Вы находитесь на странице: 1из 23

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Singkong

Singkong (Manihot utilisima atau Manihot esculenta crantz) merupakan salah

satu tanaman yang tersebar luas di Indonesia dan sudah banyak dibudidayakan di

berbagai negara di dunia. Di benua Asia, singkong tersebar di Thailand, Vietnam,

India, dan RR Cina dan di benua Afrika tersebar di Nigeria, Kongo, Ghana,

Mozambik, Angola, dan Uganda, sedangkan di benua Amerika produksi singkong

terbesar ada di Brasil. Beberapa ahli botani menyatakan bahwa tanaman singkong

berasal dari Amerika yang beriklim tropis dan seorang ahli botani Rusia, Nikolai

Ivanovick Vavilov, memastikan bahwa tanaman singkong berasal dari Brasil

(Benua Amerika bagian selatan) (Gardjito dkk, 2013).

Singkong merupakan tanaman tropis yang tumbuh pada 30º lintang utara sampai

30º lintang selatan dan sebagian besar berkembang di 20º lintang utara sampai 20°

lintang selatan serta membutuhkan iklim lembab. Pertumbuhan singkong akan

o
berhenti di bawah temperatur 10 C. Pertumbuhan singkong yang paling banyak

di dataran rendah tropis, di ketinggian 150 meter dari permukaan laut dengan

temperatur rata-rata 25 sampai 27 °C, tetapi ada beberapa varietas singkong yang

tumbuh sampai pada ketinggian 1500 meter dari permukaan laut. Singkong juga

dapat tumbuh dengan baik ketika curah hujan cukup melimpah. Curah hujan

setiap tahun yang dibutuhkan untuk pertumbuhan singkong sebesar 500 mm


7

sampai 5000 mm. Singkong dapat tumbuh pada tanah liat berpasir atau tanah liat

berpasir yang lembab dan subur ataupun jenis tanah yang lain dengan tekstur

tanah cukup gembur untuk memungkinkan perkembangan umbi (Grace, 1977).

Berdasarkan data luas panen dari Badan Pusat Statistik, produktivitas singkong di

Indonesia mencapai 24 juta ton pada tahun 2011, sehingga masih banyak peluang

untuk pengolahan singkong menjadi aneka macam makanan dan tepung. Luas

panen, produktivitas dan produksi tanaman singkong disajikan pada Tabel 1.

(BPS, 2013).

Tabel 1. Luas panen, produktivitas dan produksi tanaman singkong dari


beberapa provinsi di indonesia tahun 2011

Provinsi Luas Panen Produktivitas Produksi


(Ha) (Ku/Ha) (Ton)
Sumatera Utara 37.929,00 287,83 1.091.711,00
Lampung 368.096,00 249,76 9.193.676,00

Jawa Barat 103.244,00 199,41 2.058.785,00

Jawa Tengah 173.195,00 202,17 3.501.458,00

Jawa Timur 199.407,00 202,20 4.032.081,00

Nusa Tenggara Timur 96.705,00 99,49 962.128,00

Sumber : BPS 2013

Singkong merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang memiliki kadar gizi

yang baik untuk kesehatan. Adapun komposisi kimia singkong disajikan pada

Tabel 2.
8

Tabel 2. Daftar komposisi kimia singkong/100 g

Komponen Kadar Komponen Kadar

Protein (gr) 1,2 Vitamin B1 (mg) 0,06


Lemak (gr) 0,3 Vitamin C (mg) 30

Karbohidrat (gr) 34,7 Air (gr) 62,5

Kalsium (mg) 33

Fosfor (mg) 40

Besi (mg) 0,7

Sumber : Departemen Kesehatan R.I, (1992).

Berdasarkan majalah Buletin Singkong yang dikeluarkan oleh Direktorat

Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

Kementrian Pertanian, telah dilepas 10 varietas singkong yang disajikan pada

Tabel 3. (Anonim, 2013 A). Untuk bahan tape, para pengrajin lebih senang

dengan singkong yang tidak pahit, rasanya enak dan daging umbi berwarna

kekuningan seperti varietas lokal Krentil, Mentega, atau Adira-1. Tetapi untuk

industri pangan yang berbasis tepung atau pati singkong, diperlukan singkong

yang umbinya berwarna putih dan mempunyai kadar bahan kering dan pati yang

tinggi. Umbi singkong dengan kadar HCN yang tinggi tidak menjadi masalah

karena bahan racun tersebut akan hilang selama proses produksi tepung dan pati,

seperti pada varietas UJ-3, UJ-5, Malang-4, Malang-6 atau Adira-4 (Sundari,

2010).
9

Tabel 3. Varietas unggul singkong

Varietas Tahun Umur Potensi Rasa Warna Pati


(dilepas (bulan) (ton/Ha (daging umbi) (%)
Adira-1 1978 7-10 22 sedang kuning 45
Adira-2 1978 8-12 21 sedang Putih 41

Adira-3 1986 10,5- 35 agak Putih 18-22

11,5 pahit
Malang-1 1992 9-10 56,5 manis putih 32-36
kekuningan
Malang-2 1992 8-10 31,5 manis kuning muda 32-36
Malang-4 2001 9 39,7 - Putih -

Malang-8 2001 9 36,4 - Putih -

Darul 1996 8-10 102 kenyal Putih 25-31,5

Hidayah
UJ-3 2000 8-10 20-35 pahit putih 20-27
kekuningan
UJ-5 2000 8-10 25-38 pahit putih -
kekuningan
Sumber : Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Kementrian Pertanian

Tanaman singkong mempunyai peran ekonomis yang sangat besar dalam

pemberdayaan perekonomian di Indonesia. Seluruh tanaman singkong (dari akar

sampai daun) memberikan manfaat yang sangat tinggi bagi kehidupan. Produk

yang berbahan baku dari singkong antara lain: tepung singkong, tepung tapioka,

mokaf, cip, gaplek, gula cair, beras komposit, lem, bahan kertas, bioetanol

(Anonim, 2013 A). Bagan aneka kegunaan singkong tersaji pada Gambar 1.
10

kulit pakan
onggok asam sitrat /
Kalsium sitrat
gaplek pellet (manioc) bahan industri
kertas
tepung bahan industri
glukosa
ubi kayu ubi
singkong makanan fruktosa
Tapioca pearl
alkohol metanol
tapioka dextrin
asam organik
mokaf maltosa
sorbitol
makanan
senyawa kimia
lain
daun

Gambar 1. Aneka Kegunaan Singkong

B. Macam-Macam Tepung dari Singkong

Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi singkong

dengan produk olahan secara langsung dengan cara direbus, dikukus, digoreng,

dan dibakar. Sedangkan singkong juga dapat dijadikan aneka tepung, yaitu

tepung gaplek, tepung singkong (cassava flour), tapioka (pati singkong), dan

mokaf (tepung fermentasi). Keempat jenis tepung tersebut memiliki perbedaan

perlakuan bahan, proses produksi, spesifikasi hasil/pemanfaatan, dan kualifikasi

tepungnya (Gardjito dkk, 2013).

1. Tepung Gaplek

Proses pembuatan tepung gaplek merupakan proses pembuatan tepung yang

paling sederhana, karena memanfaatkan seluruh dari kadar pati dan seratnya.

Prosesnya adalah singkong yang sudah dipisah dari batangnya, dikupas kulitnya

dan dicuci hingga bersih, kemudian singkong dipotong menjadi bagian kecil, lalu

dijemur dibawah sinar matahari selama 1 sampai 2 hari. Setelah dilakukan


11

pengeringan, ditutup dengan tikar bersih untuk memperkecil tingkat keracunan

dari jamur yang tumbuh. Kemudian dijemur kembali sampai kering dan setelah

kering maka akan menjadi gaplek. Gaplek tersebut dapat menjadi tepung melalui

proses penepungan (Esti dan Prihatman, 2000).

2. Tepung Singkong

Tepung singkong adalah tepung yang terbuat dari singkong dengan adanya

perbaikan dalam ketentuan keamanan pangan. Tepung ini mulai diperkenalkan

pada tahun 1993. Proses pembuatan tepung ini merupakan perbaikan dari cara

pembuatan tepung gaplek. Keunggulan proses ini hasilnya lebih tinggi dibanding

tepung gaplek yaitu dari 20 sampai 22% menjadi 25 sampai 30%, awet, gizi lebih

baik, dan dapat mensubstitusi terigu, baik parsial atau seluruhnya. Tepung

singkong mengandung air 12%, lemak 0,32%, protein 1,19%, karbohidrat

81,75%, serat 3,34% (Widowati, 2011).

Dalam pembuatan tepung singkong terdiri dari beberapa tahap yaitu (Widowati,

2011) :

1. Tahap persiapan

Varietas singkong yang digunakan dalam pembuatan tepung singkong dapat

berasal dari berbagai varietas. Singkong merupakan jenis umbi-umbian yang

tidak tahan disimpan, sehingga perlu diperhatikan penanganan pada saat

panen, pengangkutan, dan pengolahan. Dalam waktu 24 jam setelah singkong

dipanen, langsung diproses menjadi sawut kering. Apabila terlambat maka

akan terjadi kerusakan, umbi singkong akan berwarna kecoklatan, dan dapat

menurunkan kualitas tepung singkong. Kualitas tepung singkong sangat


12

ditentukan oleh mutu singkong segar. Agar diperoleh tepung yang berwarna

putih, harus digunakan singkong putih dan segar.

2. Tahap pengupasan

Pengupasan kulit singkong secara manual menghasilkan umbi singkong yang

tinggi, tetapi memerlukan waktu yang relatif lama dan tenaga kerja yang

banyak. Cara tersebut umumnya menggunakan pisau dapur atau pisau khusus.

Sedangkan dengan menggunakan mesin pengupas kulit singkong, umbi

singkong yang dihasilkan kurang maksimal, walaupun dapat mempercepat

waktu pengupasan.

3. Tahap pencucian dan perendaman

Singkong yang telah dikupas secepatnya dicuci dengan air mengalir atau di

dalam bak agar kotoran, Lendir, dan kadar HCN dapat hilang. Untuk menjaga

agar umbi tetap bersih dan putih sewaktu proses penyawutan, maka dilakukan

perendaman dengan air yang cukup banyak (seluruh umbi tercelup). Tepung

yang dihasilkan mengandung HCN 40 ppm (ambang batas HCN dalam

produk. Dep Kes, RI).

4. Tahap penyawutan

Penyawutan dilakukan dengan alat penyawut yang digerakkan secara manual

atau dengan tenaga mesin. Sawut yang dihasilkan berupa irisan singkong

dengan lebar 0,2 sampai 0,5 cm, panjang 1 sampai 5 cm, dan tebal 0,1 sampai

0,4 cm. Sawut basah ditampung dalam bak plastik atau wadah lain yang tidak

korosif.
13

5. Tahap pengepresan

Sawut basah dimasukkan dalam alat pengepres dan ditekan sampai airnya

keluar. Tujuan pengepresan yaitu agar pengeringan sawut lebih cepat, dan

untuk mengurangi kadar HCN, terutama pada singkong jenis pahit. Sawut

hasil pengepresan memerlukan waktu pengeringan (penjemuran) 10 sampai 16

jam, sedangkan sawut tanpa pres harus dijemur selama 30 sampai 40 jam.

6. Tahap pengeringan

Sawut pres harus segera dijemur, apabila cuaca buruk dapat digunakan alat

pengering. Pengeringan sawut perlu mendapat perhatian khusus, karena akan

menentukan mutu tepung yang dihasilkan. Kadar air maksimum yang

direkomendasikan maksimum 14%. Apabila kadar air sawut masih tinggi,

tepung singkong yang dihasilkan tidak tahan lama untuk disimpan, sehingga

menurunkan mutu tepung singkong. Penjemuran dilakukan di atas rak,

menggunakan alas dari bahan yang tidak korosif (misal: anyaman bambu,

sasak nampan aluminium).

7. Tahap pengemasan

Sawut kering langsung dikemas dengan kantong plastik tebal kedap udara, lalu

dimasukkan dalam karung plastik. Gudang atau ruang penyimpanan harus

bersih, dan kering serta diberi alas kayu agar karung tidak langsung

bersentuhan dengan lantai.

8. Tahap penepungan

Penggilingan sawut kering menjadi tepung singkong dapat menggunakan alat

penepung beras yang banyak beredar di pasaran. Agar lebih efisien,

penepungan dilakukan dalam dua tahap, yaitu penghancuran sawut untuk


14

menghasilkan butiran kecil (lolos 20 mesh), dan penggilingan/penepungan

dengan saringan lebih halus (80 mesh).

3. Tepung Tapioka

Pada singkong terdapat pati yang merupakan komponen utama karbohidrat.

Singkong yang telah dijadikan bubur diambil patinya dengan penambahan air

yang cukup banyak. Pengolahan pati yang dilakukan oleh industri kecil umumnya

berada di dekat sungai dan biasanya membuang limbah cairnya langsung ke

sungai tersebut, sehingga dapat menyebabkan sungai tersebut tercium bau yang

tidak sedap. Pada industri besar pengolahan pati harus dilengkapi dengan

pengolahan limbah yang dapat dimanfaatkan untuk pengairan dan pemupukan

lahan pertanian disekitarnya (Widowati, 2011).

Kualitas tepung tapioka yang diharapkan adalah tepung tapioka yang berwarna

putih dengan kadar air yang rendah serta memiliki daya rekat yang tinggi, maka

umur singkong yang digunakan harus kurang dari 1 tahun dan patinya masih

banyak, sehingga daya rekat tapioka tetap tinggi dan menghindari penggunaan air

yang berlebihan selama proses produksi (Esti dan Prihatman, 2000).

Proses pembuatan tepung tapioka adalah dengan cara singkong segar dikupas

kulitnya, kemudian dicuci untuk dibersihkan dari kotoran. Singkong yang sudah

bersih tersebut diparut menjadi bubur kemudian ditambahkan air, diperas dan

disaring dengan kain saring. Hasil dari saringan tersebut disimpan satu malam

untuk mengendapkan patinya. Endapan diambil untuk dijemur dibawah sinar

matahari sampai kering, kemudian dilakukan proses penepungan dan pengemasan


15

(Esti dan Prihatman, 2000). Diagram alir proses pengolahan tepung tapioka

tersaji pada Gambar 2.

ubi kayu dikupas dicuci diparut


ditiriskan diendapkan disaring diperas onggok

(± 1 malam)
air

dikeringkan ditumbuk diayak

Tepung tapioka

Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan tepung tapioka

Proses pembuatan tepung tapioka tersebut merupakan proses yang sederhana,

sedangkan pati singkong dapat dimodifikasi untuk meningkatkan sifat-sifat positif

dan menghilangkan kekurangan dari pati asli. Industri terus berkembang dan

membutuhkan pati dengan sifat-sifat yang baru dari hasil modifikasi pati sesuai

permintaan industri. Modifikasi pati meliputi empat cara yaitu dengan cara

modifikasi kimia, modifikasi fisik, modifikasi enzimatik dan modifikasi

genetik/bioteknologi (Kaur et al, 2011).

Modifikasi kimia pati singkong dapat dilakukan dengan metode cross-linking

dengan menggunakan amonium fosfat, natrium asetat, natrium asetat dengan asam

adipat, dan natrium asetat dengan asam fumarat. Dari metode tersebut

menghasilkan karakteristik yang berbeda dari pati singkong tanpa modifikasi, ada

perbaikan pada kadar abu, temperatur gelatinisasi, swelling power, solubility, dan

viskositas (Akpa and Dagde, 2012).


16

4. Tepung Mokaf

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tepung mokaf merupakan tepung

yang diperoleh dari singkong dengan proses fermentasi asam laktat. Tepung

mokaf memiliki karakteristik khas dan dapat dikembangkan sebagai bahan

pangan pada skala luas. Mikroba yang tumbuh menghasilkan enzim pektinolitik

dan selulolitik yang dapat menghancurkan singkong sedemikian rupa sehingga

terjadi liberasi granula pati yang pada akhirnya akan terbentuk asam laktat

(Subagio dkk., 2008).

Berdasarkan Prosedur Operasi Standar (POS) berbasis klaster dan pabrik induk

pada proses pembuatan tepung mokaf, prosedur yang dilakukan hampir sama

dengan prosedur pembuatan tepung singkong, hanya pada prosedur pembuatan

tepung mokaf memiliki tambahan perlakuan khusus berupa proses fermentasi

yang merupakan bagian penting untuk mendapatkan kualitas mokaf yang terbaik.

Pada prosedur pembuatan tepung mokaf tersebut membutuhkan senyawa aktif A,

senyawa aktif B, dan senyawa aktif C. Senyawa aktif A mengandung bahan

tertentu yang mampu mengatur kondisi keasaman air agar ideal untuk proses

fermentasi. Senyawa aktif B berupa media kultur dan mengandung mikroba

sebagai inokulum fermentasi. Senyawa aktif C digunakan untuk menghilangkan

protein yang menyebabkan tepung menjadi warna cokelat ketika proses

pengeringan dan menghentikan pertumbuhan mikroba pada proses fermentasi

(Subagio dkk, 2008). Diagram alir proses pembuatan tepung mokaf tersaji pada

Gambar 3.
17

Ubi kayu Penerimaan Pengupasan Kulit


segar ubi kayu
Air Pencucian

Air Chip ubi kayu


Enzim (± 1 ons) Pengecilan ukuran
Kultur mikroba (Tebal chip = 1 – 1,5 mm)
Perendeman
(24 – 30 jam)
Senyawa aktif A Perendeman I
(12 – 72 jam)
Senyawa aktif B
Senyawa aktif C Perendeman II Limbah cair

(10 menit)

Pressing
Chip kering Pembuburan
pengeringan
Penyimpanan Pengangkutan

Chip kering

Penerimaan Pengeringan Penepungan


chip kering (Artificial drying)
Pengemasan Mokaf Pengayakan

Penyimpanan Pengangkutan Produk Sortiran

mokaf

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tepung mokaf

Pada proses pembuatan tepung mokaf dapat menggunakan inokulum Bimo-CF

(Biologically Modified Cassava Flour). Inokulum tersebut merupakan bakteri asam

laktat yang dapat mendominasi selama proses fermentasi. Bakteri yang tumbuh

pada inokulum tersebut menghasilkan enzim pektinolitik dan selulolitik yang

dapat menghancurkan singkong sehingga terjadi liberasi granula pati dan juga

bakteri tersebut menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis pati menjadi gula

untuk diubah menjadi asam-asam organik, terutama asam laktat, sehingga


18

menyebabkan perubahan karakteristik berupa naiknya viskositas menjadi sebesar

1130 BU (Brabender Unit) dan derajat putih antara 73,9 sampai 86,4 %

(Misgiyarta dkk., 2009).

Dengan adanya perkembangan tepung mokaf dalam menggunakan inokulum

untuk proses fermentasi, Enny dan Yuliasri (2012) telah melakukan penelitian

pembuatan inokulum mokaf terimobilisasi dari isolat bakteri asam laktat dan

aplikasinya pada proses produksi tepung mokaf. Dalam penelitian tersebut,

inokulum dibuat dengan menggunakan 5 kombinasi isolat BAL. Dari kelima

inokulum yang digunakan pada penelitian tersebut, inokulum 3 (Kombinasi antara

Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus lactis) pada proses pembuatan tepung

mokaf menghasilkan tepung mokaf yang memiliki derajat putih lebih tinggi

dibandingkan dengan tepung singkong yaitu berkisar antara 91,36 sampai 94,55%

dan tepung mokaf yang dihasilkan dapat memenuhi syarat SNI. Sedangkan pada

proses pembuatan tepung mokaf yang hanya menggunakan Lactobacillus

plantarum untuk fermentasi selama 5 hari, tepung mokaf yang dihasilkan

memiliki kadar protein dan lemak sebesar 8,557 % dan 2,801 %. (Lina dkk.,

2012).

Pada proses pembuatan tepung mokaf menggunakan inokulum Lactobacillus

casei telah dilakukan oleh Darmawan dkk. (2013). Variasi konsentrasi pada

proses pembuatan tepung mokaf tersebut adalah 1 , 3V, dan 5 %V. Sedangkan

variasi ketebalan dari singkong yang disawut adalah 2 mm, 4 mm, dan 6 mm.

Pada konsentrasi inokulum sebesar 5 %V dan ketebalan dari singkong yang


19

disawut sebesar 2 mm, tepung mokaf yang dihasilkan memiliki kadar protein

sebesar 3,68 % dan solubiliti sebesar 1,63 %.

C. Pati

Pati merupakan salah satu jenis polisakarida terpenting dan sangat melimpah di

alam. Pati merupakan karbohidrat yang dapat dimodifikasi secara kimia, fisika,

dan enzimatis. Pati tersusun dari dua jenis polisakarida, yaitu amilosa (struktur

linier) dan amilopektin (struktur bercabang). Kedua jenis polisakarida ini

merupakan homoglukan dari glukosa (Winarno, 2004).

Menurut Hart (1990), pati merupakan homopolimer glukosa yang dihubungkan

oleh ikatan α-glikosidik. Sifat pada pati tergantung dari panjang rantai, rantai

lurus atau bercabang. Pati sendiri terdiri dari dua fraksi berdasarkan daya larutnya

dengan air panas. Fraksi yang dapat larut dengan air panas disebut dengan

amilosa dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin.

Amilosa merupakan polimer rantai lurus yang dibangun oleh ikatan α-(1,4)-

glikosidik dan pada setiap rantai terdapat 500-2000 unit D-glukosa. Sedangkan

amilopektin adalah polimer berantai cabang dengan ikatan α-(1,4)-glikosidik dan

ikatan α-(1,6)-glikosidik di tempat percabangannya terdiri dari 25-30 unit D-

glukosa (Winarno, 2004). Gambar amilosa dan amilopektin disajikan pada

Gambar 4 dan 5.
20

Gambar 4. Struktur rantai molekul amilosa

Gambar 5. Struktur rantai molekul amilopektin

Amilopektin memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan amilosa, tetapi

memiliki nilai kekentalan yang lebih rendah. Pati alami biasanya mengandung

amilopektin yang lebih banyak dibandingkan amilosa. Perbandingan komposisi

amilopektin dan amilosa di dalam pati akan mempengaruhi tingkat kekentalan,

sifat kelarutan dan derajat gelatinasi pati (Flach, 2003). Perbedaan amilosa dan

amilopektin dapat dilihat pada Tabel 3.


21

Tabel 4. Perbandingan sifat amilosa dan amilopektin

Sifat Amilosa Amilopektin


Struktur umum Linear Bercabang
Ikatan Α-1,4 α-1,4 dan α-1,6
Panjang rantai rata-rata 3 20-25
~ 10
Derajat polimerisasi 3 4 5
~ 10 10 -10
Kompleks dengan Iod Biru (~ 650) Ungu-Cokelat (~ 550)
Hidrolisis dengan α Maltotriosa, glukosa, Gula pereduksi (minor)
amilase maltosa, oligosakarida Oligosakarida (mayor)

(Anonim,2000)

D. Fermentasi

Menurut Louis Pasteur (1857) fermentasi adalah sebuah hasil dari sebuah aksi

mikroorganisme yang spesifik. Menurut seorang ahli biokimia, fermentasi

berhubungan dengan pembangkitan energi dengan proses katabolisme senyawa-

senyawa organik yang berfungsi sebagai donor elektron dan terminal electron

acceptor, sedangkan menurut seorang ahli industri mikrobiologis, fermentasi

berhubungan dengan proses produksi produk dengan menggunakan

mikroorganisme sebagai biokatalis (Lieke, 2013).

Berdasarkan kebutuhan air, proses fermentasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Fermentasi submerged culture, yaitu proses fermentasi menggunakan

mikroorganisme yang ditumbuhkan pada media cair dan dicampur dengan

substrat sehingga membutuhkan media cair dalam jumlah yang besar.

2. Fermentasi solid state, yaitu proses fermentasi melalui pertumbuhan

mikroorganisme dan pembentukan produk terjadi pada permukaan padatan


22

substrat, sehingga untuk menumbuhkan mikroorganisme membutuhkan media

cair terbatas, karena mikroorganisme tumbuh pada padatan substrat yang

lembab (Lieke, 2013).

Kondisi dari kedua fermentasi tersebut dapat berupa kondisi aerob,

mikroaeorphilik, maupun anaerob. Pada kondisi aerob dibutuhkan oksigen yang

cukup dan pada kondisi mikroaerophilik dibutuhkan oksigen yang terbatas,

sedangkan pada kondisi anaerob tidak dibutuhkan oksigen (Lieke, 2013).

Mikroorganisme yang digunakan pada proses fermentasi membutuhkan air,

sumber energi, karbon, nitrogen, elemen-elemen mineral, vitamin dan oksigen

(jika aerob). Sehingga untuk mendapatkan hasil produk maksimal dibutuhkan

formulasi media untuk pertumbuhan sel secara optimal dengan memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan dari mikroorganisme yang dipergunakan dalam proses

fermentasi (Lieke, 2013).

Pada fermentasi bahan pangan, fermentasi yang dilakukan adalah proses bahan

pangan dengan bantuan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan perubahan

biokimia dan fisika dalam menghasilkan produk. Tahap pertama pada fermentasi

bahan pangan adalah fermentasi anaerobik dan tahap kedua ada pertumbuhan

mikroorganisme aerobik. Organisme pada aerobik umumnya dapat berupa fungi

atau bakteri. Pada tahap kedua tersebut, organisme memproduksi enzim

proteolitik yang akan memecah struktur protein untuk melunakkan bahan pangan

dan menghasilkan produk-produk yang sudah terdegradasi proteinnya. Selain itu,

organisme juga dapat memproduksi enzim lipolytic yang akan menghidrolisis


23

lemak menjadi asam lemak dan menghasilkan ester yang memiliki aroma yang

kuat (Lieke, 2013).

Makanan terfermentasi merupakan makanan yang ditumbuhi mikroorganisme

yang dapat dimakan oleh konsumen. Mikroorganisme tersebut menghasilkan

enzim amilase, protease dan lipase yang menghidrolisis polisakarida, protein dan

lemak menjadi produk dengan aroma dan tekstur yang disukai oleh konsumen

(Steinkraus, 2002). Mikroorganisme berupa bakteri penghasil asam laktat dan

etanol paling sering digunakan dalam proses fermentasi (Hutkins, 2006).

Fermentasi memiliki lima peran, yaitu

- fermentasi dapat memperbaiki karakteristik produk pangan, terutama

sensoris seperti flavour, aroma dan tekstur,

- fermentasi dapat mengawetkan beberapa produk fermentasi melalui fermentasi

asam laktat, alkohol, asam asetat dan kadar garam tinggi,

- fermentasi dapat meningkatkan gizi seperti vitamin, protein, asam amino

essensial dan asam lemak essensial,

- fermentasi dapat mendegradasi serta menghilangkan beberapa anti nutrisi

dan racun pada bahan pangan,

- fermentasi dapat mengurangi waktu pemasakan dan keperluan energi

(steinkraus, 2002).

Menurut Steinkraus (2002), Berdasarkan klasifikasinya, fermentasi terdiri dari

delapan kategori, yaitu:

1. Fermentasi bahan nabati berprotein tinggi dari kacang-kacangan atau biji-

bijian, contohnya tempe.


24

2. Fermentasi pasta dan saus dengan kadar garam tinggi/berflavor

daging/asam amino/peptida, contoh produk-produknya adalah kecap, trasi,

pasta ikan, shoyu , miso dan sebagainya.

3. Fermentasi asam laktat pada berbagai jenis bahan pangan seperti sayur, susu,

sereal dan umbi-umbian. Beberapa contoh produknya antara lain sauerkraut,

acar ketimun, kim-chi, tempoyak, yoghurt, kefir, gari, kenkey, pozol, dhokla,

dan sebagainya.

4. Fermentasi alkohol, misalnya pada pembuatan tape, brem, wine, dan produk-

produk beralkohol lainnya.

5. Fermentasi asam asetat, contoh produknya adalah cider apel, kombucha, dan

nata de coco.

6. Fermentasi basa, contohnya pada dawadawa, ogiri, dan nato,

7. Fermentasi untuk produk roti yang mengembang, contohnya Leavened bread.

8. Fermentasi untuk produk roti yang tidak mengembang Unleavened bread.

Berdasarkan pertumbuhan mikroorganisme, maka proses fermentasi dibagi

menjadi tiga, yaitu :

1. Fermentasi batch adalah proses yang dilakukan secara tertutup, dengan jumlah

nutrisi terbatas. Pada proses tersebut terjadi empat fase pertumbuhan

mikroorganisme, yaitu fase lag (beradaptasi), fase log (sudah beradaptasi),

fase stasioner ( substrat banyak digunakan), dan fase kematian (sel kehabisan

energi).

2. Fermentasi fed-batch adalah pengembangan dari proses pada kultur

batch dengan adanya penambahan media baru dan tidak ada kultur yang

keluar.
25

3. Fermentasi kontinyu adalah proses yang dilakukan secara terbuka dengan

adanya penambahan media baru, ada kultur yang keluar dan volume yang

tetap (Lieke, 2013).

E. Lactobacillus plantarum

Lactobacillus plantarum merupakan salah satu jenis BAL homofermentatif

o
dengan suhu optimum pertumbuhan lebih rendah dari 37 C (Frazier dan

Westhoff, 1988). Bakteri ini memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif

anaerob, mampu mencairkan gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi

nitrat, toleran terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat. Dalam media

agar, Lactobacillus plantarum membentuk koloni berukuran 2 sampai 3 mm, dan

dikenal sebagai bakteri penghasil asam laktat (Kuswanto dan Sudarmadji, 1988).

Enzim yang dihasilkan Lactobacillus plantarum dapat mengubah senyawa pati

menjadi lebih sederhana yang diisolasi dari singkong (Manihot esculenta var.

Ngansa). Kemudian kultur pada pati, strain memperlihatkan tingkat pertumbuhan

0,43 per jam, hasil biomassa 0,19 g/g, dan hasil laktat dari 0,81 g/g. Enzim

amilolitik tersebut diidentifikasi sebagai α-amilase dengan pH optimal 5,5 dan

suhu optimal 65 °C. Strain tersebut telah digunakan sebagai inokulum fermentasi

singkong untuk memproduksi tepung gari yang dapat membuat perubahan pH

menjadi rendah pada akhir fermentasi. Tingkat penurunan pH-nya lebih cepat dan

produksi asam laktat yang lebih besar (50 g/kg bahan kering) (Giraud et al, 1996).
26

F. Thermogravimetric Analisis (TGA)

Thermogravimetric Analysis (TGA) adalah suatu teknik atau metode analitik yang

digunakan untuk menentukan stabilitas termal material dan fraksi komponen yang

bersifat volatile dengan cara menghitung perubahan berat yang dihubungkan

dengan kenaikan suhu. Analisis menggunakan TGA biasanya digunakan untuk

menentukan karakteristik khusus suatu material (polimer), sehingga dapat

menentukan penurunan suhu, kadar material yang diserap, komponen organik

maupun anorganik yang berada di dalam material, dekomposisi meterial dan

residu bahan pelarut. TGA juga sering digunakan untuk kinetika korosi akibat

oksidasi pada suhu tinggi. Pengukuran dengan metode TGA dilakukan pada udara

atau pada atmosfir inert, seperti gas helium atau argon, dan berat yang dihasilkan

sebagai fungsi dari kenaikan suhu. Pengukuran dapat juga dilakukan pada

atmosfir oksigen (1 sampai 5% O2 di dalam atmosfir inert) untuk melambatkan

oksidasi (Steven,2001).

TGA juga merupakan salah satu alat analisa yang dapat digunakan untuk

mengukur kadar amilosa. Dengan melihat perbedaan temperatur pada saat

kehilangan berat 50 % suatu sampel, maka kadar amilosa dan amilopektin dapat

ditentukan dengan menganalisa perbedaan temperatur tersebut (Stawski, 2008).

Ada dua tahap utama penurunan berat sampel. Penurunan berat sampel yang

pertama merupakan tahap evaporasi-dehidrasi yang dimulai ketika suhu naik dan

selesai pada ≈110 ° C. Persentase penurunan berat pada tahap tersebut tergantung

pada kadar air sampel pati. Tahap kedua merupakan penurunan berat sampel yang

merupakan tahap dekomposisi termal yang dimulai pada ≈300 °C. Kadar air awal
27

tidak mempengaruhi suhu dekomposisi karena semua air menguap dari sampel

sebelum mencapai suhu dekomposisi. Dehidrasi dan dekomposisi umumnya

telah dianggap sebagai dua proses yang terpisah yang terkait dengan mekanisme

degradasi pati (Aggarwal and Dollimore 1998, Ruseckaite and Jiménez 2003,

Soares et al 2005, Liu et al 2008).

Pada saat tepung mulai mengalami thermal decomposition dapat terlihat pada

o
temperatur 290 sampai 320 C dengan melihat perubahan yang signifikan dalam

13
pengurangan persen berat. Telah dibuktikan menggunakan alat C NMR bahwa

pada temperatur tersebut mengalami degradasi (Zhang, 2002). Analisa

menggunakan Fourier transform infrared spectrometry (FTIR) juga sudah

o
dilakukan, bahwa tepung pada temperatur 295 C telah kehilangan ikatan

Hidrogen (Liu, 2009).

G. Viscotester

Viskotester merupaka salah satu alat jenis viskometer rotasi sebagai alat

pengukuran viskositas berdasarkan gaya rotasi oleh spindel yang dapat berputar.

Pergerakan dari cairan dan kecepatan putarnya dapat diukur. Spindel ada

berbentuk silinder atau lempeng (plate). Spindel berbentuk silinder biasanya

untuk sampel yang encer dan spindel berbentuk lempeng untuk sampel yang

kental (Schramm, 1998).

Viscotester dapat digunakan pada larutan memiliki viskositas bersifat non-

Newtownian, sehingga pengukuran viskositas yang dipengaruhi oleh perubahan

shear rate dan temperatur dapat diukur menggunakan alat tersebut. Pengukuran
28

viskositas menggunakan Hoeppler Falling Ball Viscometer hanya dapat

digunakan dengan sangat baik pada semua cairan yang prilaku alirannya tidak

tergantung pada shear rate, yaitu hanya dapat digunakan untuk cairan Newtonian.

Penggunaan Hoeppler Falling Ball Viscometer untuk cairan non-Newtonian, nilai

viskositas yang didapat kurang tepat, kecuali terkait dengan shear rate (Schramm,

1998).

Pengukuran viskositas tepung dengan konsentrasi tertentu dibutuhkan pengadukan

untuk mencari sifat dari pati yang akan dijadikan adonan dalam olahan makanan.

Informasi yang didapat dari karakteristik tepung antara lain seperti temperatur

awal gelatinisasi, temperatur maksimum gelatinisasi, viskositas maksimum,

breakdown viscosity dan setback viscosity (Chen, 2003). Temperatur maksimum

gelatinisasi merupakan temperatur pada saat tercapainya viskositas maksimum

(Sira, 2000).

Pati yang telah mencapai temperatur maksimum gelatinisasi, akan dilakukan

o
pemanasan sampai 95 C selama 15 menit, sehingga terjadi penurunan nilai

viskositas dan nilai penurunan ini merupakan breakdown viscosity. Dengan

mengetahui kemampuan pati untuk bertahan pada temperatur tinggi dan terhadap

shear stress merupakan faktor penting pada proses pengolahan pangan (Ragae et

al., 2006). Setelah mengalami gelatinisasi, pati akan mengalami retrogradasi yang

merupakan proses kristalisasi kembali menjadi pati dan juga dapat terjadi sineresis

yang merupakan keluarnya cairan dari suatu gel dari pati, sehingga pada proses

tersebut parameter yang dipakai adalah setback viscosity (Zhang and Hamaker,

2005).

Вам также может понравиться

  • Kandungan Singkong
    Kandungan Singkong
    Документ23 страницы
    Kandungan Singkong
    Lambara Tito
    Оценок пока нет
  • Isi Laporan Biji Nangka
    Isi Laporan Biji Nangka
    Документ13 страниц
    Isi Laporan Biji Nangka
    Ella
    Оценок пока нет
  • Jbptunikompp GDL Fahmirafsa 33028 3 Unikom - F e
    Jbptunikompp GDL Fahmirafsa 33028 3 Unikom - F e
    Документ27 страниц
    Jbptunikompp GDL Fahmirafsa 33028 3 Unikom - F e
    Manage Mail
    Оценок пока нет
  • 3.bab 2
    3.bab 2
    Документ23 страницы
    3.bab 2
    22Milda Mairiska
    Оценок пока нет
  • Bab Ii-1
    Bab Ii-1
    Документ10 страниц
    Bab Ii-1
    norma fauziyah
    Оценок пока нет
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Документ20 страниц
    Bab Ii PDF
    Acica Caniago
    Оценок пока нет
  • Makalah Sagu
    Makalah Sagu
    Документ16 страниц
    Makalah Sagu
    Fitriani
    100% (3)
  • Olahan Sorgum
    Olahan Sorgum
    Документ6 страниц
    Olahan Sorgum
    Jamaluddin Al-Afghani
    Оценок пока нет
  • Tugas 1 Snack Bar Tinggi Serat Bekatul PDF
    Tugas 1 Snack Bar Tinggi Serat Bekatul PDF
    Документ9 страниц
    Tugas 1 Snack Bar Tinggi Serat Bekatul PDF
    Faizatul Isnaini
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ11 страниц
    Bab Ii
    Zaidan & Fino
    Оценок пока нет
  • Laporan Pembuatan Alkohol
    Laporan Pembuatan Alkohol
    Документ23 страницы
    Laporan Pembuatan Alkohol
    Rama Isya
    Оценок пока нет
  • Amarilia H
    Amarilia H
    Документ59 страниц
    Amarilia H
    Mawar Putri
    Оценок пока нет
  • Aminah
    Aminah
    Документ9 страниц
    Aminah
    Rizal Romadlon
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ8 страниц
    Bab Ii
    Aji Panemuan
    Оценок пока нет
  • Proposal Dodol
    Proposal Dodol
    Документ28 страниц
    Proposal Dodol
    Baruna Eka Putra
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ13 страниц
    Bab Ii
    Nur Indah 'dadwonk' Sari
    Оценок пока нет
  • Makalh Jagung
    Makalh Jagung
    Документ17 страниц
    Makalh Jagung
    Khairun Nisak
    Оценок пока нет
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Документ17 страниц
    Bab Ii PDF
    Yufistina
    Оценок пока нет
  • Moh. Afton Nadir
    Moh. Afton Nadir
    Документ26 страниц
    Moh. Afton Nadir
    Nurlita Sari
    Оценок пока нет
  • Laporan Gel
    Laporan Gel
    Документ25 страниц
    Laporan Gel
    Juniarto Sdw
    Оценок пока нет
  • Proposal Small Project
    Proposal Small Project
    Документ22 страницы
    Proposal Small Project
    Adelia Dwi Enjelina
    Оценок пока нет
  • 2 5503 PDF
    2 5503 PDF
    Документ15 страниц
    2 5503 PDF
    Stephani Anggita
    Оценок пока нет
  • Tepung
    Tepung
    Документ11 страниц
    Tepung
    nano yuliadi
    Оценок пока нет
  • Chapter 2
    Chapter 2
    Документ21 страница
    Chapter 2
    FAJRI HASAN
    Оценок пока нет
  • Bab Ii - 201816PTK
    Bab Ii - 201816PTK
    Документ14 страниц
    Bab Ii - 201816PTK
    Muhammad suryadi
    Оценок пока нет
  • Analisis Kadar Pati
    Analisis Kadar Pati
    Документ11 страниц
    Analisis Kadar Pati
    malse anggia
    Оценок пока нет
  • Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Jumlah Ragi Terhadap Kadar Bioetanol Dari Kulit Pisang Raja
    Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Jumlah Ragi Terhadap Kadar Bioetanol Dari Kulit Pisang Raja
    Документ22 страницы
    Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Jumlah Ragi Terhadap Kadar Bioetanol Dari Kulit Pisang Raja
    Lolita Safitry
    Оценок пока нет
  • Proposal Dodol
    Proposal Dodol
    Документ29 страниц
    Proposal Dodol
    nanda adi
    50% (2)
  • (KEL. Sumut) Sagu Sebagai Hasil Hutan Non Kayu
    (KEL. Sumut) Sagu Sebagai Hasil Hutan Non Kayu
    Документ18 страниц
    (KEL. Sumut) Sagu Sebagai Hasil Hutan Non Kayu
    andy Rian
    Оценок пока нет
  • Pembuatan Stik Ubi Jalar
    Pembuatan Stik Ubi Jalar
    Документ6 страниц
    Pembuatan Stik Ubi Jalar
    Ramadhan Hariandi
    100% (1)
  • Bab 2 - 09512131004
    Bab 2 - 09512131004
    Документ27 страниц
    Bab 2 - 09512131004
    Darmawan Darnis
    Оценок пока нет
  • Kacang Gude Kinanthi
    Kacang Gude Kinanthi
    Документ16 страниц
    Kacang Gude Kinanthi
    kinanthi diah cahyani
    100% (4)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ11 страниц
    Bab Ii
    Tyta Glorya
    Оценок пока нет
  • Laporan Pangan Lokal Berbasis Komoditi Jagung
    Laporan Pangan Lokal Berbasis Komoditi Jagung
    Документ16 страниц
    Laporan Pangan Lokal Berbasis Komoditi Jagung
    Hilda Febrinda Sari
    Оценок пока нет
  • Tepung Ubi Jalar-Nuraini
    Tepung Ubi Jalar-Nuraini
    Документ13 страниц
    Tepung Ubi Jalar-Nuraini
    Dedy Lesmana
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ8 страниц
    Bab I
    Gusliarni Syafril98
    Оценок пока нет
  • Outline Muhammad
    Outline Muhammad
    Документ15 страниц
    Outline Muhammad
    Udil Udil
    Оценок пока нет
  • Skripsi - Sriyanti Manoppo (Pemanfaatab Buah Sukun)
    Skripsi - Sriyanti Manoppo (Pemanfaatab Buah Sukun)
    Документ46 страниц
    Skripsi - Sriyanti Manoppo (Pemanfaatab Buah Sukun)
    Pitri Yanti
    100% (1)
  • 1715011022-Bab 1 Pendahuluan
    1715011022-Bab 1 Pendahuluan
    Документ10 страниц
    1715011022-Bab 1 Pendahuluan
    20-0020 Agatha sukma Maharani
    Оценок пока нет
  • Naskah Skripsi
    Naskah Skripsi
    Документ30 страниц
    Naskah Skripsi
    Wahyuni
    Оценок пока нет
  • Sni Roti
    Sni Roti
    Документ12 страниц
    Sni Roti
    Aprill Apriilianty
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ17 страниц
    Bab Ii
    Afra Rofiqoh Rahma
    Оценок пока нет
  • Ras Sorgum Batan
    Ras Sorgum Batan
    Документ8 страниц
    Ras Sorgum Batan
    Bimantara Suryar
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Pembahasan: 2.1.1 Anatomi Beras
    Bab Ii Pembahasan: 2.1.1 Anatomi Beras
    Документ14 страниц
    Bab Ii Pembahasan: 2.1.1 Anatomi Beras
    braxanderzzz
    Оценок пока нет
  • Pembuatan Pati
    Pembuatan Pati
    Документ29 страниц
    Pembuatan Pati
    Udil Udil
    Оценок пока нет
  • Individu Mie Basah
    Individu Mie Basah
    Документ12 страниц
    Individu Mie Basah
    Zahra Ayu Nabila
    Оценок пока нет
  • Contoh PKM Penelitian
    Contoh PKM Penelitian
    Документ11 страниц
    Contoh PKM Penelitian
    Echis Nurfauziah
    Оценок пока нет
  • Pengaruh Substitusi Tepung Biji Nangka
    Pengaruh Substitusi Tepung Biji Nangka
    Документ30 страниц
    Pengaruh Substitusi Tepung Biji Nangka
    Jamal Iskand
    Оценок пока нет
  • Karbohidrat
    Karbohidrat
    Документ92 страницы
    Karbohidrat
    Besty Afrah Hasyati
    Оценок пока нет
  • HJJJJK
    HJJJJK
    Документ13 страниц
    HJJJJK
    Ilham Ramadhan
    Оценок пока нет
  • Magang Pembuatan Roti Tawar Subtitusi Tepung Sorgum
    Magang Pembuatan Roti Tawar Subtitusi Tepung Sorgum
    Документ44 страницы
    Magang Pembuatan Roti Tawar Subtitusi Tepung Sorgum
    roy
    Оценок пока нет
  • Laprak Sereal Rengginang
    Laprak Sereal Rengginang
    Документ18 страниц
    Laprak Sereal Rengginang
    Silvi Prisilia
    100% (1)
  • TPBN (Nangka)
    TPBN (Nangka)
    Документ4 страницы
    TPBN (Nangka)
    Alvin Rachmat
    Оценок пока нет
  • Isi Skripsi Biskuit
    Isi Skripsi Biskuit
    Документ44 страницы
    Isi Skripsi Biskuit
    Techan Poenya
    Оценок пока нет
  • Bab 2 Brownies Kukus-Dikonversi
    Bab 2 Brownies Kukus-Dikonversi
    Документ16 страниц
    Bab 2 Brownies Kukus-Dikonversi
    Lala 'imroatus Salamah'
    Оценок пока нет
  • Pembuatan Mie Basah
    Pembuatan Mie Basah
    Документ8 страниц
    Pembuatan Mie Basah
    Vallentnoitaliavanada CuteGirl
    Оценок пока нет
  • Chapter2
    Chapter2
    Документ33 страницы
    Chapter2
    Muhammad suryadi
    Оценок пока нет
  • Pembahasan Roti New Edit
    Pembahasan Roti New Edit
    Документ32 страницы
    Pembahasan Roti New Edit
    CobaBaca
    Оценок пока нет
  • Gurihnya Warisan Nusantara: Buku Resep Kue Tradisional Indonesia
    Gurihnya Warisan Nusantara: Buku Resep Kue Tradisional Indonesia
    От Everand
    Gurihnya Warisan Nusantara: Buku Resep Kue Tradisional Indonesia
    Оценок пока нет
  • Dta 17 Tnhnu
    Dta 17 Tnhnu
    Документ5 страниц
    Dta 17 Tnhnu
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Studi Kasus Semen Tonasa
    Studi Kasus Semen Tonasa
    Документ58 страниц
    Studi Kasus Semen Tonasa
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Binder 1
    Binder 1
    Документ71 страница
    Binder 1
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Bab I MNH
    Bab I MNH
    Документ3 страницы
    Bab I MNH
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Simulasi Dan Optimasi Harga Air Bersih Di Waduk
    Simulasi Dan Optimasi Harga Air Bersih Di Waduk
    Документ16 страниц
    Simulasi Dan Optimasi Harga Air Bersih Di Waduk
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • 19 Uraian Perhitungan
    19 Uraian Perhitungan
    Документ7 страниц
    19 Uraian Perhitungan
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ51 страница
    Bab Ii
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Asam Humat, Humin
    Asam Humat, Humin
    Документ24 страницы
    Asam Humat, Humin
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Proposal Oci Fix
    Proposal Oci Fix
    Документ17 страниц
    Proposal Oci Fix
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Laporan Falling Film Evaporator
    Laporan Falling Film Evaporator
    Документ12 страниц
    Laporan Falling Film Evaporator
    Wina Puspita Asih
    Оценок пока нет
  • Rugi Gesek Dalam Aliran Fluida
    Rugi Gesek Dalam Aliran Fluida
    Документ18 страниц
    Rugi Gesek Dalam Aliran Fluida
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Perbedaan Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Dan Pertalite
    Perbedaan Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Dan Pertalite
    Документ3 страницы
    Perbedaan Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Dan Pertalite
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Data Pusri
    Data Pusri
    Документ58 страниц
    Data Pusri
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Makalah Hidrogenasi Coal
    Makalah Hidrogenasi Coal
    Документ23 страницы
    Makalah Hidrogenasi Coal
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Distilasi Fraksionasi 1
    Distilasi Fraksionasi 1
    Документ6 страниц
    Distilasi Fraksionasi 1
    Paket Dari Langit
    Оценок пока нет
  • Perhitungan Head Loss
    Perhitungan Head Loss
    Документ13 страниц
    Perhitungan Head Loss
    Paket Dari Langit
    100% (1)