Вы находитесь на странице: 1из 12

PENGARUH PEMADATAN TANAH GAMBUT

TERHADAP SIFAT FISIK PADA DUA LOKASI YANG BERBEDA

EFFECT OF COMPACTION OF PEATLAND ON THE PHYSICAL PROPERTIES


AT THE TWO DIFFERENT LOCATIONS

Sandi Perdana1, Wawan2


Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau
Email: sandiperdana.r@gmail.com , HP: 085271402334

Abstract

This research aims to find out the effect of compaction of peatland on the physical properties
at the two different locations. The research was conducted in October - December 2014 at
society’s peatland in Lubuk Ogong, Langgam, Pelalawan, Riau. The research used Factorial
Split Plot Design (SPD) that consisting 2 factors and 3 replications. Factor I: compaction Level
A1, A2, A3, and Factor II: the difference of Location B1 and B2 (Location 1 and Location 2).
Parameters were observed those physical characteristics of soil included bulk density, particle
density, total pore space, permeability, soil penetration, and water content. The data were
analyzed by anova and the means were tested with LSD significant level 5%. The result shows
that the increasing of compaction of the peatland produces the increasing of bulk density and
the decreasing of total pore space up to the soil deep 15-20 cm. Whereas the analysis result of
the water content and particle density shows non significant. The increasing of compaction is
also reducing the permeability rate and increasing the value of soil penetration.

Keywords: Compaction, Peatland, Physical Characteristics.

PENDAHULUAN
kadar CO2 di udara terkendali. Oleh karena
Lahan gambut merupakan salah satu itu, pemanasan global juga dapat
sumber daya alam penting di Indonesia. dikendalikan. Fungsi hidrologis gambut
Indonesia memiliki sekitar 15 juta hektar berhubungan dengan kemampuan lahan
lahan gambut. Dari luasan tersebut, sekitar gambut menyimpan air yang sangat besar.
3,867 juta hektar lahan gambut berada Apalagi lahan gambut dikelola dengan baik
di provinsi Riau, atau lebih dari setengah maka hal tersebut dapat mengurangi banjir
dari total luas gambut Sumatera berada di musim penghujan dan meyediakan air di
di Riau (BB Litbang SLDP, 2011). musim kemarau.
Lahan gambut mempunyai peranan Fungsi ekonomis lahan gambut
penting bagi kehidupan manusia. Lahan sangat besar bagi masyarakat lokal.
gambut berperan dalam menunjang fungsi Masyarakat memanfaatkan lahan gambut
ekologis dan fungsi ekonomis. Fungsi sebagai sumber penghasilan dalam bentuk
ekologis lahan gambut adalah sebagai hasil hutan non kayu seperti getah, buah-
penyimpan karbon, pengatur tata air dan buahan dan obat-obatan. Lahan gambut
penyimpanan plasma nutfah. Fungsi telah dimanfaatkan sebagai lahan Hutan
ekonomis dari lahan gambut terkait dengan Tanaman Industri (HTI), perkebunan,
kemampuannya sebagai sumber daya alam tanaman pangan, buah-buahan, sayur-
untuk memenuhi kebutuhan manusia. sayuran, perikanan dan peternakan.
Fungsi ekologis lahan gambut Banyaknya manfaat yang diperoleh
dalam menyimpan karbon menjadikan dari lahan gambut tersebut maka dinilai
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


perlu adanya pengelolaan gambut secara lahan perkebunan dalam jangka waktu
berkelanjutan, agar fungsi dan manfaat lama, pemukiman, hingga tempat yang
lahan gambut tersebut dapat berlangsung terbuka dan terjadi berbagai aktivitas
untuk waktu yang lama, maka diperlukan manusia yang bersifat fisik di atasnya.
pengelolaan yang benar. Pengelolaan lahan Pemadatan yang terjadi terlalu besar akan
gambut yang dikatakan berkelanjutan menurunkan laju infiltrasi sehingga dapat
adalah menguntungkan secara ekonomi dan menyebabkan penggenangan yang akan
memberikan dampak positif terhadap memperburuk aerase tanah, dan pada
kehidupan sosial masyarakat serta akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan
berfungsi untuk menjaga lingkungan. tanaman (Bagheri et al., 2012).
Dampak dari lingkungan yang tidak Ukuran kepadatan pada tanah dapat
terjaga akan berimbas pada berbagai aspek dilihat dari nilai bulk density (BD). Ukuran
kehidupan manusia. Salah satu BD tanah mempengaruhi laju
permasalahan yang selalu muncul di lahan permeabilitas. Beberapa kasus yang
gambut adalah kebakaran lahan. Hal ini dijumpai di lapangan menunjukkan
menunjukkan bahwa di dalam pengelolaan ketidakkonsistenan. Pengamatan yang
yang kurang berhati-hati akan berdampak dilakukan oleh Tim P2GT UR (2013), di
buruk terhadap pemanfaatan lahan gambut lokasi PT. HLSI pada sampel gambut
di masa yang akan datang. hemik, dengan BD yang lebih tinggi (0,29
Kondisi yang dapat memicu g/cm3), tingkat permeabilitasnya mencapai
terjadinya kebakaran adalah kondisi lahan 143,86 cm/jam. Pada lokasi dan sampel
gambut yang kering. Keringnya lahan yang berbeda, yaitu di lokasi PT. MATA
gambut dapat disebabkan oleh dalamnya yang merupakan gambut saprik, ditemukan
tinggi muka air tanah, namun pada lahan sampel dengan BD 0,21 g/cm3 dan
gambut yang memiliki kedalaman muka air permeabilitasnya sebesar 186,24 cm/jam.
tanah yang relatif dangkal tetap bisa terjadi Sedangkan pada sampel dengan BD 0,30
kekeringan, seperti pada gambut yang g/cm3 nilai permeabilitasnya adalah sebesar
memiliki porositas tinggi. Terjadinya 0,00 cm/jam.
kekeringan karena terdapat banyak pori- Berdasarkan uraian di atas, maka
pori dalam ukuran makro yang terbentuk penulis telah melakukan penelitian dengan
sehingga menyebabkan air kapiler tidak judul “Pengaruh pemadatan tanah
dapat naik. Kondisi tersebut gambut terhadap sifat fisik pada dua
mengakibatkan lapisan tanah atas gambut lokasi yang berbeda”.
menjadi kering, dilihat dari rendahnya
persentase kadar air pada lapisan atas tanah BAHAN DAN METODE
tersebut.
Keadaan lahan gambut yang kering Penelitian ini telah dilaksanakan di
juga disebabkan oleh pemadatan yang Desa Lubuk Ogong, Kecamatan Langgam,
berlebihan pada saat pembukaan lahan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
menggunakan alat berat. Tidak hanya itu, Daerah tersebut didominasi oleh lahan
pemadatan yang terjadi karena pembukaan gambut dengan tingkat kematangan antara
hutan menjadi lahan pertanian dapat hemik dan fibrik. Lokasi tersebut memiliki
menimbulkan perubahan kualitas tanah. iklim tropis dimana suhu minimum terjadi
Pemadatan tersebut mengakibatkan pada bulan November dan Desember yaitu
terjadinya perubahan-perubahan pada sifat sebesar 21oC. Suhu maksimum terjadi pada
fisik tanah seperti kandungan air, udara, bulan Juli dengan suhu mencapai 35oC.
suhu dan sebagainya. Kegiatan analisis sifat fisik tanah
Pemadatan dapat disebabkan oleh dilaksanakan di Laboratorium Tanah
berbagai hal, diantaranya adalah Fakultas Pertanian, Universitas Riau yang
penggunaan alat-alat berat, pembukaan berada di Kampus Bina Widya Km. 12,5

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Panam, Pekanbaru, Riau. Penelitian ini berat dijadikan sebagai perlakuan
telah dilaksanakan selama 2 bulan yang kepadatan tinggi, sedangkan lahan gambut
dimulai pada bulan Oktober 2014 sampai tanpa stacking adalah kepadatan normal.
Desember 2014. Penentuan anak petak sebagai
Bahan yang digunakan adalah perbedaan lokasi dengan melihat kriteria
sampel tanah tidak terganggu dan kematangan gambut harus memperhatikan
terganggu. Sampel ini berasal dari satu beberapa hal. Metode yang digunakan di
hamparan lahan gambut yang memiliki dalam menentukan petak kematangan
kondisi tanah gambut alami. Alat yang gambut adalah dengan melihat dominasi
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kematangan gambut, yaitu dengan melihat
alat lapangan dan alat laboratorium. kematangan gambut apa yang paling
Adapun alat-alat di lapangan meliputi bor dominan pada profil tanah tersebut dlilihat
gambut, cangkul, sekop, meteran, mistar, dari permukaan tanah hingga batas muka
tali rafia, kantong plastik, plastik bening, air tanah (water level).
karet gelang, karung, parang, ring sample, Parameter yang diamati adalah
box, cutter, kertas label, kamera dan alat bobot isi, kerapatan partikel, total ruang
tulis. Alat yang digunakan di laboratorium pori, permeabilitas, penetrasi tanah dan
diantaranya timbangan digital, oven, kadar air. Data yang diperoleh dari
eksikator, grinder dan press hydraulic. pengamatan pada penelitian ini dianalisis
Penelitian dilakukan secara survey secara statistik menggunakan analisis sidik
dan eksperimen yang dilakukan di lapangan ragam dan diuji lanjut dengan Uji BNT
dengan menggunakan Rancangan Petak menggunakan aplikasi statistik SAS
Terbagi (Split Plot Design) dua faktor.
Faktor pertama adalah kepadatan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dipilih berdasarkan kondisi lahannya. Taraf
pemadatannya terdiri dari 3 taraf Deskripsi Lokasi Penelitian
kepadatan, yaitu lahan yang tidak diberi Lokasi pengambilan sampel merupakan
pemadatan (normal), lahan yang telah di- lahan gambut dengan sebaran kematangan
stacking (sedang) dan lahan yang di- gambut antara hemik dan fibrik. Lahan
stacking dengan kondisi kepadatan lebih tersebut merupakan lahan milik masyarakat
besar (tinggi). Sedangkan faktor kedua atau yang baru dibuka menggunakan alat berat.
anak petak adalah perbedaan lokasi yang Penggolongan kematangan tersebut
dilihat berdasarkan profil dengan dilakukan berdasarkan sebaran kematangan
kematangan yang lebih dominan, dimana gambut dari lapisan atas hingga batas
lokasi 1 merupakan lahan yang memiliki permukaan air tanah. Tinggi muka air tanah
profil dengan kematangan hemik yang memiliki perbedaan yang besar di setiap
lebih dominan dan lokasi 2 merupakan lokasi. Oleh karena itu pengambilan sampel
lahan dengan profil gambut yang memiliki diambil per 5 cm kedalaman hingga
kematangan fibrik yang lebih dominan masing-masing permukaan air tanah.
hingga masing-masing kedalaman muka air Sedangkan analisis untuk melihat
tanah. Setiap kombinasi perlakuan tersebut perbedaan nilai parameter pengamatan
diberikan ulangan sebanyak 3 kali, hanya diambil hingga kedalaman 25 cm.
sehingga didapatkan sebanyak 18 unit Berdasarkan penggolongan
petak percobaan. kematangan gambut dilihat dari kedalaman
Lokasi penelitian diperoleh hingga muka air tanahnya, lahan tersebut
berdasarkan lahan gambut yang sedang dibagi kedalam dua lokasi penelitian.
atau baru dibuka. Lahan gambut tersebut Lokasi pertama merupakan lahan gambut
dijadikan sebagai perlakuan kepadatan dengan persentase kematangan hemik yang
dengan taraf kepadatan sedang. Lahan yang lebih besar dibandingkan fibrik hingga
di-stacking dan mengalami pemadatan batas air tanahnya. Sedangkan lokasi 2

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


adalah lahan dengan kematangan fibrik dominan dibandingkan fibrik di beberapa
yang lebih mendominasi dibandingkan profil gambut sehingga perbedaan lokasi
hemik. Namun hingga kedalaman 25 cm tersebut dikategorikan ke dalam kelompok
kematangan hemik cenderung lebih lokasi 1 dan lokasi 2.

Bobot Isi (Bulk Density)


Hasil sidik ragam menunjukkan Rata-rata nilai bulk density pada kedalaman
bahwa perlakuan kepadatan berpengaruh 0-25 cm setelah dilakukan uji beda nyata
nyata terhadap bulk density, sedangkan terkecil pada taraf 5% dapat dilihat pada
perbedaan lokasi pengamatan Tabel 2.
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Tabel 2. Rata-rata pengaruh pemadatan terhadap bulk density (g/cm³) pada tanah gambut di kedalaman
0-25 cm

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama, berbeda tidak nyata menurut uji Beda
Nyata Terkecil pada taraf 5 %.
Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan gambut di pemadatan sedang dan
semakin meningkatnya kepadatan maka tanpa pemadatan, sedangkan pada
semakin meningkat nilai BD. Pada kedalaman 20-25 cm nilai bulk density
kedalaman 0-5 cm baik kepadatan sedang menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.
maupun tinggi menunjukkan nilai BD yang Perbedaan lokasi pengambilan sampel
berbeda nyata dengan gambut yang tidak gambut menunjukkan perbedaan yang tidak
dipadatkan. Selanjutnya hingga kedalaman nyata. Rata-rata perbedaan bulk density
15-20 cm nilai BD di kepadatan tinggi pada setiap kedalaman untuk lebih jelas
menunjukkan perbedaan yang nyata dapat dilihat pada Gambar 2.

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


0-5 cm

5-10 cm Normal Lokasi II


Kedalaman

Normal Lokasi I
10-15 cm
Sedang Lokasi II

15-20 cm Sedang Lokasi I


Padat Lokasi II
20-25 cm Padat Lokasi I

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35


Bulk density (g/cm3)

Gambar 2. Diagram batang rata-rata pengaruh pemadatan terhadap bulk density pada tanah gambut di
kedalaman 0-25 cm.

Peningkatan kepadatan berdampak liat dan berstruktur granuler memiliki nilai


pada peningkatan nilai bulk density tanah bulk density antara 1,0-1,3 g/cm3,
gambut hingga kedalaman tertentu. sedangkan yang bertekstur kasar
Pengaruh tekanan beban dari atas membunyai nilai bulk density antara 1,3-1,8
menyebabkan adanya proses pemampatan g/cm3 (Hanafiah, 2010). Rendahnya nilai
bahan penyusun tanah gambut dan terjadi BD tersebut menunjukkan perlunya
pengurangan rongga-rongga udara, hal ini perhatian dalam pemanfaatan lahan
dapat menyebabkan peningkatan nilai bulk gambut. Selain berhubungan dengan
density tanah gambut. kemampuan tanah gambut itu sendiri dalam
Bulk density gambut untuk menahan beban tanaman, penetrasi akar
kematangan fibrik di Sumatera berkisar tanaman, hingga semua aktifitas fisik yang
antara 0.1012-0.12 g/cm, sedangkan pada dapat berpengaruh terhadap BD. Sifat fisik
gambut hemik memiliki nilai bulk density gambut seperti BD berkaitan dengan daya
antara 0.1325-0.29 g/cm³ (Wetlands menahan beban tanaman, dimana BD yang
International, 2003). Bila dibandingkan rendah berimplikasi pada daya menahan
dengan tanah mineral, bulk density gambut beban tanaman yang rendah (Hartatik,
tergolong rendah, dimana pada tahah 2011).
mineral lapisan atas yang memiliki tekstur

Kerapatan Partikel (Particle Density)


Hasil sidik ragam menunjukkan terlihat pada kedalaman 0-5 cm hingga 20-
bahwa perlakuan kepadatan berpengaruh 25 cm baik perlakuan kepadatan sedang
tidak nyata terhadap particle density, maupun tinggi tidak menunjukkan
perbedaan lokasi pengamatan juga perbedaan yang nyata dengan gambut yang
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. tidak dipadatkan. Demikikan juga
Rata-rata particle density pada masing- pengambilan sampel pada dua lokasi yang
masing setelah dilakukan uji beda nyata berbeda menunjukkan perbedaan yang
terkecil pada taraf 5% dapat dilihat pada tidak nyata.
Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pemadatan maupun perbedaan
peningkatan kepadatan tidak diikuti dengan lokasi berbeda tidak nyata pada
peningkatan particke density. Hal ini pengamatan particle density. Hasil tersebut

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


dapat dihubungkan dengan metode yang diperoleh dari bobot massa partikel padat
digunakan di dalam pehitungan particle per satuan volume padatan (Hanafiah,
density, dimana angka particle density 2010).

Tabel 3. Rata-rata pengaruh pemadatan terhadap particle density (g/cm³) pada tanah gambut di
kedalaman 0-25 cm.

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama, berbeda tidak nyata menurut uji
berganda.
Salah satu langkah kerja untuk particle density pada tanah gambut
memperoleh angka particle density adalah berpengaruh pada besar persentase total
dengan menghilangkan rongga-rongga ruang pori pada gambut. Semakin banyak
udara dalam satuan ukuran volume tanah partikel tanah gambut yang berukuran halus
gambut, dari hasil perhitungan tersebut berhubungan dengan semakin rendahnya
dapat dilanjutkan pada perhitungan untuk persentase total ruang pori (Handayani,
mencari persentase total ruang pori. Nilai 2005).

Total Ruang Pori


Hasil sidik ragam menunjukkan nyata terhadap peningkatan total ruang
bahwa peningkatan kepadatan berpengaruh pori. Rata-rata total ruang pori pada
nyata terhadap peningkatan total ruang masing-masing kedalaman setelah
pori, sedangkan perbedaan lokasi dilakukan uji beda nyata terkecil pada taraf
pengambilan sampel berpengaruh tidak 5% dapat dilihat pada Tabel 4.

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Tabel 4. Rata-rata pengaruh pemadatan terhadap total ruang pori (%) pada tanah gambut di
kedalaman 0-25 cm

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama, berbeda tidak nyata menurut uji
berganda.
Tabel 4 menunjukkan bahwa 20 cm (Tabel 2). Berkurangnya total ruang
semakin meningkat kepadatan semakin pori terjadi karena adanya pengaruh
menurun nilai total ruang pori. Pada tekanan beban dari atas, sehingga
kedalaman 0-5 cm, baik perlakuan menyebabkan adanya proses pemampatan
kepadatan sedang maupun tinggi berbeda bahan penyusun tanah gambut dan terjadi
nyata dengan gambut yang tidak pengurangan rongga-rongga udara, hal ini
dipadatkan. Selanjutnya hingga kedalaman yang menyebabkan terjadinya penurunan
15-20 cm kepadatan yang tinggi nilai total ruang pori yang juga dapat
menunjukkan perbedaan yang yang nyata dikaitkan dengan peningkatan nilai bulk
dengan gambut di kepadatan sedang dan density tanah gambut.
tinggi, sedangkan pada kedalaman 20-25 Perbedaan lokasi menunjukkan
cm tidak menunjukkan perbedaan yang perbedaan yang tidak nyata. Hal ini terlihat
nyata. Perbedaan lokasi 1 dan 2 masing- pada gambut di lokasi 1 dan 2 yang bila
masing menunjukkan perbedaan yang tidak dilihat dari profil gambutnya memiliki
nyata. persentase kematangan antara hemik dan
Hasil analisis di atas menunjukkan fibrik yang lebih dominan, pada gambut
bahwa semakin meningkat kepadatan tanah yang tidak dipadatkan keduanya memiliki
gambut maka semakin menurun nilai total rata-rata persentase total ruang pori seperti
ruang pori. Hal ini sesuai dengan hasil pada gambut hemik yang umumnya
analisis pengamatan bulk density dimana berkisar antara 85-90 % (Boelter, 1968).
pengaruh pemadatan terhadap perubahan Secara alami, semakin halus ukuran
bulk density terjadi hingga kedalaman 15- partikel penyusun tanah, berarti semakin

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


padat tanahnya, sehingga ruang porinya perlakuan kepadatan menyebabkan
akan menyempit, begitu juga sebaliknya bekurangnya porositas pada tanah gambut
(Hanafiah, 2010). Hasil penelitian Boelter tersebut. Persentase total ruang pori yang
(1969) menunjukkan bahwa gambut rendah dapat dikaitkan dengan nilai bulk
dengan kematangan saprik memiliki density yang tinggi, tingginya nilai bulk
persentase total ruang pori <85 %. density tersebut menunjukkan semakin
Sedangkan total ruang pori yang rendah berkurangnya persentase total ruang pori
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa (Handayani, 2005).

Permeabilitas
Hasil analisis menunjukkan bahwa Hal ini terlihat kepadatan yang tinggi
peningkatan kepadatan pada lahan gambut menujukkan laju permeabilitas paling
di lokasi 1 dan 2 berpengaruh terhadap rendah dibandingkan dengan gambut pada
menurunnya permeabilitas. Pada sampel kepadatan sedang dan yang tidak diberi
tanah yang diambil di beberapa titik kepadatan. Rata-rata permeabilitas pada
pengamatan menunjukkan bahwa semakin perlakuan kepadatan di dua lokasi yang
tinggi perlakuan kepadatan maka berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
permeabilitasnya menjadi semakin turun.

Tabel 5. Rata-rata pengaruh pemadatan terhadap permeabilitas pada beberapa kombinasi perlakuan.

Tabel 5 menunjukkan bahwa semakin memiliki kriteria permeabilitas sangat sama


meningkat kepadatan pada gambut maka pada masing-masing perlakuan kepadatan
semakin menurunkan laju permeabilitas, tinggi, sedang maupun pada lahan yang
begitu juga sebaliknya. Hal ini terlihat pada tidak diberi pemadatan.
lahan yang tidak diberi pemadatan Permeabilitas yang cepat pada lahan
memiliki kriteria permeabilitas sangat yang tidak diberi pemadatan berhubungan
cepat, setelah diberi perlakuan kepadatan dengan tanah yang memiliki karakteristik
sedang baik pada lokasi 1 maupun 2 kasar. Pada tanah gambut, karakteristik
menunjukkan bahwa kriteria laju tanah yang seperti ini dilihat berdasarkan
permeabilitas turun menjadi agak cepat. besaran ukuran partikel/fiber penyusun
Bahkan pada perlakuan kepadatan yang tanah gambut tersebut, umumnya gambut
tinggi, kriteria laju permeabilitas tergolong fibrik memiliki serat kasar lebih dari 70%
sedang, kriteria ini lebih lambat jika (Agus dan Subiksa, 2008).
dibandingkan dengan perlakuan kepadatan Laju permeabilitas pada gambut
sedang maupun lahan yang tidak diberi umumnya berada pada kriteria sangat cepat.
pemadatan. Sedangkan perbedaan lokasi Kriteria laju permeabilitas yang sangat
tidak menunjukkan adanya perbedaan, cepat pada gambut menunjukkan besarnya
dimana pada lokasi 1 maupun lokasi 2 jumlah pori-pori yang terdapat pada

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


gambut. Jumlah pori-pori yang banyak merupakan serat dan jaringan sisa-sisa
memudahkan air untuk lewat dan masuk ke tumbuhan sehingga tanah gambut juga
dalam tanah, di samping karena bahan dikenal tanah yang memiliki porositas yang
penyusun tanah gambut itu sendiri yang tinggi.

Penetrasi Tanah (Soil Resistance)


Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa terhadap ketahanan tanah. Rata-rata nilai
peningkatan kepadatan pada gambut ketahanan tanah setelah dilakukan uji beda
berpengaruh tidak nyata terhadap nyata terkecil pada taraf 5% dapat dilihat
ketahanan tanah. Perbedaan lokasi juga pada Tabel 6.
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata

Tabel 6. Rata-rata pengaruh pemadatan terhadap nilai ketahan tanah (kgf/cm2) menggunakan alat pocket
penetrometer.

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama, berbeda tidak nyata menurut uji
berganda

Tabel 6 menunjukkan bahwa Namun pada perlakuan kepadatan yang


kepadatan yang tinggi berbeda nyata tinggi sebesar 2.90 Kgf/cm2 berbeda nyata
dengan kepadatan sedang dan normal pada dengan gambut pada perlakuan kepadatan
pengamatan penetrasi tanah, sedangkan sedang maupun gambut tanpa pemadatan.
perbedaan lokasi menunjukkan perbedaan Pengamatan penetrasi tanah yang
yang tidak nyata. Tabel di atas juga dilakukan berhubungan dengan nilai bulk
menunjukkan semakin meningkatnya nilai density, seiring menurunnya nilai penetrasi
penetrasi tanah seiring dengan tanah juga terjadi penurunan nilai bulk
meningkatnya pemadatan. Berdasarkan density, ini sesuai dengan hasil penelitian
nilai penetrasi tanah, kepadatan sedang Lowery dan Schuler (1994) yang
sebesar 2.53 Kgf/cm2 berbeda tidak nyata menunjukkan bahwa ketahanan penetrasi
dengan gambut tanpa pemadatan dengan meningkat seiring dengan meningkatnya
nilai ketahanan tanah sebesar 2.31 Kgf/cm2. kepadatan tanah’

Kadar Air
Hasil sidik ragam menunjukkan nyata. Rata-rata kadar air pada kedalaman
bahwa meningkatnya kepadatan tanah 0-25 cm setelah dilakukan uji beda nyata
gambut berpengaruh tidak nyata terhadap terkecil pada taraf 5% dapat dilihat pada
kenaikan nilai kadar air. Perbedaan lokasi Tabel 7.
juga menunjukkan pengaruh yang tidak

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Tabel 7. Rata-rata kadar air (g/cm³) pada kedalaman 0-25 cm

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama, berbeda tidak nyata menurut uji
berganda.
Tabel 7 menunjukkan bahwa dan lokasi 2. Namun pada perlakuan
peningkatan kepadatan tidak diikuti dengan kepadatan padat menunjukkan bahwa nilai
peningkatan kadar air, baik pada kedalaman kadar air cenderung menurun dibandingkan
0-5 cm, 5-10 cm, 10-15 cm, 15-20 cm gambut yang tidak dipadatkan, sedangkan
sampai kedalaman 20-25 cm. Pengamatan pada gambut dengan kepadatan sedang di
yang dilakukan pada dua lokasi yang lokasi 2 justru memiliki persentase kadar
berbeda juga menunjukkan perbedaan yang air yang lebih tinggi dibandingkan
tidak nyata. Perbedaan yang tidak nyata perlakuan kepadatan yang tinggi dan tanpa
tersebut terlihat pada gambut dengan pemadatan, hal ini dapat dilihat dari gambar
kepadatan sedang dan padat pada lokasi 1 diagram batang di bawah ini.

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Rata-rata Kadar Air
700 615,22 599,88
600 525,64
Kadar air (%)
500 461,36
384,88
400
300
200
100
0
0-5 cm 5-10 cm 10-15 cm 15-20 cm 20-25 cm
Kedalaman
Padat-Lokasi 1 Padat-Lokasi 2
Sedang-Lokasi 1 Sedang-Lokasi 2
Normal-Lokasi 1 Normal-Lokasi 2

Gambar 3. Diagram batang perbedaan kadar air pada beberapa

kedalaman gambut.

Gambar di atas menunjukkan perbedaan persentase serat/fiber berukuran kasar


kadar air dari beberapa kombinasi >75% (Agus dan Subiksa, 2008). Di sisi
perlakuan pada masing-masing kedalaman. lain, pengaruh pemberian perlakuan
Perbedaan di atas menunjukkan adanya kepadatan menyebabkan adanya perubahan
penurunan maupun peningkatan persentase pada sifat fisik seperti ukuran, jumlah dan
kadar air. Peningkatan persentase kadar air sebaran pori pada gambut. Dilihat dari
terjadi pada tanah gambut yang diberi ukuran pori, tekanan/pemadatan
pelakuan kepadatan sedang. Namun menyebabkan butiran dan serat-serat
peningkatan tersebut hanya terlihat pada gambut bergerak dan mengisi pori-pori
perlakuan kepadatan sedang di lokasi 2, makro, sehingga tanah gambut menjadi
sedangkan pada kepadatan sedang di lokasi lebih padat. Hal ini juga dapat dikaitkan
1 tidak terlihat adanya peningkatan dengan meningkatnya nilai bulk density,
persentase kadar airnya. Bila dilihat dari kemudian persentase kadar air turun pada
kematangan gambutnya, lokasi 2 bulk density yang lebih besar seiring
merupakan lahan gambut yang memiliki dengan semakin besarnya tingkat
profil ketebalan gambut fibriknya lebih pemadatan. Nilai kadar air di atas tergolong
dominan dibandingkan kematangan hemik, normal, dimana kadar air tanah gambut
sehingga peningkatan persentase kadar air umumnya memiliki kadar air antara 1 – 13
itu sendiri dapat dikaitkan dengan gambut kali lipat dari berat keringnya (Mutalib et
fibrik yang merupakan gambut dengan al., 1991).

KESIMPULAN DAN SARAN


20 cm, serta meningkatkan nilai
Kesimpulan penetrasi tanah (soil resistence) dan
Berdasarkan hasil penelitian maka menghasilkan penurunan laju
dapat ditarik kesimpulan bahwa: permeabilitas, sedangkan hasil analisis
1. Peningkatan kepadatan pada tanah kadar air dan particle density
gambut menghasilkan peningkatkan menunjukkan perbedaan yang tidak
nilai bulk density dan penurunan nilai nyata.
total ruang pori hingga kedalaman 15-

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


2. Peningkatan kepadatan dari normal ke Saran
sedang menghasilkan kadar air yang Berdasarkan hasil penelitian perlu
cenderung meningkat, sedangkan dilakukan penelitian lanjutan untuk
peningkatan kepadatan dari sedang ke mempelajari pengaruh pemadatan terhadap
tinggi menunjukkan kadar air yang sifat kimia dan biologi. Hal ini bertujuan
cenderung menurun. untuk melihat apakah pengaruh kepadatan
3. Perbedaan lokasi berdasarkan profil juga terlihat pada pengamatan sifat kimia
gambut menunjukkan perbedaan yang maupun biologi. Penulis juga menyarankan
tidak nyata pada pengamatan bulk untuk dilakukan penelitian yang berkaitan
density, total ruang pori, particle tentang hidrologi gambut dan mempelajari
density dan kadar air. pergerakan kenaikan kapiler pada gambut
sehingga akan memudahkan dalam
mengelola gambut secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus F. dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek
Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Bagheri, I., S. B. Kalhori, M. Akef dan F. Khormali. 2012. Effect of compaction on physical and
micromorphological properties of forest soil. American Journal of Plant Sciences., volume
3(1): 159-163.

BB Litbang SDLP. 2011. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian. Bogor.

Boelter D. H. 1968. Important Physical Properties of Peat Materials. In: Proceedings, third
International Peat Congress; 1968 August 18-23; Quebec, Canada. [Place of publication
unknown]: Department of Energy, Minds and Resources and National Research Council of
Canada: 150-154.

Boelter D. H. 1969. Physical Properties of peat as related to degree of decomposition. Soil Sciences
Society of America Proceedings, volume 33: 606-609.

Hanafiah K. A. 2010. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Ed. 4. Rajawali Press. Jakarta.

Handayani D. 2005. Karakteristik Gambut Tropika: Tingkat Dekomposisi Gambut, Distribusi Ukuran
Partikel dan Kandungan Karbon. Program Sarjana. Institut Peratanian Bogor. Bogor.

Hartatik W., I. G. M. Subiksa, dan A. Dariah. 2011. Sifat Kimia dan Fisia Tanah Gambut. Diakses
dari: Http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/lainnya/wiwik%20hartatik.pdf pada
tanggal 28 Juni 2014.

Lowery B. Dan R. T. Schuler. 1994. Duration and effects of compaction on soil and plant growth
in Wisconsin. Soil Tillage. Res. 29: 205-210.

Mutalib, A., J. S. Lim, M. H. Wong dan L. Koonvai. 1991. Characterization, distribution


and utilization of peat in malaysia. Proc. International Symposium on tropical
peatland. 6-10 May 1991, Kuching, serawak, Malaysia.
Wetlands International. 2003. Maps of peatland distribution and carbon content in Sumatra, 1990-
2002 .

JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015

Вам также может понравиться