Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning,
organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999). Manajemen juga diartikan sebagai
suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk
menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam, 2011).
Manajemen keperawatan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami konsep dan
aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep manajemen keperawatan,
perencanaan yang berupa strategi melalui pengumpulan data, analisa SWOT dan
penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model keperawatan profesional
dan melakukan pengawasan serta pengendalian (Santosa, 2003).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan
menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat.
Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak,
paling depan, dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami
pasien dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah
apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan
merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang didapat dengan keinginan,
kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2001).
Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan
keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan
paripurna. Pasien akan mengeluh bila perilaku caring yang dirasakan tidak memberikan
nilai kepuasan bagi dirinya (Nursalam, 2011).
Salah satu upaya profesi perawat dalam meningkatkan mutu layanan keperawtan
adalah dengan adanya sistem model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Sistem
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, amak tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi pasien tidak akan terwujud. Untuk menunjang
hal tersebut maka perlu adanya proses manajemen yang baik. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung
(Nursalam, 2011).
Berdasarkan uraian diatas, mahasiswa sebagai salah satu agent of change, yang
merupakan salah satu bagian dari pendidikan keperawatan yang memiliki andil dalam
peningkatan mutu layanan keperawatan memiliki tugas untuk memiliki nilai-nilai
manajerial yang baik. Mahasiswa program pendidikan profesi ners kelompok 2 Fakultas
Ilmu Keperawatan Unissula Semarang perlu melakukan pengkajian ulang terhadap
manajemen keperawatan diruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang, untuk
mengetahui apakah menejerial diruang Baitussalam 2 mampu mengimplementasikan
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
2. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengelola unit pelayanan keperawatan di Ruang Mawar sesuai
dengan konsep dan langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan di ruang Baitussalam
2, mahasiswa mampu
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk menemukan
masalah-masalah yang ada.
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan pelayanan
keperawatan maupun asuhan keperawatan.
c. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
d. Melakukan tindakan berdasarkan rencana kegiatan yang disusun untuk
menyelesaikan masalah.
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanakan kegiatan.
f. Melakukan role play tentang manajerial ruangan (Kepala Ruang, Perawat Primer,
Perawat Asosiated)
3. Manfaat
1. Rumah Sakit
Sebagai masukan manajemen keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan yang
terbaik bagi pasien di rumah sakit khususnya ruang Mawar.
2. Perawat ruangan
Sebagai masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan praktik guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan :
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan lain dan perawat dengan pasien, serta dengan keluarga pasien.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
3. Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dan pengelolaan suatu ruang rawat di rumah sakit
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat menganalisis masalah di ruang Mawar dengan metode SWOT
dan menyusun rencana strategi.
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan
keperawatan professional di ruang Mawar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Manajemen
Manajemen merupakan koordinasi dan integrasi dari sumber daya keperawatan
dalam penerapan proses manajemen untuk menyelesaikan asuhan keperawatan serta
mencapai tujuan dan sasaran (Huber, 2000).
Menurut Gillies (1986), diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1996), menajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan secara
profesional.
Manajemen adalah proses ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya (Swanburg, 2000).
2. Organizing
1. Struktur organisasi
Masing- masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur formal
direncanakan dan dipublikasikan, untuk informal tidak direncanakan dan bersifat
sementara. Seorang manager keperawatan harus mengerti dan memakai keduanya.
Struktur formal organisasi merupakan susunan usaha resmi jabatan ke dalam pola
hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam
kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari timbal balik pribadi yang tidak resmi
diantara pekerja yang mempengaruhi efektivitas kerja mereka.Kualitas timbal balik
seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya.
Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi,
manager perawat bisa memakai struktur organisasi informal untuk mengganti
kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
2. Job Deskription
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala
ruang, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang berbeda sesuai dengan perannya.
3. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus memudahkan pembagian perawat
yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dan sesuai dengan
kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak optimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant and Messey, 1997 dan
Marquis and Houston, 1998 antara lain :
a. Model fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.Metode ini dibagi
menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara
umum, sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan
Tugasnya :Merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan perawatan
pasien, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi
dokter.
2) Perawat staf
a) Melakukan askep langsung pada pasien
b) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan
3) PerawatPelaksana :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein
dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan
membantu tindakan sederhana (ADL).
4) Pembantu Perawat :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
5) Tenaga Administrasi ruangan
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan
pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang,
membuat duplikat rostertena ruangan dan membuat permintaan lab untuk
obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
3. Actuating
a. Motivasi
Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan
(Sardiman, 2006)
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu kebutuhan, dorongan
dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yang kurang
baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk memenuhi
kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthan).
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam kebanyakan
sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka
pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan
kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem
klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan dijalankan,
manager perawat harus menentukan jumlah kaegori pembagian pasien,
karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis perawatan yang
akan dibutuhkan oleh jenis pasien didalam masing-masing kategori, dan waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan
emosional serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing
kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi
mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, maka masing-masing sistem
memperbolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Menurut Douglas, 1984 pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Douglas, 1984 mengklasifikasikan derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi
3, antara lain :
a. Perawatan minimal (minimal care) memerlukan waktu 1-2 jam per 24 jam.
Kriteria :
1) Kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum sendiri
3) Ambulasi dan pengawasan
4) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
5) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
6) Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
b. Perawatan intermediet (intermediet care), memerlukan waktu 3-4 jam per 24
jam.
Kriteria :
1) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Foley cateter atau monitor intake dan output
5) Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal (total care), memerlukan waktu 5-6 jam per 24 jam.
Kriteria :
1) Segalanya diberikan atau dibantu
2) Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah atau disorientasi
Dalam suatu penelitian Douglas (1975), dikutip oleh Nursalam (2007), tentang
tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada
pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada
tabel di bawah ini :
Konsep Perhitungan Ketenagaan
Tabel 1. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat
KLASIFIKASI PASIEN
JUMLAH
PASIEN Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
(Nursalam, 2007)
Formulasi PPNI:
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah
perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi dari
sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit seksi atau divisi, kebijaksanaan
penjadwalan (Gillies, 1994)
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personel
yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi luas
kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan. Apabila
kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada maka manager perawat
harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
a. Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal untuk
personel di masing-masing unit.
b. Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk atau libur
c. Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada pekerja menyangkut
jadwal masuk atau libur
d. Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja
perhari perminggu dan perbulan.
e. Hari dimulainya minggu kerja
f. Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas
g. Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masing pekerja
h. Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian
i. Keperluan pergiliran dari satu unit ke unit lain dan frekuensi dari pergiliran
tersebut.
j. Penjadwalan 2 hari libur perminggu atau rata-rata 2hari libur perminggu
k. Frekuensi libur akhir pekan untuk personel tugas malam
l. Definisi dari libur akhir pekan untuk personel tugas malam
m. Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tidak berurutan
n. Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
o. Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
p. Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja
q. Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus dijadwalkan
libur kerja
r. Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal
tugas liburan masuk atau libur
s. Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari tertentu
t. Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja
u. Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai
jadwal liburan.
v. Prosedur yang diikuti memohon waktu libur khusus
w. Pembatasan waktu penjadwalan liburan selama hari libur thanksgiving, natal,
tahun baru,
x. Jumlah personel masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk liburan
atau hari libur pada saat tertentu
y. Prosedur penyelesaian perselisihan antar personel sehubungan dengan
permintaan waktu libur dan hari libur
z. Prosedur pemprosesan permintaan darurat utuk penyesuaian jadwal waktu.
Biasanya supervisor permintaan darurat untuk penyesuaian jadwal waktu
dan libur personel perawat karena jadwal kerja harus disiapkan beberapa
minggu sebelumnya dan diperbaiki untuk penyesuaian perubahan dalam sensus
pasien, keadaan pasien yang sakit, permintaan libur dari leb, banyak waktu yang
berkaitan dengan kegiatan super visi diluangkan dalam penyesuaian jadwal.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja
mengurangi absensi dan perputaran serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada
beberapa metode pendidikan yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi
kerja (Munir, 1994: 162):
a. Metode seminar atau konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai
kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai
kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut sesi manajemen maupun
penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
b. Metode lokakarya (workshop)
Penyelenggarannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak perbedaannya
dengan seminar adalah materinya. Pada ateri lokakarya bersifat teknis ,
administratif dan sedikit bersifat manajerial.
c. Metode sekolah atau khusus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya aturan-
aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus di mengerti dan harus
dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta
yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus,
biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
d. Metode belajar sambil kerja (learning by doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan kepada
bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan pelatihan ini sesuai dengan
pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan
instalansi lainnya.
4. Controling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah
mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan
melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia,
serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu (Azwar, 2004).
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen
lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standar keberhasilan (target, prosedur bekerja, dsb) selalu harus
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika
ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisien pengguanan sumber daya
dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staff untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
b. Peran leader shift dalam controling
a. Mendorong staff untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu pelayanan
kesehatan
b. Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan terhadap staff
c. Mendorong atau memotifasi standar tertinggi untuk kualitas maksimal dengan
menyediakan standar keamanan minimum.
d. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif dan reaktif
e. Menggunakan pengawasan sebagai metode menentukan tujuan yang tidak
tercapai
f. Secara aktif mengesahkan pengawasan mutu yang ditemukan yang mempunyai
kesatuan profesi dan konsumen.
g. Menghargai standar klinis dengan menggunakan sumber yang menyakinkan
pasien menerima perawatan sesuai harapan.
h. Menjadi role medel bagi staff terhadap tanggung jawab dan tanggung gugat.
i. Berpartisipasi dalam penelitian keperawatan.
Arwani dan Heru supriyatno. (2005). Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC
Ana. (2008). Kepuasan Pasie Di Tinjau Dari Kualitas Pelayanan Perawat Di RS TK. IV Dr M
Yasin Watampone. Tesis.
Priyatno. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Jakarta : P. T Buku Seru
ANALISA SITUASIONAL
2. Material
Bangsal mawar RS Medika Husada merupakan bangsal penyakit dalam
yang terdiri dari 30 tempat tidur pasien
3. Metode
a. Metode pelayanan asuhan keperawatan yang digunakan adalah TIM.
b. Sistem pendokumentasian di ruangan masih dilakukan secara paper based
dengan kelengkapan dokumentasi : pengkajian keperawatan 75%,
diagnosa 70 %, intervensi 65%, implementasi 79%, evaluasi 83% dan
catatan asuhan keperawatan 76%.
c. Belum optimalnya sistem pengawasan, pengarahan pada staf perawat
berpengaruh pada kinerja perawat, sehingga perawat bekerja tidak sesuai
dengan standar operasional prosedur (SOP).
4. Money
a. Tidak ada penghargaan buat perawat yang bisa merangsang motivasi
perawat dalam bekerja.
b. Tidak sangsi yang jelas.
5. Market
a. BOR pasien 90 % tiap bulan