Вы находитесь на странице: 1из 7

Prasetya, et al, Perubahan Apoptosis Sel Asinar Kelenjar Parotis Akibat Pajanan Radiasi.....

Perubahan Apoptosis Sel Asinar Kelenjar Parotis Akibat


Pajanan Radiasi Sinar-X Dosis Rendah
(The Change of Apoptosis in Parotid Gland Acinar Cells due to
Low Dose X-Ray Irradiation)
Agya Nanda Prasetya1, Swasthi Prasetyarini2, Sulistiyani3
1,2,3
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37, Jember 68121
email : agya.spen2sby@gmail.com

Abstract
Background: Radiodiagnosis is one form of x-ray used in dentistry that aims to establishing
diagnosis and determining treatment plans using low dose irradiation. Dental x-ray use ionizing
radiation which cause ionization reactions on the affected objects. Radiation area in patients
oftenly involves salivary gland, especially parotid gland that contain of serous acinar cells.
Parotid acinar cells are very radiosensitive, thus irradiation may induced DNA damage and the
result of apoptosis (cell death). Objective: to know the effect of low dose x-ray irradiation on
changing apoptosis in male wistar rats (Rattus norvegicus) parotid acinar cells. For this study,
experimental laboratories technique was done. Methods: Eighteen male rats (200-250 g) were
divided into three groups, first group is control, while second and third groups (in order)
irradiated with 1,54 mGy and 7,85 mGy of dental x-ray with parotid area to the source. Parotid
glands tissue were collected three days after irradiation and analysed using histology staining
(Haematoxylin-eosin). Apoptotic index examined under light microscope at 400x magnification
by two pathologist. Result: There was significant difference on apoptotic index between control
group and irradiated group (p<0,05). Conclusion: Low dose x-ray irradiation can increase
apoptosis in male wistar rats parotid acinar cells.

Keywords: apoptosis, parotid acinar cells, x-ray, low dose irradiation.

Abstrak
Latar Belakang: Radiodiagnosis merupakan salah satu bentuk penggunaan sinar-x di bidang
kedokteran gigi yang bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menentukan
rencana perawatan dengan pajanan radiasi dosis rendah. Radiasi di kedokteran gigi
menggunakan radiasi ionisasi yang dapat menyebabkan reaksi ionisasi pada obyek yang
dikenainya. Area radiasi pada pasien seringkali melibatkan kelenjar saliva, terutama kelenjar
parotis yang mengandung sel asinar serus. Sel asinar kelenjar parotis sangat radiosensitif,
sehingga radiasi dapat menyebabkan kerusakan DNA hingga kematian sel (apoptosis). Tujuan
Penelitian: Untuk mengetahui efek radiasi sinar-x dosis rendah terhadap perubahan apoptosis
sel asinar kelenjar parotis tikus wistar jantan (Rattus norvegicus). Penelitian ini merupakan jenis
eksperimental laboratoris. Metode Penelitian: Delapan belas tikus jantan (200-250 g) dibagi
menjadi tiga kelompok, kelompok pertama adalah kontrol, kelompok kedua dan ketiga secara
berurutan diberi pajanan radiasi sinar-x sebesar 1,54 mGy dan 7,85 mGy dengan fokus area
parotis. Jaringan kelenjar parotis diambil pada hari ketiga setelah pajanan radiasi dan dianalisis
menggunakan pewarnaan histologis (Hematoksilin-eosin). Indeks apoptosis dihitung
menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x oleh dua orang ahli patologi
anatomi. Hasil: Terdapat perbedaan indeks apoptosis yang bermakna antara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan (p<0,05). Kesimpulan: Pajanan radiasi sinar-x dosis rendah dapat
meningkatkan apoptosis sel asinar kelenjar parotis tikus wistar jantan.

Kata kunci: apoptosis, sel asinar kelenjar parotis, sinar-x, pajanan radiasi dosis rendah.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), April, 2018


Prasetya, et al, Perubahan Apoptosis Sel Asinar Kelenjar Parotis Akibat Pajanan Radiasi.....

Pendahuluan [3]. Radiasi sekecil apapun yang diberikan tentu


akan berefek pada jaringan yang terpajan,
Masalah kesehatan gigi yang paling
dalam hal ini akan mengakibatkan kematian
sering terjadi adalah karies gigi, yaitu dialami
atau apoptosis sel-sel asinar yang terdapat pada
oleh 90% masyarakat Indonesia. Prevalensi
kelenjar parotis [6].
karies tertinggi terjadi pada gigi molar pertama
Apoptosis sel asinar oleh karena
[1]. Dokter gigi seringkali membutuhkan
pajanan radiasi utamanya terjadi pada sel asinar
pemeriksaan radiografi sebagai penunjang
serus karena memiliki kandungan air dan unsur
diagnosis untuk mendeteksi tingkat keparahan
logam berat lebih tinggi dibandingkan dengan
karies sejak dini. Pemeriksaan penunjang
sel asinar mukus. Kandungan tersebut membuat
mempunyai peranan penting dalam
sel asinar serus sangat reaktif terhadap ionisasi
menegakkan diagnosis, merencanakan
perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan [7]. Sel asinar serus dalam jumlah terbesar
terdapat pada kelenjar parotis dibandingkan
[2]. Ketika pemeriksaan tersebut dilakukan,
dengan kelenjar saliva lainnya [8].
secara tidak langsung pajanan radiasi mengenai
Radiografi dental untuk tujuan
area pipi yang didalamnya terdapat kelenjar
diagnostik sendiri dalam pelaksanaannya
parotis. Pemeriksaan radiografi di bidang
berkaitan dengan penggunaan radiasi dosis
kedokteran gigi menggunakan sumber energi
rendah. Dosis rendah dari radiasi sinar-x yang
sinar-x dalam radiasinya. Sinar-x merupakan
sering digunakan berada dalam rentang 0,1 – 10
salah satu bentuk dari radiasi ionisasi [3].
mSv [9].Terdapat dua jenis foto radiografi yang
Radiasi ionisasi dapat menimbulkan
sering digunakan di kedokteran gigi yaitu
kerusakan biologis pada manusia. Kerusakan
radiografi periapikal dan panoramik. Kedua jenis
terjadi ketika radiasi ionisasi menembus jaringan
radiografi tersebut menggunakan dosis radiasi
tubuh dan mengionisasi atom-atom pembentuk
dalam kategori rendah. Dosis foto periapikal
jaringan. Radiasi ionisasi memberikan efek
yang digunakan saat ini di Fakultas Kedokteran
secara langsung maupun tidak langsung
Gigi Universitas Jember sebesar 1,54 mGy,
terhadap kerusakan sel. Efek langsung terjadi
sedangkan dosis foto panoramik pada umumnya
saat partikel-partikel ionisasi berinteraksi secara
sebesar 7,85 mGy. Dosis radiasi 1 mGy setara
langsung dengan makromolekul seperti DNA,
dengan 1 mSv [10,11].
RNA, protein, atau enzim. Sedangkan efek tidak
Penelitian terdahulu membuktikan
langsung terjadi sebagai akibat adanya interaksi
adanya peningkatan apoptosis dan nekrosis
radiasi dengan molekul air dimana akan terjadi
pada sel akibat peningkatan dosis rendah
reaksi ionisasi sehingga menyebabkan
radiasi sinar-x, dimulai dari dosis 0,08 mSv, 0,16
pembentukan radikal bebas yang aktif. Radikal
mSv, hingga 0,24 mSv dimana proses
bebas ini yang menyebabkan kerusakan sel
pengamatan dilakukan pada hari ke-10 setelah
dengan memecah makromolekul seperti protein
dan DNA [4]. radiasi [9]. Penelitian ini mengamati sel mukosa
Radiasi akibat pajanan radiografi dental rongga mulut pada hewan coba. Studi lain
menyebabkan reaksi ionisasi pada obyek yang menjelaskan bahwa pemberian pajanan radiasi
dikenainya. Untuk tujuan diagnosis, radiasi yang dengan dosis sama pada beberapa kelompok
diberikan seringkali melibatkan pipi, bibir, dan hewan coba dan dilakukan pengamatan pada
dagu dalam area pajanan. Lebih dari 70% kasus hari ke-3 pascaradiasi, ditemukan jumlah
dalam bidang kedokteran gigi yang apoptosis sel asinar mencapai maksimum. Hal
membutuhkan pemeriksaan radiografi maupun berbeda tampak pada hari ke-6 dan ke-10 yaitu
radioterapi, melibatkan pipi dalam area radiasi mulai terjadi regenerasi (recovery) ditandai
[5]. Pada daerah pipi terdapat kelenjar saliva dengan penurunan jumlah apoptosis sel asinar,
terbesar yaitu kelenjar parotis. Kelenjar parotis sehingga disimpulkan bahwa penelitian pada
tersusun oleh sel-sel asinar yang berfungsi hari ke-6 dan ke-10 kurang efektif untuk melihat
menghasilkan sekret berupa saliva. Sekret yang seberapa besar apoptosis yang terjadi pada sel
merupakan molekul air bila bertemu dengan asinar. Studi ini menggunakan radiasi sinar-x
radiasi akan menimbulkan reaksi ionisasi. dosis tinggi yang dipajankan pada kelenjar
Radikal bebas sebagai hasil reaksi ionisasi di submandibularis tikus [7,12].
dalam sel asinar akan menyebabkan kerusakan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
DNA. Hal inilah yang membuktikan bahwa untuk mengetahui efek pajanan radiasi sinar-x
radiasi secara tidak langsung mampu dosis rendah terhadap perubahan apoptosis sel
menyebabkan kerusakan bahkan kematian sel asinar pada kelenjar parotis.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), April, 2018


Prasetya, et al, Perubahan Apoptosis Sel Asinar Kelenjar Parotis Akibat Pajanan Radiasi.....

Metode Penelitian Hasil Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah Hasil pengamatan dan penghitungan
eksperimental laboratoris dengan rancangan indeks apoptosis sampel penelitian pada
penelitian the post test only control group masing-masing kelompok ditunjukkan pada
design. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Gambar 1 dan Gambar 2.
Januari hingga Maret 2018 di Laboratorium
Farmakologi Bagian Biomedik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember, Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM)
Universitas Jember, dan Instalasi Laboratorium
Patologi Anatomi RSUD Dr. Soebandi Jember.
Obyek penelitian adalah 18 ekor tikus
wistar jantan dengan kriteria berat badan 200-
250 gram, umur 2-3 bulan, dan tidak memiliki
kelainan anatomis. Sampel dibagi dalam 3
kelompok secara acak yaitu kelompok kontrol,
kelompok I dengan perlakuan pajanan tunggal
radiasi dosis periapikal (1,54 mGy), dan
kelompok II dengan perlakuan pajanan tunggal
radiasi dosis panoramik (7,85 mGy).
Proses perlakuan diawali dengan
menempatkan tikus pada alat fiksasi khusus
yaitu rat dental chair. Pajanan radiasi diarahkan
pada area kelenjar parotis hewan coba yaitu
pada sisi lateral servikal dekat telinga [8].
Dilakukan pengambilan sampel jaringan parotis Gambar 1. Gambaran histologis badan
pada hari ke-3 (72 jam) setelah perlakuan, apoptosis pada sel asinar kelenjar parotis tikus
kemudian masing-masing sampel dibuat wistar dengan pewarnaan HE dan perbesaran
sediaan preparat dengan pewarnaan HE 400X (tanda panah). Kelompok kontrol (a),
(Haematoxylin-eosin). perlakuan I (b), dan perlakuan II (c). Pada
Pengamatan dan penghitungan lapang pandang terlihat bentukan inti sel yang
apoptosis sel asinar kelenjar parotis bulat padat atau pyknotic (a,c) dan terpecah-
menggunakan sistem indeks apoptosis [13]. pecah atau karyorheksis (b).
Proses penghitungan menggunakan mikroskop
cahaya dengan perbesaran 400x oleh dua orang
dokter spesialis patologi anatomi secara blinding
method. Apoptosis dihitung dengan menemukan
gambaran badan apoptosis per 100 sel asinar
kelenjar parotis pada daerah yang signifikan
sebanyak tiga lapang pandang yang disepakati
tiap sampelnya. Karakteristik badan apoptosis
yaitu inti sel bulat padat atau terpecah-
pecah/fragmented dengan warna basofilik dan
dikeliling gambaran halo disekitarnya. Hasil
penghitungan kedua pengamat dipilih yang
memiliki nilai paling maksimum tiap lapang
pandang, lalu dilakukan tabulasi data dengan
mencari rata-rata persampel dan perkelompok Gambar 2. Diagram jumlah rata-rata indeks
[14,15]. apoptosis dari masing-masing kelompok. Indeks
Data yang telah ditabulasi kemudian apoptosis dinyatakan dalam persentase sel (dari
dilakukan uji normalitas Saphiro-Wilk dan uji 100 sel). Standar deviasi ditunjukkan dengan
homogenitas Levene Statistic. Apabila data error bars.
terdistribusi normal dan homogen dapat
dilanjutkan dengan uji parametrik One Way Gambar 2 diatas menunjukkan adanya
Anova. peningkatan apoptosis sel asinar kelenjar

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), April, 2018


Prasetya, et al, Perubahan Apoptosis Sel Asinar Kelenjar Parotis Akibat Pajanan Radiasi.....

parotis setelah dipajan radiasi sinar-x dosis Pembahasan


rendah. Rerata peningkatan apoptosis yaitu
0,2767 ± 0,2515 menjadi 0,4450 ± 0,2744 Radiografi periapikal dan panoramik
setelah diberi pajanan radiasi dosis periapikal merupakan jenis radiografi yang sering
yaitu sebesar 1,54 mGy (0,154 rad). Selain itu, digunakan di bidang kedokteran gigi. Keduanya
rerata peningkatan apoptosis yaitu 0,2767 ± memberikan hasil berupa gambaran sebagian
0,2515 menjadi 0,7233 ± 0,2515 setelah diberi maupun keseluruhan jaringan gigi yang
pajanan radiasi dosis panoramik yaitu sebesar ditemukan dalam satu film dengan penggunaan
7,85 mGy (0,785 rad). Data yang diperoleh dosis radiasi yang relatif kecil [16]. Besar
selanjutnya dilakukan uji Saphiro-Wilk untuk kecilnya efek samping atau komplikasi yang
mengetahui apakah data yang dimiliki didapat pasien selama menjalani foto radiografi
terdistribusi normal dan uji Levene Statistic ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
untuk mengetahui apakah kelompok data satunya yaitu dosis radiasi.
homogen. Dosis rendah akibat pajanan radiografi
Uji normalitas Saphiro-Wilk didapatkan bukan berarti tidak menimbulkan efek sama
nilai signifikansi sebesar 0,211 pada kelompok sekali terhadap sel dan jaringan hidup yang
kontrol, 0,092 pada kelompok perlakuan I (dosis terpajan [6]. Efek radiasi dapat berupa efek
periapikal), dan 0,211 pada kelompok perlakuan stokastik atau efek jangka panjang/kronis dan
II (dosis panoramik). Sehingga dapat efek deterministik atau efek jangka pendek/akut
disimpulkan bahwa data yang telah diuji adalah [17].
normal (lebih besar dari 0,05). Uji homogenitas Pada penelitian ini digunakan dosis
Levene Statistic menunjukkan nilai signifikansi radiografi periapikal sebesar 1,54 mGy (0,154
sebesar 0,848 (lebih besar dari 0,05), sehingga rad) dan dosis radiografi panoramik sebesar
dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok data 7,85 mGy (0,785 rad). Dosis tersebut didapat
tersebut mempunyai varian yang sama atau dari dental radiography unit merek Siemens-
homogen. Heliodent asal Jerman yang digunakan di
Hasil uji parametrik One Way Anova Instalasi Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
didapatkan nilai signifikansi 0,029 (kurang dari (RSGM) Universitas Jember. Dosis radiasi yang
0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa diberikan sesuai dengan penyetaraan terhadap
terdapat perbedaan bermakna indeks apoptosis waktu pajanan. Radiasi dosis periapikal sebesar
antara kelompok kontrol, kelompok perlakuan I 1,54 mGy setara dengan waktu pajanan 0,180 s,
(dosis periapikal), dan kelompok perlakuan II sedangkan radiasi dosis panoramik sebesar
(dosis panoramik). Setelah diketahui bahwa 7,85 mGy setara dengan waktu pajanan 0,920 s
hasil uji parametrik terdapat perbedaan [10].
bermakna, perlu dilakukan uji lanjutan yaitu LSD Hasil uji One-Way Anova menunjukkan
(Least Significance Difference) untuk adanya perbedaan yang bermakna berupa
mengetahui kelompok mana saja yang berbeda peningkatan indeks apoptosis antara sebelum
secara bermakna. Ringkasan hasil uji statistik dan sesudah dipajan radiasi sinar-x dosis
LSD dapat dilihat pada Tabel 1. rendah. Uji lanjutan LSD diketahui bahwa
terdapat perbedaan bermakna antara kelompok
Tabel 1. Hasil uji LSD indeks apoptosis pada kontrol dengan kelompok perlakuan II (diberi
ketiga kelompok. pajanan dosis panoramik). Peningkatan
apoptosis merupakan salah satu efek negatif
yang dapat dialami oleh pasien radiografi di
kedokteran gigi. Hal tersebut disebabkan area
radiasi yang melibatkan beberapa kelenjar
saliva baik mayor maupun minor. Kelenjar saliva
Keterangan : yang paling sering terkena dampak dari radiasi
(*) = kedua kelompok yang dibandingkan mempunyai adalah kelenjar parotis yang sekretnya berupa
perbedaan bermakna (p<0,05). serus. Hal ini dikarenakan sel-sel penyusun
kelenjar parotis yaitu sel asinar serus, bersifat
Hasil uji LSD indeks apoptosis lebih radiosensitif jika dibandingkan dengan sel-
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sel asinar mukus [5,7]. Sel-sel asinar serus
bermakna (kurang dari 0,05) antara kelompok disebut radiosensitif karena sel tersebut memiliki
kontrol dengan kelompok perlakuan II (dosis kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan
panoramik) yaitu p = 0,009. dengan sel-sel asinar mukus, dimana molekul

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), April, 2018


Prasetya, et al, Perubahan Apoptosis Sel Asinar Kelenjar Parotis Akibat Pajanan Radiasi.....

air sangat reaktif terhadap ionisasi. Radiasi apoptosis dari family Bcl-2 adalah Bax yang
ionisasi ini menyebabkan molekul air (H 2O) berinteraksi dengan Bcl-2 dalam perannya
terionisasi menjadi radikal bebas hidrogen (H●) memicu apoptosis akibat kerusakan DNA [23]
dan radikal bebas hidroksil (OH●). Radikal Respon terhadap berbagai sinyal stress adalah
bebas adalah molekul yang memiliki satu atau penghentian proses siklus sel pada fase G1 dan
lebih elektron yang tidak berpasangan sehingga G2 (G1 dan G2 arrest) yang diregulasi oleh p63.
menjadikan molekul ini sangat reaktif [17]. Peran p63 selanjutnya yaitu mentransduksi
Pada dasarnya banyak radikal bebas sinyal apoptosis dengan aktifitas jalur Bax [24].
dalam tubuh, tetapi karena energinya terlepas Aktivitas Bax akan memicu aktivitas mitokondria
ke molekul air menyebabkan elektron bebas dari untuk melepaskan cytochrome-c. Cytochrome-c
radiasi lebih reaktif terhadap radikal bebas berinteraksi dengan Apaf-1 (apoptosis activating
factor 1) dan caspase-9 yang merupakan
senyawa superoksida (O2-). Superoksida
inisiator caspase, ketiganya akan membentuk
mempunyai 2 lengan yang tidak stabil dan suatu ikatan yang dinamakan apoptosom.
kedua lengan ini cenderung mengikat unsur H Apoptosom akan mengaktivasi caspase-3 yang
yang sudah terpapar elektron dari radiasi, merupakan eksekutor untuk memicu kejadian
sehingga terbentuk H2O2 (hidrogen peroksida). apoptosis akibat radiasi ionisasi [25].
O yang ditinggalkan H menjadi reaktif dan tidak Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa
stabil karena memiliki 2 lengan yang tidak pemberian pajanan radiasi dengan dosis sama
berikatan (-O-), sehingga terbentuk kembali pada beberapa kelompok hewan coba dan
senyawa superoksida yang termasuk radikal dilakukan pengamatan pada hari ke-3
bebas dalam tubuh juga [18]. pascaradiasi, ditemukan jumlah apoptosis sel
Hidrogen peroksida merupakan oksidan asinar mencapai maksimum. Sehingga dapat
kuat, bersifat toksik, dan dapat mengoksidasi disimpulkan bahwa pengamatan pada hari ke-3
berbagai senyawa yang terdapat dalam sel. setelah pajanan radiasi efektif untuk mendeteksi
Kadar hidrogen peroksida yang terlalu tinggi jumlah apoptosis. Penelitian tersebut
dapat merusak senyawa antioksidan dalam menggunakan radiasi sinar-x dosis tinggi yang
tubuh dan juga menyebabkan peroksidasi dipajankan pada kelenjar submandibularis tikus
polyunsaturated fatty acid (PUFA) pada [7,12].
membran sel sehingga dapat menimbulkan Studi perbandingan efektivitas
kerusakan dan kematian sel [18,19]. pewarnaan HE dan TUNEL untuk mendeteksi
Penelitian terdahulu membuktikan apoptosis menjelaskan bahwa sebanyak 66%
bahwa penggunaan dental radiografi dengan sel apoptosis mampu dideteksi menggunakan
dosis rendah yang dimulai dari dosis 0,08 mSv pewarnaan HE, sisanya hanya dapat dideteksi
dapat memicu perubahan pada sel, salah dengan pewarnaan TUNEL. Berdasarkan hal
satunya yaitu apoptosis [9]. Apoptosis terjadi tersebut bukan berarti pewarnaan HE tidak
karena adanya kerusakan DNA akibat radiasi representatif digunakan untuk melihat apoptosis,
yang memicu aktivitas protein p53 yang dapat karena hanya sekitar 33% sel saja yang tidak
menginduksi kejadian apoptosis [20]. Aktivitas mampu terdeteksi dengan baik [26]. Studi lain
protein p53 menyebabkan penundaan pada membuktikan bahwa tidak lebih dari 6%
siklus sel, dengan menginduksi cyclin- apoptosis terjadi pada sel asinar kelenjar saliva
dependent kinase (CDK). Tumour suppresor tikus akibat pajanan radiasi sinar-x dosis tinggi
gene Rb yang merupakan salah satu substrat [7,14]. Melalui penelitian ini dibuktikan bahwa
dari CDK, menghambat peran protein p21 dalam radiasi sinar-x dosis rendah dapat menyebabkan
siklus sel. Aktivasi peran protein p21 yang apoptosis sel asinar meskipun dalam jumlah
terhambat mengistirahatkan siklus sel pada fase yang kecil, yaitu tidak lebih dari 1% sel asinar
G1-S dan memberikan waktu perbaikan pada kelenjar parotis tikus. Hal ini mendukung
kerusakan DNA sebelum replikasi dan mitosis teori bahwa sekecil apapun dosis radiasi yang
berlangsung. Apabila perbaikan DNA tidak diberikan pasti akan tetap memberikan efek bagi
tercapai maka terjadi transaktivasi terhadap tubuh [6].
apoptosis [21]. Pada penelitian yang telah dilakukan
Mekanisme p53 dalam memicu dan menurut pendapat yang dikemukakan oleh
apoptosis akibat radiasi ionisasi yang beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa
menimbulkan kerusakan DNA, adalah pajanan radiasi sinar-x dosis rendah dapat
kemampuan p53 terhadap pengaturan ekspresi menyebabkan peningkatan apoptosis sel asinar
pro dan anti apoptotic dari Bcl-2 family [22]. Pro- kelenjar parotis.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), April, 2018


Prasetya, et al, Perubahan Apoptosis Sel Asinar Kelenjar Parotis Akibat Pajanan Radiasi.....

Simpulan dan Saran [7] Bralic M, Urek MM, Stemberga V, Golemac


M, Jurkovic S, Borcic J, et al. Cell Death and
Pada penelitian ini dapat disimpulkan Cell Proliferation in Mouse Submandibular
bahwa pajanan radiasi sinar-x dosis rendah Gland during Early Post-irradiation Phase.
menyebabkan peningkatan apoptosis sel asinar Acta Med Okayama. 2005; 59(4): 153-9.
kelenjar parotis pada tikus wistar jantan.
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah [8] Amano O, Mizobe K, Bando Y, Sakiyama K.
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Anatomy and Histology of Rodent and
lama waktu recovery atau perbaikan sel asinar Human Major Salivary Glands: Overview of
kelenjar saliva yang mengalami apoptosis akibat the Japan Salivary Gland Society. Acta
pajanan radiasi sinar-x dosis rendah. Selain itu, Histochemica et Cytochemica. 2012; 45:
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai 241-250.
efek pajanan tunggal dan berulang sinar-x dosis [9] Saputra D, Astuti ER, Budhy TI. Apoptosis
rendah terhadap penurunan apoptosis sel asinar dan Nekrosis Sel Mukosa Rongga Mulut
kelenjar saliva. Saran untuk tenaga medis yang Akibat Radiasi Sinar-X Dental Radiografik
pertama adalah hanya melakukan pemeriksaan Konvensional. Radiology Dent J. 2012; 3(1):
radiografi pada kasus yang benar-benar 36-40.
membutuhkan pemeriksaan penunjang. Kedua,
Perlu ditingkatkan sistem proteksi radiasi (misal: [10] Carestream Health. Kodak 2200 Intraoral X-
dengan penggunaan apron) bagi operator dan Ray System: User Guide. Croissy-
pasien pada pemeriksaan radiografi di Beaubourg: Carestream Health. 2009.
kedokteran gigi. Ketiga, perlu diperhatikan [11] Lee JS, Kim YH, Yoon SJ, Kang BC.
prosedur penatalaksanaan pasien. Saran Reference Dose Levels for Dental
terakhir adalah meminimalkan kesalahan dalam Panoramic Radiography in Gwangju, South
proses pemeriksaan radiografi agar tidak perlu Korea. Radiation Protection Dosimetry.
dilakukan pengulangan pajanan radiasi. 2010; 142(2-4): 184-190.
[12] Vissink A, Kalicharan D, Gravenmade EJ,
Daftar Pustaka Jongebloed WL, Ligeon EE, Nieuwenhuis P,
et al. Acute irradiation effect on morphology
[1] RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. and function of rat submandibular glands. J
Badan Penelitian dan Pengembangan Oral Pathol Med. 1991; 20: 449-56.
Kesehatan: Kementerian Kesehatan RI;
2013. [13] Aihara M, Scardino PT, Truong LD, Wheeler
TM, Goad JR, Yang G, et al. The Frequency
[2] Sarianoferni, Arya B. Proteksi Radiasi di of Apoptosis Correlates with the Prognosis
Bidang Kedokteran Gigi. Dent J Ked Gigi. of Gleason Grade 3 Adenocarcinoma of the
2006; 3(1): 54-6. Prostate. J Cancer. 1995; 75(2): 523-9.
[3] Cotran R, Robbins S, Kumar, Abbas, [14] Paardekooper GMRM, Camelli S, Zeilstra
Nelson. Pathologic Basic of Disease, 7th ed. JW, Coppes RP, Konings AWT. Radiation-
Philadelphia: Elsevier’s Health Sciences; induced apoptosis in relation to acute
2005. impairment of rat salivary gland function. Int
J Radiat Biol. 1998; 73(6): 641-8.
[4] Edwards C, Statkiewiez S, Ritenour R.
Perlindungan Radiasi bagi Pasien dan [15] Elmore S. Apoptosis: A Review of
Dokter. Jakarta: Widya Medika; 1990. Programmed Cell Death. Toxicol Pathol.
2007; 35(4): 495-516.
[5] Gregoire V, De Neve W, Eisbruch A, Lee N,
Van de Weyngaert D, Van Gestel D. [16] Lecomber AR, Downes SL, Mokhtari M,
Intensity-modulated Radiation Therapy for Faulkner K. Optimization of patient dose in
Head and Neck Carcinoma. Oncol. 2007; programable dental panoramic radiography.
12(5): 55-64. Dentomaxillofacial Radiology. 2000; 29: 107-
112.
[6] Alatas Z. Efek Kesehatan Pajanan Radiasi
[17] Halliwell dan Gutteridge JMC. Free Radical
Dosis Rendah. Cermin Dunia Kedokteran.
in Biology and Medicine. New York: Oxford
2007; 154.
University Press; 2000.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), April, 2018


Prasetya, et al, Perubahan Apoptosis Sel Asinar Kelenjar Parotis Akibat Pajanan Radiasi.....

[18] Droge W. Free radicals in the physiological and bax gene expressor in vitro and in vivo.
control of cell function. Physiol. 2002; 82: Oncogene. 1994; 9: 1799-805.
47-95.
[23] Watters D. Molecular mechanisms of
[19] Mc Millan TJ dan Steel GG. DNA damage ionizing radiation-induced apoptosis.
and cell killing: basic clinical radiobiology, Immunology and Cell Biology. 1999; 77:
2nd ed. London: Oxford University Press; 263-71.
1997.
[24] Wargasetia TL. Peran Gen p63 dalam
[20] Cerqueira EM, Meireles JR, Lopes MA, regulasi Proliferasi Sel. Jurnal Kedokteran
Junqueira VC, Gomes-Filho IS, Trinidade S, Maranatha. 2008; 7(2): 1-7.
et al. Genotoxic effects of X-Rays on
[25] Rahayu YC dan Joelijanto R. Jalur
Keratinized Mucosa Cells During Panoramic
Molekuler Mekanisme Apoptosis. Jurnal
Dental Radiography. Dentomaxillofacial
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Radiology. 2008; 37: 398-403.
2003; 10 (Edisi Khusus): 69-73.
[21] Kastan MB, Onyekwere O, Sidransky D,
[26] Shinohara C, Gobbel GT, Lamborn KR, Tada
Vogelstein B, Craig RW. Participation of p53
E, Fike JR. Apoptosis in the subependyma
Protein in the Cellular Response of DNA
of young adult rat after single and
Damage. Cancer Res. 1991; 51: 6304-11.
fractionated doses of X-rays. Cancer Res.
[22] Miyashita T, Krajewski S, Krajewska M, 1997; 57: 2694-702.
Wang HG, Lin HK, Liebermann DA, et al.
Tumor suppressor p53 is a regulator of bcl-2

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), April, 2018

Вам также может понравиться