drugs has not been
able to provide optimal results. This study aims to determine test activity of hepatoprotector
extract of ethanol leaf kusambi (Schleichera oleosa) in liver of white rat (Rattus norvegicus)
induced paracetamol with parameter of ALT and AST. The experiment using 15 male rats. They
were divided into 5 groups. Group I is a negative control was only given Na.CMC 0,5%, group
II is a induction control, group III , IV and V are treatment group were each given extract with a
dosage 50mg/kgBW, 100mg/kgBW, and 200mg/kgBW for 14 days. On 15-17 days, group II
and treatment group induced paracetamol dosage 400mg/200gBW. The blood sampling was
perfomed on orbital sinus on 18 day. The data were analyzed using ANOVA statistical method
that is (p<0,05). The statistical result revealed that kusambi leaf ethanol extract 100mg/kgBW
had significant difference with induction group. Based on that result can be concluded that
kusambi (Schleichera oleosa) leaf dose 100mg/kgBW had activity as hephatoprotector

1
Keywords: Schleichera oleosa, Hepatoprotector, ALT/AST

PENDAHULUAN dalam pembuluh darah. Aktivitas kedua


enzim tersebut dapat diukur sehingga dapat
Hati (liver) merupakan organ yang menunjukkan adanya gangguan fungsi hati.
memegang peranan penting dalam Peningkatan kadar ALT dan AST
pemeliharaan keseimbangan biologi tubuh menunjukkan semakin tinggi tingkat
dari vertebrata. Fungsi hati antara lain kerusakan hati [4].
untuk pembentukan dan ekskresi empedu.
Empedu dibentuk di dalam hati dan sekitar Hepatoprotektor yaitu perlindungan
1 liter empedu diekskresikan oleh hati hati terhadap cedera atau penyakit [5].
dalam sehari. Di samping menghasilkan Pengalaman membuktikan bahwa
energi dan tenaga, hati memiliki peranan pengobatan peradangan jaringan hati yang
penting pada metabolisme karbohidrat, disebabkan oleh virus dan paparan bahan
protein dan lemak, selain itu juga berperan kimia toksik menggunakan obat medis
dalam pertahanan tubuh, baik berupa belum dapat memberikan hasil yang
detoksifikasi maupun fungsi perlindungan. optimal [6].
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai
proses yang dilakukan oleh enzim-enzim di Daun kusambi (Schleichera oleosa)
hati terhadap zat-zat beracun [1]. mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
steroid, fenolik dan tanin [7]. Kandungan
Gangguan fungsi hati masih menjadi flavonoid dan senyawa fenolik lainnya
penyakit yang paling serius dan menjadi dalam tumbuhan dapat digunakan sebagai
permasalahan di seluruh dunia terutama pelindung mukosa lambung, antioksidan
yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia dan mengobati gangguan hati [8].
toksik seperti alkohol, paracetamol, agen Sementara itu data ilmiah mengenai
kemoterapi, minyak terperoksidasi dan lain- kegunaan daun kusambi terutama sebagai
lain [2]. Salah satu obat yang dapat hepatoprotektif belum dilaporkan secara
memicu terjadinya kerusakan hati, yaitu ilmiah.
parasetamol atau asetaminofen yang pada Berdasarkan latar belakang di atas,
dosis terapi 90% akan terkonjugasi dengan maka dilakukan penelitian uji aktifitas
glukoronat membentuk suatu metabolit hepatoprotektor ekstrak daun kusambi
yang tidak beracun dan sekitar 5% akan (Schleichera oleosa) pada hati tikus putih
dimetabolisme oleh sitokrom P450 yag diinduksi parasetamol dengan
membentuk suatu metabolit beracun, N- parameter ALT dan AST.
acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI)
sehingga membentuk radikal bebas METODOLOGI PENELITIAN
2
superoksida (O -) dan peningkatan Alat Penelitian
penggunaan glutation untuk
mendetoksifikasi NAPQI diakhiri dengan Alat-alat yang digunakan antara lain
menipisnya cadangan glutation dalam hati timbangan analitik, timbangan hewan uji,
mengakibatkan kerentanan sel-sel hati batang pengaduk, bejana maserasi, kain
terhadap cedera oleh oksidan dan terjadinya saring, cawan porselen, tabung reksi,
stress oksidatif [3]. spirtus, kandang tikus, perkamen, gelas
ukur, alumunium foil, beaker gelas, mortir
Sel hati yang rusak akan dan stamper, kanula, pipa kapiler, tabung
membebaskan enzim ALT dan AST ke eppendorf.

2
Bahan Penelitian koloidal dan dicukupkan volumenya
dengan aquadest hingga 100 ml.
Bahan–bahan yang digunakan pada
penelitian ini adalah daun kusambi, serbuk
Pembuatan Sediaan Uji Ekstrak Daun
parasetamol, etanol 70%, aquadest, Na
Kusambi
CMC 0,5%, HCl 2N, FeCl3, kit reagen
alanin aminotransferase (ALT)/ serum
Pembuatan sediaan uji ekstrak daun
glutamate pyruvate transaminase (SGPT)
kusambi pada dosis, 50 mg/kgBB,
dan aspartat aminotransferase (AST)/ serum
100mg/kgBB dan 200 mg/kgBB dan
glutamate oxalocetate transaminase
disuspensikan dengan larutan Na.CMC
(SGOT).
0,5% b/v dan dicukupkan volumenya
hingga diperoleh volume akhir 30 ml.
Pengumpulan dan Pengolahan Sampel
Daun kusambi dipetik secara Pembuatan Sediaan Parasetamol
langsung. Daun yang dikumpulkan
dicuci bersih dengan air mengalir. Dosis hepatotoksik paracetamol pada
Pengeringan daun kusambi dilakukan manusia adalah 10-15 gram. Pada
dengan cara diangin-anginkan dan tidak penelitian ini menggunakan parasetamol
dosis 400mg/200g dengan volume
kena matahari langsung.
pemberian 2,5 ml.
Pembuatan Ekstrak Daun Kusambi
(Schleichera oleosa) Pengujian Efek Hepatoprotektif Ekstrak
Daun Kusambi
Simplisia yang telah dipotong-
potong kecil kemudian ditimbang dan Semua hewan uji dikelompokkan
diekstraksi dengan proses maserasi menjadi 5 kelompok yang dibagi secara
kemudian ditambahkan pelarut etanol acak :
70%. Maserasi dilakukan selama 5 hari 1. Kelompok I, kelompok hewan negatif
diberi larutan Na. CMC 0,5% dengan
sambil sesekali diaduk. Bejana maserasi
volume 2,5 ml/200 g pada tikus putih.
ditutup, disimpan ditempat yang 2. Kelompok II, kelompok induksi diberi
terlindung dari sinar matahari langsung. larutan paracetamol dengan volume
Filtrat disaring, ampasnya di remaserasi 2,5ml/200 g pada tikus putih.
kembali dengan menggunakan pelarut 3. Kelompok III, diberi ekstrak daun
etanol 70% hingga diperoleh pelarut kusambi 50 mg/kgbb pada tikus putih.
yang jenuh kemudian diuapkan dengan 4. Kelompok IV, diberi ekstrak daun
rotary evaporator hingga diperoleh kusambi 100 mg/kgbb pada tikus putih.
ekstrak kental. 5. Kelompok V, diberi ekstrak daun
kusambi 200 mg/kgbb pada tikus putih.
Pembuatan Larutan Koloidal Na CMC Sebelumnya semua hewan uji tikus
0,5% b/v dibagi menjadi 5 kelompok, dimana
masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor
Diambil sebanyak 0,5 gram Na CMC tikus kemudian diadaptasikan selama 7 hari
0,5 % b/v ditimbang kemudian dimasukkan lalu ditimbang. Dilakukan pengambilan
sedikit demi sedikit kedalam lumpang yang sampel darah untuk diukur kadar
berisi aquadest yang telah dipanaskan, ALT/AST. Selanjutnya dilakukan
sambil digerus hingga terbentuk larutan pemberian larutan koloidal Na.CMC 0,5%

3
pada kelompok I (kontrol negatif), serta dinding dan membran sel akibat perbedaan
pemberian ekstrak kusambi yaitu tekanan didalam dan diluar sel, sehingga
kelompok III 50 mg/kgBB, kelompok IV metabolit sekunder yang ada dalam
100 mg/kgBB dan kelompok V 200 mg/kg sitoplasma akan terlarut dalam pelarut
BB. Perlakuan 1 kali sehari selama 14 hari organik dan ekstraksi senyawa akan
dengan volume pemberian 2,5 ml/200 g sempurna karena dapat diatur lama
BB. Pada hari ke 15 hingga hari ke 17 perendaman yang digunakan [9]. Dalam
diinduksikan paracetamol dosis proses ekstraksi digunakan pelarut etanol
hepatotoksik pada kelompok II, III, IV dan 70%, dimana pelarut ini dipilih karena
V kecuali pada kelompok I. Pada hari ke-18 dapat menarik semua komponen kimia
semua kelompok dilakukan pengambilan dalam simplisia baik yang non polar dan
sampel darah dan ditetapkan kadar polar [10]. Ekstrak yang diperoleh dari hasil
ALT/AST akhir. ekstraksi dengan menggunakan metode
maserasi yaitu ekstrak kering sebagai
Analisis Data berikut :
Data dikumpulkan berupa hasil Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun Kusambi
pengukuran kadar alanin aminotransferase
(ALT)/ serum glutamate pyruvate Berat %
Daun Berat
transaminase (SGPT) dan aspartat Daun Rendamen
Kusambi Ekstrak
aminotransferase (AST)/ serum glutamate Kering
(Schleichera
oxaloacetate transaminase darah hewan uji oleosa)
500 g 83,6 g 16,72 %
tikus jantan sebelum dan setelah pemberian
perlakuan ekstrak daun kusambi dan
parasetamol selama 17 hari, kemudian
Uji skrining fitokimia dilakukan
dianalisa menggunakan program SPSS 24,
untuk mendapatkan informasi mengenai
metode LSD/Uji Beda Nyata Terkecil
golongan kandungan kimia daun kusambi
(BNT).
(Schleichera oleosa) sebagai parameter
mutu ekstrak dalam kaitannya dengan efek
HASIL DAN PEMBAHASAN
farmakologisnya [11]. Hasil yang diperoleh
Pada penelitian ini dilakukan uji menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol
aktifitas ekstrak etanol daun kusambi daun kusambi dengan menggunakan reaksi
(Schleichera oleosa) terhadap hati tikus warna/pengendapan, ekstrak etanol daun
putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi kusambi mengadung senyawa flavonoid,
paracetamol dengan parameter ALT dan alkaloid, steroid dan tannin.
AST. Sampel daun kusambi diperoleh dari Tabel 2. Hasil Uji Pendahuluan
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dilakukan Uji Hasil Uji
No. Pendahuluan
dengan mengekstraksi daun kusambi Pendahuluan
(Schleichera oleosa) dengan metode Positif (+)
1. Uji Flavonoid
maserasi. Metode maserasi dipilih karena
mudah dilakukan dan dalam tahapannya 2. Uji Alkaloid Positif (+)
tidak dilakukan proses pemanasan sehingga
3. Steroid Positif (+)
menghindari kerusakan zat aktif yang
dikandung simplisia. Proses ini sangat 4. Tanin Positif (+)
menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena dengan perendaman 5. Saponin Negatif (-)
sampel tumbuhan terjadi pemecahan

4
Hasil ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Situmeang [12] yang Pengukuran Kadar AST
menyatakan bahwa tanaman daun kusambi
mengandung senyawa flavonoid, fenolik, 250
alkaloid, steroid, terpenoid dan tannin. 200

Kadar AST (UI/L)


Menurut Robinson [13] kandungan 150
100
flavonoid dan senyawa fenolik lainnya 50
dalam tubuh dapat digunakan sebagai 0
pelindung mukosa lambung, antioksidan
dan mengobati gangguan hati.
Pada pengujian aktivitas etanol daun
kusambi sebagai hepatoprotektor, fungsi
hati dilindungi terlebih dahulu Rata-rata awal
menggunakan ekstrak daun kusambi selama Rata-rata akhir
14 hari dengan dosis 50mg/kgbb untuk
kelompok III, 100 mg/kgbb untuk Gambar 3. Grafik Nilai AST
kelompok IV dan dosis 200mg/kgbb untuk
kelompok V, kemudian pada hari ke 15 Tabel 3. Rata-Rata Selisih Kadar AST
sampai hari ke 17 barulah fungsi hati (Akhir-Awal)
dirusak menggunakan parasetamol dengan
dosis toksik 400mg/200gbb. Parasetamol Perlakuan Selisih ± SD
merupakan obat yang dapat memicu Kontrol Negatif -38.76 ± 38,86
terjadinya kerusakan hati, yaitu Kontrol Induksi 55.7 ± 83.99
parasetamol atau asetaminofen yang pada Ekstrak 50mg/kgbb 14.56 ± 31.96
dosis terapi 90% akan terkonjugasi dengan Ekstrak 100mg/kgbb -44.6 ± 13.94
glukoronat membentuk suatu metabolit Ekstrak 200mg/kgbb -6.4 ± 18.55
yang tidak beracun dan sekitar 5% akan
dimetabolisme oleh sitokrom P450 Pengukuran kadar AST dan ALT
membentuk suatu metabolit beracun, N- dilakukan sebanyak dua kali, dimana
acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) pengukuran pertama merupakan
sehingga membentuk radikal bebas pengukuran kadar awal AST dan ALT
2
superoksida (O -) dan peningkatan sebelum mengalami perlakuan kemudian
penggunaan glutation untuk pengukuran kedua merupakan pengukuran
mendetoksifikasi NAPQI diakhiri dengan kadar akhir AST dan ALT setelah diberikan
menipisnya cadangan glutation dalam hati perlakuan selama 17 hari. Pada pengukuran
mengakibatkan kerentanan sel-sel hati kadar AST terjadi peningkatan kadar pada
terhadap cedera oleh oksidan dan terjadinya dosis 50mg/kgbb, peningkatan ini dapat
stress oksidatif. Sel hati yang rusak akan terjadi karena terjadinya hemolisis.
membebaskan enzim AST dan ALT ke Hemolisis merupakan salah satu faktor
dalam pembuluh darah. Aktivitas kedua yang dapat meningkatkan AST, karena
enzim tersebut dapat diukur sehingga dapat hemolisis adalah pecahnya membran
menunjukkan adanya gangguan fungsi hati. eritrosit sehingga hemoglobin bebas
Peningkatan kadar AST dan ALT kedalam medium sekelilingnya [15], selain
menunjukkan semakin tinggi tingkat itu terdapat beberapa faktor seperti
kerusakan hati [14]. kemampuan adaptasi tikus terhadap
lingkungan, suhu ruangan dan beberapa
faktor lain tentunya juga berbeda-beda yang

5
mana hal tersebut dapat mempengaruhi Pada pengukuran kadar ALT terjadi
tingkat stress dari tikus dan akibatnya akan penurunan kadar pada dosis 50mg/kgbb,
mempengaruhi aktivitas dari AST. Pada 100mg/kgbb dan 200mg/kgbb. Penurunan
kelompok ekstrak 100mg/kgbb dan ini dapat disebabkan karena kandungan
kelompok ektstrak 200mg/kgbb kadar akhir flavonoid dan senyawa fenolik lainnya
pada kelompok ini mengalami penurunan dalam tumbuhan dapat digunakan untuk
dari kadar awal. mengobati gangguan hati. Flavonoid
diketahui merupakan senyawa antioksidan
Pengukuran Kadar ALT yang berfungsi menghambat proses
100 biotransfomasi parasetamol menjadi
80 senyawa yang lebih toksik. Flavonoid
Kadar ALT (UI/L)

60 bersifat antioksidan karena memiliki gugus


40 hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya
20 yang memiliki daya tangkap radikal bebas
0 dan sebagai pengkhelat logam. Gugus OH
pada senyawa flavonoid akan
menggantikan glutation (GSH) yang telah
terdeplesi oleh radikal bebas akibat
pemberian parasetamol dosis toksik. Gugus
Rata-rata awal OH pada flavonoid akan membantu
Rata-rata akhir konjugasi parasetamol menjadi asam
merkapturat dan mengubah metabolit
reaktif parasetamol hasil metabolisme
Gambar 4. Grafik Nilai ALT
sitokrom P-450 yaitu N-acetyl p-
Tabel 4. Rata-Rata Selisih Kadar ALT benzoquinonimine (NAPQI) menjadi
(Akhir-Awal) metabolit non-aktif yang bersifat hidrofilik
sehingga mudah dieksresikan melalui urin.
Perlakuan Selisih ± SD
Analisis statistik digunakan untuk
Kontrol Negatif -23.07 ± 22.13
mengetahui perbedaan kadar ALT dan AST
Kontrol Induksi 27.02 ± 34.07 sebelum dan sesudah perlakuan data di
analisis dengan menggunakan SPSS metode
Ekstrak 50mg/kgbb -12.73 ± 6.92 Shapiro-wilk menunjukan bahwa data
Ekstrak 100mg/kgbb -14.27± 10.44 terdistribusi normal (p>α) dan hasil
Levene’s Test of Equality of Eror Variance
Ekstrak 200mg/kgbb -6.9 ± 3.70 menunjukan bahwa varian data homogen
(p>α). Oleh karena itu data memenuhi
kriteria nomarlitas dan homogenitas,
Berdasarkan grafik diatas, untuk sehingga dapat dilanjutkan dengan uji post
kelompok induksi paracetamol terjadi hoc metode LSD/Uji Beda Nyata Terkecil.
peningkatan kadar akhir ALT dan AST,
Dari hasil analisis data dengan
peningkatan ini terjadi akibat pemberian
menggunakan metode post hoc (uji beda
dosis paracetamol yang berlebih (toksis)
nyata) menunjukan bahwa nilai pada AST
dimana dengan terjadinya peningkatan
tidak adanya perbedaan yang nyata antara
kadar ALT dan AST ini dapat dinyatakan
kelompok ekstrak, namun perbedaan
bahwa paracetamol dosis 400mg/200kgbb
signifikan terjadi pada kelompok induksi
dapat menyebabkan kerusakan pada hati
dengan ekstrak 100mg/kgbb dimana nilai
tikus putih jantan.

6
signifikansi 0,02. Sedangkan nilai pada [4] Syahruddin, 2013, Penentuan
ALT terjadi perbedaan yang signifikan Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT
antara kelompok induksi dengan kelompok Pada Hewan Uji Kelinci Yang Telah
ekstrak 50 mg/kgbb dimana nilai Diberi Ekstrak Tiram Crassotiea
signifikansi 0,029 dan ekstrak 100mg/kgbb iredelei Asal Pantai Takalar Sulawesi
dengan nilai signifikansi 0,024. Selatan. Proceeding Seminar Nasional
STIFA Kebangsaan Makassar.
KESIMPULAN [5] Baghbanan, H.S., Sharifian, A.,
Somayeh, E., Bagher, Minaei., 2014,
Berdasarkan hasil penelitian yang Hepatoprotective Herbs, Avicenna
telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa Viewpoint, Iranian Red Crescent
ekstrak etanol daun kusambi (Schleichera Medical Journal : Dubai.
oleosa) 100mg/kgbb memiliki aktifitas [6] Usia, T. 2010. Pemanfaatan Tanaman
sebagai hepatoprotektor. Obat Untuk Sakit Hati. [serial on the
internet] (Diakses 24 Mei 2017).
SARAN Sumber:http://www.ikatanapotekerind
Perlu dilakukan penelitian lebih onesia.net/pharmacy news/22-
lanjut dengan menggunakan dosis ekstrak pharmacy-news/446-pemanfaatan-
yang lebih tinggi dan jangka waktu tanaman-obat-untuk-sakithati.html.
pemberian yang lebih lama dan juga perlu [7] Situmeang B.,Nuraeni W.,Ibrahim A
dilakukan penelitian lanjutan tentang efek M.,Silaban S., 2016. Analysis of
hepatoprotektor ekstrak etanol daun secondary metabolite compounds
kusambi (Schleichera oleosa) dengan from leaves extract kesambi
menggunakan parameter yang lain seperti (Schleichera oleosa) and antioxidant
activity test. Universitas Negeri
gambaran histopatologi hati.
Medan. Medan
[8] Robinson T., 1991, Kandungan
DAFTAR PUSTAKA Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI,
[1] Adikusuma W, Moch. Saiful Bachri. Penerbit ITB Bandung.
2014. Efek Hepatoprotektor Serbuk [9] Darwis D, 2000. Teknik Dasar
Akar Pasak Bumi (Eurycoma Laboratorium Dalam Penelitian
longifolia Jack.) Dilihat Dari Aktivitas Senyawa Bahan Alam Hayati.
SGPT-SGOT Tikus Jantan Yang Workshop Pengembangan Sumber
Diinduksi CCl4. Fakultas Farmasi Daya Manusia Dalam Bidang Kimia
Universitas Ahmad Dahlan. Organik Bahan Alam Hayati, FMIPA
Yogyakarta. Universitas Andalas Padang.
[2] Syahbandono, T.H., Hayati, Sunaryo [10] Padmasari PD, Astuti KW, Warditiani
H. 2014, Efek Hepatoprotektor Fraksi NK, 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak
Etil Asetat Daun Sangitan (Sambucus Etanol 70% Rimpang Bangle (Zingber
Canadensis L.) Pada Tikus Sprague purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi
Dawley. Fakultas Farmasi dan Sains, Udayana.
Universitas Muhammadiyah Prof. [11] Oktavia S, Ifora, Suhatri, Susanti M,
Dr.Hamka, Jakarta 2017. Uji Aktivitas Hepatoprotektor
[3] Rowden A. K., Noevell J., Eldridge Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle
D. L., Kirk M. A., 2005. Update on Linn.) Terhadap Kerusakan Hati yang
Acetaminophen Toxicity. Med. Clin. N. Diinduksi Paracetamol. Universitas
Am. 89 : 1145-59. Andals Padang: Padang

7
[12] Situmeang B.,Nuraeni W.,Ibrahim A
M.,Silaban S., 2016. Analysis of
secondary metabolite compounds
from leaves extract kesambi
(Schleichera oleosa) and antioxidant
activity test. Universitas Negeri
Medan. Medan
[13] Robinson T., 1991, Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI,
Penerbit ITB Bandung.
[14] Syahruddin, 2013, Penentuan
Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT
Pada Hewan Uji Kelinci Yang Telah
Diberi Ekstrak Tiram Crassotiea
iredelei Asal Pantai Takalar Sulawesi
Selatan. Proceeding Seminar Nasional
STIFA Kebangsaan Makassar.
[15] Kahar, Hartono., 2017, Pengaruh
Hemolisis Terhadap Kadar Serum
Glutamate Pyruvate Transaminase
(SGPT) Sebagai Salah Satu Parameter
Fungsi Hati. The Journal Of
Muhammadiyah Technologist No. 1
Vol. 2 November 2017, ISSN 2597-
3681.

Вам также может понравиться